JALANKAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
SAATNYA SEKARANG!
JALANKAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
SAATNYA SEKARANG!
JALANKAN LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN DAFTAR ISI
1. LAYANAN LUMPUR TINJA TERJADWAL 3
- Layanan Untuk Penyedotan Wajib 3
- Hanya Sedot & Bawa 4
- Banyak Manfaatnya 4
- Tujuh Aspek LLTT 5
- Langkah Menyiapkan LLTT 6
2. MENILAI POTENSI KOTA 9
- Potensi Atau Bottleneck 9
- Cukup Informasi Sekunder 9
- Putuskan, Layak Atau Tidak 10
3. MENYEPAKATI PRINSIP LAYANAN 11
- Klarifikasi Dulu 11
- Menyepakati Tujuan 12
- Menyepakati Acuan 12
- Menyepakati Cakupan 12
- Menyepakati Calon Operator 13
- Menyepakati Waktu 13
- Menyepakati Cost Recovery 13
4. MEMBUAT ILUSTRASI SISTEM 14
- Gunakan Informasi Yang Ada 14
- Hitung Skala Operasinya 14
- Boks: Menghitung Operasi LLTT Secara Sederhana 14
- Hitung Tarif Dasarnya 15
- Boks: Menghitung Tarif Dasar LLTT 16
- Hitung Selisihnya, Laba Atau Rugi 17
- Tampilkan Secara Grafis 17
5. MENDAPAT RESTU PIMPINAN 19
- Setuju Sejak Awal 19
- Paparkan Xxx Xxxxxkan 19
- Segera Tindak Lanjuti 20
6. MENGENALI CALON PELANGGAN 21
- Informasi Yang Dibutuhkan 21
- Survei Seluruhnya Atau Sebagian 21
- Data Yang Dicari 22
- Boks: Aplikasi Survei LLTT Berbasis Android 22
i
- Lebih Baik Langsung 22
- Analisis Informasi 23
- Boks: Sensus Calon Pelanggan LLTT di Kota Surakarta 23
- Manfaatkan Untuk Lainnya 23
7. MERANCANG OPERASI 25
- Klasifikasikan Pelanggan 25
- Bagi Zona Layanan 25
- Tetapkan Periode Penyedotan 27
- Rincikan Target Layanan 27
- Boks: Target Layanan Harus SMART 29
- Simulasikan Operasinya 29
8. MENGEMBANGKAN KAPASITAS OPERATOR 31
- Harus Mampu Mengelola Banyak Pelanggan 31
- Pertama, Pertimbangkan Pdam 31
- Lembaga Eksisting Atau Baru 32
- Unit Pelaksana Atau Perusahaan Daerah 32
- Boks: Operasi LLTT oleh UPT di Kota Makasar 33
- Pisahkan Regulator Dengan Operator 33
- Boks: Kelembagaan Pengelolaan Lumpur Tinja Kota Surakarta 33
9. MELENGKAPI REGULASI 36
- Wajib Diwajibkan 36
- Ketentuan-Ketentuan 36
- Aturan Xxxxx Xxxxxxxx 37
- Boks: Hirarki Regulasi Pengelolaan Lumpur Tinja Kota Surakarta 37
10. MENYIAPKAN ARMADA 38
- Gerobak Motor, Mobil Dan Truk 38
- Boks: Menghitung Jumlah Unit Sedot Tinja yang Dibutuhkan 39
- Dua Awak Cukup 39
- Bekerja Sesuai Prosedur 40
- Boks: Beberapa SOP dalam LLTT 40
- Dipantau Perjalanannya 42
11. MELIBATKAN MITRA OPERASI 43
- Outsourcing Lebih Praktis 43
- Memilih Mitra Operasi 44
- Sepakati Hak & Kewajiban 45
12. MENJALANKAN SISTEM INFORMASI 46
- Agar Semua Terlayani 46
- Bersandar Pada Database 46
- Mengalir Sampai Mitra Operasi 47
- Boks: MIS LLTT di PDAM Kota Surakarta 47
ii
13. MERENCANAKAN KEUANGAN 49
- Berbeda Untuk Tiap Klasifikasi 49
- Tidak Selalu Cicilan Bulanan 50
- Proyeksi Keuangan 51
14. MEMASARKAN LAYANAN 53
- Mengemas Informasi Produk 53
- Pesan Sesuai Karakteristik Sasaran 53
- Sampaikan Dengan Segala Cara 55
- Libatkan Pemerintah & Mitra Lokal 56
- Persiapkan dan Lakukan
iii
1
LAYANAN LUMPUR XXXXX XXXXXXXXX
Sebelum mulai mempersiapkan layanan lumpur tinja terjadwal (L2T2), kita harus memahami maksud, peran, manfaat dan aspek dari suatu L2T2. Harus dipahami sepenuhnya bahwa L2T2 merupakan layanan yang wajib diikuti oleh mereka yang menggunakan tangki septik di bangunannya.
Di akhir bagian ini, kita akan menguraikan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mempersiapkan L2T2 di suatu kota.
LAYANAN UNTUK PENYEDOTAN WAJIB
Layanan lumpur tinja terjadwal (LLTT) adalah layanan penyedotan lumpur tinja dari tangki-tangki septik yang dilakukan secara berkala sebagaimana diwajibkan pemerintah setempat. Dalam LLTT, penyedotan dilakukan secara berkala sesuai periode penyedotan (desludging period) yang ditentukan. Disebut terjadwal, karena penyedotan tangki septik dilakukan sesuai penjadwalan yang ditentukan. Penyedotan tangki septik tidak dilakukan karena ada permintaan dari penggunanya.
pewajiban penyedotan tangki septik
Layanan Lumpur Tinja Terjadwal
PEMERINTAH KOTA
LEMBAGA OPERATOR
L2T2 disediakan sebagai jawaban dari tuntutan pemerintah setempat yang mewajibkan dilakukannya penyedotan tangki septik setiap rentang waktu tertentu. Bagi para pengguna tangki septik, L2T2 wajib diikuti.
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2022
2
Periode penyedotan (desludging period) adalah rentang waktu antara penyedotan pertama dengan penyedotan selanjutnya. Artinya, dengan periode penyedotan 3 tahun, suatu tangki septik akan mendapat layanan penyedotan di tahun 2017, 2020, 2013 dan seterusnya. Periode penyedotan umumnya berkisar antara 2 – 5 tahun sekali. Suatu klasifikasi pelanggan mungkin saja memiliki periode penyedotan yang berbeda dengan klasifikasi pelanggan lainnya.
Tidak semua penyedia jasa sedot tinja dapat menyediakan layanan ini. L2T2 hanya dapat dilakukan oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah setempat. Lembaga pelaksana operasi L2T2 tersebut yang nantinya akan menentukan jadwal penyedotan tangki septik di tiap- tiap bangunan penggunannya. Mungkin saja lembaga ini nantinya melibatkan penyedia jasa sedot tinja untuk menjadi mitra operasi penyedotannya.
Foto 1: Penyedotan di Solo
3
L2T2 diselenggarakan oleh PDAM Kota Surakarta untuk memenuhi ketentuan dalam peraturan walikota yang mewajibkan tiap tangki septik untuk disedot lumpur tinjanya setiap 3 tahun sekali. Hanya bangunan yang belum dilayani sistem perpipaan air limbah di kota itu yang diwajibkan untuk menjadi pelanggan L2T2.
HANYA SEDOT & BAWA
Suatu sistem pengelolaan lumpur tinja di suatu kota terdiri dari a) pengendalian tangki septik, b) penyedotan tangki septik, c) transportasi lumpur tinja dan d) pengolahan lumpur tinja. Serupa dengan layanan lumpur tinja tidak terjadwal (L2T3), lingkup LLTT hanya meliputi penyedotan tangki septik dan transportasi lumpur tinja. Pengolahan lumpur
tinja bukan merupakan bagian dari LLTT. Selain dari LLTT, pengolahan lumpur tinja juga disediakan untuk menerima lumpur tinja dari L2T3 atau yang juga biasa disebut sebagai layanan on-call.
Dalam rantai pengelolaan lumpur tinja, LLTT menghubungkan upaya pengendalian tangki septik dengan layanan pengolahan lumpur tinja. Kinerja kolektif ketiganya akan menentukan keberhasilan sistem pengelolaan lumpur tinja dalam memperbaiki kualitas lingkungan.
Pengendalian Tangki Septik
Layanan Lumpur Tinja Terjadwal Layanan Pengolahan Lumpur Tinja
Diminta atau tidak, penyedotan tangki septik dalam LLTT akan dilakukan sesuai rentang waktu yang ditentukan pemerintah. Sebaliknya, penyedotan tangki septik dalam L2T3 hanya akan dilakukan jika ada permintaan dari pemilik bangunan. Beberapa perbedaan LLTT dengan L2T3 lengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut. Walau demikian, kedua jenis layanan ini serupa dari kebutuhan infrastruktur teknis dan prosedur operasinya.
4
Perbedaan Layanan Terjadwal (LLTT) dengan Layanan Tidak Terjadwal (L2T3)
LAYANAN TERJADWAL | LAYANAN TIDAK TERJADWAL | |
Sifat | Diwajibkan | Tidak diwajibkan |
Pelaksanaan | Sesuai rentang waktu yang ditetapkan | Sesuai kebutuhan pengguna tangki septik |
Pelanggan | Terdaftar | Tidak terdaftar |
Aturan | Perlu aturan pewajiban | Tidak perlu |
Kelembagaan | Butuh satu lembaga pengelola operasi |
BANYAK MANFAATNYA
Dengan menerapkan LLTT, suatu kota akan memperoleh manfaat sebagai berikut:
• terkendalinya kondisi dan kinerja tangki septik,
• berkurangnya potensi pencemaran lingkungan sehingga dapat memperbaiki tingkat
kesehatan masyarakat,
• bertambahnya pemasukan daerah secara lebih kontinyu,
• meningkatkan citra wilayah.
Manfaat tidak langsung dari LLTT adalah:
• terciptanya tingkat keoperasian (operability) infrastruktur lumpur tinja yang lebih baik,
• meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kewajibannya dalam mengelola air
limbah yang dihasilkannya,
• membiasakan masyarakat untuk memiliki tanggungjawab finansial terhadap air limbah
yang dihasilkannya,
• meningkatnya peluang usaha produk dan jasa terkait pengelolaan lumpur tinja.
Foto: Pengamatan tangki septik
5
LLTT membuat seluruh tangki septik akan terinspeksi secara periodik. Pemerintah setempat akan memiliki data mengenai keberadaan dan kondisi tangki septik di tiap bangunan sehingga dengan demikian, pemerintah dapat lebih mudah untuk melakukan penataan terhadap spesifikasi tangki septik.
Tidak Hanya LLTT yang Perlu Dibenahi
Banyak hal yang perlu dilakukan untuk membenahi kinerja pengelolaan lumpur tinja di Indonesia. Penyiapan LLTT hanya salah satunya saja. Kita masih perlu membenahi penggunaan tangki septik, manajemen administrasi layanan tidak terjadwal (L2T3), pengolahan dan pemanfaatan lumpur tinja, selain juga kerangka kelembagaan dan regulasinya.
Selain Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPERA) serta Kementerian Kesehatan, ada beberapa lembaga donor yang terlibat aktif dalam pembenahan pengelolaan lumpur tinja tersebut.
Salah satunya, the World Bank (WB) yang ingin mendapatkan model-model pengelolaan lumpur tinja untuk kota- kota Indonesia.
Sejak tahun 2012, WB sudah melakukan studi di beberapa kota – antara lain Balikpapan, Tabanan, Bandung, Tegal dan DKI Jakarta - untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang bagi kota-kota tersenut untuk membenahi pengelolaan lumpur tinjanya. WB sangat merasa perlu untuk mendapatkan informasi aktual dan bukti lapangan tentang buruknya lumpur tinja dikelola di kota- kota tersebut. Tidak hanya di aspek teknis, tetapi juga di aspek kelembagaan, aspek keuangan dan aspel sosial.
Mereka melakukan survei rumah tangga yang hasilnya menunjukkan bahwa 83% dari sistem sanitasi setempat telah mencemari lingkungan. Walau demikian,
hasil survey juga menunjukkan bahwa masyarakat bersedia membayar untuk meningkatkan kualitas sistem sanitasi setempat. Di Balikpapan dan Tabanan, WB mendampingi pemerintahnya untuk menciptakan tata operasi transportasi lumpur tinja. Prosedur operasi diperbaiki dan diterapkan sehingga sekarang perjalanan truk sedot tinja dapat terpantau. Saat ini, jumlah truk-truk sedot tinja yang membuang
lumpur tinjanya di IPLT sudah dilaporkan meningkat.
Berdasarkan pembelajaran di kota-kota tersebut, the World Bank memberikan masukan ke Kementerian PUPERA terhadap konsep-konsep kebijakan pengembangan sistem pengelolaan lumpur tinja di kota-kota Indonesia.
Saat ini kebijakan Kementerian PUPERA mensyaratkan suatu kota untuk memiliki instansi penanggungjawab layanan sanitasi terlebih dahulu sebelum
dapat memperoleh bantuan pusat. Pembangunan IPLT harus disertai kesiapan pemerintah setempat untuk mengembangkan manajemen
administrasi layanan lumpur tinja yang lebih baik. Kementerian PUPERA juga menyediakan dana bantuan berbasis pencapaian (output-based aid) untuk membantu daerah dalam menyediakan tangki septik bagi masyarakatnya, selain juga untuk menyediakan truk-truk sedot tinja. WB merekomendasikan agar LLTT dapat diujicobakan di kota- kota Indonesia, walau demikian kota
6
tersebut sebaiknya meningkatkan dulu kapasitasnya dalam mengelola layanan tidak terjadwal.
WB masih akan terus membantu pemerintah Indonesia untuk membenahi pengelolaan lumpur tinja. Setidaknya
sampai tahun …. Di tahun tersebut, mereka berharap semakin banyak kota- kota Indonesia yang sudah memiliki peraturan pengelolaan lumpur tinja dan menerapkan model pengelolaan yang tepat untuk kondisi kota masing-masing.
The World Bank mempelajari kondisi IPLT di beberapa kota Indonesia. Kesimpulannya, IPLT-IPLT di Indonesia masih perlu banyak diperbaiki kondisi dan kinerjanya. Di masa mendatang, WB menyarankan agar disain IPLT harus lebih mempertimbangkan aspek kemudahan operasional. Pengukuran terhadap jumlah dan kualitas lumpur tinja
juga harus dilakukan, selain tentunya perlunya peningkatan kemampuan operator- operatornya. Penggunaan unit-unit mekanis perlu dipertimbangkan asalkan kota-kota tersebut mampu menyediakan operator kompeten dan dana operasionil yang menerus.
