LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERSETUJUAN
PENINGKATAN KINERJA JARINGAN INTERNET SMKN 1 TAMBUN UTARA MELALUI OPTIMALISASI BANDWIDTH DENGAN MIKROTIK
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
NAMA : Bahari
NIM 311310525
PROGRAM STUDI : Teknik Informatika
Telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing pada tanggal :...............................................
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi ini diajukan oleh:
NAMA : Bahari
NIM : 311310525
JUDUL : PENINGKATAN KINERJA JARINGAN INTERNET SMKN 1 TAMBUN UTARA MELALUI OPTIMALISASI BANDWIDTH DENGAN MIKROTIK
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dosen Penguji dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Teknologi Pelita Bangsa.
Ditetapkan di : Bekasi
Tanggal : 10 Agustus 2017
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Bahari
N.I.M 311310525
Jurusan : Teknik Informatika Fakultas : Sekolah Tinggi Teknologi
MENYATAKAN
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bukan hasil salinan atau jiplakan atau dibuatkan orang lain serta semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk merupakan referensi hasil kuliah, buku-buku yang tercantum dalam daftar pustaka serta bimbingan dari dosen pembimbing.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Bekasi, 10 Agustus 2017
Yang membuat pernyataan,
Bahari
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai civitas akademik Pelita Bangsa, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Bahari
N.I.M 311310525
Jurusan : Teknik Informatika Fakultas : Sekolah Tinggi Teknologi Jenis karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, saya menyetujui untuk memberikan kepada Pelita Bangsa Hak Bebas Royalti atas karya ilmiah yang berjudul:
PENINGKATAN KINERJA JARINGAN INTERNET SMKN 1 TAMBUN UTARA MELALUI OPTIMALISASI BANDWIDTH DENGAN MIKROTIK
Dengan Hak Bebas Royalti ini Pelita Bangsa berhak untuk menyimpan, mengalihmedia / mengedit ulang, mengelola dalam bentuk database dan mempublikasikan skripsi ini selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Bekasi, 10 Agustus 2017 Yang membuat pernyataan,
Bahari
ABSTRAK
SMKN 1 TAMBUN UTARA merupakan salah satu sekolah negeri di Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat. Penggunaan internet di SMKN 1 TAMBUN UTARA saat ini memiliki mobilitas yang sangat tinggi, baik digunakan untuk browsing informasi, download data, dan penggunaan fasilitas internet yang lain. Untuk itu diperlukannya bandwidth management untuk mengatur setiap data yang lewat, sehingga pembagian bandwidth menjadi merata dengan menggunakan metode Queue yang diterapkan pada MikroTik. Dalam penelitian ini dilakukan analisis perbandingan antara menggunakan metode simple queue untuk mengoptimasikan bandwidth internet. Menganalisis QoS ( Quality of Service ) manajemen bandwidth internet menggunakan Queue dari segi throughput, delay, jitter, dan packet loss. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualiatas jaringan dengan menggunakan metode antrian Queue lebih optimal, hal ini dikarenakan bandwidth akan terbagi sesuai dengan rule yang diterapkan pada bandwidth management dan tidak menyebabkan client saling rebutan bandwith.
Kata Kunci : Bandwidth Management, MikroTik, Simple Queue.
ABSTRAC
SMKN 1 TAMBUN UTARA is one of the public schools in Bekasi Regency, West Java Province. Internet usage at SMKN 1 TAMBUN UTARA currently has very high mobility, good for browsing information, downloading data, and using other internet facility. For that bandwidth management required to manage each passing data, so that the distribution of bandwidth becomes evenly using the Queue method applied to MikroTik. In this research, a comparison analysis is done using simple queue method to optimize internet bandwidth. Analyze QoS ( Quality of Service ) internet bandwidth management using Queue in terms of throughput, delay, jitter, and packet loss. The results of this study indicate that the quality of the network by using queue Queue method is more optimal, this is because the bandwidth will be divided according to the rules applied to bandwidth management and does not cause the mutual seizure of bandwidth bandwith.
Keywords: Bandwidth Management, MikroTik, Simple Queue.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat karunia dan rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KINERJA JARINGAN INTERNET SMKN 1 TAMBUN UTARA MELALUI OPTIMALISASI BANDWIDTH DENGAN MIKROTIK ”.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu untuk untuk memperoleh gelar sarjana komputer pada Sekolah Tinggi Teknik Pelita Bangsa. Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas. Sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Xxxxx Xxxxx Xxxxxxxxxx, S.Kom., M.Kom. selaku pembimbing yang selalu memberikan solusi ketika implementasi dan analisis.
2. Xxxxx Xxxxx Xxxxx Xxxxxx, S.Kom., M.Kom. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan dan masukan dalam penulisan.
3. Bapak M.Xxxxxxx, S.kom.. X.Xxx. selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika yang memberikan dukungan dalam pembuatan skripsi.
4. Kedua orang tua dan keluarga tercinta karena telah begitu setia memberikan dukungan dan doa yang luar biasa kepada penulis.
5. Teman dan saudara yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Bekasi, 10 Agustus 2017
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v
ABSTRAKSI vi
ABSTRACK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR RUMUS xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Rumusan Masalah 3
1.5 Tujuan Penelitian 3
1.6 Manafaat Penelitian 3
1.7 Sistematika Penulisan 3
BAB II LANDASAN TEORI 6
2.1 Jaringan Komputer 6
2.2 Topologi Tree 7
2.3 Internet 9
2.4 Quality of Service (QoS) 9
2.5 Router 13
2.6 Mikrotik 14
2.6.1 Jenis-jenis mikrotik 15
2.6.2 Fitur-fitur mikrotik 17
2.7 Bandwidth 18
2.8 Management Bandwidth 19
2.8.1 Simple Queue 19
2.8.2 Queue Tree 20
2.9 Peer Connection Queue (PCQ) 22
2.10 WinBox 24
2.10.1 Pengertian WinBox 24
2.10.2 Menu Menu WinBox 25
BAB III METODE PENELITIAN 43
3.1 Profil SMKN 1 Tambun Utara 43
3.2 Struktur Organisasi 45
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian 45
3.3.1 Waktu Pelaksanaan 45
3.3.2 Tempat 45
3.4 Sistem Yang Berxxxxx 00
3.5 Ususlan Sistem Yang Berxxxxx 00
3.6 Pengebangan Sistem 47
3.6.1 Analisa 48
3.6.2 Desain 48
3.6.3 Simulasi 48
3.6.4 Implementasi 49
3.7 Analisa Sistem 49
3.7.1 Perangkat Keras 49
3.7.2 Perangkat Lunak 50
3.8 Perancangan Sistem 50
3.8.1 Konfigurasi IP Address Mikrotik 52
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 63
4.1 Pengujian Sistem 63
4.1.1 Test Ping 63
4.1.2 Test Download 65
4.2. Pengujian Pada Router Mikrotik 68
4.3 Pengujian Parameter 70
4.3.1 Delay 72
4.3.2 jitter 75
4.3.3 throughput 78
4.3.4 Packet Loss 80
BAB V PENUTUP 83
5.1 Kesimpulan 83
5.2 Saran 83
DAFTAR PUSTAKA 84
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Local Area Network(LAN) 6
Gambar 2.2 Metropolitan Area Network(MAN) 7
Gambar 2.3 Wide Area Network(WAN) 7
Gambar 2.4 Topologi Tree 8
Gambar 2.5 Logo MikroTik 15
Gambar 2.6 MikroTikOS 16
Gambar 2.7 MikroTik RouterBoard 16
Gambar 2.8 Simple Queue 20
Gambar 2.9 Queue Tree 21
Gambar 2.10 PCQ (peer connection queue) Rate 23
Gambar 2.11 Tampilan Awal Winbox 24
Gambar 2.12 Tampilan Quick Set 25
Gambar 2.13 Tampilan Interface 26
Gambar 2.14 Tampilan Bridge 27
Gambar 2.15 Tampilan Point to Point Protocol(PPP) 27
Gambar 2.16 Tampilan Switch 28
Gambar 2.17 Tampilan Mesh 29
Gambar 2.18 Tampilan Internet Protocol(IP) 31
Gambar 2.19 Tampilan MPLS 32
Gambar 2.20 Tampilan Routing 33
Gambar 2.21 Tampilan System 35
Gambar 2.22 Tampilan Queues 36
Gambar 2.23 Tampilan Files 36
Gambar 2.24 Tampilan Log 37
Gambar 2.25 Tampilan Radius 37
Gambar 2.26 Tampilan Tools 39
Gambar 2.27 Tampilan New Terminal 40
Gambar 2.28 Tampilan Meta Router 40
Gambar 2.29 Tampilan Partition 41
Gambar 2.30 Tampilan Make Supout.rif 41
Gambar 3.1 Struktur Organisasi 45
Gambar 3.2 Sistem Yang Berxxxxx 00
Gambar 3.3 Timulasi Topologi Yang Digunakan 47
Gambar 3.4 NDLC 48
Gambar 3.5 Topologi Sistem 51
Gambar 3.6 Login ke Winbox 52
Gambar 3.7 Tampilan winbox setelah login 53
Gambar 3.8 Langkah 1 rename interface 53
Gambar 3.9 Langkah 2 interface list 54
Gambar 3.10 Langkah 1 setting IP Address interface 54
Gambar 3.11 Langkah 2 setting IP Address interface local 55
Gambar 3.12 Langkah 3 setting IP Address interface untuk internet 55
Gambar 3.13 Langkah 4 DNS setting 55
Gambar 3.14 Route list 56
Gambar 3.15 Langkah 1 Setting NAT 57
Gambar 3.16 Langkah 2 Setting NAT 57
Gambar 3.17 tampilan simple queue 58
Gambar 3.18 Setting simple queue 58
Gambar 3.19 Tampilan Tab advance pada simple queue 59
Gambar 3.20 Konfigurasi PCQ Download 60
Gambar 3.21 Konfigurasi PCQ Upload 60
Gambar 3.22 Konfigurasi Queue Tree Parent Download 61
Gambar 3.23 Konfigurasi Queue Tree Parent Upload 61
Gambar 3.24 Konfigurasi Queue Tree Download Client 1 62
Gambar 3.25 Konfigurasi Queue Tree upload Client 1 62
Gambar 3.26 Hasil konfigurasi Queue Tree dan PCQ 63
Gambar 3.27 Konfigurasi IP Address 63
Gambar 3.28 Konfigurasi IP Address Client 1 dan Client 2 64
Gambar 3.29 Konfigurasi IP Address Client 3 64
Gambar 4.1 Ping dari Client 1 ke Mikrotik 66
Gambar 4.2 Ping dari Client 2 ke Mikrotik 66
Gambar 4.3 Ping dari Client 3 ke Mikrotik 67
Gambar 4.4 Test Download sebelum menggunakan Queue pada client 1 68
Gambar 4.5 Test Download setelah menggunakan Queue pada client 1 68
Gambar 4.6 Test Download sebelum menggunakan Queue pada client 2 68
Gambar 4.7 Test Download setelah menggunakan Queue pada client 2 69
Gambar 4.8 Test Download sebelum menggunakan Queue pada client 3 69
Gambar 4.9 Test Download setelah menggunakan Queue pada client 3 69
Gambar 4.10 Tampilan sebelum Queue diaktifkan 70
Gambar 4.11 Tampilan Setelah Queue Diaktifkan 70
Gambar 4.12 Statistic client 1 71
Gambar 4.13 Statistic client 2 72
Gambar 4.14 Statistic client 2 72
Gambar 4.15 Hasil Capture Data Oleh Wireshark Tanpa Menggunakan Queue . 73 Gambar 4.16 Summary Hasil Capture Wireshark Tanpa Menggunakan Queue 73
Gambar 4.17 Hasil Capture Data Oleh Wireshark Setelah Menggunakan Queue 74 Gambar 4.18 Summary Hasil Capture Wireshark Tanpa Menggunakan Queue 74
Gambar 4.19 Diagram Perbandingan Delay Menggunakan Queue Dan Tanpa Menggunakan Queue 77
Gambar 4.20 Diagram Perbandingan Jitter Menggunakan Queue dan Tanpa Menggunakan Queue 79
Gambar 4.21 Diagram Perbandingan Throughput Menggunakan Queue Dan Tanpa Menggunakan Queue 82
Gambar 4.22 Diagram Perbandingan Packet Loss Menggunakan Queue Dan Tanpa Menggunkan Queue 84
Tabel 2.1 Throughput 10
Tabel 2.2 packet loss 11
Tabel 2.3 jitter 12
Tabel 2.4 Latency 13
Tabel 3.1 Perangkat Keras ( hardware ) 49
Tabel 3.2 Perangkat lunak ( software ) 50
Tabel 3.3 Perangkat 50
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Rata-Rata Delay Pada Kecepatan Tanpa Menggunakan Queue 75
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rata - Rata Delay Dengan Queue 76
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Jitter Pada Kecepatan Data Tidak Menggunakan
Queue 78
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan jitter Pada Kecepatan Data Dengan Menggunakan
Queue dan PCQ 79
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Throughput Tidak Menggunakan Queue 80
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Throughput Dengan Menggunakan Queue 81
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan packet loss Pada Kecepatan Data Tidak Menggunakan Queue 83
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Packet loss Pada Kecepatan Data Dengan Menggunakan Queue 83
Tabel 4.9 Pengujian Parameter QoS Pada Yang Dibangun 84
Rumus 2.1 Throughput 10
Rumus 2.2 Packet loss 11
Rumus 2.3 jitter 12
Tabel 2.4.3 Delay 13
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini teknologi telekomunikasi menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kebanyakan orang di dunia baik untuk browsing, download, upload,dll. Hal ini lah yang mendasari terciptanya teknologi informasi. Tetapi itu semua memerlukan sebuah jaringan komputer. Jaringan komputer adalah sistem yang terdiri dari komputer-komputer serta piranti-piranti yang saling terhubung sebagai satu kesatuan. Dengan dihubungkan piranti tersebut, alhasil dapat saling berbagi sumber daya satu piranti dengan piranti lainnya. (Sudarma S., 2010:2).
