KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANG (PPL) LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DARI PERSPEKTIF PETANI DI KECAMATAN LAWANG, KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR
KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANG (PPL) LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DARI PERSPEKTIF PETANI DI KECAMATAN LAWANG, KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh :
KINANTHI APRILIA IKONNY
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANG (PPL) LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DARI PERSPEKTIF PETANI DI KECAMATAN LAWANG, KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR
Oleh :
KINANTHI APRILIA IKONNY
135040100111046
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dari dosen pembimbing. Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 19 September 2017
Kinanthi Aprilia Ikonny NIM. 13504010011104
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Laki-laki dan Perempuan dari Perspektif Petani di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur
Nama Mahasiswa : Kinanthi Aprilia Ikonny NIM 135040100111046
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis
Pembimbing Utama, | Pembimbing Kedua, |
Xxxx Xxx Xxxxxx, SP., MBA. NIP. 00000000 000000 0 005 | Xx. Xx. Xxxxx Xxxxxxx, MS. NIP. 19540705 198103 2 003 |
Menyetujui : Dosen Pembimbing Disetujui Oleh:
Diketahui,
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Xxxxxx Xxxxxxx,SP.,X.Xx.,Ph.D NIP. 19770420 200501 1 001
Tanggal Persetujuan : ............................
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
MAJELIS PENGUJI
Penguji I | Penguji II |
Mas Xxx Xxxxxxxx, SP., X.Xx NIP. 197912162015042001 | Xxxx Xxxxx Rayesa, S.TP., X.Xx NIP. 2016098812042001 |
Penguji I | Penguji II |
Xxxx Xxx Xxxxxx, SP., MBA. NIP. 198107282005011005 | Xx. Xx. Xxxxx Xxxxxxx, MS. NIP. 195407051981032003 |
Tanggal Lulus :
RINGKASAN
Kinanthi Aprilia Ikonny. 135040100111046. Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Laki-laki dan Perempuan dari Perspektif Petani di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Di bawah bimbingan Xxxx Xxx Xxxxxx, SP., MBA sebagai Pembimbing Utama dan Xx. Xx. Xxxxx Xxxxxxx, MS sebagai Pembimbing Pendamping.
Penyuluhan merupakan salah satu intervensi terhadap petani, dengan adanya pemberian berupa jasa maupun fasilitas. Penyuluhan pertanian diperlukan untuk mengubah pola pikir, sikap dan perilaku untuk membangun kehidupan petani yang lebih baik secara berkelanjutan. Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) petani dan keluarganya. Penyuluhan juga dapat diartikan sebagai lembaga pendidikan non formal yang menitik beratkan pada perubahan perilaku petani dan keluarganya kearah yang lebih baik serta memiliki tantangan sendiri dalam melakukan fungsi dan peranannya. Kinerja Penyuluh merupakan respons atau perilaku individu terhadap keberhasilan kerja yang dicapai oleh individu penyuluh secara aktual dalam suatu organisasi sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada penyuluh, yang dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan periode waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan. Sejauh ini kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan dapat dikatakan belum mencapai hasil yang baik. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas PPL ialah dengan cara mengevaluasi kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan. Sejumlah PPL mengakui bahwa kinerja mereka belum maksimal. Apabila PPL tidak memahami dengan baik kinerja mereka serta hal apa saja yang tergolong baik maupun kurang baik, maka sangat sulit bagi PPL untuk memperbaiki tingkat kinerja mereka.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan dari perspektif petani di UPT Balai Penyuluhan Pertanian, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan (2) Menganalisis perbedaan kinerja antara PPL laki-laki dan PPL perempuan dari perspektif petani. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 60 orang anggota kelompok tani maupun kelompok wanita tani yang merupakan binaan UPT Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Lawang. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan pendekatan deskriptif menggunakan uji Independent sample t-test.
Kinerja PPL diukur berdasarkan lima variabel pengukuran yaitu kehandalan (reliability), tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty) dan berwujud (tangible). Kelima variabel tersebut bila diterapkan pada kegiatan penyuluhan pertanian adalah: Pertama, Kehandalan (reliability) yaitu keampuan seorang PPL untuk memberikan jasa pelayanan sesuai dengan yang disajikan, bersifat segera, terpercaya dan akurat serta konsisten dan sesuai pelayanan terhadap petani. Kedua, Tanggap (responsiveness) berarti kemampuan PPl dalam membantu petani mengidentifikasi dan mengakomodir kebutuhan petani serta memberikan pelayanan dengan cepat, serta mampu mendengar dan mengatasi keluhan yang diajukan oleh petani. Ketiga, kepastian (assurance) yaitu bagaimana PPL dapat menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan petani kepada PPl mengenai kepastian seperti inovasi yang ditawarkan bermanfaat dan tidak
i
membutuhkan biaya besar. Keempat, empati (emphaty) berarti bahwa PPL harus dapat menempatkan dirinya apabila berada pada posisi sebagai petani, sehingga apabila terdapat hambatan dalam penyuluhan maka dapat dicari jalan keluar yang terbaik. Kelima, berwujud (tangible) yaitu berupa penampilan fasilitas fisik dan pemberian materi komunikasi seperti programa / materi penyuluhan dan alat bantu penyuluhan.
Perbedaan kinerja PPL laki-laki dan Perempuan dilakukan denan menggunakan software SPSS. Perbedaan kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan berdasarkan kehandalan (reliabilitas) dapat dikatakan bahwa rata-rata terbesar ditunjukkan oleh PPL perempuan yaitu sebesar 26,43 sedangkan pada PPL laki-laki menunjukkan rata-rata sebesar 25,67. Perbedaan Kinerja PPL laki- laki dan PPL perempuan berdasarkan tingkat daya tanggap (responsiveness) diketahui bahwa tingkat kinerja PPL perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kinerja PPL laki-laki, yaitu dengan skor rata-rata sebesar 5,63 untuk PPL perempuan dan 4,57 untuk PPL laki-laki. pada variabel ketiga yaitu kepastian (assurance) hasil pengujian menunjukkan bahwa kinerja PPL laki-laki menunjukkan rata-rata sebesar 18,87 dan untuk PPL perempuan sebesar 19,53. Kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan berdasarkan variabel empati (emphati) menunjukkan bahwa rata-rata kinerja PPL laki-laki sebesar 14,00 dan PPL perempuan sebesar 14,27. Pada variabel terakhit yaitu berwujud (tangible) ditunjukkan bahwa rata-rata kinerja PPL laki-laki menunjukkan penilaian sebesar 8,87 dan PPL perempuan sebesar 6,47. Penilaian petani berdasarkan tingkat kinerja PPL menunjukkan bahwa kinerja PPL laki-laki lebih tinggi jika dibandingkan dengan PPL perempuan.
Kinerja PPL pada penelitian ini terbatas pada kehandalan (reliabilitas), tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty) dan berwujud (tangible). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PPL perempuan memiliki tingkat kehandalan, daya tanggap, kepastian dan empati terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan PPL laki-laki, namun pada tingkat wujud kerja PPL laki-laki terlihat lebih tinggi. Terdapat perbedaan yang terlihat signifikan pada variabel kinerja tersebut, yaitu pada variabel tanggap (responsiveness) dengan tingkat signifikansi 0,031 dan variabel berwujud (tangible) dengan tingkat signifikansi 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kinerja PPL perempuan tidak kalah jika dibandingkan dengan tingkat kinerja PPL laki-laki.
ii
SUMMARY
Kinanthi Aprilia Ikonny. 135040100111046. Agricultural Performance Extension from The Farmers Perspective in Lawang, Malang, East Java. Under the guidance of Xxxx Xxx Xxxxxx, SP., MBA and Xx. Xx. Xxxxx Xxxxxxx, MS
Counseling is one of the intervention of farmers, with the giving of services and facilities. Agricultural extension is needed to change the mindset, attitude and behavior to build a better farmer's life in a sustainable way. An extension activity is one effort to improve the quality of human resources (HR) of the farmers and their families. Xxxxxxxxxx can also be interpreted as non-formal education institution that focuses on changes in the behavior of farmers and their families towards the better farming and have their own challenges in performing their functions and roles. Extension Worker Performance is an individual response or behavior towards the success of work achieved by the actual extension agent in an organization in accordance with the duties and responsibilities given to the extension agent, which is carried out effectively and efficiently based on a certain period of time in order to achieve the goal. So far the performance of Agricultural Extension Farmers (PPL) in Indonesia has different characteristics, and cannot be said to achieve good results. One way to improve the quality of PPLs is to evaluate the performance of male and female PPLs. A number of PPLs admitted that their performance was not maximized. If PPLs are not well aware of their performance about what is good or bad, it is very difficult for PPLs to improve their level of performance.
The objectives of this study were (1) to analyze the performance of male and female PPLs from the farmer’s perspective in UPT Agricultural Extension Service, Lawang, Malang, East-Java; and (2) to analyze performance differences between male and female PPLs from the farmers perspective. The data collection technique used is purposive sampling with the sample number of 60 members of the farmer group and the women farmer group who are guided by UPT Agricultural Extension Institute of Lawang District. Data analysis technique used is quantitative analysis with descriptive approach using Independent sample t-test. The performance of PPL is measured by five measurement variables: reliability, responsiveness, assurance, emphaty and tangible. The five variables when applied to agricultural extension activities are: First, Reliability. It is the ability of a PPL to provide services as they are presented. It is immediate, reliable, accurate, consistent and appropriate service to farmer. Second, Responsiveness. It means the ability of PPL to help farmers identify and accommodate the needs of farmers and provide rapid service, and be able to hear and address complaints raised by farmers. Third, Assurance. It is how the PPL can create farmer’s confidence and trust to the PPL about certainty of the innovation being offered which is beneficial and does not cost much. Fourth, Empathy. It means that the PPL should be able to place himself or herself in a position of a farmer, so that if there are obstacles in counseling they can find the best way out. Fifth, Tangible. It is the form of physical facilities and the provision of communication materials
such as programa / extension materials and extension aids.
Differences in the performance of male and female PPLs were performed by using SPSS software. Differences in the performance of male and female PPL
iii
based on reliability. It can be said that the largest average is indicated by female PPL which equals to 26.43 whereas in the male PPL showed an average of 25.67. Differences in Performance of male PPL and female PPL based on responsiveness. It shows that female PPL performance level is higher than that of male PPL performance, with an average score of 5.63 for female PPL and 4.57 for male PPL. In the third variable (assurance), the test results showed that the average of male PPL was 18.87 and for female PPL was 19.53. The performance of male and female PPL based on the empathy variable shows that the average performance of male PPL is 14.00 and female PPL is 14.27. In the final variable (tangible), it is shown that the average performance of male PPL shows an assessment of 8.87 and female PPL of 6.47. Xxxxxx appraisal based on the tangible shows that the performance of male PPL is higher than that of female PPL.
The performance of PPL in this study is limited to reliability, responsiveness, assurance, emphaty and tangible. The results showed that female PPL has a level of reliability, responsiveness, certainty and empathy seen higher than that of the male PPL, but on the level of the work of male PPL looks higher. There are significant differences in the performance variables, namely the responsiveness variable with the 0.031 significance level and tangible variables with the significance level of 0.003. This shows that the level of female PPL performance is not less than the level of performance of male PPL.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Laki-laki dan Perempuan dari Perspektif Petani di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur” selesai pada waktunya. Skripsi ini berisi tentang kinerja PPL yang dilihat dari perspektif petani. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kinerja PPL laki- laki dan PPL perempuan serta menganalisis perbedaan kinerja antara PPL laki- laki dan PPL perempuan di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga berjalan dengan lancar. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi civitas akademika Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, UPT Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, masyarakat serta pihak lain yang membutuhkan informasi terkait bahasan ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga, saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.
Malang, 19 September 2017
Penulis
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Malang pada tanggal 1 April 1995 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari Xxxxx Xxxxxxx Xxxxxx Xxxxxxxx dan Xxx Xxxx Xxxxxxxxxx. Memiliki dua orang adik perempuan bernama Xxxxxx Xxxxxxxxx Xxxxxxx dan Xxxxxx Xxxxxxxx Xxxxxxx serta satu orang adik laki-laki bernama xxx Xxxxxxxx Xxxxxxx.