7
TUJUH ASPEK LLTT
Keberlanjutan L2T2 harus didukung oleh ketujuh aspek pengelolaan berikut,
1) pola operasi, 2) pelanggan, 3) infrastruktur, 4) kelembagaan, 5) prosedur, 6)
finansial dan 7) aturan.
PELANGGAN
LLTT perlu memiliki pelanggan yang cukup banyak guna mengoptimalkan operasi layanan dan mendatangkan pendapatan finansial berarti. Pelanggan LLTT harus memenuhi kriteria: a) pengguna unit setempat, b) lokasinya terjangkau oleh kendaraan sedot tinja dan c) bersedia membayar layanan.
KELEMBAGAAN
Kinerja dan keberlanjutan LLTT perlu didukung oleh lembaga-lembaga yang memiliki fungsi spesifik, yaitu perencanaan, penaatan peraturan, pengelola operasi (operator), dan pengawasan operasi.
LLTT perlu melibatkan swasta untuk melakukan penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja.
ASPEK
FINANSIAL
8
LLTTperlu memperoleh pendapatan yang cukup untuk menutup seluruh biaya operasinya. Sedapat mungkin, pendapatan LLTT juga dapat turut membiayai investasi infrastruktur layanan dan memberikan laba yang layak. Prinsip cost recovery dan kebijakan subsidi silang perlu diterapkan.
POLA OPERASI
LLTT perlu memiliki pola operasi yang sesuai dengan kondisi, target dan kemampuan wilayah, khususnya menyangkut a) periode penyedotan, b) pembagian zona layanan,
c) pola pengangkutan lumpur tinja, d) pola pengolahan lumpur tinja. Ketepatan pola operasi sangat mempengaruhi kinerja LLTT.
LLTT
PRASARANA
LLTT perlu didukung oleh prasarana pengumpulan (truk, mobil dan gerobak motor lumpur tinja), prasarana pengolahan, kantor dan sistem informasi pelanggan. Semua infrastuktur tersebut harus dipilih sesuai dengan pola operasinya.
PROSEDUR
LLTT perlu antara lain memiliki a) prosedur penerimaan dan penanganan pelanggan, b) prosedur penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja, c) prosedur pembayaran, d) prosedur evaluasi kinerja. Penerapan prosedur operasi yang konsisten akan membuat LLTT dapat berjalan sesuai tujuan dan sasaran yang disepakati.
ATURAN
LLTT perlu peraturan yang mewajibkan a) penggunaan tanki septik yang benar, b) penyedotan tangki septik secara berkala, c) pembuangan di IPLT dan d) pembayaran tarif layanan. Selain
juga ketentuan-ketentuan terkait a) kerangka kelembagaan, b) keterlibatan swasta, c) mekanisme pembayaran dan d) besaran tarif layanan.
9
LANGKAH MENYIAPKAN L2T2
Diagram berikut menunjukkan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menyiapkan LLTT di suatu kota. Kita tidak harus elalu mengikuti langkah-langkah penyiapan LLTT sesuai urutan yang tercantum dalam diagram.
Kita perlu mempelajari potensi suatu kota untuk menerapkan LLTT di wilayahnya. Pelajari hal-hal terkait tingkat penggunaan tangki septik, ketersediaan truk dan kapasitas pengolahan lumpur tinja, serta aturan, lembaga dan lainnya. Identifikasi mana yang dapat dijadikan modal pengembangan LLTT, dan mana yang dapat menjadi penghambatnya (bottleneck).
Melihat POTENSI KOTA
Ada beberapa hal-hal prinsip yang perlu disepakati dengan pihak- pihak lain sebelum kita mulai mempersiapkan LLTT. Termasuk di antaranya adalah tujuan dan sifat layanan, sasaran layanan, tahun LLTT dimulai, tahap pengembangan, acuan rencana dan prinsip keuangan. Tidak kalah pentingnya adalah siapa saja yang kita perlu libatkan dalam penyiapan LLTT.
Menyepakati PRINSIP LAYANAN
KICK
Kita perlu memahami calon pelanggan LLTT, baik jumlah dan sebarannya, jenis bangunan serta kondisi tangki septiknya. Cara terbaik adalah dengan mensurvei seluruh pengguna tangki septik di suatu kota. Banyak cara untuk melakukan survei, walau sensus secara langsung ke tiap-tiap bangunan merupakan cara yang akan menghasilkan informasi paling akurat. Hasil survei akan dievaluasi untuk menentukan klasifikasi pelanggan berikut jumlahnya, selain
untuk mengetahui proporsi tangki septik yang tergolong layak-sedot.
Mengenali CALON PELANGGAN
Suatu rancangan operasi akan menunjukkan pembagian zona layanan, pengklasifikasian dan jumlah pelanggan, pola penyedotan dan transportasi dari LLTT yang akan diterapkan di suatu kota. Berdasarkan periode penyedotan dan target layanannya, kita dapat menghitung beban lumpur tinja, frekuensi penyedotan, jumlah unit sedot tinja serta kapasitas pengolahan lumpur tinja yang dibutuhkan. Suatu rancangan operasi disusun dengan memanfaatkan informasi dari hasil survei calon pelanggan.
Merancang OPERASI
Setelah mengetahui pola penyedotan dan transportasi lumpur tinja yang dipilih, kita perlu menyiapkan armada sedot tinja yang akan dilibatkan dalam LLTT. Termasuk di dalamnya adalah unit sedot berikut awaknya serta prosedur operasinya. Kelayakan dan izin operasi unit sedot tinja juga perlu dipersiapkan, selain juga tentunya sistem pemantauan armadanya. Kita sebaiknya memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi digital agar pemantauan dapat
berlangsung secara real-time dan akurat.
Menyiapkan ARMADA
Pihak ketiga, baik swasta maupun kelompok masyarakat, perlu diibatkan sebagai pelaksana alih-daya (outsource) tugas penyedotan tangki septik. Setelah memilih mitra yang tepat,
kita perlu menentukan lingkup dan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan antara lembaga operator LLTT dengan mitra- mitra tersebut. Kesepakatan kerjasama harus dibuat tertulis dan ditandatangani semua pihak.
Melibatkan MITRA OPERASI
10
Kita perlu mempromosikan LLTT ke calon-calon pelanggannya, tentunya setelah kita mengetahui bentuk dan tarif LLTT.Walaupun LLTT merupakan layanan wajib, kita tetap harus menginformasikan alasan dan keuntungan LLTT ke para calon pelanggannya. Demikian juga dengan penginformasian dari hak dan kewajiban mereka sebagai pelanggan LLTT nantinya. Strategi promosi yang tepat perlu dikembangkan, sebelum kita membuat perangkat pemasaran dan penyiapan petugasnya.
Memasarkan LAYANAN
L A U N
Ilustrasi sistem LLTT menunjukkan estimasi jumlah pelanggan, beban volume lumpur tinja, frekuensi penyedotan, kebutuhan truk tinja dan pengolahan lumpur tinja. Selain itu juga, informasi tarif dasar dan aspek finansial lainnya juga perlu dihitung dan ditampilkan dalam ilustrasi sistem tersebut. Ilustrasi sistem LLTT perlu kita
buat untuk membantu pemahaman pimpinan dan pihak-pihak berkepentingan lainnya terhadap layanan yang akan dikembangkan.
Membuat ILUSTRASI SISTEM
Restu pimpinan eksekutif dan legislatifperlu diperoleh. Tanpa restu itu, pekerjaan kita dalam mempersiapkan LLTTdapat menjadi
sia-sia di kemudian hari. Restu pimpinan juga akan membuat kita memperoleh dukungan dari instansi-instansi lain. Ilustrasi sistem LLTTperlu ditampilkan dalam audiensi ke pimpinan.
Mendapat RESTU PIMPINAN
- OFF
Pertama-tama, pemerintah harus menetapkan lembaga mana yang akan bertanggungjawab dalam pengelolaan LLTT. PDAM sebaiknya dipertimbangkan sebagai opsi pertama. Peningkatan kapasitas lembaga tersebut diawali dengan penyesuaian struktur organisasinya. Menyusul kemudian adalah peningkatan jumlah dan kompetensi personilnya. Selain lembaga operator, kita juga perlu memikirkan peran lembaga-lembaga lain yang akan terlibat dalam upaya pengelolaan lumpur tinja di kota tersebut.
Mengembangkan KAPASITAS OPERATOR
Kita perlu memastikan adanya peraturan yang mewajibkan tiap tangki septik untuk menjalani penyedotan lumpur tinjanya secara berkala. Dengan demikian, LLTT bagi seluruh pengguna tangki septik adalah layanan yang wajib diikuti. Demikian pula, keberadaan peraturan terkait kelembagaan LLTT dan tarif pelanggan LLTT. Pastikan seluruh jajaran pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mendukung penuh sosialisasi dan pemberlakuan peraturan tersebut.
Melengkapi REGULASI
Sistem informasi manajemen dibutuhkan untuk mengendalikan proses bisnis di lembaga operator LLTT. Termasuk hubungan antar bagian, pertukaran dan dokumentasi informasi. Kita dapat memanfaatkan teknologi informasi digital agar pengelolaan informasi dapat berlangsung lebih konsisten dan akurat. Sistem informasi sebaiknya juga terhubung langsung dengan perangkat pemantauan armada.
Menjalankan SISTEM INFORMASI
Kita perlu membuat proyeksi laba rugi dan proyeksi neraca (balance sheet) guna memastikan kesehatan dan keberlanjutan operasi LLTT. Sebelumnya pola pembayaran rekening LLTT harus ditentukan dari beberapa alternatif yang ada, antara pola cicilan vs pola penuh, pola pra-layanan vs paska-layanan. Kita juga perlu menentukan tarif pelanggan untuk tiap klasifikasi pelanggan, setelah mempertimbangkan adanya subsidi silang antar klasifikasi pelanggannya.
Merencanakan KEUANGAN
11
C H I N G
12
2
MENILAI POTENSI KOTA
Kita awali proses penyiapan LLTT dengan mengkaji hal-hal apa saja di suatu kota yang dapat dimanfaatkan untuk mempermudah atau mempercepat proses penyiapan tersebut. Lakukan penilaian untuk ke 7 aspek LLTT, termasuk aspek infrastruktur, aspek aturan,
aspek finansial dan lainnya. Cermati hal-hal yang akan menjadi hambatan dalam penyiapan LLTT. Pada akhirnya, kita harus memutuskan layak- tidaknya LLTT diberlakukan di suatu kota.
13
POTENSI ATAU BOTTLENECK
14
Awali penyiapan LLTT dengan mencari jawaban dari pertanyaan berikut, apa yang dimiliki kota ini yang akan mempercepat penyiapan LLTT serta apa yang akan menghambat penyiapan LLTT. Banyak hal dapat mempengaruhi upaya pengembangan LLTT di suatu kota. Jika ada dan kondisinya memadai, hal-hal tersebut dapat dianggap sebagai potensi atau modal penyiapan LLTT. Sebaliknya, jika belum ada atau kondisinya tidak memadai, hal-hal tersebut dapat dianggap sebagai faktor penghambat atau pembatas (bottleneck) penyiapan LLTT.
Pastikan sebelum mengawali langkah kerja ini, kita sudah memahami hal-hal apasaja yang dibutuhkan agar LLTT dapat berlangsung dengan baik. Tidak hanya aspek- aspek teknisnya (pola operasi, infrastruktur dan prosedur), tetapi juga aspek-aspek kelembagaan, aturan dan finansialnya.Kita nanti akan membandingkan apa yang saat ini dimiliki dengan apa yang dibutuhkan untuk penyiapan LLTT. Dengan kata lain, kita diminta untuk melakukan gap analysis secara cepat dan sederhana.
15
IPLT merupakan salah satu modal penting untuk keberlangsungan LLTT. Kapasitas IPLT di suatu kota seringkali menjadi faktor penghambat yang membatasi target pelayanan LLTT di tahun-tahun awalnya.
CUKUP INFORMASI SEKUNDER
Di langkah ini, kita cukup menggunakan informasi sekunder. Kita belum perlu terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi primer. Banyak instansi pemerintah sudah memiliki informasi yang dibutuhkan, misalnya instansi yang berkaitan dengan urusuan perencanaan pembangunan daerah, pembangunan infrastruktur, layanan kebersihan dan sanitasi wilayah, layanan air minum, kesehatan masyarakat dan pengelolaan lingkungan hidup.
Informasi penting yang perlu kita priotaskan adaklah a) jumlah penduduk dan bangunan,
b) tingkat penggunaan tangki septik berikut kondisinya, c) keberadaan dan cakupan sistem perpipaan air limbah, d) keberadaan layanan sedot tinja, e) jumlah truk atau unit sedot tinja lainnya, f ) kapasitas dan kondisi pengolahan lumpur tinja, g) kelembagaan dan h) peraturan terkait pengelolaan air limbah dan lumpur tinja. Sedapat mungkin beri catatan mengenai sumber informasi itu, berikut tahun informasi.
16
Formulir isian perolehan informasi akan membantu upata perolehan informasi. Formulir ini digunakan pihak IUWASH saat melakukan penilaian awal terhadap potensi suatu daerah untuk mengembangkan LLTT.
PUTUSKAN, LAYAK ATAU TIDAK
Hasil langkah kerja ini nantinya akan mempengaruhi judgementkita semua terhadap layak-tidaknya LLTT dikembangkan di suatu kota. Mungkin saja di akhir langkah kerja ini, kita berkesimpulan bahwa LLTT belum layak dikembangkan di suatu kota. Misalnya,
akibat rendahnya tingkat penggunaan tangki septik atau akibat tidak adanya IPLT di kota tersebut. Jika dinilai LLTT sudah layak dikembangkan, hasil evaluasi akan digunakan sebagai sebagai dasar pengembangan rencana kerja kita di kota tersebut. Pastikan rencana kerja kita sudah meliput semua kesenjangan (gap) kondisi yang ada.
Kebanyakan kota di Indonesia memiliki masalah di fasilitas pengolahan lumpur tinja. Baik karena belum memiliki instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) atau karena IPLT-nya sedang tidak dalam kondisi berfungsi baik. Masalah lainnya adalah kerangka kelembagaan dan regulasi yang belum mendukung. Banyak kota belum memiliki lembaga yang memiliki tugas pokok dan fungsi terkait pengelolaan lumpur tinja dan lebih banyak lagi kota yang belum memiliki regulasi terkait pengelolaan lumpur tinja. Walau demikian, kita jangan berkecil hati, LLTT tetap layak saja dikembangkan di suatu kota yang masih mengalami permasalahan-permasalahan tersebut asalkan kota tersebut memang sudah
memiliki program untuk membangun atau merevitalisasi IPLT-nya serta mengembangkan kerangka lembaga dan regulasi terkait pengelolaan lumpur tinja.