Sekolah SMKN 1 TAMBUN UTARA berkedudukan di Kabupaten Bekasi Provinsi jawa barat. Penggunaan internet di SMKN 1 TAMBUN UTARA saat ini memiliki mobilitas yang sangat tinggi yang mengakibatkan kebutuhan akan sumberdaya sebagai penunjang keperluan internet sekolah sangat di perlukan, baik digunakan untuk browsing, download, dan penggunaan fasilitas internet lainnya.
Beberapa masalah dikeluhkan terhadap pengguna internet di SMKN 1 TAMBUN UTARA adalah terdapat perbedaan kebutuhan terhadap koneksi. Karena setiap kebutuhan mempunyai prioritas masing-masing, tentunya admin jaringan perlu mempertimbangkan untuk kemudian menentukan skala prioritas. (Xxxxxxxxx, Xxxxxx, & Priyono, 2013).
Berdasarakan observasi dan keluhan pengguna internet di SMKN 1 TAMBUN UTARA adalah koneksi akan terasa sangat lambat ketika online secara bersamaan atau biasa disebut bandwidth overload. untuk itu diperlukan adanya Management Bandwidth dengan menggunakan RouterMikrotik. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk meneliti sekolah SMKN 1 TAMBUN UTARA.
RouterMikroTik dikenal sebagai router yang irit hardware, memiliki banyak fitur, mudah dikonfigurasi ( user friendly ) dan dapat diinstall pada PC ( Personal Computer ). RouterMikrotikOS menjadikan routernetwork yang handal yang dilengkapi dengan berbagai fitur dan tool, baik untuk wired network maupun wireless. Disamping itu, masih banyak fitur yang bisa dimanfaatkan dari RouterMikroTik tersebut. Dari beberapa fitur RouterMikrotik tersebut, salah satu yang menarik adalah Bandwidth Management. QoS ( Quality of Service ).
Xxxxxxxxx dkk (2003) mendefinisikan QoS adalah teknik untuk mengelola bandwidth, delay, jitter dan packet loss untuk aliran dalam jaringan. Tujuan dari mekanisme QoS adalah mempengaruhi setidaknya satu diantara empat parameter dasar QoS yang telah ditentukan. Dan untuk pembagian Bandwidth menggunakan metode Queues.
Menurut Xxxxxxxxx (2016), Queue pada perangkat jaringan dibedakan menjadi 2, yaitu hardware queue dan software queue. Hardware Queue merupakan standar metode antrian yang diterapkan pada perangkat jaringan. Hardware Queue tergantung dari kapasitas bandwith dari perangkat jaringan tersebut dan cenderung hanya memiliki satu metode yaitu FIFO (First-In- First-Out). Pada perangkat mikrotik, kapasitas queue nya adalah 100 paket. Apabila menerima paket data melebihi kapasitas tersebut, maka paket akan dibuang (drop). Software Queue merupakan metode antrian yang cenderung lebih rumit dari hardware queue dan dapat diterapkan dengan berbagai metode.
Beradasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis mengambil topik penelitian dengan judul “ PENINGKATAN KINERJA JARINGAN INTERNET SMKN 1 TAMBUN UTARA MELALUI OPTIMALISASI BANDWIDTH DENGAN MIKROTIK “, sebagai media
optimalisasi terhadap kinerja jaringan internet di SMKN 1 TAMBUN UTARA.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarakan latar belakang masalah, maka penulis dapat mengambil pokok permasalahan yang dihadapi oleh SMKN 1 TAMBUN UTARA sebagai berikut :
1. Belum adanya pengendalian paket atau management bandwidth sehingga
bandwidth lebih boros dan tidak efisien.
2. Tidak stabil atau tidak meratanya jaringan dikarenakan sering terjadi
bandwidth overload.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai begai berikut :
1. Perancangan konfigurasi manajemen bandwidth pada jaringan internet
menggunakan router MikroTik.
2. Pengujian QoS sebelum dan sesudah penerapan queues.
3. Tidak membahas tentang kemanan jaringan.
4. Pengujian menggunakan simulasi dengan 3 client pada topologi tree.
1.4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian diatas ialah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengoptimalkan bandwidth internet menggunakan metode queue?
2. Bagaimana hasil dari pengujian parameter QoS ( Quality of Service ) sebelum dan sesudah penerapan metode Queues?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah yang telah dibahas, tujuan penyusunan tugas akhir ini adalah sebgai berikut :
1. Mengoptimasikan bandwidth internet menggunakan metode queue dan PCQ (
Peer Connection Queue ).
2. Menganalisis QoS ( Quality of Service ) manajemen bandwidth internet menggunakan Queue dan PCQ ( Peer Connection Queue ) dari segi throughput, delay, jitter, dan packet loss.
1.6 Manafaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah membantu sekolah SMKN 1 TAMBUN UTARA dalam mengelolah jaringan internet, agar masing-masing user dapat menggunakan jaringan internet dengan lancar.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bagian, dimana masing-masing bagian memuat tentang penjelasan-penjelasan tertentu. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang penulisan skripsi, maksud dan tujuan penulisan, identifikasi dan pembatasan masalah, serta metodologi penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi tentang penjelasan teoritis dalam berbagai aspek yang akan mendukung kearah perancangan dan implementasi dalam analisis jaringan internet.
BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
Berisi penjelasan mulai dari proses desain hingga konfigurasi untuk implementasi sistem, serta skenario yang digunakan untuk melakukan pengujian.
BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS
Berisi data analisis dari implementasi sistem sesuai skenario yang telah ditetapkan.
BAB IV KESIMPULAN
Berisi kesimpulan yang diperoleh dari serangkaian kegiatan terutama pada bagian pengujian dan analisis.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Jaringan Komputer
Jaringan komputer adalah sistem yang terdiri dari komputer - komputer serta piranti - piranti yang saling terhubung sebagai satu kesatuan.dengan dihubungkan piranti - piranti tersebut, alhasil dapat saling berbagi sumber daya satu piranti dengan piranti lainnya ( Sudarma S., 2010:2 ).
Ada banyak tipe jaringan komputer, berikut tipe jaringan berdasarkan ruang lingkupnya :
1. Loca Area Network ( LAN )
Local Area Network adalah sebuah sebuah jaringan komputer, yang memiliki area cakupan yang terbatas pada area atau lokasi tertentu saja. ( Xxxxx Xxxxxxxx., 2010:4 ).
Gambar 2.1 Local Area Network ( LAN ).
2. Metropolitan Area Network ( MAN )
Metropolitan Area Network ( MAN ) adalah jaringan komputer yang cakupannya luas mencapai satu atau lebih kota ( Sudarma S., 2010 : 4 ).
43
Gambar 2.2 Metropolitan Area Network ( MAN )
3. Wide Area Network ( WAN )
Wide Area Network ( WAN ) adalah jaringan komputer yang cakupannya cukup luas, seperti antara regional atau antar negara ( Sudarma S., 2010 : 2 ).
Gambar 2.3 Wide Area Network ( WAN )
2.2 Topologi Tree
Topologi tree atau topologi pohon adalah salah satu dari topologi jaringan komputer yang paling banyak diterapkan didalam pembuatan sebuah jarngan komputer. Dengan bentuk menyerupai pohon dengan ranting-ranting, topologi ini akan mencakup lebih banyak komputer yang dapat terhubung dengan jaringan komputer. Didalam topologi tree terdapat sebuah perangkat ( switch atau hub )
pada level teratas atau biasa disebut dengan root yang menjadi pusat utama komunikasi bagi semua komputer yang terhubung dengannya.
Pada level ini menggunakan topologi peer to peer ( P2P ), kemudian pada level dibawahnya terdapat satu komputer lain yang disebut dengan central dimana komputer tersebut menjadi pusat koneksi bagi komputer yang berada dibawahnya yang membentuk seperti topologi star. Dengan model seperti ini bisa dikatakan topologi tree merupakan gabungan dari dua topologi jaringan yaitu topologi star dan topologi peer to peer.
Gambar 2.4 Topologi Tree
Adapun kelebihan dari topologi tree adalah sebagai berikut :
1. Topologi tree memenuhi salah satu sifat dan syarat jaringan komputer yaitu scalable dimana topologi ini dapat menyesuaikan kondisi dan keperluan, misalkan pada gedung bertingkat dengan skala yang besar.
2. Jenis topologi ini banyak digunakan diberbagai tempat karena topologi ini dapat mendukung jaringan dengan skala yang besar.
3. Topologi mudah untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan user, dan sangat mudah untuk diperbaiki jika ada permasalahan.
4. Topologi tree merupakan pengembagan dari topologi star sehingga sangat mudah untuk dikembangkan, penmbahan komputer root dan komputer central
5. Topologi tree mendukung koneksi point to point pada jaringan komputer.
6. Pada topologi tree, jika salah satu komputer mengalami gangguan maka komputer lain masih bisa beroperasi.
Sedangkan kekurangan dari topologi tree sebagai berikut:
1. Pada topologi ini kemungkinan terjadi collision sangat besar.
2. Memerlukan perawatan yang ekstra dalam menjaga stabilitas jaringan.
3. Topologi tree memerlukan perencanaan yang matang dan detail dalam penerapannya.
4. Pada topologi tree jika komputer root atau komputer central terganggu maka komputer yang berada dibawah jaringan tersebut akan terganggu.
2.3 Internet
Internet kependekan dari ( interconnected – networking ) merupakan jaringan besar yang saling berhubungan dari jaringan-jaringan komputer yang menghubungkan orang-orang dan komputer-komputer diseluruh dunia, melalui telepon, satelit dan sistem-sistem komunikasi yang lain. Internet dibentuk oleh jutaan komputer yang terhubung bersama dari seluruh dunia, memberi jalan bagi informasi ( mulai dari teks, gambar, audio, video, dan lainnya ) untuk dapat dikirim dan dinikmati bersama.Untuk dapat bertukar informasi, digunakan protokol standar yaitu Transmision Control Protocol dan Internet Protocol yang lebih dikenal sebagai TCP / IP.
TCP / IP ( Transmission Control Protocol / Internet Protocol ) merupakan standar komunikasi data yang digunakan oleh komunitas internet dalam proses tukar-menukar data dari satu komputer ke komputer lain di dalam jaringan Internet. Protokol ini tidaklah dapat berdiri sendiri, karena memang protokol ini berupa kumpulan protokol ( protocol suite ).
2.4 Quality Of Service ( QoS )
Quality of Service ( QoS ) merupakan mekanisme jaringan yang memungkingkan aplikasi-aplikasi atau layanan dapat beroperasi sesuai dengan
yang diterapkan. Tujuan dari QoS adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan layanan yang berbeda, yang menggunakan infrastruktur yang sama. Performasi mengacu ke tingkat kecepatan dan keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di dalan suatu komunikasi ( Xxxxxx., 2012 ).
Berikut ini merupakan beberapa parameter QoS yang akan digunakan dalam mengukur performasi jaringan, yaitu :
2.4.1 Throughput
Yaitu kecepatan ( rate ) transfer data yang efektif yang diukur dalam bps. Throughtput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada tujuan selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut.