Penulis memulai menempuh pendidikan di TK Islam Kartini dari tahun 1998 – 2001 selama 3 tahun, kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN Randuagung 1 Singosari dari tahun 2001 – 2007. Pada tahun 2007 – 2010 penulis melanjutkan studi di SMP Negeri 2 Singosari dan kemudian melanjutkan studi di SMK Negeri 1 Purwosari dari tahun 2010 – 2013. Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Strata-1 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, penulis tidak hanya berkegiatan di bidang akademik saja, akan tetapi aktif dalam kepanitiaan baik ditingkat jurusan maupun fakultas, diantaranya divisi keamanan PASCA PLA I pada tahun 2013 dan di tingkat fakultas yaitu divisi keamanan (GT) pada tahun 2015. Penulis menjadi anggota pratama PERMASETA tahun 2013 – 2017, dan juga pernah menjadi asisten praktikum matakuliah Perilaku Konsumen pada tahun 2015.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .................................................................................................. | i |
SUMMARY ...................................................................................................... | iii |
KATA PENGANTAR ...................................................................................... | v |
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... | vi |
DAFTAR ISI..................................................................................................... | vii |
DAFTAR TABEL ........................................................................................... | ix |
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... | xi |
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... | xii |
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... | 1 |
1.1 Latar Belakang................................................................................... | 1 |
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ | 4 |
1.3 Batasan Masalah ............................................................................... | 5 |
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. | 5 |
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ | 5 |
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ | 6 |
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ | 6 |
2.2 Pengertian Gender dan Tri Peranan (Tripple roles) .......................... | 12 |
2.3 Penyuluhan Pertanian ....................................................................... | 14 |
2.3.1 Fungsi Penyuluhan Pertanian ................................................ | 15 |
2.3.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian ................................................ | 16 |
2.4 Definisi Kinerja ................................................................................. | 17 |
2.5 Penilaian Kinerja ............................................................................... | 18 |
2.5.1 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja .................................. | 18 |
2.5.2 Elemen Penilaian Kinerja ...................................................... | 19 |
2.5.3 Penilaian Kinerja Penyuluhan Pertanian ............................... | 20 |
III. KERANGKA TEORITIS......................................................................... | 22 |
3.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... | 22 |
3.2 Hipotesis ........................................................................................... | 23 |
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................... | 23 |
IV. METODE PENELITIAN ........................................................................ | 30 |
4.1 Pendekatan Penelitian ....................................................................... | 30 |
4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... | 30 |
4.3 Teknik Penentuan Sampel ................................................................ | 30 |
4.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ | 31 |
4.5 Pengujian Instrumen ......................................................................... | 32 |
4.6 Teknik Analisis Data ......................................................................... | 32 |
4.6.1 Analisis Deskriptif ................................................................. | 32 |
4.6.2 Uji Validitas ........................................................................... | 33 |
4.6.3 Xxx Xxxxxxxxxxxx ....................................................................... | 33 |
4.6.4 Uji Beda T-test....................................................................... | 34 |
vii
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 36
5.1 Gambaran Umum 34
5.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Lawang 34
5.1.2 Karakteristik Penyuluh Pertanian Lapag (PPL) di Kecamatan Lawang 37
5.1.3 Karakteristik Responden 42
5.2 Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Laki-laki dan PPL Perempuan 44
5.3 Perbedaan Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) berdasarkan
jenis kelamin 56
VI. PENUTUP 63
6.1 Kesimpulan 63
6.2 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN 69
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 25
2 Luas Desa menurut Xxxxx Xxxxx (Ha), 2015 37
3 Karakteristik PPL berdasarkan Jenis Kelamin 38
4 Karakteristik PPL berdasarkan Usia 38
5 Karakteristik PPL berdasarkan Luas Wilayah Kerja 39
6 Karakteristik PPL berdasarkan Jumlah Kelompok Tani dan Anggota Kelompok Tani 41
7 Daftar Penyuluh Pertanian Lapang UPT Balai Penyuluh Pertanian Kec.Lawang 41
8 Sebaran Responden Berdasarkan Desa 42
9 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 43
10 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 43
11 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 44
12 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Pelaksanaan Penyebaran Materi Penyuluhan (dalam satu tahun) pada Tahun 2016 44
13 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Penerapan Metode Penyuluhan dalam bentuk Pertemuan (dalam satu tahun) pada Tahun
2016 .......................................................................................................... 45
14 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Xxxlakuan Praktek Langsung
Di Lapangan pada Tahun 2016 46
15 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Pengupayaan Penyuluh terhadap Sarana dan Prasarana untuk Petani pada Tahun 2016 46
16 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Penyampaian Informasi Teknologi Terbaru pada Tahun 2016 47
17 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Pengaruh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) terhadap Peningkatan Hasil Usaha Petani
pada Tahun 2016 47
18 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Perlakuan Penyuluh mengenai Peningkatan Kapasitas Petani terhadap Akses Informasi dalam Pengembangan Usahatani pada Tahun 2016 48
19 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Pemberian Bimbingan Penyusunan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) pada Tahun 2016 49
20 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Pemberian Bimbingan dan Pemecahan Masalah Petani / Kelompok Tani pada Tahun 2016 50
21 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Pemberian Pengetahuan dan Kecakapan dalam Memberikan Informasi ke Petani pada Tahun 2016 50
22 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Pemberian Pelayanan / Penyelesaian Masalah secara Tuntas pada Tahun 2016 51
ix
23 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Pengetahuan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Mengenai Permasalahan di Lapang (hama, penyakit dll) pada Tahun 2016 51
24 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Sikap Penyuluh dalam Kemudahan ditemui dan dihubungi untuk Berkonsultasi pada Tahun
2016 .......................................................................................................... 52
25 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Pemberian Pelayanan tanpa dibedakan Kepada Petani pada Tahun 2016 53
26 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Pemberian Perhatian Khusus (individu) atas Masalah tertentu pada Tahun 2016 53
27 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Kunjungan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) terhadap petani (perorangan/kelompok/masal) dalam satu tahun pada Tahun 2016 54
28 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Penerapan Metode Penyuluhan dalam Bentuk Kursus (dalam satu tahun) pada Tahun
2016 .......................................................................................................... 55
29 Kinerja PPL menurut Petani Berdasarkan Perencanaan, Pengolahan, Analisis dan Perumusan Hasil Metode Penyuluhan pada Tahun 2016 55
30 Perbedaan Kinerja PPL Laki-laki dan PPL Perempuan menggunakan
Uji Beda pada Variabel Kehandalan (reliability) 58
31 Perbedaan Kinerja PPL Laki-laki dan PPL Perempuan menggunakan
Uji Beda pada Variabel Daya Tanggap (responsiveness) 59
32 Perbedaan Kinerja PPL Laki-laki dan PPL Perempuan menggunakan
Uji Beda pada Variabel Kepastian (assurance) 59
33 Perbedaan Kinerja PPL Laki-laki dan PPL Perempuan menggunakan
Uji Beda pada Variabel Empati (emphaty) 60
34 Perbedaan Kinerja PPL Laki-laki dan PPL Perempuan menggunakan
Uji Beda pada Variabel Berwujud (tangible) 61
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1 Kerangka Konsep Penelitian Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Laki-laki dan Perempuan dari Perspektif Petani di
Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur 23
2 Peta Kecamatan Lawang 36
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1 Kuisioner Penelitian 70
2 Identitas Responden 74
3 Hasil Pengukuran Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL)
Laki-laki dan Perempuan 78
4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 81
5 Hasil Uji Independent Sample t-test 85
6 Dokumentasi 88
xii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyuluhan merupakan salah satu intervensi terhadap petani, dengan adanya pemberian bantuan berupa jasa maupun fasilitas. Pasal 1 ayat (2 dan 3) UU No.16 Tahun 2006 menegaskan bahwa penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan yang selanjutnya disebut pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Penyuluhan juga dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan non formal yang menitik beratkan pada perubahan perilaku petani dan keluarganya kearah yang lebih baik serta memiliki tantangan sendiri dalam melakukan fungsi dan peranannya.
Departemen pertanian, 2004 (dalam Utami, 2008) menyatakan bahwa penyuluhan pertanian diperlukan untuk mengubah pola pikir, sikap dan perilaku guna membangun kehidupan dan penghidupan petani yang lebih baik secara berkelanjutan. Penyuluhan pertanian saat ini semakin beragam, tidak hanya menangani masalah produksi pertanian, akan tetapi juga terkait pemasaran dan juga adanya aturan yang membatasi petani. Penyuluhan pertanian sendiri merupakan mekanisme penting untuk menyampaikan informasi dan petunjuk serta masukan dalam pertanian modern. Penyuluh pertanian merupakan orang yang mengemban tugas memberikan dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan cara-cara baru yang lebih sesuai dengan perkembangan teknologi pertanian yang lebih maju (Xxxxxxxxxxxxx, 1994). Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) petani dan keluarganya.
1
2
Hernawan (2014) menyatakan bahwa, peningkatan kemampuan petani tidak hanya mencakup kemampuan teknik budidaya atau teknik produksi, tetapi juga kemampuan petani dalam menangani aspek ekonomi usaha dan kemampuan menumbuhkembangkan organisasi ekonomi mereka.
Subejo (2006) mengatakan bahwa perbedaan persepsi antara pemerintah pusat dengan daerah dan antara eksekutif dengan legislatif terhadap arti penting dan peran PPL, keterbatasan alokasi anggaran untuk kegiatan penyuluhan pertanian dari pemerintah daerah, ketersediaan materi informasi pertanian terbatas, penurunan kapasitas dan kemampuan manajerial dari PPL, serta PPL kurang aktif untuk mengunjungi petani dan kelompoknya, kunjungan lebih banyak dikaitkan dengan proyek menyebabkan kinerja dan aktivitas PPL menurun. Beberapa petani bahkan harus membayar untuk mendapatkan pelayanan terkait penyuluhan pertanian, misalnya konsultasi. Melalui evaluasi pada proyek- proyek penyuluhan pertanian, mengindikasikan bahwa penyuluhan pertanian belum memenuhi orientasi dan kepentingan client, kapasitas sumberdaya manusia dan komitmen pemerintah lemah. Beberapa masalah yang dihadapi kadangkala berupa external factors seperti lemahnya komitmen politik dan ketergantungan pada coplementary policies. Problem yang lain muncul, kadangkala kegiatan penyuluhan pertanian memiliki akuntanbilitas yang rendah serta memiliki keterbatasan untuk mengelola sistem penyuluhan pertanian yang luas dan komplek (World Bank, 2002).
Kinerja penyuluh merupakan respons atau perilaku individu penyuluh terhadap keberhasilan kerja yang dicapai oleh individu penyuluh secara aktual dalam suatu organisasi sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada penyuluh, yang dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan periode waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan. Sejauh ini kinerja PPL Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan dapat dikatakan belum mencapai hasil yang baik (Kompasiana, 2015). Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas PPL ialah dengan cara mengevaluasi kinerja penyuluh pertanian. Sejauh ini kinerja PPL masih belum menunjukkan manfaat yang signifikan dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani (Indraningsih, 2010). Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Boltim melalui komisi dua, mempertanyakan
3
kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) saat hearing. Sejumlah penyuluh yang hadir mengakui memang kinerja mereka belum maksimal. Mereka mengakui bahwa kinerja PPL belum maksimal dikarenakan seorang penyuluh harus mendampingi hingga lima desa dampingan, dengan jumlah kelompok tani perdesa yang cukup banyak. Selain itu, sejumlah penyuluh juga mengeluhkan terkait honor yang diterima masih relatif kecil baik dana operasional maupun tunjangan kerja (Manado Post, 2017).
Persepsi sebagian besar petani terhadap kemampuan PPL yang terkait dengan penguasaan penyuluh mengenai teknik budidaya komoditas pertanian dinilai memadai, termasuk pengetahuan tentang produksi tanaman dan ternak. PPL dinilai mampu menjelaskan inovasi suatu teknologi dan dapat berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dipahami petani. Sebagian besar petani menilai bahwa permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani tidak semuanya dapat diatasi PPL (Indraningsih, 2010). Parasuraman dalam Permana, dkk (2016) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat adopsi inovasi oleh petani maka keberhasilan kinerja penyuluhan yang dilakukan juga semakin tinggi. Semakin tinggi kualitas layanan penyuluh maka semakin tinggi kinerja penyuluh, dan sebaliknya jika kualitas layanan penyuluh rendah maka tingkat kinerja penyuluh akan dianggap rendah. Besarnya peran penyuluh berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh. Penyuluh haruslah tahu sebagaimana persepsi petani, agar nantinya penyuluh bisa melakukan tindakan sesuai kebutuhan petani (Daud, 2013 dalam Permana, dkk; 2016).