Kebanyakan bangunan di kawasan perkotaan Indonesia menggunakan tangki septik untuk mengelola air limbah domestiknya. Sayangnya, kebanyakan tangki septik tidak dibangun dengan spesifikasi yang benar. Bahkan sebenarnya, banyak di antaranya tidak layak disebut sebagai tangki septik karena dinding dan dasarnya yang tidak terbuat dari bahan yang kedap air. Kondisi tangki septik di suatu kota merupakan permasalahan penting yang dapat menghambat penyiapan LLTT di suatu kota.
17
Permasalahan terberat yang dapat membuat LLTT tidak layak adalah rendahnya tingkat penggunaan tangki septik di suatu kota, apalagi jika kita ingin mengembangkan LLTT yang akan mandiri secara finansial. Jumlah pengguna tangki septik yang sedikit akan membuat skala ekonomi dari operasi LLTT tidak akan cukup untuk membuatnya mampu membiayai dirinya sendiri. Di kota-kota seperti ini, pemerintah setempat lebih baik mengoptimalkan keberadaan L2T3 saja.
18
3
MENYEPAKATI PRINSIP LAYANAN
Ada beberapa hal-hal mendasar yang perlu kita sepakati dengan pihak-pihak lain sebelum penyiapan LLTT dimulai.Termasuk antara lain tujuan, sifat layanan LLTT dan tahun mulainya LLTT. Kita perlu melibatkan sebanyak mungkin wakil-wakil dari instansi lain yang terkait. Biar bagaimanapun LLTT nantinya merupakan respons dari ketentuan pewajiban penyedotan tangki septik dari pemerintah setempat. Jangan
juga lupakan untuk menyepakati prinsip finansial
dari keberlangsungan LLTT.
19
KLARIFIKASI DULU
Sebelum proses penyepakatan prinsip-prinsip LLTT dimulai, ada baiknya kita memberikan pemahaman umum terhadap LLTT ke seluruh wakil-wakil instansi pemerintah yang dilibatkan. Beberapa di antaranya adalah:
• LLTT itu layanan yang terkait hanya pada operasi penyedotan dan transportasi lumpur tinja. Pengendalian tangki septik dan pengolahan lumpur tinja tidak termasuk dalam lingkup LLTT. Secara keseluruhan, ketiga komponen tersebut akan membentuk sistem pengelolaan lumpur tinja (septage management system) di suatu kota.
20
• LLTT merupakan layanan yang diadakan sebagai tanggapan terhadap pewajiban penyedotan tangki septik yang diwajibkan pemerintah setempat. Tanpa upaya penaatan dari pemerintah setempat terhadap pewajiban tersebut, LLTT tidak akan berlangsung dengan baik dan berkelanjutan. Pemerintah setempat harus terlibat terus dalam menjaga keberlanjutan LLTT.
Proses penyepakatan prinsip layanan perlu melibatkan wakil dari instansi-instansi yang terkait dengan urusuan perencanaan pembangunan daerah, pembangunan infrastruktur, pengendalian bangunan, layanan kebersihan dan sanitasi wilayah, layanan air minum, kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Lebih baik lagi jika ada yang berasal dari bagian hukum, keuangan dan tata organisasi daerah. Mereka semua nantinya pasti, baik langsung maupun tidak langsung, akan terlibat dalam perencanaan, pengembangan, sosialisasi, pengoperasian dan pengawasan LLTT.
• LLTT tidak akan menghilangkan keberadaan layanan lumpur tinja tidak terjadwal (L2T3). Keduanya masih dibutuhkan karena LLTT hanya memberikan layanan secara berkala di jadwal yang sudah ditentukan, sementara L2T3 akan memenuhi kebutuhan masyarakat di saat-saat mendesak.
21
• Siapapun nanti yang diserahi kewenangan untuk mengelola operasi LLTT, tidak otomatis berwenang untuk mengatur pelaksanaan operasi-operasi L2T3. Besar kemungkinan, L2T3 tetap berjalan sebagaimana adanya sesuai mekanisme pasar. Praktek operasi LLTT yang baik dengan sendirinya akan memacu penyedia L2T3 untuk memperbaiki layanannya.
L2T3 akan tetap ada walau LLTT sudah tersedia. Di saat ada gangguan kelancaran aliran air kakus, pemilik bangunan akan tetap membutuhkan L2T3. Untuk wilayah yang belum dilayani LLTT, pemilik bangunan akan sepenuhnya bergantung ke L2T3 untuk menjaga keberfungsian tangki septiknya.
CUKUP INFORMASI SEKUNDER
22
Di langkah ini, kita cukup menggunakan informasi sekunder. Kita belum perlu terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi primer. Banyak instansi pemerintah sudah memiliki informasi yang dibutuhkan, misalnya instansi yang berkaitan dengan urusuan perencanaan pembangunan daerah, pembangunan infrastruktur, layanan kebersihan dan sanitasi wilayah, layanan air minum, kesehatan masyarakat dan pengelolaan lingkungan hidup.
Informasi penting yang perlu kita priotaskan adaklah a) jumlah penduduk dan bangunan,
23
b) tingkat penggunaan tangki septik berikut kondisinya, c) keberadaan dan cakupan sistem perpipaan air limbah, d) keberadaan layanan sedot tinja, e) jumlah truk atau unit sedot tinja lainnya, f ) kapasitas dan kondisi pengolahan lumpur tinja, g) kelembagaan dan h) peraturan terkait pengelolaan air limbah dan lumpur tinja. Sedapat mungkin beri catatan mengenai sumber informasi itu, berikut tahun informasi.
MENYEPAKATI TUJUAN
Kita awali langkah ini dengan menyepakati tujuan LLTT. Untuk setiap tujuan yang disepakati, seluruh pihak perlu memahami betul konsekuensi dari tujuan tersebut, Mereka perlu menentukan hal-hal yang perlu dilakukan serta indikator yang akan digunakan untuk membuktikan tercapai tidaknya tujuan itu kelak. Suatu kota dapat menentukan lebih dari satu tujuan. Xxxxx berikut menunjukkan beberapa tujuan LLTT.
Contoh tujuan-tujuan LLTT
TUJUAN INDIKATOR
Perbaikan tingkat kesehatan masyarakat
Jumlah kasus penyakit yang disebabkan kondisi sanitasi buruk
Peningkatan kualitas lingkungan Prosentase sampel air tanah yang tercemar
bakteri e. colii.
Pemenuhan kebijakan pemerintah pusat
Peningkatan perilaku dan layanan sanitasi secara keseluruhan
Perolehan pendapatan untuk mendanai operasi dan investasi pengelolaan air limbah
Perolehan lumpur hasil olahan yang bermanfaat
Jumlah ketentuan, target dan program pembangunan pengelolaan air limbah dari pemerintah pusat sudah tercapai.
• Tingkat akses jamban,
• Tingkat penggunaan tangki septik
• Jumlah lumpur tinja yang diterima IPLT
• Jumlah pendapatan yang diterima
• Prosentase biaya operasi pengelolaan air limbah yang dibiayai dana dari pendapatan LLTT
• Prosentase biaya investasi infrastruktur pengelolaan air limbah yang dibiayai dana dari pendapatan LLTT
Prosentase lumpur hasil olahan IPLT yang dimanfaatkan
Peningkatan citra wilayah Jumlah pengakuan atau penghargaan dari pihak
24
lain
MENYEPAKATI ACUAN
Besar kemungkinan LLTT akan dikembangkan di suatu kota yang bisa jadi sudah memiliki rencana pengembangan wilayah atau pembangunan infrastruktur. Misalnya, rencana
tata ruang dan wilayah (RTRW), rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD), rencana induk (master plan) pengelolaan air limbah domestik, rencana induk sistem penyediaan air minum (RISPAM) dan sebagainya. Kita harus mengidentifikasi dan pelajari rencana-rencana yang ada, berikut status implementasinya sekarang. Setelah itu, kita sepakati bersama butir-butir mana mana yang akan kita jadikan acuan dalam perencanaan LLTT. Xxxxan sampai rencana pengembangan LLTT bertentangan dengan master planpengelolaan air limbah domestik yang sudah ada sebelumnya.
MENYEPAKATI CAKUPAN
LLTT sebaiknya diwajibkan untuk semua pengguna tangki septik di seluruh wilayah kota (city-wide), tanpa terkecuali. Walau demikian, ada kemungkinan LLTT hanya diwajibkan untuk jenis-jenis bangunan atau untuk wilayah tertentu saja. Ada beberapa
penyebabnya, misalnya adanya rencana pembangunan sewerage system di suatu wilayah, adanya wilayah dengan status lahan yang tidk jelas, keterbatasan kapasitas pengolahan lumpur tinja dan keterbatasan kapasitas calon lembaga operator. Kesepakatan harus diperoleh dengan mempertimbangkan konsekuensi dari kedua pilihan cakupan layanan tersebut. Sangat disarankan, LLTT sebaiknya dimulai dari sebagian wilayah kota terlebih dahulu sebelum beranjak melayani seluruh wilayah kota tersebut.
MENYEPAKATI CALON OPERATOR
25
LLTT membutuhkan suatu lembaga yang akan menjalankan operasinya. Kita tentunya belum dapat memutuskan secara definitif lembaga mana yang nantinya akan menjadi lembaga operator LLTT. Lagipula hanya walikota dan bupati yang berwenang untuk menetapkan lembaga operator LLTT. Walau demikian, berdasarkan pemahaman tentang kondisi kelembagaan di suatu kota, kita pastinya dapat mengajukan beberapa lembaga yang layak dicalonkan sebagai lembaga operator LLTT. Lebih baik lagi jika kita sudah dapat memilih salah satu lembaga sebagai calon lembaga operator. Di kemudian hari, kita ajukan nama lembaga tersebut ke walikota atau bupati.
Banner di PD PAL
Sementara LLTT belum siap untuk diwajibkan, LLTT mungkin saja diperkenalkan ke masyarakat sebagai layanan komersial biasa. Hanya mereka yang tertarik dan siap membayar saja yang akan mengambil layanan komersial tersebut. Walau langsung memberi pemasukan, di tengah-tengah banyak ketidakpastian, pengenalan LLTT sebagai layanan komersial biasa akan beresiko. Jika pemerintah setempat tidak jadi mewajbkan LLTT, lembaga operator LLTT tetap harus melayani pelanggannya dalam jangka waktu panjang.
26
Tanpa peraturan pewajiban, tidak banyak pengguna tangki septik yang akan bersedia menjadi pelanggan LLTT.
MENYEPAKATI WAKTU
Walau saat ini mungkin masih berspekulasi, kita tetap perlu memperoleh kesepakatan tentang waktu dimulainya LLTT. Banyak yang harus dipertimbangkan, seperti kesiapan- kesiapan infrastuktur pengolahan, regulasi, lembaga operator dan pengguna tangki septik. Penyiapan hal-hal tersebut akan membutuhkan waktu cukup panjang. Jika dibutuhkan, kita juga perlu menyepakati tahapan pengembangan LLTT. Misalnya, tahap ujicoba, tahap awal, tahap lanjutan dan tahap penuh. Kesepakatan mengenai waktu akan digunakan sebagai acuan dasar dalam perhitungan rencana operasi LLTT.
MENYEPAKATI COST RECOVERY
27
LLTT diharapkan dapat memperoleh pendapatan yang cukup dari para pelanggannya guna menutup seluruh biaya operasinya secara mandiri (cost recovery). Jika memungkinkan bahkan pendapatan tarif pelanggan juga dapat membiayai investasi pembangunan infrastruktur LLTT (full cost recovery). Perolehan laba untuk lembaga operator juga dimungkinkan, apalagi jika lembaga tersebut adalah perusahaan daerah. Walau demikian, untuk meringankan beban masyarakat, pemerintah setempat dapat saja memberikan subsidi untuk mendukung operasi LLTT. Bahkan, pemerintah setempat juga dapat menyediakan dana untuk investasi infrastruktur. Pilihan-pilihan prinsip finansial tersebut harus kita sepakati, tentunya dengan mempertimbangkan kemampuan anggaran daerahnya.
28
4
MEMBUAT ILUSTRASI SISTEM
Kita perlu membuat ilustrasi dari sistem LLTT yang akan dikembangkan. Selain menunjukkan jumlah pelangganserta kebutuhan infrastruktur, ilustrasi sistem LLTT juga akan mencantumkan aspek finansialnya. Gunakan data yang ada dan asumsi umum untuk menghitung hal-hal di atas. Ilustrasi sistem LLTT akan dibutuhkan saat kita ingin mendiskusikan rencana LLTT ke para pengambil keputusan. Lihat buku Suplemen 1:
Perhitungan Tarif Dasar LLTT untuk uraian lebih detail.
29
GUNAKAN INFORMASI YANG ADA
Saat ingin membuat ilustrasi sistem LLTT ini, kita tentunya belum memiliki informasi aktual yang diperlukan untuk menghitung rancangan operasi LLTT yang sesungguhnya. Kita belum tahu persis berapa jumlah bangunan pengguna tangki septik dan berapa volume rata-rata tangki septik di suatu kota. Walau demikian, keterbatasan informasi tersebut jangan terlalu kita khawatirkan, kita dapat menggunakan informasi yang sudah di peroleh saat kita menilai potensi kota. Yang terpenting, para pengambil keputusan dapat segera memahami seperti apa dan seberapa besar skala LLTT yang akan dikembangkan di kotanya. Saat kita sudah memiliki data dan informasi yang lebih aktual, semua hitungan di atas harus disempurnakan.
Diagram 1: ilustrasi LLTT
70 truk tinja
(140 ritasi/hari)
400 m3/hari
223.000 pelanggan
IPLT Timur IPLT Barat
layanan perpipaan layanan lumpur tinja terjadwal
95%
5%
pemasukan
Rp. 38,3 Milyar
per tahun
biaya
tarif pelanggan ongkos sedot Rp. 195 ribu/rit Rp. 15 ribu – 45 ribu / bulan ongkos olah Rp. 9 ribu/m3
Rp. 13,3 Milyar
per tahun
selisih
Rp. 25 Milyar
per tahun
Ilustrasi sistem LLTT merupakan suatu diagram sederhana yang akan menunjukkan berbagai informasi penting dari LLTT yang akan dioperasikan di suatu kota. Di dalamnya terdapat informasi mengenai jumlah pelanggan, periode penyedotan, frekuensi penyedotan serta jumlah unit sedot tinja dan kapasitas pengolahan lumpur tinja yang dibutuhkan. Selain itu, ilustrasi sistem LLTT juga perlu mencantumkan tarif dasar, proyeksi biaya operasi dan proyeksi pendapatan.
30
HITUNG SKALA OPERASINYA
Ilustrasi sistem LLTT, seperti disebutkan sebelumnya, perlu menampilkan jumlah pelanggan, frekuensi penyedotan, jumlah truk sedot tinja dan kapasitas pengolahan lumpur tinja yang dibutuhkan. Semua angka itu kita kanperoleh dari perhitungan- perhitungan sederhana yang menggunakan informasi sekunder dan asumsi-asumsi sederhana. Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk memperoleh variabel-variabel operasi tersebut di atas.