Tabel 2.1 Throughput ( Sumber : TIPHON )
Kategori Througput | Throughput | Indeks |
Sangat Bagus | 100% | 4 |
Bagus | 75% | 3 |
Sedang | 50% | 2 |
Jelek | <25% | 1 |
Adapun persamaan yang digunakan untuk mengukur throughput adalah sebagai berikut :
Throughput = 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
Throughput = 𝑇ℎ𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑝𝑢𝑡 x 100%
𝐴𝑙𝑜𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ 𝑢𝑠𝑒𝑟
Rumus 2.1 Throughput ( Sumber : TIPHON )
2.4.2 Packetloss
PacketLoss merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang, dapat terjadi Karena collision dan congestion pada jaringan dan hal ini berpengaruh pada semua aplikasi Karena retransmisi akan mengurangi efesiensi jaringan secara keseluruhan meskipun jumlah bandwidth cukup tersedia untuk aplikasi-aplikasi tersebut. Jika terjadi kongesti yang cukup lama, buffer akan penuh, dan data baru tidak akan diterima. Nilai packet loss sesuai dengan versi XXXXXX sebagai berikut :
Tabel 2.2 packet loss ( Sumber : TIPHON )
Kategori Degradasi | Packet Loss | Indeks |
Sangat Bagus | 0% | 4 |
Bagus | 3% | 3 |
sedang | 15% | 2 |
Jelek | 25% | 1 |
Adapun persamaan yang digunakan mengukur packet loss adalah :
Throughput = 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚−𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 x 100
𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚
Rumus 2.2 Packet loss ( Sumber : TIPHON )
2.4.3 Jitter
Hal ini diakibatkan oleh variasi-variasi dalam panjang antrian, dalam waktu pengolahan data, dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket diakhir perjalanan jitter. Jitter lazimnya disebut variasi delay, berhubungan erat dengan latency, yang menunjukkan banyaknya variasi delay pada transmisi data
di jaringan. Delay antrian pada router dan switch dapat menyebabkan jitter. Terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai peak jitter sesuai dengan versi TIPHON, yaitu :
Tabel 2.3 jitter ( Sumber : TIPHON )
Kategori Degradasi | Peak jitter | Indeks |
Sangat Bagus | 0 ms | 4 |
Bagus | 0 s/d 75 ms | 3 |
Sedang | 75 s/d 125 ms | 2 |
Jelek | 125 s/d 225 ms | 1 |
Adapun persamaan yang digunakan untuk mengukur jitter adalah :
Jitter = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
Total variasi delay = (Total rata-rata delay)
Rumus 2.3 jitter ( Sumber : TIPHON )
2.4.4 Delay
Adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ketujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses yang lama. Adapun komponen delay adalah sebagai berikut :
Menurut versi TIPHON, besarnya delay dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Tabel 2.4 Latency ( Sumber : TIPHON )
Kategori Latensi | Besar Delay | Indeks |
Sangat Bagus | <150 ms | 4 |
Bagus | 150 s/d 300 ms | 3 |
Sedang | 300 s/d 450 ms | 2 |
Jelek | >450ms | 1 |
Untuk mengukur delay digunakan persamaan sebagai berikut :
Delay =
𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑙𝑒𝑔ℎ𝑡
𝐿𝑖𝑛𝑘 𝑏𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ
Rumus 2.4 delay ( Sumber : TIPHON )
2.5 Router
Router merupakan suatu alat ataupun software dalam suatu komputer yang menghubungkan dua buah jaringan atau lebih yang memiliki alamat jaringan yang berbeda. Router menentukan akan diarahkan ke titik jaringan yang mana paket yang ditujukan ke suatu alamat tujuan. Router biasanya berfungsi sebagai gateway, yaitu jalan keluar utama dari suatu jaringan untuk menuju jaringan lainnya baik LAN ke LAN atau LAN ke WAN, sehingga host-host yang ada pada sebuah jaringan local bisa berkomunikasi dengan host-host yang ada pada satu jaringan atau pada jaringan lain melalui internet. Selain itu router juga berfungsi sebagai alat menghubungkan antara media jaringan yang berbeda, meningkatkan performance jaringan LAN dengan memanfaatkan sifat dasar router yang mampu memisahkan broadcast domain dengan collisiondomain, di samping meningkatkan keamanan jaringan dengan memanfaatkan failitas accsess-list.
Router memiliki kemampuan melewatkan paket data dari satu jaringan ke jaringan lain yang mungkin memiliki banyak jalur diantara keduanya, dengan memeriksa Header IP yang ada pada paket data. Disinilah peran dari sebuah router dibutuhkan. Router-router yang saling terhubung dalam jaringan internet turut serta dalam sebuah algoritma routing terdistribusi untuk menentukan jalur terbaik yang dilalui paket IP dari sistem ke sistem lain melalui sebuah proses yang dikenal sebagai routing.
Routing yaitu sebuah proses untuk meneruskan paket data dari satu jaringan ke jaringan lainnya melalui sebuah internetwork. Tujuan dari routing adalah agar paket-paket IP yang kita kirim sampai pada target, paket nya pun dalam keadaan yang baik atau tidak corrupt, begitu juga paket IP yang ditujukan untuk kita. Target atau destination ini bisa berada dalam satu jaringan atau pun berbeda jaringan baik secara topologis maupun geografis. Sistem yang digunakan untuk menghubungkan jaringan-jaringan. Sebuah komputer atau paket software yang dikhususkan untuk menangani koneksi antara dua atau lebih network yang terhubung melalui packet switching. Router bekerja dengan melihat alamat tujuan dan alamat asal dari paket data yang melewatinya dan memutuskan rute mana yang harus digunakan dan yang terbaik oleh paket data tersebut untuk sampai ke tujuan.
2.6 MikroTik
MikroTik adalah sebuah merek dari sebuah perangkat jaringan, pada awalnya mikrotik hanyalah sebuah perangkat lunak atau software yang di-install komputer yang digunakan untuk mengontrol jaringan, tetapi dalam perkembangannya saat ini telah menjadi sebuah device atau perangkat jaringan yang handal dan harga yang terjangkau, serta banyak digunakan pada level perusahan penyedia jasa internet ( ISP ) ( Xxxxxxxx.,2013:18 ).
Sejarah MikroTik pada awalnya dimulai saat dua orang ahli jaringan, yaitu Xxxx Xxxxxx dan Xxxxx Xxxxxxxxx berhasil membuat routing jaringan ke jaringan
yang lebih luas, sehingga hal ini menjadi visi MikroTik sampai saat ini, yaitu “Routing the World”.
Gambar 2.5 Logo MikroTik
Xxxx Xxxxxx berkebangsaan Amerika, tetapi berimigrasi ke Latvia, sebuah negara yang menjadi tetangga Rusia. Bersama dengan Xxxxx Xxxxxxxxx, asli Latvia, mereka bekerja sama untuk membuat sebuah perangkat yang benar-benar diandalkan untuk pekerjaan routing jaringan.
Dimulai dengan membuat mikrotik yang berbasiskan kernel Linux, mereka berdua membangun sebuah Internet Service Provider ( ISP ) berkecepatan 2Mbps dan bernama Aeronet, di Moldova, setelah itu mereka melayani 5 pelanggan pertamanya di Latvia. Prinsip dasar mereka bukan membuat Wireless ISP ( WISP
), tetapi membuat program router yang handal dan dapat dijalankan diseluruh dunia.
Linux yang pertama kali digunakan adalah Kernel 2.2 yang dikembangkan secara bersama-sama dengan bantuan 5-15 orang staff Research and Development ( R&D ) MikroTik yang sekarang menguasai dunia routing di negara-negara berkembang.
2.6.1 Jenis-Jenis Mikrotik
MikroTik terdiri dari 2 ( dua ) jenis yaitu Mikrotik RouterOS ( software )
dan Mikrotik RouterBoard ( Hardware ).
1. MikroTikRouterOS
MikroTik RouterOS merupakan sistem operasi dan perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk menjadikan komputer manjadi router network yang handal, mencakup berbagai fitur yang dibuat untuk IP network dan jaringan wireless, cocok digunakan oleh ISP dan provider hotspot ( Xxxxxxxx Xxxxx.,2014:2 ).
Gambar 2.6 MikroTikOS
2. MikroTikRouterBoard
MikroTikRoutrBoard merupakan routerembedded produk dari MikroTik.Routerboard seperti sebuah pc mini yang terintegrasi karena dalam satu board tertanam prosesor, ram, rom, dan memori flash ( Xxxxxxxx Xxxxx.,2014:2 ).
Gambar 2.7 MikroTik RouterBoard
2.6.2 Fitur-fitur Mikrotik
Adapun fitur - fitur dari MikroTik RouterOS adalah sebagai berikut :
1. AddressList : Pengelompokan IP Address berdasarkan nama.
2. Asynchronous : Mendukung serialPPP dial - in / dial-out, dengan otentikasi CHAP, PAP, MSCHAPv1 dan MSCHAPv2, Radius, dial on demand, modempool hingga 128 ports.
3. Bonding : Mendukung dalam pengkombinasian beberapa antar muka Ethernet
ke dalam 1 pipa pada koneksi cepat.
4. ISDN : Mendukung dial - in / dial-out. Dengan otentikasi PAP, CHAP, MSCHAPv1 dan MSCHAPv2, Radius. Mendukung 182K bundle, Cisco HDLC, x751, x75ui, 75bui line protokol.
5. M3P : MikroTik Protocol Paket Packer untuk wirelesslinks dan ethernet.
6. MNDP : MikroTik Discovery Neighbour Protokol, juga mendukung Cisco Discovery Protokol ( CDP ).
7. Monitoring / Accounting : Laporan Traffic IP, log, statistik graph yang dapat di aksen melalui HTTP.
8. NTP : Network Time Protocol untuk server dan clients: sinkronisasi menggunakan sistem GPS.
9. Point to Point Tunneling Protocol : PPTP, PPPoE, dan L2TP AccessConsetrator, protocol otentikasi menggunakan PAP, CHAP, MSCHAPv1, MSCHAPv2; otentikasi dan laporan Radius; enkripsiMPPE; kompresi untuk PpoE; limitrate.
10. Proxy : Cache untuk FTP dan HTTP proxyserver, HTTPS proxy, transparentproxy untuk DNS dan HTTP; mendukung protocol SOCKS; mendukung parentproxy; static DNS.
11. Routing : Routingstatic dan dinamik; RIPv1 / v2, OSP v2, BGP v4.
12. SimpleTunnel : Tunnel IPIP dan EoIP ( Ethernetover IP )
13. SDSL : Mendukung SingleLine DSL ; mode pemutusan jalur koneksi dan jaringan.
14. SNMP : Simple Network Monitoring Protocol mode akses read - only.
15. Synchronous : V.35, V.24, E1/T1, X21, DS3 ( T3 ) media types ; sync - PPP, Cisco HDLC; FrameRelaylineprotokol; ANSI-617d ( ANDI atau annex D ) dan Q933a ( CCITT atau annex A ); FrameRelay jenis LMI.
16. Tool : Ping, Traceroute; bandwidthtest; pingflood; telnet; SSH; packetsniffer; Dinamik DNS update.
17. UPnP : Mendukung antarmuka UniversalPlug and Play.
18. VLAN : Mendukung Virtual LAN IEEE 802.1q untuk jaringan ethernet dan
wireless; multiple VLAN; VLAN bridging.
19. VoIP : Mendukung aplikasi voiceover IP.
20. VRRP : Mendukung Virtual Router Redudant Protocol.
21. WinBox : Aplikasi mode GUI untuk meremote dan mengkonfigurasi
MikroTikRouterOS.
2.7 Bandwidth
Definisi dari bandwidth adalah banyaknya ukuran suatu data atau informasi yang dapat mengalir dari suatu tempat ke tempat lain dalam sebuah network di waktu tertentu. Bandwidth dapat dipakai untuk mengukur baik aliran data analog maupun data digital. Sekarang sudah menjadi umum jika kata bandwidth lebih banyak dipakai untuk mengukur aliran data digital.
Satuan yang dipakai untuk bandwidth adalah Bits PerSecon data sering disingkat Bps. Seperti diketahui bahwa bit atau binary digital adalah basis angka yang terdiri dari 0dan1. Satuan ini menggambarkan berapa banyak bit ( angka 0 dan 1 ) yang dapat mengalir dari satu tempat ketempat yang lainnya dalam setiap detiknya melalui suatu media.
Bandwidth dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Up Stream
Up Stream adalah bandwidth yang digunakan untuk mengirim data, misal mengirim file melalui File Transfer Protocol ( FTP ) kesalah satu alamat jaringan.
b. Down stream
Down Stream adalah Bandwidth yang digunakan untuk menerima data ( misal menerima file atau data dari satu alamat jaringan ). Besarnya tiap komponen Bandwidth tersebut dapat tidak sama atau sama satu sama lain.