Target utama PPL saat ini ialah pada pengelolaan sumberdaya manusia berupa peningkatan kinerja. Apabila PPL tidak memahami dengan baik bagaimana kinerja mereka serta hal apa saja yang tergolong baik maupun kurang baik, maka sangat sulit bagi PPL untuk memperbaiki tingkat kinerja mereka. Pada sebuah studi yang dilakukan oleh Xxxxxx et al (2006) di India, PPL merasa pekerjaan yang dilakukan tidak ada perubahan, dan mereka hanya memiliki sedikit kesempatan untuk kenaikan pangkat, serta kedudukan sosial di tempat kerja yang menyebabkan kurangnya motivasi PPL untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja PPL perempuan didapati lebih banyak terlibat dibandingkan dengan kinerja PPL laki-laki, hal tersebut sebagian besar dilatarbelakangi oleh
4
PPL perempuan memiliki naluri keibuan yang berhubungan dengan rasa tanggung jawab tinggi. Pendapat tersebut diperkuat dengan studi tentang penyuluh yang dikemukakan oleh Xxxxxx (2007) yang menyatakan bahwa kinerja PPL relatif rendah. Jumlah PPL laki-laki lebih banyak daripada PPL perempuan. Sedikitnya jumlah PPL perempuan terkait dengan lokasi penelitian yang relatif jauh dari pusat kota dan terpencil sehingga jarang dari mereka yang ditempatkan atau bersedia bertugas di wilayah tersebut. Membanding dengan data tingkat nasional presentase perempuan PPL yaitu sekitar 15%.
Berdasarkan studi mengenai perbedaan kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan dapat diketahui bahwa kinerja PPL perempuan tidak kalah dengan kinerja PPL laki-laki dikarenakan adanya emansipasi wanita. Pada UPT Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Lawang tahun 2017, jumlah PPL perempuan juga lebih sedikit yaitu berjumlah 2 orang jika dibandingkan dengan jumlah PPL laki- laki yaitu 4 orang. Perspektif petani diharapkan dapat membantu peneliti untuk melihat permasalahan yang terjadi terkait perbedaan presentasi jumlah PPL perempuan dan PPL laki-laki. Persepsi petani sangat penting diketahui karena merupakan tolak ukur keberhasilan kinerja PPL dalam melaksanakan tugasnya dilapangan dan juga sebagai masukan kepada PPL agar bisa memperbaiki kualitas layanannya terhadap berbagai kebutuhan petani. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti melakukan penelitian mengenai perbandingan kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan yaitu penelitian yang berjudul “Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Laki-laki dan Perempuan dari Perspektif Petani di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur”.
1.2 Rumusan Masalah
Xxxxxxx PPL sangat menentukan keberhasilan serta kemajuan kelompok tani binaan UPT Balai Penyuluh Pertanian. UPT Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Lawang hanya memiliki jumlah PPL perempuan sebanyak 2 orang, dan PPL laki-laki sebanyak 4 orang. Hal tersebut terjadi dikarenakan presentase PPL perempuan di Indonesia hanya 15% saja, berbanding 4:1 dengan PPL laki- laki. sehingga kiranya perlu dikaji perbedaan kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan di Kecamatan Lawang. Berdasarkan uraian pada latar belakang serta
5
penjelasan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja PPL laki-laki dan perempuan di Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur?
2. Apakah terdapat perbedaan kinerja antara PPL laki-laki dan Perempuan?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kinerja Penyuluhan Pertanian Lapang hanya dilihat pada tahun 2016 – 2017.
2. Kinerja PPL laki-laki dan perempuan pada penelitian ini terbatas pada kehandalan (reliability), tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty) dan berwujud (tangible).
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis kinerja PPL laki-laki dan perempuan dari perspektif petani di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
2. Menganalisis perbedaan kinerja antara PPL laki-laki dan PPL Perempuan dari perspektif petani.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan untuk perekrutan jumlah PPL perempuan yang lebih seimbang.
2. Bagi Balai Penyuluhan Pertanian, penelitian ini digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya pertanian, khususnya penyuluh pertanian di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
3. Bagi peneliti lain, penelitian ini digunakan untuk melengkapi studi terdahulu serta menjadi referensi kajian mengenai kinerja penyuluh pertanian berdasarkan perspektif petani di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian kinerja PPL Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan dapat dikatakan belum mencapai hasil yang baik. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Xxxxxxx, dkk (2008) memiliki tujuan untuk mengidentifikasi sebaran penyuluh pertanian dan mengidentifikasi kinerja penyuluh serta hasil penjenjangan bidang-bidang kinerja penyuluh pertanian menurut karakteristik mereka serta mengkaji keeratan hubungan sejumlah karakteristik dengan kinerja penyuluh pertanian pada tipe kelembagaan dan wilayah komoditas yang berbeda di Jawa Barat. Populasi penelitian yang digunakan ialah penyuluh pertanian pegawai negeri sipil (PNS) yang mempunyai wilayah binaan di Jawa Barat. Penarikan sampel menggunakan teknik stratified random sampling with propotional. Data karakteristik penyuluh dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif analisis frequensi untuk mengetahui sebaran pada kategori variabel tertentu. Sedangkan untuk mendapatkan tingkat kesepakatan hubungan antara karakteristik dengan kinerja digunakan analisis konkordansi Kendall W dan Kendal tau-b. Penelitian ini membuktikan bahwa sebagian besar penyuluh di Jawa Barat berada pada usia menjelang pensiun dengan masa kerja diatas 28 tahun dan tingkat pendidikan S1/S2 swasta, keadaan ini menimbulkan tingginya harapan (ekspektasi) yang beresiko pada tingginya ketidakpuasan kerja. Terdapat perbedaan skor kinerja penyuluh pada kelembagaan kantor penyuluhan dengan kelembagaan non kantor penyuluhan menunjukkan adanya kecenderungan kelembagaan penyuluhan dalam mendorong kinerja penyuluh kearah yang lebih baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utami, dkk (2008) bertujuan untuk mengkaji bagaimana kinerja petugas penyuluh pertanian lapang (PPL) dalam pengembangan beras organik di Kabupaten Sragen. Adapun metode penelitian yang digunakan ialah menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dimana gejala-gejala sosial yang ada dimanipulasi dalam bentuk angka supaya dapat dianalisis secara statistik untuk membuktikan hipotesis. Populasi dalam penelitian tersebut ialah seluruh petani di Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sragen yang membudidayakan padi secara organik. Dari populasi yang ada diambil 40
6
7
sampel petani secara simple random sampling. Penlitian tersebut menggunakan analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis uji parameter proporsi. Adapun variabel keinerja yang akan diteliti ialah meliputi kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty) dan berwujud (tangible). Penelitian tersebut membuktikan bahwa kinerja PPL menurut penilaian petani menunjukkan bahwa pada variabel kehandalan, kepastian, dan empati mayoritas petani berpendapat kinerja PPL selama ini dinilai sedang / cukup baik. Sedangkan untuk variabel berwujud sebagian besar petani menilai kinerja PPL buruk. Analisis uji proporsi yang dilakukan untuk mengukur kinerja PPL dengan menggunakan ketentuan bahwa jika sebanyak minimal 50% petani responden menyatakan kinerja PPL tinggi maka dapat disimpulkan kinerja PPL baik. Ternyata hasil analisis menunjukkan semua nilai hitung dari indikator yang digunakan memberikan hasil lebih kecil dari nilai tabel, pada tingkat kepercayaan 5% dimana nilai t tabel pada tingkat kepercayaan 5% sebesar 1,64, dengan demikian menerima hipotesis nol (H0) dan menolak hipotesis alternatif (H1), artinya bahwa hipotesis penelitian tidak terbukti sehingga dapat disimpulkan kinerja PPL dalam pengembangan beras organik menuju terwujudnya Kabupaten Sragen sebagai sentra beras organik dinilai petani buruk / rendah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2015) bertujuan untuk mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam peningkatan produktivitas pertanian di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu Ampar. Adapun metode penelitian yang digunakan ialah sumber data ditentukan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling, serta penggunaan prosedur teknik pengumpulan data berupa penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field work research) yang terdiri dari observasi, wawancara dan penelitian dokumen. Data-data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan / menjelaskan dan menganalisis suatu keadaan dengan bersumber pada fakta-fakta dalam memperoleh gambaran yang lengkap mengenai peran PPL dalam peningkatan produktivitas pertanian. Penelitian ini membuktikan bahwa peran PPL sebagai pembimbing telah memberikan
8
pendidikan bersifat non formal seperti memberikan penyuluhan sesuai dengan informasi terbaru dari dinas-dinas terkait. Penyuluh sebagai pengevaluasi dan pemantauan telah melakukan kegiatan tersebut terhadap petani, akan tetapi kegiatan tersebut belum menunjukkan hasil yang diharapkan, karena penyuluh masih belum mampu menimbulkan kesan dan kesadaran petani untuk mengikuti dan melaksanakan pesan-pesan yang terangkum dalam materi penyuluhan. Selain itu, penyuluh juga memberikan jasa konsultan yaitu membantu petani memecahkan masalah atau sekedar memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah, akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak berjalan secara optimal dikarenakan alat peraga yang digunakan penyuluhan belum begitu lengkap. Kendala internal PPL ialah tidak adanya bantuan kendaraan operasional sehingga jarak menjadi halangan untuk kelapangan, akses jalan yang sulit ditempuh serta masih adanya sebagian petani yang susah diberikan arahan. Sedangkan untuk kendala eksternal PPL ialah masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tugas, lambatnya bantuan dari dinas terkait sehingga tidak tepat sasaran ketika bantuan datang, jangkauan telekomunikasi yang tidak ada disetiap desa, serta kurangnya dukungan atas modal dan sarana produksi tani.
Kinerja PPL Jawa Timur dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Xxxxxxxxx, dkk (2016) yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran penyuluh, menganalisis pengaruh kinerja penyuluh, menganalisis pengaruh inovasi penyuluh, dan menganalisis pengaruh peran penyuluh terhadap keberadaan peternak ayam petelur di Kabupaten Jember serta menganalisis pengaruh inovasi penyuluh terhadap kinerja penyuluh ayam petelur di Kabupaten Jember. Metode penelitian ini meliputi rancangan penelitian, yaitu penelitian penjelasan (explanatory research) untuk menjelaskan suatu permasalahan yang terjadi di lokasi penelitian dan menguji hipotesa serta melakukan analisis dari data yang diperoleh. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan metode sensus atau complete enumeration, yaitu penelitian dilakukan terhadap seluruh penyuluh di Kabupaten Jember dan seluruh peternak ayam ras petelur pada 19 Kecamatan di Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau pengambilan
9
sampel yang disesuaikan untuk menjawab tujuan dan maksud penelitian dengan mempertimbangkan kriteria tertentu. Metode analisis model persamaan struktural juga digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis dalam penelitian. Dalam penelitian ini adalah SEM dengan parsial least square (PLS) yang memungkinkan peneliti untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, mengkonfirmasi ketepatan model sekaligus menguji pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam penelitian ini berdasarkan variabel dari penyuluh pertanian yaitu peran penyuluh juga berpengaruh terhadap kinerja penyuluh secara empirik terbukti signifikan. Semakin baik peran penyuluh akan berpengaruh terhadap kinerja penyuluh. Selain peran penyuluh, inovasi penyuluh juga berpengaruh terhadap kinerja peternak secara empirik dan terbukti signifikan. Semakin tinggi inovasi penyuluh akan berpengaruh terhadap kinerja penyuluh di Kabupaten Jember.
Menurut penelitian Prasetyo (2016) dengan judul evaluasi kinerja penyuluh dan penentuan pengembangan strategi kinerja penyuluh pertanian organik atas dasar faktor internal dan eksternal kota batu, yang bertujuan memperoleh strategi yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan baik secara internal maupun eksternal untuk memaksimalkan program penyuluhan sehingga program penyuluhan dapat terlaksana. Kinerja penyuluh yang ada pada lokasi penelitian dinilai dengan analisis deskriptif berdasarkan persepsi petani dengan dua kriteria, yakni baik dan buruk. Kriteria penilaian dijelaskan berdasarkan dari setiap nilai indikator dibandingkan dengan nilai rata-rata. Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi suatu perusahaan maupun instansi pemerintahan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities) dan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Evaluasi ini membuktikan bahwa kinerja penyuluh pertanian di Kecamtan Junrejo sudah dapat dikatakan baik. Hal ini sesuai dengan persepsi kelompok tani terhadap kinerja penyuluh yang memiliki nilai positif untuk 6 indikator dan 1 indikator bernilai negatif. Strategi matriks SWOT yang diprioritaskan untuk dilakukan oleh BPP Kecamatan Junrejo dan Dinas Pertanian Kota Batu yakni meningkatkan informasi tentang pertanian organik dengan memperbaiki metode penyuluhan, meningkatkan kemampuan kelompok tani
10
dengan melakukan kerjasama dengan stakeholder, meningkatkan metode penyuluhan yang efektif dan efisien seperti penggunaan sarana internet untuk meningkatkan partisipasi petani, menambah jumlah penyuluh lapang (PNS) maupun penyuluh tenaga bantu non PNS, meningkatkan kualitas SDM penyuluh, melalui pelatihan-pelatihan maupun pendidikan.