31
Menghitung Operasi LLTT Secara Sederhana
Untuk membuat hitungan Ilustrasi LLTT, ikuti langkah berikut: | |
Langkah 1: Peroleh data ini | • Populasi penduduk (jiwa) |
• Jumlah rumah (unit rumah), atau rasio jumlah penghuni per rumah | |
• Proporsi pengguna tangki septik (% jumlah rumah) | |
Langkah 2: Asumsikan parameter berikut. | • Volume truk tangki (m3) |
• Jumlah hari kerja per tahun (hari/tahun) | |
• Jumlah jam kerja per hari (jam/hari) | |
• Waktu rata-rata penyedotan tangki septik (jam/unit) | |
• Waktu rata tempuh menuju IPLT (jam/ritasi) | |
Langkah 3: Sepakati parameter berikut. | • Periode penyedotan (tahun) |
• Cakupan layanan (% bangunan pengguna tangki septik) | |
• Volume penyedotan rata-rata (m3/tangki septik) | |
Langkah 4: Hitunglah nilai-nilai berikut. | • Jumlah pelanggan (unit rumah) |
• Jumlah tangki septik dilayani per hari: (tangki septik/ hari) | |
• Beban volume lumpur tinja (m3/hari) | |
• Jumlah tangki septik dilayani per ritasi (tangki septik/ ritasi) | |
• Jumlah ritasi rata-rata (ritasi/truk/hari) | |
• Jumlah armada sedot tinja yang dibutuhkan (truk) | |
• Frekuensi penyedotan (tangki septik /hari) | |
• Kebutuhan pengolahan lumpur tinja (m3/hari) | |
Kita dapat menggunakan perangkat spreadsheet umum untuk melakukan perhitungan ini, misalnya Microsoft Excel. |
HITUNG TARIF DASARNYA
Tarif dasar menunjukkan biaya yang seharusnya dibebankan ke pelanggan rumah tangga untuk menutup ongkos operasi LLTT. Perhitungan tarif dasar dilakukan sesuai prinsip cost recovery dengan memasukkan seluruh biaya pengeluaran operasi LLTT, yang dikelompokkan sebagai:
• Biaya pengumpulan; dimana perlu diperhitungkan ongkos bahan bakar minyak sebagai komponen terbesar, selain juga ongkos perawatan truk tinja dan upah pekerja.
• Biaya pengolahan; dimana perlu diperhatikan biaya energi, biaya pemeliharaan, biaya alat dan bahan selain juga biaya operator. Besar kecilnya biaya pengolahan sangat dipegaruhi oleh teknologi dan kapasitas pengolahan yang dibutuhkan.
• Biaya manajemen; dimana perlu diperhatikan biaya pegawai, biaya promosi, biaya overhead selain juga biaya penyusutan aset. Besar kecilnya organisasi pengelola sangat menentukan besarnya biaya manajemen.
Walau sebenarnya bukan termasuk lingkup LLTT, kita perlu turut menghitung biaya pengolahan mengingat operasi IPLT nantinya akan dibiayai juga oleh pendapatan dari pelanggan LLTT.
Diagram 2: Hubungan tarif dasar dengan tarif LLTT yang sebenarnya
Subsidi Silang
TARIF DASAR
Rencana Perolehan Laba
TARIF PELANGGAN
Tarif dasar bukanlah tarif yang sebenarnya akan dibebankan ke pelanggan. Nilai tarif dasar nantinya akan digunakan sebagai acuan awal dalam menghitung tarif pelanggan LLTT yang sesungguhnya. Ada beberapa faktor lain yang harus diperhitungkan dalam menentukan tarif pelanggan nantinya, misalnya kebijakan subsidi silang dan rencana perolehan laba.
32
Prinsipnya, tarif dasar dinyatakan sebagai tarif bulanan. Jika tarif bulanan ini diakumulasikan sesuai jumlah pelanggan dan periode penyedotannya, maka nilainya akan sama atau lebih besar dari seluruh biaya pengeluaran operasi LLTT. Untuk menghitung tarif dasar, kita akan menggunakan hasil hitungan operasi LLTT yang sudah diperoleh sebelumnya.
Ilustrasi L2T2 dikembangkan biasanya hanya berdasarkan jumlah bangunan rumah tangga saja. Hasil hitungan Ilustrasi L2T2 tentunya akan berbeda dengan hasil hitungan yang dilakukan dengan memasukkan jumlah jenis bangunan lainnya ke dalam perhitungan. Walau demikian, mengingat mayoritas pelanggan L2T2 nantinya adalah rumah tangga, maka hasil hitungan ilustratif diharapkan tidak akan memberikan hasil yang jauh berbeda.
Informasi mengenai harga dan biaya satuan operasi dapat kita peroleh dari pengusaha sedot tinja, petugas instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) dan lainnya. Informasi terkait biaya manajemen, yang terdiri dari a) biaya pegawai, b) biaya promosi dan c) biaya overhead dan d) biaya penyusutan aset, dapat kita peroleh dari pengalaman organisasi-organisasi yang memiliki fungsi pelayanan publik sejenis, misalnya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan sejenisnya.
Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk memperoleh tarif dasar L2T2.
33
Menghitung Tarif Dasar LLTT
Untuk membuat hitungan Ilustrasi LLTT, ikuti langkah berikut:
Langkah 1: Peroleh data ini • Populasi penduduk (jiwa)
• Jumlah rumah (unit rumah), atau rasio jumlah penghuni
per rumah
• Proporsi pengguna tangki septik (% jumlah rumah)
Langkah 2: Asumsikan parameter berikut. | • Volume truk tangki (m3) |
• Jumlah hari kerja per tahun (hari/tahun) | |
• Jumlah jam kerja per hari (jam/hari) | |
• Waktu rata-rata penyedotan tangki septik (jam/unit) | |
• Waktu rata tempuh menuju IPLT (jam/ritasi) |
Langkah 3: Sepakati parameter berikut.
• Periode penyedotan (tahun)
• Cakupan layanan (% bangunan pengguna tangki septik)
• Volume penyedotan rata-rata (m3/tangki septik)
Langkah 4: Hitunglah nilai-nilai berikut. | • Jumlah pelanggan (unit rumah) |
• Jumlah tangki septik dilayani per hari: (tangki septik/hari) | |
• Beban volume lumpur tinja (m3/hari) | |
• Jumlah tangki septik dilayani per ritasi (tangki septik/ ritasi) | |
• Jumlah ritasi rata-rata (ritasi/truk/hari) | |
• Jumlah armada sedot tinja yang dibutuhkan (truk) | |
• Frekuensi penyedotan (tangki septik /hari) | |
• Kebutuhan pengolahan lumpur tinja (m3/hari) |
Kita dapat menggunakan perangkat spreadsheet umum untuk melakukan perhitungan ini, misalnya Microsoft Excel.
34
HITUNG SELISIHNYA, LABA ATAU RUGI
Kita perlu juga menghitung biaya operasi dan pemasukan pelanggan secara akumulatif. Kita dapat mengakumulasikannya untuk tiap tahun atau untuk tiap periode penyedotan. Hitung selisih di antara akumulasi biaya dan pemasukannya. Jika akumulasi biaya sama dengan akumulasi pemasukan, LLTT diperkirakan akan cost recovery. Jika akumulasi biaya lebih kecil dari akumulasi pemasukan, LLTT diperkirakan akan melaba. Sebaliknya, jika akumulasi biaya lebih besar dari akumulasi pemasukan, LLTT diperkirakan akan merugi.
Untuk mempermudah persetujuan, penting bagi kita untuk menyiapkan agar LLTT akan berlangsung secara cost recovery, bahkan sedapat mungkin akan melaba. Para pengambil keputusan sebaiknya diyakinkan bahwa LLTT secara finansial akan berjalan secara mandiri dan berkelanjutan, tanpa menciptakan beban tambahan untuk anggaran belanja daerah. Lakukan perubahan asumsi cakupan layanan dan parameter lainnya
atau besaran tarif dasar sampai LLTT dapat direncanakan untuk berlangsung secara cost recovery.
TAMPILKAN SECARA GRAFIS
Kita perlu menggunakan diagram grafis untuk menunjukkan ilustrasi sistem LLTT. Upayakan seluruh informasi rencana LLTT sudah terlihat di dalam satu diagram saja. Mulai dari jumlah pelanggan sampai kapasitas pengolahan lumpur tinja yang dibutuhkan, demikian juga dengan informasi finansialnya. Tunjukkan proporsi komponen LLTT dalam sistem pengelolaan air limbah domestik di kota tersebut.
Selain ilustrasi sistem LLTT, kita juga dapat membuat diagram lain yang menunjukkan kerangka pengelolaan air limbah secara keseluruhan. Khususnya, apabila kota tersebut sudah atau akan memiliki layanan perpipaan air limbah. Di dalam diagram kerangka pengelolaan air limbah tersebut, konteks keberadaan dan kontribusi LLTT akan lebih jelas terlihat.
35
Diagram 3: Kerangka Pengelolaan Air Limbah
820 ribu penduduk
BAB Sembarangan
11%
Perpipaan 3%
62%
Tangki Septik
(dan sejenisnya)
Penyedotan Tangki Septik
Lumpur tinja tidak terkelola
Lumpur tinja terkelola
Air limbah terkelola
Air limbah tidak terkelola
Pengolahan lumpur tinja
89%
Jamban
24%
Diagram ini menunjukkan perjalanan air limbah yang dihasilkan seluruh penduduk kota. Sebagian air limbah akan tertangani dengan baik, sebagian akan mencemari lingkungannya. Demikian juga dengan lumpur tinja yang diambil dari tangki-tangki septiknya.
36
37
38
5
MENDAPAT RESTU PIMPINAN
Walikota atau bupati perlu mengetahui sejak awal akan adanya rencana penyiapan LLTT di wilayahnya. Biar bagaimanapun LLTT masih merupakan jenis layanan baru di Indonesia.
Diberlakukannya LLTT atau tidak di suatu kota sangat tergantung kepada kehendak walikota atau bupatinya. Presentasikan ilustrasi sistem LLTT ke pengambil keputusan tersebut dan yakinkan bahwa LLTT memang dibutuhkan.
39
SETUJU SEJAK AWAL
Dapatkan persetujuan walikota atau bupati sejak awal. Xxxxan minta persetujuannya setelah kita sudah jauh melangkah. Saat dia menolak, sia-sialah semua jerih payah kita. Sebaliknya jika dia setuju, kita dapat memperoleh berbagai dukungan sejak awal LLTT dipersiapkan. Lebih banyak instansi pemerintah yang akan membantu. Kita juga dapat mendapatkan anggaran untuk mendukung penyiapan LLTT. Demikian pula dukungan politis yang kelak dibutuhkan saat ingin memperolah persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Audiensi ke pimpinan wilayah merupakan kesempatan baik untuk meyakinkan kepada daerah atau petinggi daerah lainnya tentang pentingnya LLTT segera dikembangkan di wilayahnya. Xxxxxx permalahan bias dicarikan jalan keluarnya bersama.
PAPARKAN DAN YAKINKAN
Untuk mendapat persetujuannya, usahakan agar kita dapat melakukan audiensi ke walikota atau bupati. Lebih baik lagi kalau dalam kesempatan yang sama juga akan hadir pimpinan-pimpinan instansi terkait. Mintalah waktu audiensi setelah kita benar-benar siap dengan Ilustrasi sistem LLTT. Siapkan materi presentasi untuk digunakan dalam audiensi tersebut, berikut handout dan materi-materi pendukung lainnya. Hal-hal yang harus dipaparkan setidaknya adalah:
• Kondisi pengelolaan air limbah; mencakup informasi tentang tingkat akses jamban, kondisi penggunaan tangki septik, kondisi sistem perpipaan air limbah dan kondisi layanan lumpur tinja.
40
• Kondisi kesehatan lingkungan; mencakup informasi tentang kondisi air tanah dan air sungai di wilayah kota, berikut tingkat timbulan penyakit yang berkaitan dengan kondisi sanitasi yang buruk.
• Pengertian dasar mengenai LLTT; mencakup informasi tentang definisi LLTT,
perbedaan dengan LLTP, sifat layanan, aspek dan manfaat LLTT.
• LLTT yang akan dikembangkan; menampilkan diagram ilustrasi LLTT yang menunjukkan cakupan layanan, skala operasi, kebutuhan infrastruktur, kerangka kelembagaan LLTT dan tahun dimulainya LLTT.
• Aspek finansial LLTT; mencakup hasil perhitungan tarif dasar berikut proyeksi
pendapatan dan pengeluaran LLTT dalam rentang waktu tertentu.
• Potensi kota untuk menerapkan LLTT; mencakup informasi mengenai berbagai hal yang dapat menjadi potensi suatu kota untuk menerapkan LLTT atau sebaliknya menjadi hambatan.
• Resiko pemberlakuan LLTT; mencakup berbagai resiko teknis, sosial, finansial dan
politis yang mungkin terjadi jika LLTT dikembangkan dan diterapkan di suatu kota.
• Rencana kerja penyiapan LLTT; mencakup garis besar dari langkah-langkah kerja
yang perlu dilakukan untuk menyiapkan LLTT berikut durasi waktu pelaksanaannya.
Yakinkan walikota bahwa LLTT memang dibutuhkan di kotanya. Walau ada resiko dalam pengembangan dan penerapannya, tetapi tanpa LLTT dampak dari buruknya pengelolaan lumpur tinja akan menimbulkan kerugian yang besar bagi kotanya. Baik kerugian dari aspek kondisi lingkungan, aspek kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, aspek finansial maupun aspek image dari kotanya.
Foto 2: Materi presentasi LLTT
41
Materi presentasi harus relevan, jelas, singkat dan mudah dimengerti. Lebih baik lagi jika materi presentasi memilik disain layout yang menarik.
SEGERA TINDAK LANJUTI
Kita harus menindaklanjuti persetujuan walikota atau bupatii terhadap rencana untuk penerapan L2T2. Apalagi jika persetujuan itu diikuti dengan janjinya untuk
memberikan dukungan teknis, kebijakan dan finansial. Setidaknya tindaklanjuti dengan membuat resume hasil audiensi tersebut. Lebih baik lagi jika kita dapat memperoleh surat tertulis yang menyatakan persetujuan walikota atau bupati terhadap rencana pengembangan L2T2. Perbanyak resume atau surat tersebut dan kirimkan ke pihak- pihak berkepentingan.
42
Kegiatan kick-off L2T2 perlu diadakan agar banyak pihak mengetahui bahwa L2T2 akan segera dikembangkan di kotanya.
43
44
6
MENGENALI CALON PELANGGAN
LLTT harus dirancang sesuai kondisi obyek yang akan dilayaninya, yaitu tangki septik. Berbeda dengan pembuatan Ilustrasi sistem LLTT,
di tahap ini kita sudah perlu menggunakan informasi aktual dari calon pelanggan. Lakukan survey ke bangunan-bangunan pengguna tangki septik. Jika tidak seluruhnya, lakukanlah survey di sebagian bangunan-banguan yang ada. Manfaatkan informasi yang diperoleh juga untuk kepentingan lain. Lihat buku Suplemen 2: Sensus Calon Pelanggan LLTT secara Digital untuk uraian lebih detail.