2.8 Management Bandwidth
Bandwidth Management System ( BMS ) adalah sebuah metode yang diterapkan untuk mengatur besarnya bandwidth yang akan digunakan oleh masing-masing user di sebuah jaringan sehingga penggunaan bandwidth akan terdistribusi secara merata ( Xxxxxxxx.,2013:94 ). Ada beberapa metode yang dapat diterapkan untuk mengimplementasikan bandwidth management ini diantaranya melalui proxy server, QoS atau traffic shapping, atau pembatasan bandwidth atau limiter.
Di dalam dunia internet sering di dengar istilah limiter atau pembatasan kecepatan untuk melakukan akses ke internet. Ada beberapa jenis system limiter yang biasa di aplikasikan ke router, mulai dari yang simple hingga yang komplek.
2.8.1 Simple Queues
Simple queues adalah cara pelimitan dengan menggunakan pelimitan sederhana berdasarkan data rate. Simple queues juga merupakan cara termudah untuk melakukan manajement bandwidth yang diterapkan pada jaringan skala kecil sampai menengah untuk mengatur pemakaian bandwidth upload dan download tiap user. Ini berarti bahwa antrian harus selalu dikonfigurasi pada interface keluar mengenai arus lalu lintas.
Metode Simple Queues merupakan metode yang cukup sederhana dalam melakukan konfigurasinya. Pada metode Simple Queues kita tidak bias mengalokasikan bandwidth khusus buat Internet Control Message Protocol ( ICMP ), sehingga apabila pemakaian bandwidth pada klien sudah penuh, ping time nya akan naik dan bahkan Request Time Out ( RTO ).
Gambar 2.8 Simple Queue
Menu - menu yang terdapat pada Simple Queue:
1. General
a. Nama : Untuk menuliskan nama user yang akan dibatasi Bandwidthnya.
b. Target : Untuk menentukan IP addres yang ingin di dibatasi Bandwidhnya.
c. Max Limit : Fitur yang mengatur besarnya alokasi bandwidth yang akan didapatkan use.
d. Burst : Fitur yang menungkinkan client mendapatkan alokasi bandwidth lebih dari alokasi bandwidth maksimum yang disediakan dalam selang waktu tertentu.
e. Time : Fitur yang mengatur manajemen bandwidth dengan menetukan waktu.
2.8.2 Queues Tree
Queues tree adalah pelimitan yang sangat rumit karena pelimitan ini berdasarkan protokol, ports, IP Address, bahkan kita harus mengaktifkan fitur Mangle pada Firewall jika ingin menggunakan Queue Tree. Queues Tree berfungsi untuk melimit bandwidth pada mikrotik yang mempunyai dua koneksi internet karena paket marknya lebih berfungsi dari pada diSimple Queues. Queues tree juga digunakan untuk membatasi satu arah koneksi saja baik itu download maupun upload.
Metode Queues tree merupakan metode yang cukup rumit dalam melakukan konfigurasinya. Keunggulan yang terdapat pada metode Queues tree adalah kita dapat mengalokasikan bandwidth Internet Control Message Protocol ( ICMP ). Jadi, ketika bandwidth yang terdapat pada clien penuh, ping time nya masih dapat stabil.
Berikut adalah system dari metode Queues Tree seperti ditunjukkan pada gambar 9.2.
Gambar 2.9 Queue Tree
Menu - menu yang terdapat pada Queue Tree:
1. Parent
berguna untuk menentukan apakah queue yang dipilih bertugas sebagai child queue, beberapa pilihan default di parent queue tree yang biasanya digunakan untuk induk queue :
a. Global - in : Mewakili semua input interface pada umumnya. Maksudnya disini interface yang menerima input data / trafik sebelum difilter seperti trafik upload.
b. Global - out : Mewakili semua output interface pada umumnya. Maksudnya disini interface yang mengeluarkan output data / trafik yang sudah difilter seperti trafik download.
c. Global - Total : Mewakili semua input dan output interface secara bersama, dengan kata lain merupakan penyatuan dari global - in dan global - out.
d. < interfacename > : ex . lan atau wan : Mewakili salah satu interface keluar. Maksudnya disini hanya trafik yang keluar dari interface ini yang akan diqueue.
2. Packet Mark
Digunakan untuk menandai paket yang sudah ditandai di / ip firewall mangle. Priority ( 1 s/d 8 ) : Digunakan untuk memprioritaskan child queue dari child queue lainnya. Priority tidak bekerja pada induk queue. Child Queue yang mempunyai priority satu ( 1 ) akan mencapai limit - at lebih dulu dari pada child queue yang berpriority ( 2 ).
3. Queue Type
Digunakan untuk memilih type queue yang bisa dibuat secara khusus dibagian queue types.
a. Limit At : Bandwidth minimal yang diperoleh oleh target / ip yang diqueue.
b. Max Limit : Bandwidth maksimal yang bisa dicapai oleh target / ip yang diqueue.
c. Burst Limit : Bandwidth maksimal yang bisa dicapai oleh target / ip yang diqueue ketika burst sedang aktif.
d. Burst time : Periode waktu dalam detik, dimana data Rate rata-rata dikalkulasikan.
e. Burst Threshold : Digunakan ketika data Rate dibawah nilai burst threshold maka burst diperbolehkan. Ketika data Rate sama dengan nilai burst threshold burst dilarang. Untuk mengoptimalkan burst nilai burst threshold harus diatas nilai Limit At dan dibawah nilai Max Limit.
2.9 PCQ ( Peer Connection Queue )
Pengaturan management bandwidth bersifat massive. Dengan menggunakan PCQ walaupun jumlah komputer client sejumlah puluhan atau
bahkan ratusan, hanya diperlukan satu atau dua konfigurasi queue. Metode ini PCQ ini dapat diterapkan pada Simple Queue maupun Queue Tree.
Sebelum melakukan konfigurasi PCQ, sebaiknya memahami konsep PCQ itu sendiri sebelum melakukan pembagian bandwidth. PCQ bekerja dengan membuat sub-stream berdasarkan parameter pcq-classifier yang dapat berupa IP Address pengirim berdasarkan pengirim ( src-address ), IP Address tujuan ( dst- address ), Port pengirim ( src-port ) maupun Port tujuan ( dst-port ).
PCQ Classifier berfungsi mengklasifikasikan arah koneksi, Misalnya jika Classifier yang digunakan adalah src - address pada Local interface, maka aliran pcq akan menjadi koneksi upload. Begitu juga dgn dst-address akan menjadi pcq download.
PCQ rate berfungsi untuk membatasi bandwidth maksimum yang bisa didapatkan. Dengan memasukkan angka pada rate ini ( default: 0 ) maka maksimal download yang akan didapatkan per IP akan dibatasi mis. 128k ( kbps ).
Gambar 2.10 PCQ ( peer connection queue ) Rate
Limit berfungsi untuk membatasi jumlah koneksi paralel yang diperkenankan bagi tiap IP. artinya bila kita meletakkan nilai 50, maka cuma 50 koneksi simultan yang bisa didapat oleh 1 IP address ( baik itu source / destination ).
Total Limit adalah total keseluruhan koneksi paralel yang diperkenankan untuk seluruh ip address ( baik itu source ataupun destination ).
2.10 Winbox
2.10.1 Pengertian winbox
Winbox adalah sebuah software jaringan yang berfungsi sebagai konektivitas dan konfigurasi MikroTik dengan menggunakan MAC address atau protocol IP. Dengan winbox user akan lebih mudah dalam melakukan konfigurasi MikroTik RouterOS karena user dapat mengkonfigurasi mikrotik langsung dari komputer client dan dengan mode GUI sehingga lebih memudahkan user dalam proses penyetingan jaringan di mikrotik.
Gambar 2.11 Tampilan Awal Winbox
2.10.1 Menu-menu Winbox
Berikut adalah menu-menu mikrotik yang ada di Winbox :
1. Quick Set
Merupakan fitur yang bisa digunakan untuk melakukan konfigurasi router secara lebih cepat.
Berikut merupakan tampilan QuickSet :
Gambar 2.12 Tampilan Quick Set
2. Interface
a. Interface, merupakan penjembatan untuk menghubungkan mikrotik dengan
Winbox menggunakan protocol berbasis Media Acces Control.
b. EoIP Tunnel, Ethernet over IP ( EoIP ) Tunneling MikroTik RouterOS adalah protokol yang membuat sebuah Ethernet tunnel antara dua router di atas koneksi Internet Protocol.
c. IP Tunnel, merupakan sebuah protokol sederhana yang mengenkapsulasi paket IP dalam IP untuk membuat tunnel di antara dua router. Tunnel interface muncul sebagai interface dalam daftar interface. termasuk Cisco dan Linux, mendukung protocol ini.
d. VLAN, Virtual Local Area Network merupakan sebuah cara pengelompokan satu set port switch bersama, sehingga mereka membentuk logical network.
e. VRRP, Virtual Router Redundancy Protocol adalah sebuah protocol pemilihan yang menyediakan availabelity tinggi untuk router. Sejumlah router dapat berpartisipasi dalam satu atau lebih router virtual.
f. Bonding, merupakan teknologi yang memungkinkan multiple Ethernet - like interfaces menjadi satu virtual link, sehingga mendapatkan data rates yang lebih tinggi dan menyediakan failover.
Gambar 2.13 Tampilan Interface
3. Bridge
a. Bridge, Untuk mengkombinasikan beberapa network ke dalam satu bridge, bridge interface harus di buat ( kemudia setiap interface harus ditentukan ports nya ).
b. Ports, submenu ini digunakan untuk memerintah interface dalam bridge interface tertentu.
c. Filters, Bagian ini mendeskripsikan bridge packet filter specific filtering options, yang di hilangkan dari deskripsi umum Firewall.
d. NAT, Network Address Translation juga merupakan tools yang termasuk digunakan untuk pembatasan access secara langsung dan melindungi traffic yang akan keluar dari router.
Gambar 2.14 Tampilan Bridge
4. Point to Point Prototcol (PPP)
a. Interface, Menu ini berfungsi untuk mengatur tampilan PPP ( Point to Point Ptotocol ).
b. PPoE ( Point Protocol over Ethernet ) Servers, Protokol dalam jaringan untuk menghubungkan komunikasi antara dua buah titik jaringan atau dua buah port ethernet dengan model tunneling ( terowongan ) dan juga sebagai virtual dial- up dalam jaringan
c. Secrets, Menu ini berfungsi untuk menentukan user dan password untuk client
yang ingin terhubung ke MikroTik menggunakan PPoE.
d. Profiles, Menu ini berfungsi untuk memuat parameter-parameter yang digunakan oleh komputer client.
e. Active Connections, Menu ini berfungsi untuk mengetahui username yang terhubung menggunakan koneksi PPPoE.
Gambar 2.15 Tampilan Point to Point Protocol
5. Switch
a. Switch, Menu ini berfungsi untuk menghubungkan beberapa alat sehingga membentuk suatu Local Area Network ( LAN ).
b. Port, Menu ini berfungsi untuk mengecek port yang terkoneksi dan port yang tidak terkoneksi.
c. Host, Menu ini berfungsi untuk mengecek client yang terkoneksi pada jaringan.
d. VLAN ( Virtual Local Area Network ), Menu ini berfungsi untuk mengatur VLAN di MikroTik. VLAN merupakan metode yang digunakan untuk mendistribusikan beberapa segment jaringan yang berbeda pada perangkat router dengan interface Ethernet fisik yang terbatas.
e. Rule, Menu ini berfungsi untuk memberikan aturan bagi client yang terkoneksi.
Berikut merupakan tampilan switch :
Gambar 2.16 Tampilan Switch
6. Mesh
a. Mesh, Menu ini berfungsi untuk mengatur konfigurasi pada topologi mesh pada MiroTik.
b. Ports, Menu ini berfungsi untuk mengecek port yang terkoneksi dan tidak terkoneksi.