Penelitian mengenai analisis gender dalam kinerja penyuluh, yang dilakukan oleh Puspitasari (2010) bertujuan untuk menganalisis profil BP4K Kabupaten Bogor baik dalam hal struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, serta profil sumberdaya baik penyuluh, khususnya karakteristik individu dan rumahtangga mereka. selain itu juga untuk mengetahui relasi gender di lingkungan BP4K, menganalisis kinerja penyuluh sesuai kategori jabatan fungsional yakni penyuluh pertanian terampil dan penyuluh pertanian ahli menurut perspektif gender dalam hubungannya dengan pelaksanaan penyuluhan pertanian yang meliputi tahapan persiapan pelaksanaan dan evaluasi, serta dalam pengembangan profesi mereka, dan menganalisis permasalahan yang dihadapi oleh penyuluh dalam melaksanakan tupoksi mereka. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dimana metode yang digunakan adalah survey. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah organisasi dan individu, baik penyuluh laki-laki maupun penyuluh perempuan. Data primer yang telah dikumpulkan melalui survey dientry ke dalam program microsoft excel 2007. Dengan menggunakan software yang sama, selanjutnya data diolah ke dalam bentuk tabel-tabel frekuensi dan tabel silang untuk melihat distribusi penyuluh sesuai aspek yang dikaji. Selanjutnya data dianalisis dengan mengacu pada konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini membuktikan bahwa lebih tingginya jumlah presentasi penyuluh laki-laki tampaknya berhubungan dengan masih adanya bias gender yang mengedepankan penyuluh laki-laki dalam rekruitmen penyuluh. Namun demikian, jika diamati penyuluh perempuan memiliki tingkat pendidikan yang jauh lebih baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Xxxxxxxxxxxx, dkk (2010) mengenai kinerja penyuluh dari perspektif petani dan ekstensi penyuluh swadaya sebagai pendamping penyuluhan pertanian yang bertujuan untuk menganalisis kinerja penyuluh pertanian dilihat dari aspek kelembagaan penyuluhan, kompetensi, dan
11
peran penyuluh. Menganalisis eksistensi dan prospek penyuluh pertanian swadaya sebagai pendamping penyuluh pertanian dalam mengatasi kompleksitas kegiatan dan tugas-tugas penyuluhan di lapangan, serta merumuskan kebijakan strategis terkait dengan peningkatan kinerja penyuluh pertanian PNS dan peran penyuluh swadaya. Penelitian ini membuktikan bahwa kinerja penyuluh pertanian belum menunjukkan manfaat yang signifikan dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Di tingkat operasional, pemerintah daerah provinsi dan kabupaten perlu membuat prosedur dan standar kinerja penyuluh. Pemerintah daerah tingkat kabupaten perlu menetapkan sistem kompensasi berupa insentif ataupun reward dan punishment, serta fasilitas kerja yang memadai untuk menjamin adanya motivasi kerja yang tinggi dari seluruh tenaga fungsional penyuluh pertanian. Penyelenggaraan penyuluhan yang selama ini cenderung mengarah kepada transfer teknologi perlu bergeser ke arah pemberdayaan petani (capacity building of grass root community), dengan penyediaan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan petani. Penyuluhan pertanian berperan sebagai dinamisator, fasilitator dan motivator.
Ketujuh penelitian terdahulu tersebut memiliki persamaan yaitu dari tujuan penelitian mengenai analisis kinerja penyuluh pertanian lapang (PPL). Penelitian pertama dianalisis menggunakan statistik deskripti analisis frequensi. Penelitian kedua menggunakan teknik pengumpulan data berupa penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field work research). Penelitian ketiga dan penelitian keenam sama-sama menggunakan metode penelitian kuantitatif. Perbedaannya ialah pada penelitian ketiga digunakan analisis data untuk mendeskripsikan kinerja PPL sesuai dengan masing-masing atribut, sedangkan pada penelitian keenam digunakan metode survey. Penelitian keempat digunakan metode rancangan penelitian yaitu penelitian penjelasan (explanatory research) untuk menjelaskan suatu permasalahan yang terjadi. Penelitian kelima yang dilakukan oleh Prasetyo menggunakan analisis deskriptif berdasarkan persepsi petani dengan dua kriteria yakni, baik dan buruk.
Penelitian ini memiliki persamaan maupun perbedaan dengan ketujuh penelitian terdahulu tersebut. Persamaannya terdapat pada segi tujuan penelitian yaitu mengenai analisis kinerja penyuluh pertanian lapang (PPL). Terdapat
12
beberapa perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu pada lokasi penelitian, metode penelitian, serta sampel penelitian yang digunakan. Penelitian ini dilakukan di UPT Balai Pertanian Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan metode penelitian yang digunakan ialah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif.
Penelitian mengenai perbandingan kinerja antara penyuluh laki-laki dan penyuluh perempuan tampaknya masih belum terlalu dipandang, padahal saat ini wanita telah berada pada era emansipasi. Telah banyak penelitian tentang kinerja PPL, namun masih sedikit penelitian yang menganalisis perbedaan kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan. Oleh karena itu penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi gambaran serta evaluasi bagi penyuluh untuk lebih mengembangkan strategi maupun inovasi dalam melakukan penyuluhan dalam bidang pertanian.
2.2 Pengertian Gender dan Tri Peranan (Tripple Roles)
Kata Gender berasal dari bahasa inggris, berarti jenis kelamin (Xxxx X. Xxxxxx dan Xxxxxx Xxxxxxx, 1983 dalam Xxxxxxx, 2003). Gender yaitu perbedaan yang tampak pada laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Menurut H.T. Xxxxxx (1989) dalam Umar (1999) mengartikan gender sebagai suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya menjadi laki-laki dan perempuan. Menurut Xxxxxxxx (2006) dalam Herdiansyah (2016), gender adalah serangkaian karakteristik dan sifat yang secara sosiokultural didekatkan kepada laki-laki dan perempuan. Xxxxxxxxx, Xxxxxxxxx dan Liben (2008) dalam Herdiansyah (2016) mendefinisikan gender sebagai karakteristik pembeda antara laki-laki dan perempuan yang bukan berdasarkan pada biologis, dan bukan bersifat kodrati, tetapi berdasarkan pada kebiasaan atau karakteristik sosiokultural masyarakat yang membentuknya.
Xxxxxxx (2003) menyatakan bahwa perbedaan gender (gender differences) antara manusia laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang panjang. Pembentukan gender ditentukan oleh sejumlah faktor yang ikut membentuk, kemudian disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruk melalui sosial atau kultural dilanggengkan oleh interpretasi agama dan mitos-mitos, seolah-olah telah
13
menjadi kodrat laki-laki dan perempuan. Proses selanjutnya perbedaan gender dianggap satu ketentuan Tuhan yang tidak dapat diubah sehingga perbedaan tersebut dianggap kodrati.
Xxxxx (1993) dalam Xxxxxxxxxx (2005) mengemukakan adanya tiga kategori peranan gender (triple roles) yang mencakup peranan produktif, reproduktif dan pengelolaan masyarakat. Adapun pengertian masing-masing sebagai berikut:
1. Peranan produktif, yakni peranan yang dikerjakan perempuan dan laki-laki untuk memperoleh bayaran / upah secara tunai atau sejenisnya.
2. Peranan reproduktif, yakni peranan yang berhubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan tenaga.
3. Peranan pengelolaan masyarakat dan politik, dibedakan kedalam dua kategori yaitu:
a. Peranan pengelolaan masyarakat (kegiatan sosial), yang mencakup semua aktivitas yang dilakukan dalam tingkat komunitas sebagai kepanjangan peranan reproduktif, bersifat volunter dan tanpa upah.
b. Peranan pengelolaan politik (kegiatan politik), yakni peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik, biasanya dibayar (langsung ataupun tidak langsung), dan meningkatkan kekuasaan atau status.
Pandangan mengenai gender dapat diklasifikasikan (1) kedalam dua model yaitu equity model dan complementary contribution model, (2) kedalam dua stereotype yaitu Sex Role Stereotypes dan Managerial Stereotypes. Model pertama mengasumsikan bahwa antara laki-laki dan wanita sebagai profesional adalah identik sehingga perlu ada satu cara yang sama dalam mengelola dan wanita harus diuraikan akses yang sama. Model kedua berasumsi bahwa antara laki-laki dan wanita mempunyai kemampuan yang berbeda sehingga perlu ada perbedaan dalam mengelola dan cara menilai, mencatat serta mengkombinasikan untuk menghasilkan suatu sinergi (Trisnaningsih, 2002).
14
Louisser dan Xxxxxx (1997) dalam Xxxxxxxxxx (2000) mengemukakan lima tipe / jenis bias yang mempengaruhi persepsi, dua diantaranya adalah stereotipe dan harapan. Stereotipe diartikan sebagai suatu proses penyederhanaan dan generalisasi perilaku individu-individu dari anggota kelompok tertentu (etnis, agama, suku bangsa, bangsa, jenis kelamin, gender, pekerjaan, dan lain sebagainya). Stereotipe digunakan pada saat kita sedang menilai seseorang, juga digunakan oleh individu dalam berkomunikasi dengan maksud untuk humor, perlakuan diskriminatif bahkan pelecehan, yang seluruhnya akan menghasilkan pengaruh negatif terhadap hubungan antar manusia (komunikasi interpersonal).
2.3 Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian berasal dari kata “penyuluhan” dan “pertanian”. Dari segi harfiah bahasa, penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang berarti “obor” atau “pelita”, yang berarti pemberi terang. Dengan penyuluhan diharapkan dapat membuat orng dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Selain dari segi harfiah bahasa, penyuluhan mengandung makna khusus sehingga berbeda dengan penerangan ataupun kata lain yang sekedar bermakna untuk membuat seseorang menjadi tahu ataupun lebih tahu. Penyuluhan bermakna lebih jauh yakni sampai dengan timbulnya hasrat atau keinginan dalam hati sasaran (yang diberi penyuluhan), tanpa paksaan (kesadarannya sendiri) mempraktekkan apa yang dianjurkan penyuluhan (Kusnadi, 1985).
Menurut Xxxxxxxx (1968) dalam Soedarmanto (1984) menyebutkan bahwa pendidikan diluar bangku sekolah yang tanpa paksaan membuat seseorang insyaf atau yakin bahwa sesuatu hal (misalnya cara bercocok tanam) yang disuluhkan itu adalah lebih baik daripada hal yang telah dikerjakan sebelumnya. Dengan kata lain penyuluhan berusaha merubah sikap seseorang kearah kemajuan dan perbaikan.
Penyuluhan pertanian adalah upaya menyampaikan informasi (pesan) yang berkaitan dengan bidang pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi teknologi pertanian baru. Umumnya pesan terdiri dari sejumlah simbol dan isi pesan inilah yang memperoleh perlakuan. Simbol yang mudah diamati dan paling banyak digunakan yaitu
15
bahasa. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyuluh pertanian atau sumber untuk memilih serta menata isi pesan dan simbol yang digunakan pada pesan dapat dikatakan teknik penyuluhan pertanian (Kusnadi, 2011).
Sedangkan menurut Hasmosoewignjo dan Xxxxxx Xxxxxxx (1992) dalam Soedarmanto (1984), Penyuluhan pertanian adalah pendidikan kepada rakyat tani yang bertujuan menambah pengetahuan, menambah kecakapan, keahlian dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, memberi contoh, semangat, pikiran baru, bimbingan, dorongan dan pertolongan, merubah jiwa sehat menjadi dinamis (menimpulkan swadaya).
2.3.1 Fungsi Penyuluhan Pertanian
Suatu sistim pendidikan, maka penyuluhan pertanian berfungsi: (1) menimbulkan perubahan dalam pandangan serta sikap petani (melalui peningkatan pengetahuannya) dan (2) memperbesar keterampilan para petani didalam menjalankan pekerjaannya. Keterampilan dalam hal ini adalah kecakapan dan keahlian didalam bidang teknologi dan organisasi. Dengan kata lain, fungsi penyuluhan adalah sebagai jembatan untuk meneruskan penemuan baru (inovasi) kepada petani. Peranan penyuluh dalam hubungannya dengan fungsi daripada penyuluhan pertanian sebagaimana dikemukakan diatas adalah sebagai kawan atau pemberi dorongan / semangat kepada petani untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Yang perlu diingat adalah sesuai dengan “arti” daripada penyuluhan maka penyuluh bukan sebagai pemberi perintah, justru perintah harus dihindari. Penyuluhan bermakna untuk mengembangkan otoaktifitas petani untuk memperbaiki usahataninya, dengan memberikan keyakinan / kesadaran kepada mereka melalui bukti-bukti yang nyata (Kusnadi, 1985).
Setiana (2005), menyatakan bahwa fungsi penyuluhan pertanian adalah menjembatani kesenjangan antara praktik yang biasa dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang. Dengan demikian, proses penyuluhan dengan para penyuluhnya merupakan penghubung yang bersifat dua arah antara pengetahuan yang dibutuhkan petani dengan pengalaman baru yang terjadi di pihak para ahli dan kondisi nyata yang dialami petani.