45
INFORMASI YANG DIBUTUHKAN
Untuk merancang operasi LLTT, informasi penting yang harus dimiliki adalah:
• Pengguna tangki septik; menyangkut jumlah dan sebarannya, baik secara
keseluruhan maupun sesuai jenis bangunannya,
• Pengguna tangki septik layak-sedot; menyangkut jumlah dan sebarannya, baik secara
keseluruhan maupun sesuai jenis bangunannya,
• Volume tangki septik rata-rata; untuk tiap jenis bangunan.
Informasi teknis yang harus dimiliki, baik yang diperoleh secara langsung maupun diperoleh melalui perhitungan, adalah:
• Komposisi jenis bangunan, yaitu perbandingan bangunan rumah tangga dengan
bangunan-bangunan jenis lainnya,
• Tingkat penggunaan tangki septik,
• Rasio tangki septik layak-sedot,
• Rasio pengguna bangunan, yaitu jumlah penghuni atau pengguna suatu bangunan.
Kita perlu memastikan agar seluruh informasi-informasi di atas dapat diperoleh dari survey yang akandilakukan.Semakin lengkap dan akurat informasi yang dimiliki, semakin sesuai rancangan LLTT dengan kebutuhan calon pelanggannya.
Tangki septik dikatakan layak-sedot jika memiliki lubang penyedotan dengan tutup yang dapat dibuka dan letaknya masih dapat dijangkau oleh selang kendaraan sedot tinja.
Tangki yang layak-sedot belum tentu memiliki dinding-dinding yang kedap sebagaimana dituntut oleh Standar Nasional Indonesia. Sehari-sehari personil IUWASH menggunakan juga istilah sedot-able sebagai pengganti istilah layak-sedot.
46
SURVEI SELURUHNYA ATAU SEBAGIAN
Cara paling tepat untuk mengenali calon pelanggan LLTT di suatu kota adalah dengan melakukan survey ke seluruh calon pelanggan atau lebih sering disebut sebagai sensus. Artinya, kita perlu mendatangi dan mengumpulkan data secara langsung ke tiap bangunan pengguna tangki septik di seluruh wilayah kota. Cara ini tentu membutuhkan banyak tenaga, waktu dan dana. Sasaran sensus dapat saja mencapai puluhan ribu bahkan ratusan ribu calon pelanggan di suatu kota.
Cara lainnya adalah dengan melakukan survey ke sebagian calon pelanggan saja. Jumlah sampel calon pelanggan ditentukan sesuai waktu dan dana yang ada, tentunya tanpa mengorbankan prinsip dan keabsahan statistik. Dari hasil survey tersebut, kita akan melakukan interpolasi dan ekstrapolasi data guna memperoleh informasi yang menggambarkan kondisi calon pelanggan di seluruh wilayah kota.
DATA YANG DICARI
Untuk kebutuhan perolehan informasi penting di atas dan informasi lainnya, data yang perlu diperoleh dari tiap calon pelanggan adalah:
• Menyangkut tangki septik: a) lokasi, b) material kontruksi, c) sumber limbah, d) kelengkapan tangki (misal, tutup & saluran ventilasi), e) sistem outlet, f ) tahun pembuatan, g) penyedotan terakhir dan h) aksesibilitas tangki septik.
• Menyangkut bangunan: a) keberadaan jamban dan tangki septik, b) jenis bangunan (rumah tangga, pemerintah, sosial, komersial), c) aksesibilitas bangunan, d) keberadaan layanan listrik dan air minum.
47
Xxxxan lupa untuk menanyakan identitas dan alamat calon pelanggan karena data tersebut nantinya mungkin saja akandimasukkan ke database pelanggan LLTT. Kuesioner perlu disiapkan untuk memandu para petugas survei (enumerator) agar dapat memperoleh data secara lengkap saat bertemu respondennya.
Foto 1: Wawancara dengan menggunakan kuesioner
Susunan kuesioner harus relevan, logis, komunikatif, singkat dan menarik. Gunakan istilah yang komunikatif, misalnya tangki septik daripada unit setempat, air kakus daripada black water. Gunakan sebanyak mungkin pertanyaan tertutup dengan jawaban benar-salah (true or false) atau pilihan ganda (multiple choice).
Saat ini juga sudah tersedia aplikasi digital untuk membantu enumerator dalam mengumpulkan data dari responden (lihat boks berikut). Data yang diperoleh enumerator akan langsung terkirim ke pusat data melalui jaringan internet.
Aplikasi Survei LLTT Berbasis Android
Semua yang pernah melakukan survei pasti sepakat bahwa pekerjaan
mencatat, memasukkan dan mengolah data adalah pekerjaan yang sangat melelahkan. Apalagi jika survey dilakukan terhadap puluhan ribuan responden sebagaimana yang perlu dilakukan untuk mengenali calon pelanggan LLTT. Guna mempermudah pelaksanaan survei tersebut, IUWASH mengembangkan Aplikasi Survei Tangki Septik untuk
48
smartphone berbasis Android. Aplikasi online ini berisi serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi tangki septik di bangunan yang dihuni atau digunakan responden.
Jawaban survei langsung diisikan di aplikasi tersebut untuk kemudian dikirim melalui jaringan internet ke komputer induk. Aplikasi Portal Survei yang terpasang di komputer induk memungkinkan penggunannya untuk secara langsung melihat hasil survey
secara kolektif. Dengan cepat, kita dapat memperoleh informasi yang dibutuhikan misalnya prosentase bangunan yang menggunakan tangki septik. Adanya pencatatan titik koordinat tangki septik di aplikasi smartphone memungkinan kita nantinya mengetahui sebaran tangki septik di suatu kota.
Aplikasi Survei Tangki Septik di smartphone enumerator memiliki bagian untuk memperoleh data spasial dari tangki septik calon pelanggan. Secara kolektif, data spasial ini dapat ditampilkan
di Aplikasi Portal Survei yang terpasang di komputer induk.
Aplikasi survei tangki septik ini nantinya dapat terhubung dengan aplikasi MIS LLTT yang dikembangkan untuk lembaga operator LLTT. Integrasi ini diharapkan dapat mempermudah proses penerimaan pelanggan LLTT.
LEBIH BAIK LANGSUNG
Survei dapat dilakukan dengan mendatangi tempat calon pelanggan. Dengan cara ini, petugas survei dapat melakukan wawancara secara langsung dengan responden yang tepat. Petugas survei dapat menjelaskan maksud pertanyaan, dapat mencatat perilaku non-verbal responden dan dapat memverifikasi jawabannya secara visual. Dengan berkunjung langsung, petugas survei juga dapat mendapatkan titik koordinat
49
GPS (global positioning system) dari tangki septik calon pelanggan. Kelemahannnya, kita harus menyediakan dana yang besar dan waktu yang panjang. Ada juga kemungkinan enumerator dapat mempengaruhi jawaban responden selama wawancara berlangsung.
Diagram 2: Icons
Wawancara tatap muka (face-to-face interview), wawancara telefon (telephone interview), surat (mail-questionare)
50
Survei juga dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui wawancara telepon (telephone interview) dan surat (mail-questionare). Kedua cara ini tentu lebih hemat tenaga, waktu dan dana. Kelemahannya sama, petugas survei tidak dapat mengklarifikasi jawaban secara visual dan menangkap perilaku non-verbal responden. Wawancara telepon akan memperoleh tingkat respon yang lebih tinggi daripada sensus atau survei melalui surat.
ANALISIS INFORMASI
Data yang terkumpul perlu dianalisis guna memperoleh informasi yang kita butuhkan. Mulai dari informasi prosentase bangunan pengguna tangki septik sampai volume tangki septik rata-rata. Demikian pula dengan informasi parameter teknisnya. Mulai dari komposisi jenis bangunan sampai ke rasio pengguna bangunan.Gunakan program statistik yang umum digunakan, seperti SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) atau setidaknya Microsoft Excel. Hasilnya ditampilkan dalam satuan persentase dan frekuensi yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan narasi.
Kesalahan banyak terjadi saat saat memasukkan data ke komputer. Ada raturan ribu bahkan jutaan data yang harus dimasukkan ke komputer sehingga tidak tertutup kemungkinan adanya kesalahan baca atau ketik dari operatornya. Ada juga kemungkinan dijumpai data yang yang keabsahannya diragukan. Mungkin karena kesalahpahaman responden dalam menjawab atau kekurang-telitian enumerator dalam menuliskan jawabannya. Data demikian lebih baik dikonfimasi ulang sebelum dimasukkan ke program statistik.
Survei calon pelanggan LLTT dilakukan terhadap seluruh pelanggan PDAM Kota Surakarta yang belum tersambung dengan sistem jaringan perpipaan air limbah di kota tersebut. Dari 48 ribu lebih jumlah pelanggan PDAM, data yang akhirnya dianalisis mencapai 41.244 pelanggan. Survei yang dilakukan di akhir tahun 2014 ini memakan waktu kurang lebih enam bulan dan melibatkan 80 orang enumerator dimana separuhnya merupakan para pembaca meter pelanggan PDAM. Hasil survei menunjukkan bahwa hampir 35.500 pelanggan (86%) memiliki tangki septik. Analisis lebih lanjut menyimpulkan bahwa sekitar 26.400 pelanggan atau (64%) memiliki tangki septik yang
dapat terjangkau truk tinja dan memiliki lubang akses. Survei juga dimanfaatkan antara lain untuk mengetahui fungsi bangunan, kondisi dan lokasi tangki
septik, volume rata-rata tangki septik dan titik koordinat lokasi tangki septik. Hasil survei calon pelanggan diakhiri kemudian dengan penyelenggaraan lokakarya untuk mendiskusikan
hasil survei dengan berbagai pihak berkepentingan di Kota Surakarta.
51
Jika data sudah masuk ke dalam komputer, kita dapat menganalisisnya untuk mendapatkan kesimpulan-kesimpulan lainnya. Misalnya, tentang prosentase tangki septik di bangunan pemerintah yang tidak pernah mengalami penyedotan dalam tiga tahun terakhir dan tentang prosentase tangki septik yang diindikasikan kedap. Demikian
juga jika kita ingin menyimpulkan opsi pembayaran langganan yang disukai tiap jenis pelanggan.
Diagram 3: Pie chart dari hasil survei Solo
Bangunan tanpa tangki septik
43%
Bangunan dengan tangki septik
57%
Informasi terpenting adalah prosentase bangunan pengguna tangki septik, baik seluruhnya maupun hanya yang layak-sedot. Angka itu akan mendasari estimasi cakupan layanan di tahun- tahun awal LLTT beroperasi. Informasi itu untuk tiap jenis bangunan dan untuk tiap satuan wilayah (kecamatan atau kelurahan). Dengan menggunakan pie diagram, informasi tersebut akan lebih cepat ditangkap oleh pihak-pihak berkepentingan.
MANFAATKAN UNTUK LAINNYA
Survei memberi kesempatan bagi kita untuk menyampaikan berbagai informasi ke para calon pelanggan LLTT, misalnya informasi tentang kondisi sanitasi di wilayahnya,
spesifikasi tangki septik yang benar, rencana pewajiban LLTT dan lainnya.Manfaatkanlah kesempatan tersebut. Bekali enumerator dengan informasi yang ingin disampaikan. Buat leaflet untuk membantu penyampaian informasi tersebut.
Manfaatkan data survei nantinya sebagai masukan data ke database pelanggan LLTT. Kita sudah memiliki informasi terkait identifikasi pelanggan berikut bangunan dan tangki septiknya. Manfaatkan juga data ini untuk menyusun strategi promosi LLTT di
52
kemudian hari. Pemerintah juga dapat memanfaatkan data ini untuk menyusun program pengendalian tangki septik atau program bantuan perbaikan atau pengadaan tangki septik bagi masyarakat.
54
7
MERANCANG OPERASI
Katakanlah, walikota sudah setuju bahwa tahun saat LLTT nantinya akan diwajibkan. Sementara itu, kita sudah mengetahui jumlah pengguna tangki septik dan kapasitas IPLT yang seringkali menjadi botteleneck pengembangan LLTT. Dengan seluruh informasi tersebut, kita sekarang sudah dapat membuat rancangan operasi LLTT yang lebih rinci.Tidak hanya untuk di awal operasinya, tetapi juga untuk tahun- tahun berikutnya.
55
KLASIFIKASIKAN PELANGGAN
Klasifikasi pelanggan LLTT ditentukan sesuai jenis bangunan pengguna tangki septik. Misalnya, pelanggan rumah tangga, pelanggan pemerintah, pelanggan niaga dan pelanggan sosial. Klasifikasi pelanggan tersebut kemudian dapat diperinci sesuai ukuran bangunan dan lokasi bangunan, selain juga sesuai kondisi kawasan dimana bangunan tersebut berada. Klasifkasi pelanggan LLTT juga dapat dilakukan dengan mengikuti klasifikasi pelanggan yang sudah berlaku untuk layanan lain. Jika operator LLTT nantinya PDAM, klasifikasi pelanggan LLTT lebih baik mengikuti klasifikasi pelanggan layanan air minum yang sudah berlaku.
Perlu dipertimbangkan juga adanya kemungkinan LLTT dapat menerapkan pola operasi khusus bagi bangunan-bangunan yang berada di kawasan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Kawasan MBR demikan biasanya memiliki kepadatan bangunan yang tinggi disertai jalan akses yang sempit dan sulit dilalui truk sedot tinja. Organisasi atau kelompok masyarakat akan dilibatkan untuk mengelola operasi penyedotan lumpur tinja terjadwal di daerah tersebut. Organisasi atau kelompok masyarakat itulah yang kemudian menjadi pelanggan LLTT. Sebut saja mereka sebagai pelanggan komunal.
Pelanggan rumah tangga, Pelanggan pemerintah, Pelanggan niaga, Pelanggan sosial, Pelanggan komunal
56
Pengklasifikasian pelanggan LLTT dibutuhkan jika kita memang ingin membedakan layanan yang diberikan ke tiap kelompok. Misalnya, pembedaan terhadap periode penyedotan, volume penyedotan maksimal serta tarif pelanggan. Jika tidak akan ada pembedaan, kita tidak perlu mengklasifikasikan pelanggan.