Gambar 2.17 Tampilan Mesh
7. Internet Protocol ( IP )
a. ARP ( Address Resolution Protocol ), Fungsinya untuk melihat semua ARP yang terkoneksi dan informasi yang dimunculkan yaitu IP, Mac Address dan Interface yang terkoneksi.
b. Address, Menu ini adalah bagian utama yang digunakan untuk membuat router bekerja. MikroTik saat ini hanya mendukung ipv4 dengan subnet mask. MikroTik dapat menggunakan alamat Ip secara static ataupun dynamic.
c. DHCP Client, Menu ini berfungsi untuk mengaktifkan DHCP client ( Dynamic Host Configuration Protocol ) pada perangkat dengan OS MikroTik.
d. DHCP Delay, Menu ini berfungsi untuk mengaktifkan DHCP relay ( Dynamic Host Configuration Protocol relay ).
e. DHCP Server, Menu ini berfungsi untuk membuat atau mengaktifkan DHCP Server dan selain untuk mengaktifkan DHCP Server pada menu ini kita juga bias melihat IP yang telah didapatkan oleh client secara otimatis beserta network yang ada.
f. DNS ( Domain Name System ), Menu ini digunakan untuk mengurangi trafik DNS ke internet dan mempercepat waktu yang reselove dapat digunakan fungsi DNS cache.
g. Firewall, Menu Firewall ini berisi konfigurasi packet filter dan fitur mengatur fungsi keamanan untuk mengatur arus data dari dan ke router.
h. Hotspot, Menu ini digunakan untuk melakukan authentication, authorization dan accounting pengguna yang melakukan access jaringan melalui gerbang hotspot. Pengguna hotspot sebelum melakukan access jaringan perlu melakukan authentication melalui web browser baik dengan protocol http maupun https / secure http.
i. IPsec ( Internet Protocol Security ), Menu ini berfungsi untuk mengatur IPsec, IPsec merupakan sebuah protokol yang digunakan untuk mengamankan transmisi datagram dalam sebuah internetwork berbasis TCP / IP.
j. Neighbors, Menu ini berfungsi untuk melihat informasi perihal Neighbors List
perangkat - perangkat yang terhubung ke perangkat kita.
k. Packing, Menu ini berfungsi untuk melakukan 're-packs' ( mengemas ulang ) dari paket data yang dikirimkan.
l. Pool, Menu ini berfungsi untuk menambahkan IP Pool / range IP yang akan dipergunakan nantinya seperti di DHCP, hotspot atau PPTP dan kebutuhan lainnya.
m. Routers, Menu ini menampilkan kondisi tabel routing baik aktif maupun yang cadangan. Daftar routing ini bisa bersifat permanen ( read only ), statis, dan dynamic.
n. SMB ( Server Message Block ), Menu ini berfungsi untuk mengaktifkan service SMB yang mana fungsi SMB ini sama halnya dengan fungsi service Samba pada linux atau file sharing pada Windows.
o. SNMP ( Simple Network Management Protocol ), Menu ini berfungsi untuk mengaktifkan service SNMP pada perangkat berOS MikroTik yang mana fungsi dari SNMP ini agar dapat dilakukan graph baik itu trafik, resource maupun yang lainnya dari perangkat yang digunakan dalam bentuk grafik.
p. Services, Menu ini berfungsi untuk mengubah port yang diatur ke setting default.
q. Settings, Menu ini berfungsi untuk mengaktifkan atau menonaktifkan seperti IP Forward, Send Redirects, Accept Redirect, Secure Redirect, dan Allow Fast Path.
r. Socks, Menu ini berfungsi untuk mengatur setting socks.
s. TFTP ( Trivial File Transfer Protocol ), Menu ini berfungsi untuk mengaktifkan atau menonaktifkan setting TFTP.
t. Trafic Flow, Menu ini berfungsi untuk menyetting Trafic Flow, Trafic Flow merupakan sistem yang menampilkan informasi statistik akan besar atau banyaknya paket-paket yang melewati sebuah router.
u. UPnP ( Universal Plug and Play ), Menu ini berfungsi untuk menyetting UPnP, UPnP merupakan suatu aturan protokol jaringan yang memungkinkan perangkat jaringan, seperti komputer pribadi, printer, Gateway Internet, Wi-Fi akses poin dan perangkat mobile agar mudah mengenali keberadaan satu dengan lainnya pada jaringan dan menmbangun layanan jaringan fungsional untuk berbagi data, komunikasi dan hiburan. UPnP ini ditujukan terutama untuk jaringan perumahan tanpa perangkat bertaraf perusahaan.
v. Web Proxy, Menu ini berfungsi untuk mengatur Web Proxy, Web Proxy website berbasis proxyserver yang bertindak sebagai perantara untuk menerima
/ melakukan request terhadap kontent dari sebuah jaringan internet atau
intranet.
Gambar 2.18 Tampilan Internet Protocol
8. MPLS
a. MPLS ( Multi Protocol Label Switching ), Menu ini berfungsi untuk mengatur MPLS. MPLS merupakan teknologi penyampaian paket pada jaringan backbone berkecepatan tinggi.
b. Traffic Eng, Menu ini berfungsi untuk mengatur layanan dan penyedia layanan internet.
c. vpls ( virtual privat Lan service ), Menu ini berfungsi untuk menghubungkan beberapa kawasan geografi yang terpisah dengan mengemulasikan bridging domain.
Gambar 2.19 Tampilan MPLS
9. Routing
a. BFD ( Bidirectional Forwarding Detection ), Protocol durasi pendek overhead rendah dan dimaksudkan untuk mendeteksi kesalahan dijalur dua arah antara dua mesin forwarding, termasuk antarmuka fisik, sub - interface, datalink, dan sejauh mungkin forwarding mesin sendiri, dengan latency berpotensi sangat rendah.
b. BGP ( The Border Gateway Protocol ), Sistem interdomain routing dinamis yang secara otomatis update tabel routing perangkat yang menjalankan BGP terjadi perubahan topologi jaringan.
c. Filters, Menu ini berfungsi untuk mencegah pengguna asing yang akan masuk ke router.
d. MME ( Mesh Made Easy ), Protokol routing yang terdapat pada MikroTik. Dan biasanya digunakan untuk routing dalam jaringan wireless mesh.
e. OSPF ( Open Shortest Path First ), Protokol link - state yang mengurus rute dalam struktur jaringan dinamis yang dapat mempekerjakan jalur yang berbeda untuk subjaringannya. Selalu memilih jalur terpendek kesubnetwork yang pertama.
f. Prefix List, Menu ini berfungsi untuk menerima, menolak, tindakan untuk tampil di pencocokan aturan rute.
g. RIP ( Routing Information Protocol ), Protocol routing dengan algoritma routing distance vector atau routing protocol yang hanya melihat arah dan jarak untuk menuju suatu jaringan tujuan.
Gambar 2.20 Tampilan Routing
10. System
a. Auto Upgrade, Menu berfungsi untuk melakukan auto upgrade pada sistem operasi MikroTik.
b. Certificate, Menu ini kita dapat Import, Decrypt dan reset Keys Certificate
pada OS MikroTik.
c. Clock, Menu clock ini berfungsi untuk mengatur jam dan tanggal pada system
MikroTik.
d. Console, Ini merupakan menu untuk console namun saya belum pernah pakai fitur ini jadi belum bisa info belih jauh.
e. Driver, Menu ini berfungsi untuk mengecek driver jika kita ada penambahan periperal external tambahan seperti modem USB dll.
f. Health, Menu health ini kita dapat meilihat voltage dan temperature dari perangkat yang berOS Mikrotik.
g. Identify, Menu ini berfungsi untuk membuat penamaan pada mesin yang berOS MikroTik jika kita bandingkan dengan yang berOS Windows maka identify ini sama halnya dengan compuer name pada Windows.
h. LED, Menu untuk pengaturan sistem led pada mikrotik ( lampu led pada setiap
interface yg ada atau led indikator lainnya ).
i. License, Menu berfungsi untuk melihat license MikroTik, mulai dari informasi perihal license yang sedang digunakan, upgrade License, update License key, export key, import key dan paste key.
j. Logging, Menu berfungsi untuk melakukan pengaturan sistem loggingnya yang mana fungsi Logging ini adalah agar kita bisa mengetahui informasi dari sistem dan juga log - log yang sudah terjadi pada sistem.
k. Packages, Menu berfungsi untuk melihat packages-packagesapa saja yang telah terinstall pada sistem MikroTik kita beserta informasi versinya. Dan dari menu ini kita juga dapat melakukan disabled, enabled, downgrade dan uninstall packages yang ada.
l. Password, Menu ini berfungsi untuk kita dapat mensetting password pada OS MikroTik ini.
m. Ports, Menu ini untuk meliha ports yang terpakai pada MikroTik.
n. Reboot, Menu ini berfungsi untuk mereboot atau merestart mesin yang berOS Mikrotik.
o. Reset Configuration, Menu ini diunakan unuk mereset konfigurasi pada
MikroTik.
p. Resource, Menu ini berfungsi untuk melihat semua informasi mengenai sistem yang kita pada pada OS MikroTik itu sendiri mulai dari versi OS yang dipakai, model hardware yang dipakai, uptimes, kapasitas HDD dan memori dan informasi lainnya yang sangat kita butuhkan.
q. Routerboard, Menu ini berfungi untuk menampilkan informasi dari seri
routerboard yang kita pergunakan.
r. NTP Client, Menu ini berfungsi untuk mensetting NTP client agar clocknya
dapat sinkron dengan sistem NTP yang ada.
s. Scheduler, Menu berfungsi untuk membuat penjadwalan sesuai kebutuhan yang ada.
t. Script, Menu berfungsi untuk mebuat sebuah script sesuai dengan fungsi yang kita butuhkan untuk dapat diproses secara terjadi dengan menggunakan fitur dari scheduler di atas.
u. Shutdown, Menu berfungsi untuk mematikan mesin yang menggunakan OS Mikrotik sehingga jika kita memilih mengclik menu shutdown maka mesinnya akan mati total.
v. Special Login, Menu ini berfungsi untuk menambah atau mengurangi user special dengan kegunaan tertentu.
w. Store, Menu ini berfungsi untuk membuat sebuah atau lebih store, cek driver, format drive dan clean driver.
x. Users, Menu berfungsi untuk menambah / menghapus / mengedit user, membuat dan menentukan hak akses user dan melihat informasi tentang user yang sedang login.
y. Watchdog, Menu watchdog ini merupakan menu terakhir dari menu-root Sistem yang mana salah satu fungsinya yaitu melakukan test koneksi ke mesin lain dan jiak tidak terkoneksi maka sistemnya akan reboot.
Gambar 2.21 Tampilan System
11. Queues
a. Simple Queues, Menu ini berfungsi untuk membatasi penggunaan
bandwidthclient pada jaringan skala kecil dan menengah.
b. Interface Queues, Menu ini berfungsi untuk megecek user yang terkoneksi pada jaringan.
c. Queues Tree, Menu ini berfungsi untuk membatasi penggunaan
bandwidthclient dengan menggunakan mangle ( penanda paket ).
d. Queues Type, Menu ini berfungsi untuk menentukan jenis queues yang akan digunakan.
Gambar 2.22 Tampilan Queues
12. Files
Menu ini berfungsi untuk menyimpan file dalam OS Mikrotik seperti
File - file HTML login page hotspot, files backup, files log dan files lain. Berikut merupakan tampilan dari files :
13. Log
Menu ini berfungsi untuk melihat informasi log yang terjadi, dan informasi - informasi dari log ini sangat dbutuhkan sebagian informasi bantuan disaat troubleshoot.
Gambar 2.24 Tampilan Log
14. Radius
Menu ini berfungsi untuk membuat sistem hotspot pada Mesin MikroTik dan mengkoneksikan sistem Hotspot ke server radius.
15. Tools
a. BTest Server, Menu ini berfungsi untuk mengaktifkan fasilitas bandwidth test pada OS MikroTik. Bandwidth test bertujuan untuk mengtest atau mengukur seberapa besarnya trafik yang dapat kita lewatkan pada sebuah interface yang ada pada perangkat tersebut.
b. Bandwidth Test, Menu ini berfungsi untuk melakukan bandwidth test terhadap mesin lawannya.
c. Email, Menu ini berfungsi untuk melakukan fungsi pengiriman dan menertima
email dari mesin berOS MikroTik.
d. Flood Ping, Menu ini berfungsi untuk melakukan test ping flood ke mesin lawan ( pembanjiran data ping ke suatu host ).
e. Graphing, Menu ini berfungsi untuk membuat dan mengaktifkan graph trafik pada mesin yang berOS MikroTik. Grafik adalah alat untuk memonitor berbagai parameter RouterOS dari waktu ke waktu dan menempatkan data yang dikumpulkan dalam grafik yang bagus.
f. IP Scan, Menu ini berfungsi untuk melakukan scan IP melalui perangkat
MikroTik pada satu jaringan yang ada.
g. MAC Server, Menu ini berfungsi untuk mengakses atau meremote sebuah perangkat yang berOS MikroTik melalui Mac address dan IP Address.
h. Netwatch, Menu ini berfungsi untuk memonitor keadaan host pada jaringan, dengan mengirimkan ping ICMP ke daftar alamat IP yang ditetapkan.
i. Packet Sniffer, Menu ini berfungsi untuk menangkap dan menganalisa paket - paket yang akan, meninggalkan atau pergi melalui router.
j. Ping, Menu ini berfungsi untuk melakukan ping terhadap host.
k. Ping Speed, Menu ini berfungsi untuk mengevaluasi seputar throughput untuk setiap remote host dan membantu untuk menemukan jaringan yang “bottleneck”.
l. Profile, Menu ini berfungsi untuk melihat data load yang tinggi sehingga dapat dilakukan troubleshoot.
m. SMS, Menu ini berfungsi untuk melalukan konfigurasi pengiriman dan penerimaan SMS.
n. Telnet, Menu ini berfungsi untuk melakukan remote ke suatu host melalui
remote telnet IP, remote SSH IP dan juga remote telnet Mac address.
o. Torch, Menu ini berfungsi untuk memantau lalu lintas yang akan melalui antarmuka.
p. Traffic Generator, Menu ini berfungsi untuk mengevaluasi kinerja DUT ( Perangkat Under Test ) atau SUT ( Sistem Under Test ). ATools ini dapat menghasilkan dan mengirimkan paket RAW melalui port tertentu.
q. Traffic Monitor, Menu ini berfungsi untuk menjalankan skrip konsol ketika trafik interface melintasi batas limite tertentu.