Menurut Xxxxxxxxxxxxx (1988) penyuluhan pertama-tama harus berfungsi memberikan jalan kepada para petani untuk mendapatkan kebutuhan-
16
kebutuhannya itu. Fungsi penyuluh dengan demikian menimbulkan dan merangsang kesadaran para petani agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya itu. Fungsi penyuluhan lainnya adalah menjembatani gap antara praktek yang harus atau biasa dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang yang menjadi kebutuhan para petani tersebut. sebagai penyampai, pengusaha dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh para petani, dan di samping itu agar program-program masyarakat petani yang lahir karena itikad baik para petani untuk mensukseskan atau partisipasinya dalam tujuan pembangunan dapat diperhatikan oleh pemerintah. Fungsi penyuluhan yang terakhir yaitu fungsi pemberian pendidikan dan bimbingan yang kontinyu, yang artinya penyuluhan tidak akan berhenti karena yang dikehendakinya adalah keadaan pertanian yang berkembang, lebih baik dan lebih maju sesuai dengan perkembangan zaman.
2.3.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian
Tujuan penyuluhan dilihat dari segi waktu dapat dibedakan menjadi tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek ialah untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah / lebih baik dalam kegiatan usahatani petani dipedesaan, sedangkan untuk tujuan jangka panjang adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat atau agar kesejahteraan hidup petani lebih baik (Kusnadi, 1985).
Xxxxxxxxxxxxx (1988) berpendapat bahwa pokok tujuan penyuluhan ialah dengan terlaksananya perubahan-perubahan yang meliputi perubahan tingkat pengetahuan, perubahan tingkat kecakapan atau kemampuan, perubahan sikap dan perubahan motif tindakan pada diri masing-masing petani akan bersifat lebih terbuka menerima petunjuk dan bimbingan yang akan menguntungkannya, lebih aktif dan dinamis dalam melaksanakan usaha taninya.
Menurut Xxxxxxxxxx dan Xxxxxxx (2006), tujuan penyuluhan pertanian adalah merubah perilaku sasaran. Perubahan perilaku tersebut adalah perubahan tingkat pengetahuan petani yang lebih luas dan mendalam. Perubahan kecakapan atau keterampilan teknis dan perubahan sikap yang lebih progresif.
17
2.4 Definisi Kinerja
Xxxxxxxx, 1997 (dalam Xxxxxx dan Xxxx, 2014) mengemukakan bahwa kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang. Berdasarkan pengertian tersebut, kinerja yang nyata jauh melampaui apa yang diharapkan adalah kinerja yang menetapkan standar-standar tertinggi orang itu sendiri, selalu standar-standar yang melampaui apa yang diminta atau diharapkan orang lain. Dengan demikian, menurut xxxxxxxx xxxxxxx adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, atau apa yang diperlihatkan seseorang melalui keterampilan yang nyata.
Menurut Xxxxxxxxxxxx (2006) kinerja sumber daya manusia merupakan prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai dan dihasilkan sumber daya manusia persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja (desempenho) juga mempunyai makna yang lebih luas bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah proses melakukan pekerjaan dengan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.
Kinerja pegawai didefinisikan sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan sesuatu keahlian tertentu. Kinerja pegawai sangatlah perlu, sebab dengan kinerja ini akan diketahui seberapa jauh kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Untuk itu diperlukan penentuan kriteria yang jelas dan terukur serta ditetapkan secara bersama-sama yang dijadikan sebagai acuan (Xxxxxxxxx dkk, 2012).
Berdasarkan pengertian kinerja tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan tingkat kualitas maupun kuantitas dan proses seseorang yang dilakukan untuk mencapai suatu tujan yang diinginkan. Untuk mencapai kinerja yang maksimal setiap orang memiliki proses yang berbeda-beda. Proses tersebut dilakukan dengan menggunakan keahlian masing-masing orang. Kinerja juga dapat dikatakan sebagai kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas atau beban yang ada pada dirinya.
18
2.5 Penilaian Kinerja
Xxxxxxxx (1970) dalam Lusthaus, et al, (2002), mengemukakan komponen utama kinerja adalah memahami dengan baik kinerja organisasi melalui pemahaman pencapaian tujuan dengan kesesuaian tujuannya (efektivitas) dan menggunakan sumberdaya yang relatif sedikit dalam melakukan pekerjaan (efisiensi). Dalam konteks tersebut laba hanya salah satu dari berbagai indikator kinerja sebagai penilaian kinerja.
Meija, dkk (2004) mengungkapkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu proses yang terdiri dari:
1. Identifikasi, yaitu menentukan faktor-faktor kinerja yang berpengaruh terhadap kesuksesan suatu organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu pada hasil analisa jabatan.
2. Pengukuran, merupakan inti dari proses sistem penilaian kinerja. Pada proses ini, pihak manajemen menentukan kinerja pegawai, bagaimana yang termasuk baik dan buruk. Manajemen dalam suatu organisasi harus melakukan perbandingan dengan nilai-nilai standar atau memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki kesamaan tugas.
3. Manajemen, proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja. Pihak manajemen harus berorientasi ke masa depan untuk meningkatkan potensi pegawai di organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian umpan balik dan pembinaan untuk meningkatkan kinerja pegawai-pegawainya.
2.5.1 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja menurut Xxxxxx dan Xxxxx (1996) mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi dan pegawai yang dinilai, yaitu:
1. Performance Improvement yaitu memungkinkan pegawai dan manajer untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja.
2. Compensation adjustment yaitu membantu para pengambil keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya.
3. Placement decision yaitu menentukan promosi, transfer dan demotion.
4. Training and Development untuk mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal
19
5. Carrer planing and development memandu untuk menentukan jenis karir dan potensi karir yang dapat dicapai.
6. Staffing process deficiencies untuk mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai.
7. Informational inaccuracies and job-design errors untuk membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam manajemen sumber daya manusia terutama di bidang informasi job-analysis, job-design, dan sistem informasi manajemen sumber daya manusia.
8. Equal employment opportunity menunjukkan bahwa placement decision tidak diskriminatif.
9. External challenges kadang-kadang kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan, dan lain-lainnya. Biasanya faktor ini tidak terlalu kelihatan, namun dengan melakukan penilaian kinerja, faktor-faktor eksternal ini akan kelihatan sehingga membantu departemen sumber daya manusia untuk memberikan bantuan bagi peningkatan kinerja pegawai.
10. Feedback yaitu untuk memberikan umpan balik bagi urusan kepegawaian maupun bagi pegawai itu sendiri.
2.5.2 Elemen Penilaian Kinerja
Elemen-elemen utama dalam sistem penilaian kinerja menurut Xxxxxxx dan Xxxxx (1996) adalah:
1. Performance Standard
Penilaian kinerja sangat membutuhkan standar yang jelas yang dijadikan tolak ukur atau patokan terhadap kinerja yang akan diukur. Standar yang dibuat tentu saja harus berhubungan dengan jenis pekerjaan yang akan diukur dan hasil yang diharapkan akan terlihat dengan adanya penilaian kinerja ini. Terdapat empat hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan standar penilaian kinerja yang baik dan benar yaitu validity, agreement, realism, dan objectivity.
a. Validity adalah keabsahan standar tersebut sesuai dengan jenis pekerjaan yang dinilai. Keabsahan yang dimaksud disini adalah standar tersebut memang benar-benar sesuai atau relevan dengan jenis pekerjaan yang akan dinilai tersebut.
20
b. Agreement berarti persetujuan, yaitu standar penilian tersebut disetujui dan diterima oleh semua pegawai yang akan mendapat penilaian. Ini berkaitan dengan prinsip validity diatas.
c. Realism berarti standar penilaian tersebut bersifat realistis, dapat dicapai oleh para pegawai dan sesuai degan kemampuan pegawai.
d. Objectivity berarti standar tersebut bersifat obyektif, yaitu adil, mampu mencerminkan keadaan yang sebenarnya tanpa menambah atau mengurangi kenyataan dan sulit untuk dipengaruhi oleh bias-bias penilai.
2.5.3 Penilaian Kinerja Penyuluh Pertanian
Xxxxxxxx, Xxxxx (2006) dalam Utami (2008) mengungkapkan lima faktor dominan sebagai penentu mutu / kualitas pelayanan jasa, dimana pada akhirnya yang akan menentukan tingkat kepuasan. Kelima faktor tersebut bila diterapkan pada kegiatan penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut:
1. Keandalan (reliability) artinya kemampuan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan bersifat segera, terpercaya dan akurat, konsisten dan kesesuaian pelayanan. Maka dalam pelayanan pertanian adalah merupakan kemampuan seseorang PPL untuk memberikan jasa pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan, bersifat segera, terpercaya dan akurat, konsisten dan kesesuaian pelayanan terhadap petani sasaran.
2. Daya tanggap (responsiveness), artinya kemauan dari karyawan untuk membantu pelanggan yakni memberikan pelayanan dengan cepat, mendengar dan mengatasi keluhan yang diajukan oleh konsumen. Jadi pengertian daya tanggap berarti kemauan penyuluh untuk membantu petani mengidentifikasi dan mengakomodir kebutuhan petani dan memberikan pelayanan dengan cepat, mendengar dan mengatasi keluhan yang diajukan oleh petani.
3. Kepastian (assurance) yakni kemampuan karyawan untuk menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan pada pelanggan, artinya sama dengan bagaimana kemampuan PPL untuk menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan petani kepada PPL. Kepastian tersebut misalnya seperti inovasi yang ditawarkan memang bermanfaat dan tidak membutuhkan biaya besar.
21
4. Empati (emphaty) artinya kesediaan karyawan untuk lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada pelanggan. Hal ini bisa mengandung maksud bahwa semestinya seorang PPL harus bisa menempatkan dirinya jika berada pada posisi sebagai petani. Sehingga jika ada hambatan di dalam penyuluhan maka bisa dicari jalan keluar yang terbaik bagi bersama.
5. Berwujud (tangible) yakni berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan dan berbagai materi komunikasi, seperti misalnya gedung penyuluhan, alat bantu penyuluhan, demplot / lahan percontohan dan lain sebagainya.
III. KERANGKA TEORITIS
3.1 Kerangka Pemikiran
Penyuluhan pertanian merupakan salah satu upaya yang diberikan sebagai bentuk pembelajaran bagi petani dan dilakukan untuk mengubah perilaku petani, sehingga mereka memiliki wawasan yang lebih luas dalam hal pertanian dan dapat memecahkan masalah-masalah yang sering terjadi di lapang. Penyuluhan tersebut biasanya bersifat non formal dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani maupun keluarganya. Oleh karena itu, peran penyuluh dalam meningkatkan kesejahteraan petani sangatlah penting. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang tercermin dari pengakuan pemerintah bahwa lembaga penyuluhan pertanian sudah kurang berfungsi sehingga menurunkan efektivitas pembinaan, dukungan dan diseminasi teknologi dalam rangka meningkatkan penggunaan teknologi dan efisiensi usaha tani. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Puspitasari (2010) yang mengemukakan bahwa salah satu penyebab lebih tingginya jumlah dan presentase penyuluh laki-laki tampaknya berhubungan dengan masih adanya bias gender yang mengedepankan penyuluh laki-laki dalam rekruitmen penyuluh.
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan bagaimana tingkat efektivitas kinerja yang dilakukan oleh penyuluh pertanian laki-laki dan perempuan yang menggambarkan hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Utami, dkk (2008) yaitu menilai kinerja PPL berdasarkan pada tingkat kehandalan (reliabel), daya tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty) dan berwujud (tangible) masing-masing sub variabel pada kinerja tersebut akan menunjukkan perbedaan antara PPL laki-laki dan PPL perempuan di UPT Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Lawang. Kinerja tersebut selanjutnya akan dilakukan uji beda menggunakan software SPSS dengan Independent Sample t-test, selanjutnya hasil uji beda tersebut diharapkan akan menghasilkan persamaan atau perbedaan pada kinerjanya. Berikut ini adalah diagram alur pemikiran penelitian agar lebih jelas dan mudah untuk dipahami:
22
23
Beda
Sama
Xxx Xxxx
Kinerja PPL Perempuan
Kinerja PPL Laki-laki
Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL)
Kehandalan (reliability) Tanggap (responsiveness) Kepastian (assurance) Empati (emphaty) Berwujud (Tangible)
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian kinerja penyuluh pertanian lapang (PPL) laki-laki dan perempuan dari perspektif petani di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur
3.2 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan, dapat dirumuskan hipotesis kerja penelitian sebagai berikut:
1. Diduga terdapat perbedaan kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan (reliability, responsiveness, assurance, emphaty, dan tangible) dilihat dari perspektif petani.