BAGI ZONA LAYANAN
Zona layanan merupakan suatu wilayah dimana sekumpulan pelanggan LLTT berada yang akan dilayani oleh suatu atau sekelompok armada sedot tinja tertentu. Pembagian zona layanan akan mempermudah operator LLTT untuk mengelola pelanggannya dan untuk mengefisienkan pergerakan armada sedot tinjanya. Zona layanan dapat dibagi mengikuti:
• Wilayah administrasi; dimana batasan suatu zona layanan mengikuti batas dari satu
kecamatan atau beberapa kelurahan yang berdekatan,
• Zona layanan yang sudah ada; misalnya mengikuti zona layanan air minum di kota-kota yang
akan menunjuk PDAM sebagai operator LLTT,
• Radius jarak ke IPLT; dimana suatu zona layanan terbentuk dari wilayah-wilayah yang berada
di dalam radius 5 km dari IPLT.
Perlu diingat bahwa pembagian zona layanan hanya diperlukan jika LLTT memiliki wilayah yang sangat luas, jumlah pelanggan yang sangat banyak dan IPLT lebih dari satu.
TENTUKAN POLA PENYEDOTAN & TRANSPORTASI
TIGA POLA PENYEDOTAN
Ada 3 pola penyedotan lumpur tinja yang dapat diterapkan dalam LLTT, yaitu a) penyedotan keseluruhan, b) penyedotan proporsional dan c) penyedotan volume tetap. Pemilihan pola penyedotan ini akan mempengaruhi jumlah truk yang dibutuhkan dan banyaknya ritase pengangkutan lumpur tinja menuju IPLT.
Dalam pola penyedotan keseluruhan, operator LLTT akan mengeluarkan seluruh lumpur tinja dari dalam tangki tersebut. Pola penyedotan ini akan membuat tangki septik kembali mendapatkan volume penampungan maksimalnya. Mengingat tingginya variasi volume tangki-tangki septik, sulit bagi operator LLTT untuk mengefisienkan operasi
truk-truk tinjanya dan juga untuk menentukan tarif layanan yang adil namun tetap seragam.
Dalam pola penyedotan proporsional, operator LLTT akan mengeluarkan lumpur tinja dengan proporsi yang tetap terhadap volume tangki septik. Misalnya, dengan penyedotan proporsional 60%, truk tinja akan mengeluarkan 1,2 m3 lumpur tinja dari tangki septik 2 m3 atau mengeluarkan 1,8 m3 lumpur tinja dari tangki septik 3 m3.
57
Secara teknis, pola penyedotan proporsional memiliki dasar pertimbangan terbaik. Walau demikian, penerapan pola ini akan menghadapi masalah yang sama dengan pola
penyedotan keseluruhan. Selain itu, sulit bagi petugas penyedotan untuk memastikan lumpur tinja sudah dikeluarkan sesuai proporsi volume yang diinginkan.
Dalam pola penyedotan tetap (fixed volume), operator LLTT akan mengeluarkan lumpur tinja dengan volume yang konstan dari seluruh tangki septik. Misalnya, dengan penyedotan tetap 1,5 m3, truk tinja tetap akan mengeluarkan 1,5 m3 lumpur tinja dari tangki septik 2 m3 maupun dari tangki septik 3 m3. Operasi unit sedot tinja dapat lebih diefisienkan dengan pola penyedotan tetap ini. Kelemahannya, pola ini belum tentu akan mengembalikan volume tangki septik ke kapasitas penampungan maksimalnya.
Pelanggan juga belum tentu puas terhadap layanan penyedotan demikian.
1,5 m3
1,5 m3
1,5 m3
2 m3
3 m3
6 m3
Operator LLTT akan mengeluarkan lumpur tinja dengan volume konstan Dalam pola penyedotan tetap (fixed volume), berapapun volume dari tangki-stangki septik yang ada. Misalnya, untuk tangki-tangki septik 1,5 m3, 2 m3 maupun dari 3 m3, penyedotan tetap dilakukan untuk volume yang sama.
Pilihlah pola penyedotan yang memiliki resiko kumulatif terkecil. Manfaatkan informasi volume tangki septik rata-rata dari hasil survei, sebelum kita menentukan volume proporsional atau volume tetap. Resiko teknis dan finansial yang timbul dapat dikurangi dengan pemilihan spesifikasi unit sedot tinja dengan dimensi tangki yang tepat. Ketidak puasan pelanggan dapat dikurangi melalui program promosi layanan yang menyebutkan alasan dipilihnya pola penyedotan tertentu.
DUA POLA TRANSPORTASI
58
Transportasi akan membawa lumpur tinja ke fasilitas pengolahan lumpur tinja yang ditentukan. Pola transportasi yang dapat diterapkan di suatu LLTT adalah a) transportasi langsung dan b) transportasi kolektif. Pemilihan pola ini akan mempengaruhi jumlah truk yang dibutuhkan dan banyaknya ritase pengangkutan lumpur tinja menuju IPLT.
Diagram 2: Pola Transportasi
IPLT
IPAL
transportasi langsung
tangki antara
transportasi kolektif
Dua jenis pola transportasi yang dapat diterapkan di suatu LLTT adalah pola langsung dan pola kolektif.
Pola transportasi langsung terjadi jika transportasi lumpur tinja dilakukan oleh unit sedot tinja yang sebelumnya melakukan penyedotan tangki septik. Artinya, unit sedot tinja yang akan membawa lumpur tinja ke IPLT setelah melakukan penyedotan di satu atau lebih tangki septik. Pola pengangkutan ini cocok diterapkan untuk wilayah layanan yang tidak jauh dari IPLT dan yang memiliki ruas jalan yang dapat dilalui truk tinja.
Untuk wilayah layanan yang sangat jauh dari IPLT, misalnya yang berjarak di atas 20 kilometer, penerapan pola transportasi kolektif layak dipertimbangkan.
59
Unit-unit sedot tinja akan mengumpulkan lumpur tinja ke suatu tangki antara (temporary sludge storage atau TSS) untuk kemudian dibawa ke IPLT oleh truk pengangkut yang memiliki tangki lebih besar. Penerapan pola transportasi ini akan mengurangi jumlah ritasi armada yang bergerak menuju IPLT. Kepadatan lalu lintas di IPLT dengan sendirinya berkurang. Pola ini harus diterapkan di wilayah dimana pelanggan komunal berada.
60
Transportasi lumpur tinja ke IPLT sebenarnya juga dapat dilakukan melalui saluran perpipaan air limbah. Truk-truk sedot tinja memasukkan lumpur tinja ke saluran perpipaan air limbah yang akan mengalirkannya ke fasilitas pengolahan air limbah. Walau demikian, pola demikian hanya dapat diterapkan di kota yang memiliki sistem perpipaan air limbah. Pola ini juga hanya dapat diterapkan jika tersedia alat pemisah padatan di titik influen lumpur tinja.
TETAPKAN PERIODE PENYEDOTAN
Secara teoritis, penentuan periode penyedotan LLTT dipengaruhi oleh volume penyedotan lumpur tinja dari suatu tangki septik dan banyaknya pengguna bangunan dimana tangki septik berada. Periode penyedotan akanlebih rendah untuk daerah yang bangunan-bangunannya dihuni oleh lebih banyak orang.Periode penyedotan mempengaruhi beban lumpur tinja yang harus diolah. Semakin tinggi periode penyedotan, semakin sedikit lumpur tinja yang akan dibebankan ke IPLT. Pengaruh
sama juga terjadi untuk jumlah unit sedot tinja yang dibutuhkan. Semakin tinggi periode penyedotan, semakin sedikit jumlah unit sedot tinja yang dibutuhkan.
Operasi LLTT di siklus pertamanya sebaiknya menerapkan pola- pola yang sesederhana mungkin. Misalnya, LLTT menerapkan klasifikasi pelanggan sesuai jenis bangunan, zona layanan sesuai wilayah kecamatan, pola penyedotan tetap, pola transportasi langsung dan periode penyedotan yang sama
untuk seluruh klasifikasi
61
pelanggan. Pola-pola ini dapat diubah di siklus berikutnya sesuai hasil evaluasi pelaksanaan siklus pertamanya.
Operasi L2T2 di siklus pertamanya sebaiknya menerapkan pola-pola yang sesederhana mungkin. Misalnya, L2T2 menerapkan klasifikasi pelanggan sesuai jenis bangunan, zona layanan sesuai wilayah kecamatan, pola penyedotan tetap, pola transportasi langsung dan periode penyedotan yang sama untuk seluruh klasifikasi pelanggan. Pola-pola ini dapat diubah di siklus berikutnya sesuai hasil evaluasi
pelaksanaan siklus pertamanya.
RINCIKAN TARGET LAYANAN
Untuk suatu rancangan L2T2, kita perlu memiliki target layanan yang lebih rinci. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan saat menentukan target layanan L2T2, baik di awal penerapannya maupun di tahun-tahun berikutnya. Faktor- faktor tersebut adalah:
• Regulasi: Jika belum ada aturan pewajiban sedot tinja terjadwal, sulit bagi suatu
kota untuk memiliki target layanan yang tinggi.
• Kondisi tangki septik: Semakin sedikit jumlah tangki septik yang layak-sedot,
sulit bagi suatu kota untuk menentukan target layanan yang tinggi.
62
• Kapasitas IPLT: Besar kemungkinan, kapasitas IPLT akan menjadi faktor penentu tinggi-rendahnya target layanan. Apalagi di awal penerapannya dimana L2T2 hanya akan bergantung ke IPLT yang ada.
• Target sektor air limbah: Jika sudah ada, kita perlu mengacu ke target layanan sistem perpipaan air limbah sebelum suatu kota dapat menentukan target layanan L2T2-nya.
• Kesiapan operator: Semakin tinggi target layanan, semakin tinggi juga tuntutan terhadap kapasitas lembaga operatornya. Tidak hanya menyangkut SDM-nya tetapi juga sistem manajemen dan sarana dari lembaga tersebut.
63
• Sasaran finansial: L2T2 dapat direncanakan untuk cost recovery, dapat juga untuk disubsidi. Target layanan harus memberikan pemasukan dan pengeluaran yang sesuai dengan rencana finansial tersebut.
Diagram 3: Target layanan
64
Target layanan menentukan besar-kecilnya skala operasi LLTT. Semakin tinggi target layanan LLTT, semakin tinggi frekuensi penyedotan dan transportasi lumpur tinja serta semakin besar kapasitas pengolahan lumpur tinja yang dibutuhkan. Demikian pula dengan aspek finansial LLTT, semakin tinggi target layanan, semakin besar pengeluaran dan pendapatan keuangan LLTT. Pendek kata, besar-kecilnya target layanan LLTT, ada konsekuensi teknis dan finansial yang perlu dipertimbangkan. Target layanan LLTT dapat dinyatakan sebagai sebagai proporsi jumlah bangunan pengguna tangki septik yang akan mendapat layanan LLTT. Satuannya adalah ‘% jumlah bangunan’. Selain itu, target layanan juga dapat dinyatakan sebagai proporsi jumlah penduduk yang akan mendapat manfaat dari layanan LLTT, dengan satuan ‘% jumlah penduduk’.
Penentuan target layanan seringkali membutuhkan iterasi dalam simulai operasi LLTT guna memastikan suatu target layanan tidak melanggar batasan kapasitas IPLT atau sasaran finansial.
Jika kita memiliki informasi jumlah calon pelanggan sesuai klasifikasinya, kita dapat membuat target layanan untuk tiap klasifikasi pelanggan. Pembedaan target layanan untuk tiap klasifikasi pelanggan terkadang perlu dilakukan, khususnya di awal penerapan LLTT. Di saat masyarakat belum seluruhnya menerima keberadaan LLTT atau di saat kapasitas IPLT masih membatasi jumlah pelanggan LLTT, prioritasi target layanan
65
akan dibutuhkan. Mungkin saja ada suatu kota yang di awal operasi LLTT akan memprioritaskan layanan bagi pelanggan pemerintah dulu. Dengan demikian, target layanan untuk pelanggan pemerintah akan lebih tinggi dibanding pelanggan-pelanggan klasifikasi lainnya. Baru di siklus selanjutnya, target layanan bagi pelanggan rumah tangga dan pelanggan komersil akan ditingkatkan.
Target Layanan Harus SMART
Sama dengan target untuk hal-hal lainnya, pernyataan target layanan LLTT harus memperhatikan kriteria SMART. Artinya target layanan LLTT harus:
S – Specific, secara spesifik menyebutkan bahwa target tersebut hanya ditujukan untuk layanan penyedotan yang dilakukan secara terjadwal di wilayah kota yang ingin dilayani,
M – Measurable, secara kuantitatif menyebutkan bahwa target tersebut akan diukur berdasarkan indikator prosentase jumlah bangunan atau pelanggan yang akan dilayani,
A – Assignable – secara jelas menyebutkan siapa yang akan bertanggungjawab terhadap pencapaian target tersebut, dalam hal ini adalah pelaksana operasi LLTT,
R – Realistic – menyebutkan target yang secara realistis dapat dicapai sesuai potensi dan hambatan yang ada, baik untuk saat ini maupun untuk masa datang,
T – Time-bound – menyebutkan waktu (setidaknya dalam bulan dan tahun) saat target akan dicapai.
Sebagai contoh, sesuai kriteria SMART di atas, target layanan LLTT harus menyatakan:
Target layanan LLTT yang diselenggarakan PDAM Kota Malang di tahun 2020 adalah 80% dari bangunan rumah tangga pengguna tangki septik.
66
Pernyataan yang sama juga perlu dikembangkan untuk klasifikasi pelanggan lainnya.
S
(Specific)
Target
Layanan L2T2
T
(Time-bound)
M
(Teamwork)
R
(Realistic)
A
(Assignable)
SIMULASIKAN OPERASINYA
Simulasi operasi LLTT bertujuan untuk mendapatkan estimasi frekuensi penyedotan septik dan pengangkutan lumpur tinja berikut estimasi jumlah truk tinja dan kapasitas pengolahan lumpur tinja di tiap tahun perencanaannya. Ada beberapa parameter operasi yang perlu diketahui nilainya sebelum kita melakukan simulasi operasi LLTT, yang antara lain adalah a) rasio penghuni bangunan, b) proporsi jenis bangunan, c) tingkat penggunaan tangki septik dan d) volume tangki septik rata-rata. Untuk nilai awalnya, semua nilai parameter operasi tersebut dapat diperoleh dari hasil survei calon pelanggan. Untuk selanjutnya, nilai-nilai ini dapat kita rubah sesuai kebijakan operasi yang akan diberlakukan.