Berikut adalah gambar tampilan menu Tools :
Gambar 2.26 Tampilan Tools
16. New Terminal
Menu ini berfungsi sebagai console pada OS MikroTik dalam arti text mode sama halnya dengan Linux OS yang berbasis server mode text.
Berikut adalah tampilan new terminal :
Gambar 2.27 Tampilan New Terminal
17. Meta ROUTER
Menu metaROUTER ini merupakan menu untuk membuat sebuah mesin virtual pada perangkat yang berOS MikroTik.
Gambar 2.28 Tampilan Meta Router
18. Partitions
Menu ini berfungsi untuk mengbackup OS, jika pada OS utama mengalami error.
Gambar 2.29 Tampilan Partition
19. Make Supout.rif
Menu ini berfungsi untuk membuat backup dari OS MikroTik, serta informasi dari seri dari OS yang dipakai dan digunakan untuk menganalisa permasalahan yang terjadi.
Gambar 2.30 Tampilan Make Supout.rif
20. Manual
Menu ini berfungsi untuk membawa kita ke link manual pengunaan OS MikroTik sama halnya menu help atau -h pada linux dan Windows.
Gambar 2.31 Tampilan Manual
21. Exit
Menu ini berfungsi untuk menutup windows interface pada OS MikroTik yang diakses melalui aplikasi winbox.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Profil SMKN 1 Tambun Utara
Sekolah ini awalnya bernama USB SMKN 1 Tambun Utara (filial dari SMKN 1 Cikarang Barat). SMKN 1 Tambun Utara berdiri pada bulan juli 2005. Pada awalnya sekolah ini diprakarsai oleh beberapa guru senior dari SMKN 1 Cikarang Barat dan beberapa guru muda sekolah swasta ditambah guru yang berasal dari perusahaan ( PT ). Guru senior tersebut adalah Bpk Xxxxxxx, Bp. Xxx. Ali dan Bpk. Xxx Xxxxx Xxxxxxx. Sekolah ini awalnya berlokasi “digudang” namun sekitar bulan September sekolah ini berpindah ke lokasi baru, yaitu Kp. Turi disebelah bangunan SD, yaitu SDN 04 Sriamur Ds Sriamur kec. Tambun Utara.
Pada saat awal berdirinya sekolah ini yang menjadi PLH / PJS Kepala sekolah adalah Bpk. Xxxxxxx, namun ditengah perjalanan beliau diangkat menjadi pengawas di Dinas kabupaten Bekasi, Sehingga yang menjadi PJS digantikan oleh Bpk. Xxx Xxxxx Xxxxxxx.
Pada bulan maret 2006, Bpk Xxx Xxxxx Xxxxxxx diangkat menjadi kepala sekolahdi SMKN 1 Babelan, dan yang menjadi PLH selanjutnya adalah Bpk Xx,xxxxxxx Nurcahyodari SMKN 1 Tambelang, sehingga filialnya berubahke SMKN 1 Tambelang. Pada saat beliau menjadi PLH, lokasi sekolah dipindah dari SD ke gedung SMPN 2 Tambun Utara yang letakanya sangat dekat dengan tempat yang akan dibangunnya gedung SMKN 1 Tambun utara. Tanah dimana nantinya akan dibangunnya SMKN 1 Tambun Utara merupakan tanah Kas Desa ( TKD ) Ds. Srijiaya Kec.Tambun Utara Kab. Bekasi.
Peresmian SMKN 1 Tambun Utara
Pada tanggal 26 januari 2007 turunlah sk Bupati no. 421 / Kep.15 – Disdik / 2007 temtamg pendirian / pembukaan Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) Negeri, Sekolah Menengah Atas ( SMA ), Sekolah Menengah Kejuruan
43
Negeri ( SMKN ) dilingkungan Kab. Bekasi. Sejak saat itulah SMKN 1 Tambun Utara resmi menjadi sekolah negeri. Tidak lama kemudian dikirim seorang Kepala Sekolah yang berasal dari SMKN 1 Cikarang Barat, Beliau bernama Drs. H. Alinurdin. Selanjutnya pada tahun 2011 digantikan oleh Xxxxxx, S.Pd hingga saat ini.
JURUSAN / PROGRAM KEAHLIAN
Program keahlian yang terdapat di SMKN 1 Tambun Utara :
1. Teknik Sepeda Motor ( TSM )
2. Teknik Elektronika Industri
3. Administrasi Perkantoran
4. Akuntansi
Visi dan Misi SMKN 1 TAMBUN UATARA VISI :
Lembaga pendidikan yang mampu menyiapkan lulusannya terampil, cerdas dan berakhlak mulia serta mampu bersaing dimasyarakat dalam menghadapi pasar bebas.
MISI :
1. Menciptakan suasana yang kondusif sehingga mampu mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi.
2. Melengkapi sarana dan prasarana sekolah serta mengoptimalkan penggunaanya.
3. Melaksanakan manajemen modern dengan planning, organizing, actuatingand controling.
4. Mengoptimalkan pembinaan organisasi kesiswaan dengan memberikan berbagai macam pilihan kegiatan ekstrakurikuler.
5. Meningkatkan prestasi sekolah.
3.2 Struktur Organisasi SMKN 1 TAMBUN UTARA
SECURITY
ADMIN TATA USAHA
Xxxxx xxxxxxx
XXXX XXXXXXXX
XXXX XXXXXXXX
XXXX XXXXXXXX
XXXX XXXXXXXX
KA SUBBAG TATA USAHA
Xxxxxxxxx Xxxxxx, S.Pd.
WAKASEK KURIKULUM
Xxx. X. Xxxxxxxxxxxx
XXXXXXX HUBIN
WAKASEK SARANA/PRASARANA
WAKASEK KESISWAAN
Sugito, S.Pd
KETUA KOMITE SEKOLAH
KEPALA SEKOLAH
XXXXXX,X.Pd
Nero
Xxxxx Xxxxxxx, S.Pd
Xxxx Xxxxxxx, S.Pd.
Xxx Xxxxx, S.Pd.
Xxxxx Xxxxxxx, S.Pd
Hj. Xxxx Xxxxxxxxx Xxxxxxxxx, S.Pd.
Xxxxxx Xxxxxxx, S.Pd
Xxxxx Xxxx
Gambar 3.1 Struktur Organisasi SMKN 1 TAMBUN UTARA
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
3.3.1 Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan kurang lebih 2 bulan yakni sejak tanggal 05 Maret 2017 s/d 05 Mei 2017.
3.3.2 Tempat
Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 TAMBUN UTARA yang berlokasi di desa Srijiaya Kec.Tambun Utara Kab. Bekasi. Dalam penyusunan skripsi diperlukan metode yang digunakan untuk menyusun serta melengkapi data- data. Adapun metode yang digunakan adalah :
a. Wawancara
Melakukan wawancara langsung dengan Guru-guru dan siswa untuk memperoleh data tentang kurang maksimalnya koneksi internet.
b. Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan mempelajari keluhan yang dihadapi oleh pengguna internet.
c. Studi pustaka
Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, mengutip dan membuat catatan yang bersumber pada bahan-bahan pustaka yang mendukung dan berkaitan dengan jaringan. Pada tahap ini akan dilakukan beberapa langkah pengelolaan agar sistem yang dikerjakan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
3.4 Sistem Yang Berjalan
Wireless RUANG TATA USAHA
SWITCH
RUANG LAB KOMPUTER
SERVER
ROUTER
CLOUD
SWITCH
Wireless RUANG GURU
Gambar 3.2 Sistem Yang Berjalan
3.5 Usulan Sistem Yang Berjalan
Untuk mengkoneksikan perangkat sistem, diperlukan rancangan topologi agar dapat mengetahui alur kerja sistem. Topologi yang digunakan untuk mengoptimalkan jaringan wireless dan melakukan pengujian QoS ( Quality of Service ) dimana pada sistem ini memerlukan 1 buah router, 1 buah switch, 5 kabel UTP dan 3 buah laptop / PC. Pada Gambar 4.1 akan menunjukan simulasi topologi tersebut.
Berikut merupakan gambar simulasi topologi :
SWITCH
PC 1
Kabel UTP
Kabel UTP
PC 2
Kabel UTP
ROUTER
Kabel UTP
CLOUD
PC 3
Gambar 3.3 Timulasi Topologi Yang Digunakan.
Pada Gambar 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa port 1 pada router mikrotik terhubung dengan kabel ISP ( Internet Service Provider ) sebagai sumber pengaturan bandwidth untuk komputer client pada jaringan local yang sudah tersedia jaringan internetnya dan pada port 2 dihubungkan dengan Switch sebagai penghubung ke komputer client dan 3 buah PC yang digunakan akan saling terhubung melalui jaringan wireless, PC 1 berperan sebagai konfigurator sekaligus client dimana akan dilakukan konfigurasi router mikrotik dengan winbox sebagai aplikasi pendukungnya, sedangkan pada PC 2 dan 3 berperan sebagai komputer
client serta akan digunakan sebagai perangkat keras untuk pengujian QoS dengan menggunakan wireshark dan IDM sebagai aplikasi pendukungnya.
3.6 pengembangan sistem
Berdasarkan referensi definisi sejumlah model pengembangan sistem yang ada, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengembangan sistem Network Development Life Cycle ( NDLC ). NDCL merupakan model yang mendefinisikan siklus proses perancangan atau pengembangan suatu system jaringan komputer, NDCL mempunyai elemen yang mendefinisikan fase, tahapan, langkah atau mekanisme proses spesifik. Penerapan dari setiap tahapan NDCL adalah sebagai berikut :
Gambar 3.4 NDLC
3.6.1 Analisa
Pada tahap ini dilakukan analissis kebutuhan sistem sebagai bagian dari studi awal bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan spesifik sistem. Kebutuhan spesifik sistem adalah spesifikasi mengenai hal - hal yang akan dilakukan sistem ketika diimplementasikan.
3.6.2 Desain
Dari data-data yang sudah didapatkan sebelumnya, pada tahap desain ini akan dibuat gambar desain alur sistem kerja yang akan dibangun, diharapkan dengan gambar ini akan memberikan gambaran seutuhnya dari kebutuhan yang ada. Desain bisa berupa desain struktur topologi, desain akses data, desain perkabelan, dan sebagainya yang akan memberikan gambaran yang jelas tentang project yang akan dibangun.
3.6.3 Simulasi
PrototipeTahap ini bertujuan untuk melihat kinerja awal dari penelitian yang akan dilakukan sebagai bahan pertimbangan awal dari penelitian yang akan dilakukan sebagai bahan pertimbangan sebelum sistem diterapkan. Biasanya tahap ini menggambarkan secara simulasi atau melakukan uji coba.
3.6.4 implementasi
Dalam tahap ini rancangan yang dibuat diterapkan di lab komputer SMKN 1 TAMBUN UTARA. Pada tahap ini akan dilakukan beberapa kegiatan seperti :
a. Pembangunan jaringan komputer di SMKN 1 TAMBUN UTARA
b. Instalasi Router Mikrotik.
c. Konfigurasi Queues dan PCQ ( Peer Connection queue ) MikroTik untuk manajemen bandwidth.
3.7 Analisis System
Pada penelitian ini akan dibangun sistem manajemen bandwidth dalam jaringan dengan mengunakan beberapa perangkat keras dan perangkat lunak. Sementara itu yang menjadi subjek penelitian adalah penggunaan metode Queue yang berjalan pada jaringan local area network, yang mana akan dibuktikan apabila sistem sudah berjalan. Hingga pada step akhir dari penelitian ini adalah melakukan pengukuran Quality of Service terhadap jaringan dari sistem yang telah berjalan.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian terdiri dari perangkat keras (hardware), dan perangkat lunak ( software ). Spesifikasi perangkat yang digunakan adalah :
3.7.1 Perangkat Keras
Perangkat keras ( Hardware ) yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 3.1 Perangkat Keras
perangkat | Spesifikasi |
Mikrotik RB751U-2HnD | CPU = AR7241 400MHz |
Memory = 32MB DDR SDRAM onboard | |
Data Storage = 64MB onboard NAND | |
Ethernet = Five 10/100 ethernet ports |
3.7.2 Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 3.2 Perangkat lunak ( software )
Software | Keterangan |
Windows 7 | Sistem operasi utama komputer yang digunakan |
Mikrotik | Operating System = MikroTik RouterOS v3, Level 4 |
Winbox | Tools remote acces |
Berdasarkan batasan masalah pada penelitian ini, uji coba simulasi penerapan
Queue dilakukan pada 3 client saja.