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini terdiri atas satu variabel dan beberapa sub variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Variabel tersebut ialah kinerja. Kinerja adalah perbuatan seseorang dengan menggunakan keterampilannya dalam melakukan suatu kewajibannya. Setelah dilakukan beberapa kajian dari teori-teori yang
24
mendukung, maka selanjutnya mendefinisikan sub variabel yang akan diamati. Sub variabel pada penelitian ini terdiri atas lima variabel yaitu kehandalan (reliability), tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty) dan terakhir berwujud (tangible). (1) Kehandalan adalah kemampuan seseoran penyuluh pertanian lapang (PPL) dalam memberikan jasa pelayanan sesuai dengan yang disajikan pada programa / materi penyuluhan, bersifat segera yaitu dapat diandalkan oleh petani ketika dibutuhkan, materi penyuluhan yang diberikan berasal dari sumber yang terpercaya dan akurat, serta materi penyuluhan konsisten dan kesesuaian pelayanan terhadap petani. (2) Tanggap yaitu kemauan penyuluh pertanian lapang (PPL) untuk membantu petani dalam mengidentifikasi dan mengakomodir kebutuhan petani dan memberikan pelayanan dengan cepat, serta mau mendengar dan mengatasi keluhan yang diajukan oleh petani. (3) Kepastian yaitu kemampuan penyuluh pertanian lapang (PPL) dalam menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan petani kepada PPL mengenai kepastian seperti inovasi yang ditawarkan bermanfaat bagi petani dan tidak membutuhkan biaya besar. (4) Empati adalah sikap seorang penyuluh pertanian lapang (PPL) yang berarti harus dapat menempatkan dirinya apabila berada pada posisi sebagai petani. Sehingga apabila terdapat hambatan dalam penyuluhan maka dapat dicari jalan keluar yang terbaik. (5) Berwujud adalah bagaimana sikap seorang penyuluh pertanian lapang (PPL) dalam memberikan penampilan fisik dan memberikan materi komunikasi seperti misalnya programa / materi penyuluhan dan alat bantu penyuluhan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh data yang sesuai dengan konsep yang dirancang. Pengukuran kinerja PPL di UPT Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Lawang selain mengadaptasi pada pedoman pelaksanaan evaluasi kinerja, digunakan juga skala likert dimana variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator- indikator yang dapat diukur dengan menggunakan 3 kategori jawaban yaitu (1) setuju diberi skor 5, (2) ragu-ragu diberi skor 3, dan (3) kurang setuju diberi skor
1. Berikut merupakan definisi operasional dan pengukuran variabel yang akan digunakan:
25
Tabel 1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Konsep | Variabel | Definisi Operasional Variabel | Pengukuran Variabel |
Reliability (keandalan) | Merupakan kemampuan seseorang PPL untuk: 1. Memberikan jasa pelayanan sesuai dengan yang disajikan 2. Bersifat segera 3. Terpercaya dan akurat 4. Konsisten dan kesesuaian pelayanan terhadap petani. | 1. Penyuluh melaksanakan penyebaran materi penyuluhan (dalam satu tahun) 5 : >12 judul / topik 4 : 8 – 12 judul / topik 3 : 5 – 7 judul / topik 2 : 2 – 4 judul / topik 1 : hanya 1 judul / topik | |
Kinerja Penyuluh | 2. Penyuluh menerapkan metode dalam bentuk pertemuan (dalam satu tahun) 5 : ≥ 3 3 : 2 1 : 1 | ||
3. Penyuluh melakukan praktek langsung di lapangan pada saat pelatihan dan kunjungan 5 : Setuju 3 : Ragu-ragu 1 : Kurang setuju | |||
4. Penyuluh mengupayakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan petani 5 : Setuju 3 : Ragu-ragu 1 : Kurang setuju |
Konsep | Variabel | Definisi Operasional Variabel | Pengukuran Variabel |
5. Menyampaikan informasi teknologi terbaru 5 : Setuju 3 : Ragu-ragu 1 : Kurang setuju | |||
6. Berpengaruh terhadap peningkatan hasil usaha 5 : Setuju 3 : Ragu-ragu 1 : Kurang setuju | |||
Responsiveness (tanggap) | Berarti kemauan PPL untuk: 1. Membantu petani mengidentifikasi dan mengakomodir kebutuhan petani dan memberikan pelayanan dengan cepat 2. Mendengar dan mengatasi keluhan yang diajukan oleh petani. Pilihan jawaban pada nomor 7 ialah: a. Memberi informasi dan menunjukkan sumber informasi b. Membangun jejaring kerja antar petani c. Membangun kemitraan d. Memandu membuat proposal kegiatan Pilihan jawaban pada nomor 8 ialah: a. RUK / RUB b. RDK c. RDKK d. RDKK pupuk bersubsidi sesuai dengan kebutuhan petani | 7. Melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi dalam mengembangkan usahatani: 5 : a, b, c dan d dilakukan 4 : a, b dan c dilakukan 3 : a dan b dilakukan 2 : a dan d dilakukan 1 : a dilakukan 8. Memberikan bimbingan penyusunan RDKK 5 : memandu merumuskan a, b, c dan d 4 : memandu merumuskan b, c dan d 3 : memandu merumuskan a, c, dan d 2 : memandu merumuskan c dan d 1 : memandu merumuskan satu pilihan saja |
26
Konsep | Variabel | Definisi Operasional Variabel | Pengukuran Variabel |
Assurance (kepastian) | Bagaimana kemampuan PPL untuk: 1. Menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan petani kepada PPL mengenai kepastian seperti inovasi yang ditawarkan bermanfaat dan tidak membutuhkan biaya besar. | 9. Penyuluh memberikan bimbingan dan memecahkan masalah petani / kelompok tani / kelopok wanita tani 5 : Setuju 3 : Ragu-ragu 1 : Kurang setuju | |
10. Penyuluh memberikan pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti 5 : Setuju 3 : Ragu-ragu 1 : Kurang setuju | |||
11. Penyuluh memberikan pelayanan / menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh petani secara tuntas 5 : Setuju 3 : Ragu-ragu 1 : Kurang setuju | |||
12. Penyuluh memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengetahui permasalahan di lapang 5 : Setuju 3 : Ragu-ragu 1 : Kurang setuju |
27
Konsep | Variabel | Definisi Operasional Variabel | Pengukuran Variabel |
Emphaty (empati) | Bahwa seorang PPL harus bisa untuk: 1. Menempatkan dirinya apabila berada pada posisi sebagai petani. Sehingga apabila terdapat hambatan dalam penyuluhan maka bisa dcari jalan keluar yang terbaik. | 13. Penyuluh mudah untuk ditemui dan dihubungi untuk berkonsultasi dengan petani 5 : Setuju 3 : Ragu-ragu 1 : Kurang setuju | |
14. Penyuluh memberikan pelayanan yang sama kepada semua petani tanpa pilih-pilih 5 : Setuju 3 : Ragu-ragu 1 : Kurang setuju | |||
15. Penyuluh memberikan perhatian khusus (individu) atas masalah tertentu 5 : Setuju 3 : Ragu-ragu 1 : Kurang setuju | |||
Tangible (berwujud) | 1. Penampilan fasilitas fisik 2. Materi komunikasi, seperti misalnya a. programa/materi penyuluhan b. alat bantu penyuluhan | 16. Penyuluh melakukan kunjungan ke petani (dalam satu tahun) 5 : ≥60 kali 4 : 45 s/d 59 3 : 30 s/d 44 2 : 15 s/d 29 1 : <15 |
28
Konsep | Variabel | Definisi Operasional Variabel | Pengukuran Variabel |
17. Menerapkan metode penyuluhan dalam bentuk kursus (dalam satu tahun) 5 : ≥ 3 3 : 2 1 : 1 | |||
18. Merencanakan, mengolah, menganalisis dan merumuskan hasil penerapan (dalam satu tahun) 5 : ≥ 3 3 : 2 1 : 1 |
29
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Xxxxxxxx (2013: 13), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan objek penelitian ataupun hasil penelitian. Adapun pengertian deskriptif menurut Xxxxxxxx (2012: 29) adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Berdasarkan teori tersebut, penelitian deskriptif kuantitatif, merupakan data yang diperoleh dari sampel penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan. Penelitian deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan mengenai alasan perbedaan dari kinerja PPL perempuan dan PPL laki-laki di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive bertempat di Kecamatan Lawang. Penentuan lokasi tersebut dipilih dikarenakan terdapat kesenjangan jumlah PPL laki-laki dan PPL perempuan yang terdapat pada lokasi penelitian. PPL perempuan pada lokasi penelitian hanya berjumlah 2 orang sedangkan jumlah PPL laki-laki berjumlah 4 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2017.
4.3 Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 973 orang petani yang termasuk kedalam kelompok tani dan kelompok wanita tani. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik non-probability sampling methods
30
31
dengan purposive sampling. Non-Probability Sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang / kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini ialah Puposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Penilihan sekelompok subjek dalam puprosive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Maka dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian atau permasalahan penelitian. Sampel penelitian ini berupa petani anggota kelompok tani yang dibina oleh PPL di UPT Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Lawang.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian dan diolah pertama kali oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini dapat dikumpulkan dengan menggunakan teknik:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada koordinator UPT Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Lawang dan anggota kelompok tani maupun kelompok wanita tani. Wawancara kepada koordinator UPT Balai Penyuluh Pertanian dilakukan untuk mendapatkan informasi secara umum mengenai permasalahan yang terjadi mengenai kinerja PPL. Wawancara kepada anggota kelompok tani maupun anggota kelompok tani dilakukan untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan di UPT Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Lawang.
2. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan angket. Angket diajukan secara tertulis dan dijawab secara tertulis juga. Angket disebarkan langsung kepada anggota kelompok tani dan anggota kelompok wanita tani. Angket terdapat pada lampiran 1.
32
Data sekunder didapatkan dari sumber kedua dan terkait topik penelitian yang akan digunakan untuk mendukung argumen penulis dan menjawab permasalahan. Data sekunder dalam penelitian ini dapat dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi dokumentasi. Studi dokumentasi pada penelitian ini berupa foto, buku programa, laporan pembukuan UPT Balai Penyuluhan Pertanian di Kecamatan lawang serta literatur, artikel maupun internet.
4.5 Pengujian Instrumen
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel. Uji validitas dilakukan terhadap 18 pertanyaan kinerja PPL dengan jumlag sampel sebanyak 60 respinden. Uji validitas ini menggunakan bantuan program SPSS. Nilai r tabel kinerja PPL untuk N = 60, df = 58 dan tingkat signifikansi sebesar 0,5% adalah sebesar 0,254. Hasil uji validitas menunjukkan seluruh penelitian yang ada pada kuesioner valid. Nilai r tabel sebesar 0,254. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur atau dapat dikatakan valid.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi dari suatu instrumen. Suatu instrumen jika mempunyai reliabilitas yang tinggi atau dapat dipercaya maka hasil pengukurannya tidak berubah-ubah, sehingga ketika alat ukur tersebut digunakan berkali-kali akan memperoleh hasil yang serupa. Uji reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan uji Cronbach’s Alfa. Suatu instrumen reliabel jika nilai koefisien yang diperoleh > 0,6. Uji reliabilitas ini menggunakan bantuan program SPSS dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan valid hasil uji validitas. Hasil uji reliabilitas menghasilkan Cronbach’s Alfa sebesar 0,673 sehingga, instrumen yang digunakan dinyatakan reliabel karena memiliki nilai Cronbach’s Alfa > 0,6. Hasil uji validitas dan reliabilitas terdapat pada lampiran.
4.6 Teknik Analisis Data
4.6.1 Analisis Deskriptif
Data kinerja PPL di deskripsikan secara rinci sesuai dengan masing-masing atribut yaitu: reliability, responsiveness, assurance, emphaty dan tangible. Menurut Xxxxxxxx (2012), Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
33
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Peneliti mengadaptasi dari Pedoman Pelaksanakan Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian (2016) yang disusun oleh Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementrian Pertanian. Pengukuran kinerja PPL di UPT Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Lawang.
4.6.2 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaannya mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2007). Validitas adalah tingkat keandalan dan kesahan alat ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Xxxxxxxx, 2004). Maka digunakan rumus sebagai berikut:
(∑ 𝑥𝑦) − (∑ 𝑥 ∑ 𝑦)
𝑟 =
√𝑁 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥)² 𝑁 ∑ 𝑌² − (∑ 𝑌)²
Dimana:
r = Koefisien korelasi
N = Jumlah responden X = Skor variabel bebas Y = Skor variabel terikat
4.6.3 Xxx Xxxxxxxxxxxx
Uji reliabilitas dapat dilakukan apabila instrumen telah dinyatakan valid. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu instrumen untuk mengukur gejala yang sama Umar (2002) dalam Ardial (2014). Berikut adalah rumusnya:
𝑟11
𝑘
= [
𝑘 − 1
] [1 −
∑𝜎2
𝑏
]
1
𝜎2
Dimana:
𝑟11 = Reliabilitas instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
𝑏
∑𝜎2 = Jumlah varians butir
1
𝜎2 = Varians total
34
Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen. Instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien keandalan atau reliabilitas (𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) ≥0,6. Sebaliknya, jika koefisien reliabilitas (𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) ≤0,6 maka instrumen tersebut dikatakan tidak reliabel.