Setelah menentukan rentang waktu simulasi, misalnya Tahun 2020 – Tahun 2030 atau Siklus 1 - Siklus 4, simulasi operasi LLT dilakukan sesuai langkah-langkah berikut (lihat diagram):
• Hitung jumlah bangunan pengguna tangki septik. Gunakan angka proyeksi penduduk yang resmi dikeluarkan pemerintah dan nilai parameter-parameter rasio penghuni bangunan, proporsi jenis bangunan dan tingkat penggunaan tangki septik. Formulanya adalah:
• Hitung jumlah pelanggan. Gunakan jumlah bangunan pengguna tangki septik dan nilai- nilai target layanan untuk tiap klasifikasi pelanggan. Formulanya adalah:
• Hitung jumlah pelanggan dilayani per hari. Gunakan jumlah pelanggan, jumlah hari
kerja serta periode penyedotan lumpur tinja. Formulanya adalah:
• Hitung beban pengolahan lumpur tinja. Gunakan jumlah pelanggan dilayani per hari
dan volume penyedotan lumpur tinja. Formulanya adalah:
• Hitung frekuensi transportasi lumpur tinja. Gunakan beban pengolahan lumpur tinja
per hari dan volume tangki truk sedot tinja. Formulanya adalah:
• Hitung jumlah truk tinja. Gunakan frekuensi transportasi per hari dan jumlah ritase
maksimal truk tinja. Formulanya adalah:
Perlu diperhatikan bahwa ‘jumlah pelanggan yang dilayani’ tidak selalu sama dengan ‘frekuensi penyedotan tangki septik’. Jika volume penyedotan lumpur tinja >volume tangki truk tinja, operator LLTT akan melakukan dua atau tiga kali penyedotan untuk melayani pelanggan tersebut. Konsekuensinya, ‘frekuensi penyedotan tangki septik’menjadi lebih besar dari ‘jumlah pelanggan yang dilayani’.
67
Diagram: Simulasi operasi LLTT
Simulasi operasi LLTT dilakukan untuk tiap target layanan dengan mengacu pada pola operasi (klasifikasi pelanggan, zona layanan, pola penyedotan, pola pengangkutan dan periode penyedotan) yang sudah ditentukan. Sebenarnya perhitungan dalam simulasi operasi LLTT ini serupa dengan perhitungan sederhana saat menyusun Ilustrasi LLTT. Bedanya, simulasi operasi menggunakan menggunakan pola operasi yang lebih beragam, nilai parameter teknis yang lebih aktual dan target layanan yang spesifik untuk tiap klasifikasi pelanggan.
68
69
70
8
MENGEMBANGKAN KAPASITAS OPERATOR
71
LLTT membutuhkan lembaga operatoryang memiliki kapasitas teknis dan kapasitas manajerial yang baik. Pertimbangkan PDAM sebagai opsi pertama. Selain lembaga operator, kita juga perlu memikirkan keberadaan lembaga-lembaga lain yang akan mendukung kinerja dan keberlanjutan LLTT. Setelah penyesuaian struktur organisasinya, peningkatan kapasitas lembaga juga seringkali perlu diikuti dengan peningkatan jumlah dan kompetensi personilnya.
HARUS MAMPU MENGELOLA BANYAK PELANGGAN
Lembaga operator LLTT, apapun bentuknya , perlu memiliki kapasitas untuk a) melakukan promosi layanan, b) mengelola pelanggan, c) merencanakan, menjadwalkan dan melakukan penyedotan tangki septik, d) menjalankan sistem informasi manajemen,
e) membuat dan menagihkan rekening pelanggan, f ) mengelola keuangan operasional,
g) melaporkan kondisi dan kinerja ke pihak pengawas.Kapasitas terpenting yang harus dimiliki oleh lembaga operator LLTT adalah kapasitas untuk mengelola pelanggan dalam jumlah yang sangat besar. Berbagai permasalahan dapat muncul jika lembaga operator tidak memiliki kapasitas tersebut. Salah satunya adalah permasalahan pengiriman dan penagihan rekening pelanggan.
PERTAMA, PERTIMBANGKAN PDAM
Tidak banyak lembaga-lembaga penyedia layanan yang memiliki kapasitas untuk mengelola pelanggan dalam jumlah sangat besar. Selain penyedia-penyedia layanan listrik dan layanan telekomunikasi, mungkin hanya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sajalah yang saat ini memiliki kapasitas tersebut. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan PDAM sebagai alternatif pertama untuk menjadi lembaga operator LLTT. Sebagai lembaga yang sudah berdiri sejak belasan bahkan puluhan tahun, PDAM umumnya sudah memiliki hampir semua kapasitas yang dibutuhkan oleh suatu lembaga operator LLTT. Hanya kapasitas untuk merencanakan, menjadwalkan dan melakukan penyedotan tangki septik yang belum mereka miliki.
Dengan menunjuk PDAM sebagai lembaga operator LLTT, rekening LLTT dapat mudah disatukan dengan rekening layanan air minum. Setiap bulan, pelanggan PDAM hanya akan menerima satu lembar tagihan dengan suatu besaran rekening yang
72
sudah menjumlahkan besaran rekening LLTT dengan besaran rekening layanan air minum. Dengan penggabungan ini, pelanggan LLTT mau tidak mau akan membayar rekening LLTT jika tetap ingin mendapatkan layanan air minum. Daya paksa ini akan meningkatkan efisiensi pembayaran rekening LLTT.
Beberapa PDAM juga sudah memiliki sistem informasi manajemen (MIS atau management information system) berbasis komputer dimana data pelanggan sudah tersimpan dengan lengkap. Banyak juga MIS yang digunakan PDAM sudah terintegrasi dengan sistem informasi geografis (GIS atau geographic information system) yang menunjukkan lokasi bangunan-bangunan pelanggannya. Keberadaan MIS dan GIS ini terbukti sangat berhasil meningkatkan kinerja dan akurasi layanan air minum di PDAM- PDAM yang menggunakannya.
Tidak semua PDAM tentunya layak ditunjuk sebagai lembaga operator LLTT. Jika PDAM tersebut memiliki tingkat cakupan layanan air minum yang tinggi, setidaknya 60%, PDAM tersebut layak dipertimbangkan sebagai lembaga operator LLTT. Sebaliknya, jika cakupan layanannya rendah, apalagi di bawah 50%, kita sebaiknya mempertimbangkan lembaga lain sebagai lembaga operator LLTT. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
73
aspek regulasi kelembagaan PDAM. Sedikit sekali Peraturan Daerah (perda) yang sudah menyebutkan fungsi PDAM sebagai pengelola layanan air limbah. Perubahan perda kelembagaan PDAM tersebut pastinya perlu dilakukan.
LEMBAGA EKSISTING ATAU BARU
Jika PDAM dinilai belum layak, kita sebaiknya mempertimbangkan lembaga-lembaga eksisting yang selama ini sudah mengelola layanan terkait. Misalnya, lembaga yang mengoperasikan IPLT, lembaga pengelola layanan perpipaan air limbah atau lembaga pengelola kebersihan kota. Dengan menunjuk lembaga eksisting, LLTT akan dapat memanfaatkan sumber daya serta pengalaman yang sudah mereka miliki. Selain itu, ada kemungkinan kita tidak membutuhkan adanya perubahan perda kelembagaan.
Pertimbangkan untuk mengusulkan pembentukan suatu lembaga baru, jika kita tidak menemukan suatu lembaga eksisting yang dinilai layak untuk mengelola operasi LLTT. Walau butuh lebih banyak tenaga dan waktu, ada beberapa kelebihan dengan pembentukan suatu lembaga baru. Kita dapat merancang organisasi yang lebih sesuai dengan operasi LLTT. Kita tidak dibatasi dengan hal-hal yang sudah terlanjur
dimiliki atau berlaku di suatu lembaga eksisting. Pembentukan lembaga baru juga akan menciptakan momentum dan semangat baru untuk pembenahan urusan sanitasi yang lebih menyeluruh.
Suatu lembaga, baik lembaga eksisting maupun lembaga baru, biasanya dibentuk untuk menjalankan beberapa tugas sekaligus. Tidak hanya untuk mengelola LLTT, tetapi lembaga tersebut dapat juga bertugas untuk mengendalikan tangki septik,
melakukan penyedotan tidak terjadwal dan mengoperasikan IPLT. Keuntungan dari pola lembaga multi-layanan demikian adalah lebih mudahnya koordinasi pelaksanaan tugas pengelolaan lumpur tinja. Tidak ada ketergantungan ke lembaga lain. Pemanfaatan SDM dan manajerial akan lebih efisien.
UNIT PELAKSANA ATAU PERUSAHAAN DAERAH
Ada 2 opsi bentuk kelembagaan operator LLTT, yaitu 1) unit pelaksana teknis (UPT) dan 2) perusahaan daerah (PD). Tiap opsi ada kelebihan dan kekurangannya (lihat tabel berikut). Bentuk UPT seringkali dinilai lebih layak di awal-awal operasi LLTT. Sebagai lembaga yang berada di bawah SKPD induknya, operasi UPT masih akan tetap didanai pemerintah kota. Tidak ada beban bagi UPT untuk memperoleh pemasukan yang cukup untuk mendanai operasinya. Semua pemasukan akan diterima dan dikelola
pemerintah kota. UPT tidak diberi kewenangan untuk mengelola sendiri pemasukannya.
74
UPT pada saatnya nanti dapat ditingkatkan kapasitasnya sehingga berwenang untuk mengelola keuangannya secara mandiri. UPT demikian disebut sebagai UPT dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Mereka dapat menerima pemasukan dari pelanggan LLTT dan menggunakannya langsung untuk kebutuhan operasionilnya. Pemasukan tidak perlu lagi disetorkan ke pemerintah kota. Walau demikian, mengingat bentuknya sebagai lembaga pemerintah, UPT masih tetap
berhak untuk mendapatkan dukungan dana operasional dari pemerintah kota.
Jika operasi LLTT dinilai sudah mapan, ada baiknya opsi UPT kemudian ditingkatkan menjadi perusahaan daerah. Apalagi jika urusannya tidak hanya melulu terkait dengan layanan sedot tinja, tetapi juga urusan pengelolaan air limbah lainnya. Perusahaan daerah dapat menyusun rencana operasi dan rencana bisnisnya sendiri, tanpa wajib melibatkan pemerintah kota. Sebagai suatu perusahaan, lembaga ini dapat mengelola keuangannya secara mandiri. Mereka dibebani target-target keuntungan. Di sisi lain, mereka tidak berhak lagi untuk mendapatkan dukungan dana operasional dari pemerintah kota.
Operasi LLTT oleh UPT di Kota Makasar
Berbeda dengan Kota Surakarta, pengelolaan LLTT di Kota Makasar diserahkan pengelolaannya ke Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengelolaan Air Limbah (UPTD PAL). Unit yang berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum kota tesebut disahkan pembentukannya melalui Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja UPTD Pengelolaan Air Limbah. Dengan dibentuknya UPTD PAL, pembagian tanggung jawab pengelolaan layanan
air limbah di Kota Makasar menjadi lebih jelas. Urusan layanan air limbah domestik, IPAL komunal selain juga layanan lumpur tinja yang tidak terjadwal menjadi tugas UPTD PAL.
Organisasi UPTD PAL dipimpin oleh seorang kepala yang membawahi 4 bagian, yaitu 1) bagian pengelolaan layanan IPAL terpusat, 2) bagian pengelolaan layanan IPLT, 3) bagian pengelolaan layanan IPAL yang tidak ditangani masyarakat dan 4) bagian
monitoring dan pembinaan. Urusan LLTT ada di bawah bagian pengelolaan layanan IPLT. Secara keseluruhan, UPTD PAL memiliki staf.
Berbagai tahap sudah dilalui oleh UPTD PAL sebelum LLTT diluncurkan oleh Wakil Walikota Makasar, Xx.
Xxxxxx Xxxxx, MI. di bulan Agustus 2013, khususnya untuk wilayah percontohan kawasan Perumahan BTP Tamalanrea. Diawali dengan sosialisasi konsep LLTT ke Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kota Makassar, UPTD PAL kemudian melakukan advokasi ke Pemerintah Kota Makassar. Lokakarya dilaksanakan untuk memperkenalkan dan mendiskusikan LLTT ke pihak- pihak berkepentingan, baik instansi pemerintah, kecamatan, kelurahan maupun perwakilan masyarakat dan okoh agama setempat. Di bulan Juli – Agustus 2013, UPTD PAL melakukan survei calon pelanggan di 300 rumah terpilih.
75
Seluruh tahapan proses tersebut melibatkan hampir semua staf UPTD PAL. IUWASH memberikan dukungan kepada UPTD PAL dalam bentuk pendampingan teknis, pembuatan
SOP, pelatihan, permodelan tarif dan pengelolaan pedapatan, data base
pelanggan dan aspek opersional, serta rencana usaha. UPTD PAL bertanggung jawab atas pembuatan kebijakan dan penarikan retribusi
untuk layanan penyedotan lumpur tinja yang terjadwal.
Kepala UPTD PAL Kota Makassar, Xxxxxxxx Xxxxx memantau langsung uji coba LLTT di Perumahan BTP Tamalanrea Blok A, Kota Makassar.
Menindaklanjuti rencana perluasan penerapan LLTT, organisasi UPTD PAL terus aktif mempersiapkan diri. Mereka terus melakukan sosialisasi konstruksi tangki septik sesuai SNI, penentuan wilayah layanan, mengembangkan data base dan mempersiapkan penggunaan Geographic Information System (GIS) untuk pemantauan operasi LLTT. Di sisi lain, pemerintah kota juga siap mengucurkan anggaran lebih besar untuk mendukung upaya UPTD tersebut. Kedepannya, UPTD PAL Kota Makassar mentargetkan peningkatan bentunya menjadi UPTD dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Mereka merencanakan adanya penambahan armada, sarana dan sumberdaya tenaga operasional.
76
PISAHKAN REGULATOR DENGAN OPERATOR
Tercapai-tidaknya tujuan LLTT tidak hanya ditentukan oleh lembaga operatornya saja. Keberadaan lembaga operator LLTT harus didukung oleh lembaga-lembaga lain yang menjalankan tugas untuk 1) menentukan kebijakan penyelenggaraan LLTT, 2)
mengendalikan penggunaan tangki septik, 3) melakukan penaatan terhadap kewajiban penyedotan tangki septik, 4) mengelola operasi IPLT dan 5) mengawasi kinerja operasi LLTT.Tiap tugas di atas tidak harus dijalankan oleh satu lembaga tersendiri. Mungkin saja juga satu lembaga nantinya akan menjalankan lebih dari satu tugas. Misalnya, instansi pekerjaan umum yang bertugas untuk mengendalikan penggunaan tangki septik dan mengawasi kinerja operasi LLTT.
Rapat koordinasi
Tanpa adanya lembaga yang mengendalikan tangki septik, LLTT tidak akan berpengaruh banyak terhadap perbaikan kualitas air tanah. Tanpa adanya lembaga yang memberikan sanksi bagi para pengguna tangki septik yang tidak melakukan penyedotan secara berkala, LLTT kemungkinan besar tidak akan memiliki banyak pelanggan. Tanpa adanya lembaga yang mengawasi keseharian operasi LLTT, besar kemungkinan lembaga operator LLTT tidak menjalankan tugasnya sesuai petunjuk operasi yang disepakati.
Lembaga operator harus terpisah dari lembaga operator. Prinsip itu harus dijaga saat kita ingin merancang usulan kerangka kelembagaan LLTT. Dalam hal ini, lembaga operator LLTT tidak boleh menjadi lembaga yang menentukan kebijakan atau lembaga yang mengawasi kinerja LLTT. Dengan dipisahkannya peran regulator dan operator, konflik kepentingan akan lebih mudah dicegah.