Tabel 3.3 Perangkat
Perangkat | Jumlah unit |
Laptop/PC | 3 |
MikroTik | 1 |
Switch | 1 |
Kabel UTP | 5 |
3.8 Perancangan Sistem
Pada penelitian ini akan dibangun sistem manajemen bandwidth dalam jaringan dengan mengunakan beberapa perangkat keras dan perangkat lunak. Sementara itu yang menjadi subjek penelitian adalah penggunaan metode Queue dan Peer Connection queue ( PCQ ) yang berjalan pada jaringan local area network ( LAN ), yang mana akan dibuktikan apabila sistem sudah berjalan. Hingga pada step akhir dari penelitian ini adalah melakukan pengukuran Quality of Service ( QOS ) terhadap jaringan dari sistem yang telah berjalan.
Untuk mengkoneksikan perangkat sistem, diperlukan rancangan topologi agar dapat mengetahui alur kerja sistem. Topologi yang digunakan untuk mengoptimalkan jaringan wireless dan melakukan pengujian QoS (Quality of Service) dimana pada sistem ini memerlukan 1 buah router, 1 buah switch, 5 kabel UTP dan 3 buah laptop / PC. Pada Gambar 4.1 akan menunjukan topologi tersebut.
Berikut merupakan gambar topologi sistem :
SWITCH
PC 1
Kabel UTP
Kabel UTP
PC 2
Kabel UTP
ROUTER
Kabel UTP
CLOUD
PC 3
Gambar 3.5 Topologi Sistem
Pada Gambar 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa port 1 pada router mikrotik terhubung dengan kabel ISP ( Internet Service Provider ) sebagai sumber pengaturan bandwidth untuk komputer client pada jaringan local yang sudah tersedia jaringan internetnya dan pada port 2 dihubungkan dengan Switch sebagai penghubung ke komputer client dan 3 buah PC yang digunakan akan saling terhubung melalui jaringan wireless, PC 1 berperan sebagai konfigurator sekaligus client dimana akan dilakukan konfigurasi router mikrotik dengan winbox sebagai aplikasi pendukungnya, sedangkan pada PC 2 dan 3 berperan sebagai komputer client serta akan digunakan sebagai perangkat keras untuk pengujian QoS dengan menggunakan wireshark dan IDM sebagai aplikasi pendukungnya.
3.8.1 Konfigurasi IP Address Mikrotik
Routing statik adalah membuat jalur perutean ( routing ) secara manual. Seperti yang kita ketahui bahwa mikrotik akan memberikan jalur perutean ( routing ) secara otomatis jika menambahkan ip address di interface ( antarmuka ). Statik routing sangat diperlukan jika ingin menghubungkan perangkat jaringan yang memiliki subnet yang berbeda, jadi memerlukan perangkat yang bisa melakukan proses routing. Dalam penelitian ini, akan dilakukan cara menghubungkan perangkat jaringan dengan IP yang berbeda, disini akan melakukan pengaturan secara statik pada mikrotik.
a. Login ke Winbox
Langkah pertama yang perlu dilakukan yaitu membuka aplikasi winbox pada PC 1 yang berperan sebagai PC server, kemudian login dengan memasukkan username yaitu admin dan kosongkan pada kolom password lalu refresh, klik MAC address kemudian connect maka secara otomatis akan terhubung dengan mikrotik. Berikut merupakan tampilan awal aplikasi winbox.
Gambar 3.6 Login ke Winbox
Setelah melakukan proses login, makan akan muncul tampilan seperti pada gambar 4.2 yang merupakan tampilan aplikasi winbox setelah berhasil login.
Gambar 3.7 Tampilan winbox setelah login
b. Rename Interface pada Mikrotik
Langkah ini dilakukan untuk mengubah nama interface pada mikrotik. Pada tahap ini, klik interfaces pada menu bar kemudian pilih ether 1 lalu ubah ether 1 menjadi lnternet dan ether 2 menjadi local pada tab General, pilih Apply lalu OK. Berikut merupakan tampilan saat rename interfaces.
Gambar 3.8 Langkah 1 rename interface
Setelah melakukan rename interfaces, maka akan muncul tampilan seperti gambar 4.5 yang merupakan interfaces list.
Gambar 3.9 Langkah 2 interface list
c. Setting IP Address pada masing - masing Interface
Pada langkah ini dilakukan pengisian IP Address pada masing-masing interface sesuai dengan topologi yang sudah ditentukan. Pada tahap ini, dilakukan pengisian IP Address yang ada pada menu bar kemudian add IP dan ketik IP Address yang diguanakan yaitu 000.000.00.0/00 pada ether 2 dan 000.000.000.0/00 pada wlan 1.
Gambar 3.10 Langkah 1 setting IP Address interface
Gambar 3.11 Langkah 2 setting IP Address interface local
Gambar 3.12 Langkah 3 setting IP Address interface untuk internet
Gambar 3.13 Langkah 4 DNS setting
Gambar 3.14 Route List
d. Setting NAT
NAT ( Network Address Translation ) atau penafsiran alamat jaringan adalah suatu metode untuk menghubungkan lebih dari satu computer ke jaringan internet dengan menggunkan satu alamat IP.
Gambar 3.15 Langkah 1 Setting NAT
Gambar 3.16 Langkah 2 Setting NAT
3.8.2 Setting Mikrotik untuk Bandwidth Management
Dalam jaringan komputer, bandwidth adalah jumlah data yang dapat dibawa dari satu titk ke titik yang laindalam jangka waktu tertentu ( biasanya menggunakan satuan detik ) atau lebih sederhananya dapat diartikan dengan besaran volume informasi yang dapat ditangani persatuan detik.
Pada penelitian kali ini penulis akan menggunakan 3client, jumlah bandwidth yang dugunakan adalah 1 MBps yang dibagi menjadi Download 800 KBps dan Upload 200 KBps dengan asumsi bandwidth akan terbagi pada masing – masing client dengan PCQ ( Peer Conection Queue ).
Beriku beberapa setting management bandwidth pada winbox :
a. Konfigurasi simple queue pada winbox
Gambar 3.17 tampilan simple queue
Gambar 3.18 Setting simple queue
Gambar 3.19 Tampilan Tab advance pada simple queue
b. Konfigurasi Queue dan PCQ ( Peer Connection Queue )
Konfigurasi Queue dan PCQ ( Peer Connection Queue ) Leaf dapat dilakukan melalui menu Queues pada bar menu Queue dan untuk konfigurasi PCQ pada Queue Types, untuk mengatur bandwidth upload dan download pada masing - masing client dengan konfigurasi PCQ type name = download untuk download dan type name upload untuk upload, kind = pcq, rate = 0, limit = 50, total limit = 2000, classifier = dst. Address dan classifier = src. Address untuk upload. Konfigurasi Queue pada tab general name = down – pc - 1, parent = download, paket mark = pc – 1 - net queue type = download, Limit At = 112k, max 74 limit = 800k dan untuk untuk upload name = up – pc - 1 parent = upload, paket mark = pc – 1 - net queue type = upload, limit at = 29k max limit = 200k. Lakukan konfigurasi untuk tiap - tiap client. Dibawah ini adalah gambar konfigurasi Queue dan PCQ ( Peer Connection Queue ).
Gambar 3.20 Konfigurasi PCQ Download
Gambar 3.21 Konfigurasi PCQ Upload
Gambar 3.22 Konfigurasi Queue Tree Parent Download
Gambar 3.24 Konfigurasi Queue Tree Download Client 1
Gambar 3.26 Hasil konfigurasi Queue Tree dan PCQ
c. Setting IP Address pada PC Client
Setelah melakukan langkah - langkah konfigurasi pada mikrotik, maka langkah selanjutnya menghubungkan masing - masing client pada switch dengan kabel UTP dan konfigurasi IP Address dan DNS pada masing - masing PC.
Berikut merupakan gambar tampilan konfigurasi IP Address :
Gambar 3.28 Konfigurasi IP Address Client 1 dan Client 2
Gambar 3.29 Konfigurasi IP Address Client 3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dibahas mengenai hasil uji perbandingan QoS ( Quality of Service ) sebelum dan setelah Quee diaktifkan pada Router Mikrotik dan aplikasi yang digunakan untuk melakukan konfigurasi yaitu Winbox. Pada penelitian ini penulis akan menganalisa parameter QoS yaitu Delay, Jitter, Throughput dan Packet Loss, dan aplikasi pendukung yang digunakan yaitu aplikasi Wireshark.
4.1 Pengujian Koneksi
Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa management bandwidth menggunakan metode Queue jauh lebih efektif dan optimal dibandingkan tidak menggunakan metode pengaturan bandwidth dalam suatu jaringan wire local area network. Pada pengujian ini akan menunjukkan perbandingan kualitas jaringan setelah penggunaan metode Quee Tree dan PCQ yaitu dengan melakukan pengujian pada kualitas layanan jaringan atau QoS.
Setelah melakukan beberapa langkah konfigurasi pada router mikrotik seperti yang dibahas pada bab sebelumnya, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu melakukan test ping pada setiap komputer, baik dari komputer server ke client maupun dari komputer client ke Mikrotik. langkah ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua IP komputer sudah terkoneksi ke internet. Buka cmd lalu ping gateway mikrotik dan DNS google .
4.1.1 Ping dari PC Client ke Mikrotik
Perancangan topologi dan konfigurasi pada router mikrotik telah berhasil dilakuakan apabila test ping telah berhasil.
Berikut merupakan gambar hasil test ping dari masing-masing komputer :
87
Gambar 4.1 Ping dari Client 1 ke Mikrotik
Gambar 4.2 Ping dari Client 2 ke Mikrotik
Gambar 4.3 Ping dari Client 3 ke Mikrotik
Setelah setiap komputer telah berhasil terhubung melalui jaringan wire local area network dan internet maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian dengan dengan melakukan test download untuk pengujian dan melihat peerbandingan kecepatan transfer jaringan yang menggunakan metode Queue dan yang tidak menggunakan metode antian konfigurasi Queue.
4.1.2 Test Download pada Client
Setiap client telah terhubung dengan koneksi internet, client 1 disini berperan sebagai komputer yang menjalankan aplikasi wireshark sekaligus melakukan downloaduntuk mandapatkan data pengujian parameter sehingga dapat membandingkan QoS ( Quality of Service ) antara jaringan yang menggunakan Queue dengan yang tidak menggunakan Queue. Sementara client 2 dan 3 melakukan download dengan ukuran file yang sama.
Berikut akan terlihat perbedaan kecepatan download antara jaringan yang tidak menggunakan Queue dengan yang menggunakan Queue.
Gambar 4.4 Test Download sebelum menggunakan Queue pada client 1
Gambar 4.5 Test Download setelah menggunakan Queue pada client 1
Gambar 4.7 Test Download setelah menggunakan Queue pada client 2
Gambar 4.8 Test Download sebelum menggunakan Queue pada client 3
4.2 Pengujian Pada Router Mikrotik
Hasil pengujian juga dapat dilihat dari perangkat yang digunakan, yaitu pada saat computer client melakukan test download maka akan terlihat perubahan warna pada queue list yang ada pada tampilan aplikasi winbox .
Gambar 4.10 Tampilan Sebelum Queue Diaktifkan
Gambar 4.11 Tampilan Setelah Queue Diaktifkan
Pada saat setiap client melakukan aktivitas online, pada aplikasi winbox
akan terlihat statistic masing-masing client. Berikut adalah gambar statistic dari
masing-masing client yang menggunakan manajemen bandwidth Queue tree dan
PCQ.
Gambar 4.12 Statistic client 1
Gambar 4.13 Statistic client 2
Gambar 4.14 Statistic client 2
Terlihat perbandingan pada ketiga gambar diatas memiliki jumlah bandwidth yang tidak jauh berbeda yaitu pada gambar client 1rata-rata bandwidth yang di terima 351,3 kbps, client 2 333,6 kbps dan untuk client 3 340,9 kbps, hal itu dikarenakan aktifnya manajemen bandwidth pada jaringan tersebut yang membuat bandwidth terbagi rata.