4.6.4 Uji Beda T-test
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji beda t-test. Ghozali (2007) menyatakan bahwa uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki rata-rata yang berbeda, juga digunakan untuk menguji hipotesa komparatif (uji perbedaan). Uji beda t-test terbagi menjadi 3 macam: (a) one sample t-test, (b) paired sample t-test, dan (c) independent sample t-test. Dalam pengujian yang akan dilakukan pada penelitian ini, dilakukan uji beda independent sample t-test. Pengujian tersebut digunakan untuk membandingkan dua kelompok mean dari dua sampel yang berbeda (independent). Jika nilai signifikansi Xxxxxx’x Test lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) berarti nilai Levene’s Test signifikan dengan kata lain, varians dari kedua kelompok berbeda. Sebaliknya, jika nilai siginifikansinya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) berarti varians dari kedua kelompok adalah sama. Rumus independent sample t-test ialah sebagai berikut:
Dimana:
t = nilai t hitung
𝑡 =
̅𝑥̅1̅ − 𝑥̅̅2̅
𝑆𝑥̅−𝑥̅
𝑥̅̅1̅ = rata-rata kelompok 1
̅𝑥̅2̅ = rata-rata kelompok 2
𝑆𝑥̅−𝑥̅ = standard eror kedua kelompok
Untuk rumus standar eror kedua kelompok ialah sebagai berikut:
𝑆 = √𝑆²𝑝𝑜𝑜𝑙𝑒𝑑 + 𝑆²𝑝𝑜𝑜𝑙𝑒𝑑
Dimana:
𝑥̅−𝑥
𝑁₁
𝑁₂
𝑆²𝑝𝑜𝑜𝑙𝑒𝑑 = varian dari kedua kelompok
𝑁₁ = jumlah sampel kelompok 1
𝑁₂ = jumlah sampel kelompok 2
35
Apabila, t-hitung > t-tabel maka dikatakan berbeda secara signifikan (H0 ditolak) dan jika t-hitung < t-tabel maka dikatakan tidak berbeda secara signifikan (H0 diterima). Dalam penelitian ini, peneliti akan menguji kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) perempuan dan laki-laki dengan menggunakan software SPSS.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum
5.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Lawang
Kecamatan Lawang merupakan salah satu dari 33 kecamatan di wilayah Kabupaten Malang. Secara astronomis Kecamatan Lawang terletak diantara 112,6740 Bujur Timur sampai 112,7288 Bujur Timur dan 7,8781 Lintang Selatan sampai 7,8184 Lintang Selatan (Badan Pusat Statistik, 2016). Kecamatan Lawang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Pasuruan, sebelah timur dengan Kabupaten Probolinggo, sebelah selatan dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Singosari.
Gambar 2. Peta Kecamatan Lawang
Mengacu pada data potensi Kecamatan Lawang, letak geografi sekitar 7 desa berada di dataran, dan 5 desa di lereng dengan topografi desa tergolong perbukitan dan dataran. Luas kecamatan Lawang secara keseluruhan adalah sekitar 68,23 km² atau sekitar 2,29 persen dari total luas Kabupaten Malang. Sebagai daerah yang topografi sebagian wilayahnya perbukitan, Kecamatan Lawang memiliki pemandangan alam yang cukup indah. Namun kekayaan alam yang dimiliki kecamatan ini hingga saat ini belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara optimal. Sekiranya kekayaan alam ini dapat dioptimalkan,
36
37
maka pertumbuhan ekonomi di wilayah ini berpeluang dapat ditingkatkan, berikut merupakan tampilan tabel 2 yaitu luas Desa/Kelurahan menurut jenis lahan pada Kecamatan Lawang:
Tabel 2. Luas Desa menurut Xxxxx Xxxxx (Ha), 2015
Desa/Kelurahan | Lahan Sawah | Lahan Kering | Total Lahan (Ha) |
Sidoluhur | 53,3 | 938,7 | 992,0 |
Srigading | 39,0 | 1064,0 | 1103,0 |
Sidodadi | 82,5 | 612,5 | 695,0 |
Bedali | 19,0 | 585,0 | 604,0 |
Kalirejo | 89,0 | 311,0 | 400,0 |
Mulyoarjo | 99,0 | 129,0 | 228,0 |
Sumber Ngepoh | 122,0 | 587,0 | 709,0 |
Sumber Porong | 80,0 | 212,0 | 292,0 |
Turirejo | 25,0 | 350,0 | 375,0 |
Lawang | 9,9 | 226,1 | 236,0 |
Ketindan | 21,0 | 537,0 | 558,0 |
Wonorejo | 2,0 | 629,0 | 631,0 |
Kecamatan Lawang | 641,7 | 6.181,3 | 6.823,0 |
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, 2016
5.1.2 Karakteristik Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) di Kecamatan Lawang
Karakteristik responden dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan tujuh karakter yaitu (1) Jenis Kelamin (2) Usia (3) Luas Wilayah Kerja (4) Jumlah Kelompok Tani / Anggota (5) Gaji / Pendapatan.
1. Jenis Kelamin
Karakteristik PPL dalam penelitian ini ialah terdapat 6 orang PPL yang terdiri dari 4 orang PPL laki-laki dan 2 orang PPL perempuan. Persentase pada jenis kelamin PPL ialah sebesar 67% berjenis kelamin laki-laki dan 33% berjenis kelamin perempuan. Lebih besarnya jumlah PPL laki-laki yang tersebar saat ini ialah dikarenakan bahwa rekruitmen yang dilakukan lebih memprioritaskan PPL laki-laki. PPL laki-laki dirasa lebih cukup mampu untuk melakukan penyuluhan
38
pertanian di lapang dengan baik. Untuk lebih jelasnya, sebaran jenis kelamin PPL yang terdapat pada Kecamatan Lawang dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Karakteristik PPL berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin | Jumlah PPL | Persentase (%) |
Laki-laki | 4 | 67 |
Perempuan | 2 | 33 |
Jumlah | 6 | 100 |
Sumber : data primer yang diolah, 2017
2. Usia
Karakteristik PPL berdasarkan usia dibagi menjadi 4 kategori yaitu berusia 21 tahun sampai 30 tahun, 31 tahun sampai 40 tahun, 41 tahun sampai 50 tahun, dan diatas 50 tahun. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 1 orang PPL berumur pada kisaran 21 hingga 30 tahun. 1 orang PPL berumur pada kisaran 31 hingga 40 tahun. 2 orang PPL berumur pada kisaran 41 hingga 50 tahun, dan 2 orang PPL berumur pada kisaran lebih dari 50 tahun. Berikut disajikan pada tabel 4 mengenai distribusi PPL berdasarkan usia:
Tabel 4. Karakteristik PPL berdasarkan Usia
Usia (Tahun) | Jumlah PPL | Persentase (%) |
21-30 | 1 | 17 |
31-40 | 1 | 17 |
41-50 | 2 | 33 |
>50 | 2 | 33 |
Jumlah | 6 | 100 |
Sumber : data primer yang diolah, 2017
Penyuluh pertanian lapang (PPL) laki-laki dan perempuan, memiliki usia yang berbeda. PPL laki-laki terdistribusi pada rentang usia termuda hingga rentang usia tertua. Terdapat PPL laki-laki yang berumur pada range 21-30 tahun dan terdapat pula PPL laki-laki yang berada pada range usia >50 tahun. Semenatara itu, PPL perempuan terdistribusi pada rentang usia paruh baya yaitu berada pada range 31-40 dan 41-50 tahun.
3. Luas Wilayah Kerja
Penyuluh pertanian lapang (PPL) yang terdapat pada UPT Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Lawang memiliki masing-masing daerah wilayah kerja
39
berbeda. Xxx Xxxxx Xxxxxxxxxxx hanya memiliki satu desa wilayah binaan yaitu Desa Kalirejo. Bpk Balok Setiawan memiliki wilayah binaan 3 desa, diantaranya ialah Desa Lawang, Desa Ketindan dan Desa Wonorejo. Keempat PPL sisanya memiliki 2 desa wilayah binaan yaitu, Bpk Xx. Xxxxxxxxx memiliki 2 wilayah binaan yaitu Desa Mulyoarjo dan Desa Sumberngepoh, Bpk Xxxx Xxxxxxx memiliki 2 wilayah binaan yaitu Desa Sumberporong dan Desa Turirejo, Xxx Xxxxx Xxxxxxxx, X.XX memiliki wilayah binaan yaitu Desa Sidoluhur dan Desa Srigading, Bpk Gigik Purwandi memiliki wilayah binaan yaitu Desa Sidodadi dan Desa Bedali.
Tabel 5. Karakteristik PPL berdasarkan Luas Wilayah Kerja
Nama PPL | Desa | Luas (Ha) |
Xx. Xxxxxxxxx | Xxxxxxxxx | 228 |
Sumberngepoh | 709 | |
Xxxx Xxxxxxx | Sumberporong | 292 |
Turirejo | 000 | |
Xxxxx Xxxxxxxx, X.XX | Xxxxxxxxx | 000 |
Srigading | 1.103 | |
Gigik Xxxxxxxx | Xxxxxxxx | 695 |
Bedali | 604 | |
Xxxxx Xxxxxxxxxxx | Xxxxxxxx | 400 |
Lawang | 236 | |
Balok Setiawan | Ketindan | 558 |
Wonorejo | 631 |
Sumber : data primer yang diolah, 2017
Karakteristik PPL berdasarkan luas wilayah kerja masing-masing yaitu PPL laki-laki maupun PPL perempuan memiliki luas wilayah kerja yang tidak jauh berbeda. Xx. Xxxxxxxxx memiliki total luas wilayah kerja 937 ha, Xxxx Xxxxxxx memiliki total luas wilayah kerja 667 ha, Xxxxx Xxxxxxxx memiliki total luas wilayah kerja 2.095 ha, Gigik Purwandi memiliki total luas wilayah kerja 1.299 ha, Xxxxx Xxxxxxxxxxx memiliki luas wilayah kerja 636 ha dan Balok setiawan memiliki total luas wilayah kerja sebesar 1.425 ha.