77
Kelembagaan Pengelolaan Lumpur Tinja Kota Surakarta
Sesuai Peraturan Walikota .., satuan-satuan kerja perangkat daerah yang terlibat dalam pengelolaan lumpur tinja (termasuk dalam mendukung penyelenggaraan LLTT adalah:
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda); untuk penyusunan
rencana bantuan pemerintah dalam pengembangan layanan lumpur tinja,
• Dinas Tata Ruang Kota; untuk pengawasan bangunan terkait pembangunan
dan penggunaan unit setempat,
• Dinas Pekerjaan Umum; untuk standarisasi teknis dan pengadaan prasarana
(unit setempat, stasiun penerima dan fasilitas pengolahan lumpur tinja),
• Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi; untuk standarisasi dan
perizinan truk tinja serta pengawasan operasi pengangkutan lumpur tinja,
• Dinas Kesehatan Kota; untuk pemantauan perilaku sanitasi dan dampaknya
terhadap kesehatan lingkungan,
• Dinas Kebersihan dan Pertamanan; untuk pemeliharaan lahan dimana IPLT
Putri Xxxxx berada.
• Badan Lingkungan Hidup; untuk pemantauan dampak lingkungan, khususnya menyangkut kualitas efluen IPAL dan IPLT, kualitas lumpur olahan, timbulan bau dan dampak estetik lainnya.
Pengelolaan operasi LLTT, sesuai peraturan daerah pengelolaan air limbah yang berlaku, ditunjuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surakarta. Sesuai kerangka kelembagaan demikian, peranan regulator dan operator perlu dipisahkan sehingga jelas siapa yang mengatur dan siapa yang diatur.
78
STRUKTUR TERGANTUNG TUGAS
Struktur organisasi lembaga operator LLTTdipengaruhi oleh bentuk kelembagaan dan tugasnya. Lembaga berbentuk UPT yang hanya mengelola LLTT tentu akan memiliki organisasi yang sangat berbeda dengan lembaga perusahaan daerah yang multi- tugas. Struktur organisasi juga dipengaruhi oleh skala operasi LLTT berikut rencana keuangannya. Apapun nanti rancangan struktur organisasinya, penting bagi kita untuk memastikan bahwa seluruh tugas-tugas pengelolaan operasi LLTT sudah terbagi ke bagian-bagian dari organisasi tersebut. Tidak saja tugas teknis operasional, tetapi juga
tugas-tugas administratif, pengelolaan pelanggan maupun keuangan (lihat tabel berikut).
Tugas dalam Organisasi Lembaga Operator LLTT
URUSAN | TUGAS | URUSAN | TUGAS |
UMUM | Tugas administrasi umum | KEUANGAN | Tugas perencanaan anggaran dan belanja Tugas pembukuan |
Tugas kesekretariatan | |||
Tugas pengadaan alat dan bahan | Tugas pembuatan rekening | ||
Tugas manajemen kantor | Tugas penagihan rekening | ||
Tugas pengendalian aset | Tugas penerimaan pembayaran rekening Tugas verifikasi biaya | ||
Tugas pengelolaan mitra kerja | |||
Tugas hubungan pemerintah | Tugas pembayaran atau perkasiran | ||
Tugas hubungan masyarakat | Tugas pengawasan dan audit keuangan | ||
Tugas kehukuman | Tugas evaluasi kinerja keuangan | ||
Tugas kepegawaian | TEKNIS | Tugas penjadwalan operasi penyedotan | |
Tugas keamanan | Tugas pengoperasiaan MIS | ||
PELANGGAN | Tugas pemasaran & promosi layanan | Tugas koordinasi pelaksanaan operasi | |
Tugas penerimaan pelanggan | Tugas pelaksanaan operasi | ||
Tugas verifikasi & pemetaan pelanggan | Tugas monitoring operasi | ||
Tugas pengelolaan data pelanggan | Tugas perawatan armada | ||
Tugas hubungan pelanggan | Tugas pengendalian dampak lingkungan | ||
Tugas penanganan pengaduan | Tugas pengaturan aspek keselamatan kerja |
Selain oleh bentuk kelembagaannya, skala organisasi lembaga operator LLTT turut dipengaruhi oleh skala operasi LLTT dan rencana pengelolaan keuangannya. Banyaknya pegawai yang dibutuhkan tentu perlu menyesuaikan dengan jumlah pelanggan dan luasan daerah layanan LLTT tersebut. Tidak selalu berbanding lurus, tetapi umumnya semakin banyak jumlah pelanggan dan semakin luas daerah layanannya, maka sebagian besar juga jumlah pegawai yang dibutuhkan.
79
80
9
MELENGKAPI REGULASI
Kita menginginkan setiap tangki septik diwajibkan untuk menjalani penyedotan lumpur tinjanya secara berkala. Demi konsistensi layanan, penyedotan wajib hanya dapat diberikan melalui LLTT. Artinya, setiap bangunan pengguna
tangki septik wajib menjadi pelanggan LLTT dan mereka harus membayar tarif tertentu. Tentu semua hal di atas hanya dapat terjadi jika kota kita memiliki regulasi yang mengharuskan hal-hal tersebut di atas.
81
WAJIB DIWAJIBKAN
Kota kita harus memiliki regulasi yang mewajibkan pemilik bangunan untuk melakukan penyedotan tangki septiknya secara berkala. Penuh atau tidak penuh, tangki septik harus disedot lumpur tinjanya pada saat waktu yang ditentukan. Pewajiban itu akan mendasari keberadaan LLTT sebagai satu-satunya layanan yang diperbolehkan melakukan penyedotan wajib tersebut. Dengan kata lain, regulasi tersebut mengharuskan pemilik bangunan pengguna tangki septik harus menjadi pelanggan LLTT.
Kita dapat merancang regulasi yang secara spesifik hanya mengatur pelaksanaan penyedotan wajib, alias mengatur pelaksanaan LLTT. Opsi lainnya, kita merancang regulasi yang mengatur upaya pengelolaan lumpur tinja yang lebih menyeluruh.
Ketentuan penyedotan wajib hanya merupakan salah satu bagian dari regulasi tersebut. Di bagian-bagian lainnya, regulasi tersebut akan memuat pewajiban-pewajiban terkait
a) penggunaan tangki septik yang benar, b) pengangkutan lumpur tinja yang aman dan terpantau, c) pengolahan lumpur tinja yang memenuhi baku mutu lingkungan. Lebih baik lagi jika regulasi tersebut juga memuat pewajiban untuk pemanfaatan lumpur kering yang dihasilkan IPLT.
82
Pada akhirnya, LLTT hanya dapat berlangsung jika suatu kota memiliki kerangka regulasi pengelolaan lumpur tinja yang lengkap. Regulasi tersebut harus mewajibkan setiap tangki septik untuk menjalani penyedotan setiap periode tertentu, misalnya 2 tahun - 5 tahun.
KETENTUAN-KETENTUAN
Selain pewajiban-pewajiban di atas, regulasi di suatu kota juga harus memuat beberapa ketentuan yang baik langsung maupun tidak langsung akan mendukung keberadaan LLTT. Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain menyangkut a) kriteria dan spesifikasi unit setempat yang baik, b) kerangka kelembagaan pengelolaan lumpur tinja, c) keterlibatan swasta dalam mengelola lumpur tinja, d) pelaksanaan L2T3, e) mekanisme pembayaran tarif atau rekening layanan lumpur tinja dan f ) baku mutu efluen IPLT dan kualitas lumpur hasil olahan.
Kerangka regulasi pengelolaan lumpur tinja juga perlu memuat ketentuan menyangkut besaran tarif atau rekening layanan lumpur tinja, baik LLTT maupun L2T3. Untuk mengantisipasi perubahan-perubahan besaran tarif atau rekening, maka regulasi mengenai hal ini sebaiknya dibuat tersendiri dan terpisah dari ketentuan-ketentuan lain. Demikian juga halnya untuk besaran tarif pembuangan lumpur tinja di IPLT.
ATURAN HARUS HIRARKIS
Butir–butir pewajiban dan ketentuan pengelolaan lumpur tinja harus diletakkan di kerangka regulasi sesuai hirarkinya. Rumusannya, pewajiban dan ketentuan yang spesifik terkait pengelolaan lumpur tinja sebaiknya diletakkan di regulasi setingkat Peraturan Walikota. Kedudukannya kuat tetapi masih tidak sulit untuk merubahnya di kemudian hari. Peraturan setingkat ini sebaiknya juga mencantumkan ketentuan-ketentuan terkait peran-peran kelembagaan, keterlibatan swasta dan mekanisme pembayaran rekening atau tarif.
Regulasi setingkat peraturan daerah sebaiknya digunakan untuk pokok-pokok pengaturan di lingkup yang lebih luas, yaitu untuk lingkup pengelolaan air limbah domestik. Di dalam peraturan daerah tersebut, masyarakat harus diperintahkan untuk mengelola air limbah yang ditimbulkannya. Peraturan daerah juga perlu memuat berbagai bentuk sanksi bagi para pelanggar peraturan tersebut. Dengan sendirinya, sanksi tersebut juga berlaku untuk pelanggaran ketentuan-ketentuan pengelolaan lumpur tinja.
83
Pada akhirnya, LLTT hanya dapat berlangsung jika suatu kota memiliki kerangka regulasi pengelolaan lumpur tinja yang lengkap. Regulasi tersebut harus mewajibkan setiap tangki septik untuk menjalani penyedotan setiap periode tertentu, misalnya 2 tahun - 5 tahun.
84
Sebagaimana disinggung sebelumnya, kita sebaiknya membuat ketentuan mengenai besaran tarif atau rekening layanan lumpur tinja di peraturan tersendiri dengan hirarki lebih rendah. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi penyesuaian-penyesuaian besarannya di kemudian hari. Sangat praktis jika ketentuan besaran tarif atau rekening termuat di regulasi setingkat surat keputusan pimpinan lembaga operator LLTT, misalnya SK Direksi PDAM pengelola LLTT. Hal in tentu dimungkinkan jika peraturan walikota atau bupati sudah menyerahkan kewenangan tersebut ke pimpinan lembaga bersangkutan.
85
86
10
MENYIAPKAN ARMADA
Inti dari LLTT adalah operasi penyedotan lumpur tinja dari tangki-tangki septik pelanggannya yang dilanjutkan dengan transportasinya ke IPLT. Armada penyedotan dan transportasi lumpur tinja harus dipersiapkan sesuai pola operasi dan kondisi tangki septik. Selain aspek efisiensi dan
efektivitas operasinya, penampilan armada LLTT juga perlu dipersiapkan. Biar bagaimanapun, penampilan dan kebersihan armada LLTT akan membentuk image LLTT di mata masyarakat.
87
GEROBAK MOTOR, MOBIL DAN TRUK
Operasi LLTT membutuhkan unit sedot tinja (desludging unit) yang mampu bekerja secara cepat, bersih dan aman. Mengingat tingginya frekuensi penyedotan dan jauhnya jarak yang harus ditempuh, LLTT perlu menggunakan unit sedot tinja berupa kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan pompa mekanis. LLTT tidak dapat menggunakan unit penyedot berupa gerobak tangan atau peralatan pompa manual. Untuk memilih jenis kendaraan bermotor yang akan digunakan sebagai unit sedot tinja, kita perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
• lebar ruas jalan yang akan dilalui, antara bangunan pelanggan, IPLT dan pool
penyimpanan,
• volume tangki lumpur yang akan diletakkan di atasnya,
• ketentuan lalu lintas, kelas jalan dan batas pembebanan jalan yang berlaku,
• jenis sistem penggerak pompa lumpur tinja,
88
• kemampuan pembiayaan, untuk investasi pembelian, operasi dan pemeliharaan,
Armada LLTT terdiri dari 1) unit sedot tinja, 2) awak armada dan
3) prosedur operasi. Ke-3 komponen armada tersebut harus dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan operasi LLTT.
• kemudahan perawatan dan perolehan suku cadang,
• luas lahan yang tersedia untuk pool penyimpanan.
Pilihan kendaraan bermotor yang layak dipertimbangkan adalah gerobak motor roda tiga, mobil pick-up dan truk. Ada baiknya memang operasi LLTT dilengkapi dengan ke-3 jenis kendaraan tersebut, mengingat beragamnya lebar ruas dan kondisi jalan di
suatu kota. Untuk pelanggan-pelanggan di kawasan dengan jalan akses sempit, operasi penyedotan mau tidak mau perlu menggunakan gerobak motor atau mobil pikap.
89
Tangki lumpur tinja memiliki volume yang bervariasi. Mulai 0,5 m³ untuk gerobak motor sampai 12,0 m³ untuk truk besar. Pertimbangkan pola penyedotan dan pengangkutan yang akan diberlakukan sebelum kita menentukan ukuran tangki, apalagi jika LLTT akan menerapkan pola penyedotan volume tetap (fixed volume). Selain itu, perhatikan juga ketentuan kelas jalan dan batas pembebanan jalan yang berlaku. Semakin besar tangki lumpur tinja, semakin berat pula beban jalan yang ditimbulkan oleh unit sedot tinja itu.
90
Untuk LLTT yang menerapkan volume penyedotan tetap 1,5 m3, suatu truk harus dilengkapi dengan tangki berukuran 3 m3agar dapat melayani 2 (dua) pelanggan rumah tangga sebelum pergi menuju IPLT. Dengan tangki berukuran 4,5 m3, suatu truk dapat melayani 3 pelanggan rumah tangga sebelum pergi menuju IPLT. Tangki unit sedot tinja perlu dilengkapi dengan selang hisap yang umumnya terbuat dari bahan karet fleksibel yang elastis dengan ukuran setidaknya 3 inci atau 4 inci. Panjang selang minimal 30 meter, namun lebih baik lagi jika panjangnya mencapai 50 meter.
Menghitung Jumlah Unit Sedot Tinja yang Dibutuhkan
Kebutuhan unit sedot tinja dihitung dengan membagi volume total dari lumpur tinja yang harus disedot per hari dengan a) kapasitas tangki dari unit sedot tinja dan b) frekuensi ritase perjalanan unit sedot tinja menuju ke IPLT dalam satu hari. Dalam formula matematis, kebutuhan unit sedot tinja dihitung dengan formula berikut:
{formula perhitungan kebutuhan unit sedot tinja}
Cara lain menghitung kebutuhan unit sedot tinja adalah dengan membagi jumlah pelanggan yang harus dilayani per hari dengan a) jumlah rata-rata tangki septik yang disedot untuk tiap ritase perjalanan unit sedot tinja menuju ke IPLT dan b) frekuensi ritase perjalanan unit sedot tinja menuju ke IPLT dalam satu hari.
91
{formula perhitungan kebutuhan unit sedot tinja}