4.3 Pengujian Parameter
Dalam pengujian parameter ini, dilakukan untuk mengetahui perbedaan secara lebih akurat kualitas kecepatan bandwidth sebelum dan setelah menggunakan Queue tree dan PCQ dalam bandwidth management. Parameter yang dicari adalah Delay, Jitter, Throughput, dan Packet Loss.Pengujian dilakukan oleh client menggunakan aplikasi Wireshark yang mana dalam data akan muncul secara otomatis setelah melakukan proses analisa. Hasil data uji yang didapatkan akan disajikan dalam bentuk tabel untuk kemudian disimpulkan dengan grafik.
a. Hasil Capture Data oleh Wireshark Sebelum menggunakan Queue tree dan
PCQ.
Gambar 4.15 Hasil Capture Data Oleh Wireshark Tanpa Menggunakan Queue
Total paket yang diterima Lama pengamatan
Paket data yang diterima
Gambar 4.16 Summary Hasil Capture Wireshark Tanpa Menggunakan Queue.
b. Hasil Capture Data Wireshark Setelah menggunakan Queue
Gambar 4.17 Hasil Capture Data Oleh Wireshark Setelah Menggunakan Queue
Total paket yang diterima
Lama pengamatan
Paket data yang diterima
Gambar 4.18 Summary Hasil Capture Wireshark Tanpa Menggunakan Queue.
4.3.1 Delay
Dalam penelitian kali ini, delay di uji untuk membandingkan yang mana lebih banyak menghasilkan waktu tunda antara menggunakan Queue pada manajemen bandwidth dengan tidak menggunkan menggunakan Queue.
Analisis data menggunakan aplikasi wireshark di lakukan pada saatsemua clientmelakukan aktivitas download baik sebelum menggunakan Queue tree dan PCQ maupun tidak menggunakanQueue tree dan PCQ. Berdasarkan analisa tersebut berikut adalah data yang diperoleh :
a. Pengujian Delay pada kecepatan data tanpa menggunakan metode Queue tree
dan PCQ
Dari capture data yang telah dilakukan dengan Wireshark maka didapatkan rata-rata dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Rata-rata delay = Total delay / Total packet yang diterima
= 16,016591 s / 15424
= 0,00103842 s
= 1,03842 ms
Total delay didapatkan dengan menjumlahkan keseluruhan delay yang ada antara paket satu dengan paket lainnya.
Tabel 5.2 menunjukkan hasil perhitungan rata-rata delay dari capture data yang dilakukan pada kecepatan transfer data sebelum menggunakan metode Queue tree dan PCQ.
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Rata-Rata Delay Pada Kecepatan Tanpa Menggunakan Queue.
Parameter yang dihitung | Nilai yang diperoleh |
Total packet yang diterima | 15424packet |
Total delay | 16,016591 s |
16,016591 s | 1,03842 ms |
b. Pengujian Delay pada kecepatan data setelah menggunakan metode Queue.
Dari capture data yang telah dilakukan dengan Wireshark maka didapatkan rata-rata dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Rata-rata delay = Total delay / Total packet yang diterima
= 14,667138s / 21501
= 0,00068216 s
= 0,6821 ms
Total delay didapatkan dengan menjumlahkan keseluruhan delay yang ada antara paket satu dengan paket lainnya. Tabel 5.3 menunjukkan hasil perhitungan rata-rata delay dari capture data yang dilakukan pada kecepatan transfer data sebelum menggunakan metode Queue dan PCQ.
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rata - Rata Delay Dengan Queue.
Parameter yang dihitung | Nilai yang diperoleh |
Total packet yang diterima | 21501packet |
Total delay | 14,667138s |
Rata-rata delay | 0,6821 ms |
Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan nilai delay yang berbeda antara manajemen bandwidth sebelum dan setelah menggunakan metode Queue, untuk manajemen bandwidth sebelum menggunakan Queue adalah 1,03842 ms, dan setelah menggunakan Queue adalah 0,6821 ms. Dari pengujian yang telah dilakukan delay pada manajemen bandwidth tanpa menggunakan Queue lebih besar dibandingkan setelah menggunakan Queue, hal itu dikarenakan sudah dilakukan pengaturan bandwidth secara terkontrol yang setiap client sudah
Pengujian Delay (
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
Tanpa konfigurasi
Dengan konfigurasi
mendapatkan jatah bandwidth masing-masing sehingga delay dengan menggunakan Queue lebih kecil.
Gambar 4.19 Diagram Perbandingan Delay Menggunakan Queue Dan Tanpa Menggunakan Queue .
4.3.2 jitter
Jitter di uji untuk mengetahui perbandingan kecepatan pengiriman data
antara client yang menggunakan Queue tree dan PCQ maupun yang tidak menggunakan metode Queue tree dan PCQ).
a. Pengujian Jitter pada kecepatan data tanpa menggunakan metode Queue tree
dan PCQ
Dari capture data yang telah dilakukan dengan Wireshark maka didapatkan rata – rata dengan cara perhitungan sebagai berikut :
Jitter = Total variasi delay / ( Total packet yang diterima – 1 )
= 465,648s / 15423
= 0,030191 s
= 30,191 ms
Total variasi delay didapatkan dengan menjumlahkan keseluruhan selisih delay yang ada antara paket satu dengan yang lainnya. Tabel 5.4
menunjukkan hasil perhitungan jitter dari capture data yang dilakukan pada kecepatan transfer data sebelum menggunakan metode Queue.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan jitter Pada Kecepatan Data Tidak Menggunakan
Queue.
Parameter yang dihitung | Nilai yang diperoleh |
Total packet yang diterima | 15424 packet |
Total variasi delay | 465,648s |
Jitter | 30,191ms |
b. Pengujian Jitter pada kecepatan data dengan menggunakan metode Queue.
Dari capture data yang telah dilakukan dengan Wireshark maka didapatkan rata-rata dengan cara perhitungan sebagai berikut :
Jitter = Total variasi delay / ( Total packet yang diterima – 1 )
= 465,135s / 21501
= 0,021633 s
= 21,633 ms
Total variasi delay didapatkan dengan menjumlahkan keseluruhan selisih delay yang ada antara paket satu dengan yang lainnya.
Tabel 4.4 menunjukkan hasil perhitungan jitter dari capture data yang dilakukan pada kecepatan transfer data setelah menggunakan metode Queue.
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan jitter Pada Kecepatan Data Dengan Menggunakan
Queue dan PCQ
Parameter yang dihitung | Nilai yang diperoleh |
Total packet yang diterima | 21501packet |
Total variasi delay | 0,021633s |
Jitter | 21,633ms |
Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh nilai jitter pada manajemen bandwidth sebelum menggunakan Queue lebih besar dibandingkan setelah menggunakan metode Queue, untuk jitter sebelum menggunakan Queue adalah 30,191 ms, dan setelah menggunakan Queue adalah 21,633 ms. Dari pengujian yang telah dilakukan manajemen bandwidth setelah menggunakan lebih bagus dari pada tidak menggunakan Queue. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan Queue transfer data lebih cepat karena bandwidth setiap client sudah terbagi secara rata.
Berikut adalah diagaram pengujian jitter :
Pengujian jitter ( ms )
35
30
25
20
15
10
5
0
Tanpa konfigurasi
Dengan konfigurasi
Gambar 4.20 Diagram Perbandingan Jitter Menggunakan Queue dan Tanpa Menggunakan Queue.
4.3.3 Throughput
Throughputadalah kecepatan ( rate ) transfer data efektif, yang diukur dalam bps. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut.
a. Pengujian Throughput pada kecepatan data tanpa menggunakan metode Queue.
Dari capture data yang telah dilakukan dengan Wireshark maka didapatkan rata-rata dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Throughput = Paket data yang diterima / Lama pengamatan
= 10305802 bytes / 201,427 s
= 51163,955bytes / s
= 49,964 kbps
Tabel 4.5 menunjukkan hasil perhitungan throughput dari capture data yang dilakukan pada kecepatan transfer data sebelum menggunakan metode Queue.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Throughput Tidak Menggunakan Queue.
Parameter yang dihitung | Nilai yang diperoleh |
Packet datayang diterima | 10305802 packet |
Xxxx pengamatan | 201,427s |
Throughput | 49,964kbps |
b. Pengujian Throughput pada kecepatan data dengan menggunakan Queue.
Dari capture data yang telah dilakukan dengan Wireshark maka didapatkan rata-rata dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Throughput = Paket data yang diterima / Lama pengamatan
= 11542898 bytes/ 312,954 s
= 36883,688bytes/s
= 36,019 kbps
Tabel 5.7 menunjukkan hasil perhitungan throughput dari capture data yang dilakukan pada kecepatan transfer data setelah menggunakan metode Queue tree dan PCQ.
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Throughput Dengan Menggunakan Queue.
Parameter yang dihitung | Nilai yang diperoleh |
Packet datayang diterima | 11542898 packet |
Xxxx pengamatan | 312,954 s |
Throughput | 36,019kbps |
Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh nilai throughput untuk manajemen bandwidth dengan metode Queue maupun yang tidak menggunakan metode Queue. Pada manajemen bandwidth tanpa Queue diperoleh throughput sebesar 49,964 kbps, sedangkan pada manajemen bandwidth dengan Queue PCQ diperoleh throughput sebesar 36,019 kbps. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode Queue maka throughput yang dihasilkan menurun namun tidak terlalu jauh berbeda karena pembatasan bandwidth yang diberikan untuk tiap client yang menyebabkan kecepatan transfer data yang di terima client menurun.
Berikut merupakan gambar diagram pengujian throughput :
Pengujian Throughput ( kbps )
60
50
40
30
20
10
0
Tanpa konfigurasi
Dengan konfigurasi
Gambar 4.21 Diagram Perbandingan Throughput Menggunakan Queue Dan Tanpa Menggunakan Queue.
4.3.4 Packet Loss
Packet loss adalah jumlah paket data yang hilang per detik. Packet loss dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, mencakup penurunan signal dalam media jaringan, melebihi batas saturasi jaringan, paket yang corrupt yang menolak untuk transit, dan kesalahan perangkat keras jaringan.
a. Pengujian packet loss pada kecepatan data tanpa menggunakan metode Queue.
Dari capture data yang telah dilakukan dengan Wireshark maka didapatkan rata-rata dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Packet loss = 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 − 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑥 100
𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚
Packet loss = 15424 − 14023 𝑥 100
15424
= 9,083 %
Tabel 5.8 menunjukkan hasil perhitungan packet loss dari capture data yang dilakukan pada kecepatan transfer data sebelum menggunakan metode Queue.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan packet loss Pada Kecepatan Data Tidak Menggunakan Queue.
Parameter yang dihitung | Nilai yang diperoleh |
Paket data yang dikirim | 15424packet |
Paket data yang diterima | 14023packet |
Packet Loss | 9,08 % |
b. Pengujian packet loss pada kecepatan data dengan menggunakan metode Queue
Packet loss
= 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚 − 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑥 100
𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚
= 21501 − 19261 𝑥 100
21501
= 10,418 %
Dari capture data yang telah dilakukan dengan Wireshark maka didapatkan rata-rata dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Tabel 4.9 menunjukkan hasil perhitungan packet loss dari capture data yang dilakukan pada kecepatan transfer data setelah menggunakan metode Queue.
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Packet loss Pada Kecepatan Data Dengan Menggunakan Queue.
Parameter yang dihitung | Nilai yang diperoleh |
Paket data yang dikirim | 21501 packet |
Paket data yang diterima | 9261 packet |
Packet Loss | 10,42 % |
Dari pengujian yang telah dilakukan, telah diperoleh nilai packet loss untuk manajemen bandwidth tanpa menggunakan Queue yaitu 9,08 % dan dengan menggunakan metode Queue juga diperoleh 10,42 %. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa selama proses pengiriman data yang dilakukan server ke client antara kedua hasil penelitian tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan protokol yang digunakan adalah TCP yang memiliki kemampuan untuk pengecekan paket data yang hilang ataupu rusak dan mengirimnya kembali.
Pengujian Packet loss ( % )
11,00%
10,50%
10,00%
9,50%
9,00%
8,50%
8,00%
Tanpa konfigurasi
Dengan konfigurasi
Gambar 4.22 Diagram Perbandingan Packet Loss Menggunakan Queue Dan Tanpa Menggunakan Queue.
Tabel 4.9 menunjukkan hasil pengujian parameter QoS berdasarkan kecepatan transfer jaringan tanpa menggunakan metode antrian dan dengan menggunakan metode antrian Queue.
Tabel 4.9 Pengujian Parameter QoS Pada Sistem Yang Dibangun
Pengujian parameter QoS | Delay (ms) | Jitter (ms) | Throughput (kbps) | Packet Loss (%) |
Manajemen Bandwidth tanpa queues | 1,03842 | 30,191 | 49,964 | 9,08 |