40
4. Jumlah Kelompok Tani / Anggota
Desa-desa pada Kecamatan Lawang memiliki beberapa kelompok tani yang dibina oleh PPL Kecamatan Lawang. Bpk Xx. Xxxxxxxxx yang memiliki 2 wilayah kerja desa binaan terdapat 5 kelompok tani yang tersebar yaitu: (1) Desa Mulyoarjo yang terdiri dari kelompok tani Tani Mulyo I dan Tani Mulyo II; (2) Desa Sumberngepoh yang terdiri dari kelompok tani Sumber Makmur I, Sumber Makmur II dan Sumber Makmur 3. Bpk Xxxx Xxxxxxx yang memiliki 4 kelompok tani yang tersebar di 2 desa binaan, masing-masing desa tersebut yaitu: (1) Desa Sumber Porong yang terdiri dari kelompok tani Kerto Raharjo I dan Kerto Raharjo II; (2) Desa Turirejo terdiri dari kelompok tani Turi Makmur dan Sumber Makmur. Xxx Xxxxx Xxxxxxxx, X.XX memiliki 2 wilayah kerja desa binaan yang terdapat 8 kelompok tani didalamnya, masing-masing yaitu: (1) Desa Sidoluhur terdiri dari kelompok tani Rahayu, Sumber Rejeki, Tumpuk Rejo dan Sumber Makmur, sedangkan (2) Desa Srigading terdiri dari kelompok tani Aman Makmur, Bina Usaha I, Bina Usaha II dan Bina Usaha III. Selanjutnya, Bpk Xxxxx Xxxxxxxx memiliki 5 kelompok tani binaan yang terdapat pada 2 desa masing- masing yaitu: (1) Desa Sidodadi terdiri atas kelompok tani Xxxx Xxxxxx dan Xxxx Xxxxxx; (2) Desa Bedali terdiri atas kelompok tani Harapan, Xxxxx Xxxxx dan Sri Rejeki. Xxx Xxxxx Xxxxxxxxxxx yang memiliki wilayah kerja hanya satu desa yaitu Desa Kalirejo terdapat 4 kelompok tani yaitu Subur Makmur I, Subur Makmur II, Subur Makmur III dan Kelompok Tani Wanadoyo. Wilayah kerja terakhir yang dibina oleh Bpk Balok Setiawan memiliki 3 desa binaan yaitu (1) Lawang; (2) Desa Ketindan yang terdiri dari kelompok tani Sumber Xxxxxxx, Xxxx Luhur, Sumber Makmur dan Sumber Rejeki; (3) Desa Wonorejo terdiri dari kelompok tani Arjuno, Karya Makmur I, Karya Makmur II dan Sumber Lestari. Tidak terdapat perbedaan yang sangat jelas untuk distribusi jumlah kelompok tani yang dibina oleh PPL laki-laki maupun PPL perempuan. Terdapat PPL laki-laki yang membina delapan kelompok tani, begitu juga sebaliknya terdapat PPL perempuan yang juga membina delapan kelompok tani binaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
41
Tabel 6. Karakteristik PPL berdasarkan Jumlah Kelompok Tani dan Anggota Kelompok Tani
Nama PPL | Jumlah Kelompok Tani | Jumlah Anggota Kelompok Tani (orang) |
Xx. Xxxxxxxxx | 5 | 459 |
Xxxx Xxxxxxx | 4 | 316 |
Xxxxx Xxxxxxxx, X.XX | 8 | 1816 |
Gigik Purwandi | 5 | 361 |
Xxxxx Xxxxxxxxxxx | 4 | 401 |
Balok Setiawan | 8 | 637 |
Sumber : data primer yang diolah, 2017
5. Pendapatan dan Jabatan
Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) di Kecamatan Lawang memiliki masing- masing pendapatan, jabatan serta golongan yang berbeda-beda. Xx. Xxxxxxxxx selaku koordinator UPT Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Lawang memiliki Jabatan Penyuluh Pertanian Madya dengan golongan IV/A. Selain Penyuluh pertanian, terdapat pula Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL TBPP) yang berjumlah 2 orang, yaitu Xxx Xxxxx Xxxxxxxxxxx dan Bpk. Balok Setiawan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 beserta pendapatan per bulan berikut:
Tabel 7. Daftar Penyuluh Pertanian Lapang UPT Balai Penyuluh Pertanian Kec. Lawang
Nama | Pendapatan / bln (Rp) | Jabatan / Golongan |
Xx. Xxxxxxxxx | 4.206.500 | Penyuluh Pertanian Madya / (IV/A) |
Xxxx Xxxxxxx | 4.119.700 | Penyuluh Pertanian Penyelia / (III/C) |
Xxxxx Xxxxxxxx, X.XX | 2.781.100 | Penyuluh Pertanian / (III/A) |
Gigik Xxxxxxx | 2.147.000 | Penyuluh Pertanian / (II/A) |
Xxxxx Xxxxxxxxxxx | 1.300.000 | THL TBPP |
Balok Setiawan | 1.300.000 | THL TBPP |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
42
5.1.3 Karakteristik Responden
Penyebaran kuesioner pada penelitian ini dilakukan terhadap 60 orang petani di wilayah kerja UPT Balai Penyuluh Pertanian Lawang dengan berbagai karakteristik. Karakteristik responden dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan empat karakter yaitu (1) wilayah / desa (2) usia (3) pendidikan dan
(4) jenis kelamin.
1. Desa
Berdasarkan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terdapat sembilan desa yang merupakan wilayah binaan petugas penyuluh lapang yang dijadikan sampel. Kesembilan desa tersebut ialah (1) Gebuk Tegalrejo (2) Ketindan (3) Wonorejo (4) Sidoluhur (5) Bedali (6) Polaman (7) Sidodadi (8) Sengkrakan dan
(9) Kalirejo. Sampel A tersebar pada Desa Gebuk Tegalrejo, Ketindan dan Wonorejo. Sampel B secara keseluruhan berasal dari Desa Sidoluhur. Sampel C tersebar pada Desa Bedali, Polaman, Sengkrakan dan Sidodadi. Sampel terakhir yaitu pada sampel D seluruhnya berasal dari desa Kalirejo. Dari data tersebut responden terbanyak terdapat pada desa Sidoluhur dan desa Kalirejo dengan jumlah responden masing-masing 15 orang atau 25% dan responden paling sedikit terdapat pada desa Wonorejo dan Sengkrakan dengan jumlah responden masing- masing 1 orang atau 2%. Berikut untuk lebih jelasnya disajikan tabel 4 yaitu sebaran responden berdasarkan desa.
Tabel 8. Sebaran Responden berdasarkan Desa
Desa | Jumlah Responden | Persentase (%) |
Gebuk Tegalrejo | 5 | 8 |
Ketindan | 9 | 15 |
Wonorejo | 1 | 2 |
Sidoluhur | 15 | 25 |
Bedali | 7 | 12 |
Polaman | 2 | 3 |
Sidodadi | 5 | 8 |
Sengkrakan | 1 | 2 |
Kalirejo | 15 | 25 |
Jumlah | 60 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
43
2. Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia dibagi menjadi 4 kategori yaitu berusia 21 sampai 30 tahun, 31 sampai 40 tahun, 41 sampai 50 tahun dan berusia diatas 50 tahun. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, menunjukkan jumlah usia tertinggi responden pada rentang usia 50th keatas yaitu berjumlah 27 orang dengan presentase 45%, sedangkan pada jumlah usia terendah responden pada rentang usia 21 sampai 30 tahun yaitu berjumlah 3 orang dengan presentase 5%. Distribusi responden berdasarkan usia terdapat pada tabel 5.
Tabel 9. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Usia (Tahun) | Jumlah Responden | Persentase (%) |
21-30 | 3 | 5 |
00-00 | 00 | 00 |
00-00 | 00 | 00 |
>50 | 27 | 45 |
Jumlah | 60 | 100 |
Sumber : data primer yang diolah, 2017
3. Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi menjadi 4 yaitu tidak bersekolah, SD, SMP, dan SMA- Sederajat. Responden berpendidikan SLTP merupakan responden dengan jumlah terbanyak yaitu 25 orang dengan presentase 41%, responden dengan tingkat pendidikan SD yaitu 21 orang dengan presentase 35%, responden dengan tingkat pendidikan SLTA-Sederajat 10 orang dengan presentase 17% dan responden yang tidak bersekolah berjumlah 4 orang atau 7%.
Tabel 10. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan | Jumlah Responden | Persentase (%) |
Tidak sekolah | 4 | 7 |
SD | 21 | 35 |
SLTP | 25 | 41 |
SLTA - sederajat | 10 | 17 |
Jumlah | 60 | 100 |
Sumber : data primer yang diolah, 2017
44
4. Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 48 orang atau 80% dan responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 12 orang atau 20%. Berikut disajikan tabel 7 yang merupakan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 11. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin | Jumlah Responden | Persentase (%) |
Laki-laki | 48 | 80 |
Perempuan | 12 | 20 |
Jumlah | 60 | 100 |
Sumber : data primer yang diolah, 2017
5.2 Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL)
Penelitian ini menggunakan lima sub variabel yaitu kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty) dan berwujud (tangible) untuk mengukur perbandingan kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) di Kecamatan Lawang. Kelima sub variabel tersebut bila diterapkan pada kegiatan penyuluhan pertanian ialah sebagai berikut:
1. Kehandalan (reliability)
Berdasarkan hasil data yang telah dikumpulkan pada penelitian ini, pada variabel kehandalan (reliability), terdapat enam buah pertanyaan dengan masing-masing kategori jawaban yang berbeda, berikut disajikan pada tabel 12:
Tabel 12. Xxxxxxx PPL menurut Petani berdasarkan Pelaksanaan Penyebaran Materi Penyuluhan pada Tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
b. >12 | 17 | 7 |
c. 8 – 12 | 13 | 30 |
d. 5 – 7 | 20 | 23 |
e. 2 – 4 | 33 | 40 |
f. Hanya 1 | 17 | 0 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
45
Responden menyatakan bahwa penilaian pada PPL laki-laki melaksanakan penyebaran materi penyuluhan sesuai kebutuhan petani dalam setahun dengan berbagai macam jawaban. Sebesar 17% responden menyatakan penyebaran dilakukan >12 judul / topik, 13% menyatakan 8 – 12 judul / topik, 20% menyatakan 5 – 7 judul / topik, 33% menyatakan 2 – 4 judul / topik dan sisanya sebesar 17% menyatakan hanya 1 judul / topik saja yang disebarkan dalam setahun. Penilaian pada PPL perempuan, responden menyatakan bahwa pelaksanaan penyebaran materi penyuluhan sesuai kebutuhan petani juga memiliki berbagai macam pilihan jawaban. Responden menyatakan bahwa 7% penyuluh menyebarkan >12 judul / topik dalam setahun, 30% menyatakan 8 – 12
judul / topik, 23% menyatakan 5 – 7 judul / topik, 40% menyatakan 2 – 4 judul / topik, dan tidak terdapat responden yang menyatakan bahwa PPL perempuan hanya menyebarkan materi penyuluhan 1 judul / topik saja dalam setahun.
Tabel 13. Kinerja PPL menurut Petani berdasarkan Penerapan Metode Penyuluhan dalam bentuk Pertemuan (dalam satu tahun) pada Tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. ≥ 3 | 64 | 63 |
b. 2 | 33 | 10 |
c. 1 | 3 | 27 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Penyuluh pertanian lapang (PPL) laki-laki dinilai responden dengan penilaian yang berbeda mengenai penerapan metode penyuluhan pertanian dalam bentuk pertemuan yang dilakukan oleh penyuluh. Pertemuan tersebut terdiri dari beberapa pertemuan, yakni temu lapang, temu wicara, temu teknis, temu karya dan temu usaha. Sebesar 64% responden menyatakan bahwa pertemuan yang dilakukan oleh PPL laki-laki dalam setahun dilakukan ≥3 kali, 33% menyatakan dilakukan 2 kali saja, dan 3% responden menyatakan hanya dilakukan sekali dalam setahun. PPL perempuan juga dinilai oleh responden dengan penilaian yang berbeda pula mengenai pertemuan untuk menerapkan metode penyuluhannya. Sebesar 63% menyatakan bahwa pertemuan tersebut dilakukan ≥3 kali dalam
46
setahun. 10% menyatakan dilakukan 2 kali dalam setahun, dan sisanya sebesar 27% menyatakan bahwa hanya dilakukan sekali saja dalam setahun.
Tabel 14. Xxxxxxx PPL menurut Petani berdasarkan Perlakuan Praktek Langsung di Lapangan pada tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. Setuju | 93 | 97 |
b. Ragu – ragu | 7 | 3 |
c. Kurang setuju | 0 | 0 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Pada pertanyaan ketiga responden yang menilai kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan sama-sama menyatakan bahwa 93% setuju apabila PPL melakukan praktek langsung dilapangan pada saat melakukan pelatihan maupun kunjungan kepada kelompok tani maupun kelompok wanita tani binaan, dan 7% responden menyatakan ragu-ragu. Tidak terdapat responden yang kurang setuju terhadap pertanyaan ketiga pada variabel kehandalan.
Tabel 15. Kinerja PPL menurut Petani berdasarkan Pengupayaan Penyuluh terhadap Sarana dan Prasarana untuk Petani pada Tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. Setuju | 73 | 97 |
b. Ragu – ragu | 23 | 3 |
c. Kurang setuju | 4 | 0 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Pada pertanyaan keempat, responden yang menilai kinerja PPL laki-laki menyatakan bahwa 73% setuju apabila PPL laki-laki mengupayakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan petani seperti misalnya pengadaan traktor dan lain sebagainya, 23% responden menyatakan ragu-ragu dan 4% responden menyatakan bahwa PPL laki-laki tidak mengupayakan sarana-prasarana yang dibutuhkan petani. Sementara itu, responden yang menilai kinerja PPL perempuan menyatakan bahwa 97% setuju bila PPL perempuan mengupayakan sarana dan
47
prasarana yang dibutuhkan petani, 3% menyatakan kurang setuju, dan tidak terdapat responden yang menyatakan kurang setuju apabila PPL perempuan mengupayakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan petani. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa PPL perempuan selalu mengupayakan sarana-prasarana yang dibutuhkan oleh petani.
Tabel 16. Kinerja PPL menurut Petani berdasarkan Penyampaian Informasi Teknologi Terbaru pada Tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. Setuju | 90 | 97 |
b. Ragu – ragu | 10 | 3 |
c. Kurang setuju | 0 | 0 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Sedangkan pertanyaan kelima PPL laki-laki dinilai oleh responden sebesar 90% setuju apabila penyuluh menyampaikan informasi teknologi terbaru, dan 10% menyatakan ragu-ragu. Pada PPL perempuan, responden menyatakan bahwa 97% setuju dan 3% ragu-ragu. Tidak terdapat responden yang menilai kinerja baik PPL laki-laki dan PPL perempuan yang menyatakan kurang setuju.
Tabel 17. Kinerja PPL menurut Petani berdasarkan Pengaruh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) terhadap Peningkatan Hasil Usaha Petani pada Tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. Setuju | 87 | 93 |
b. Ragu – ragu | 6 | 7 |
c. Kurang setuju | 7 | 0 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Pertanyaan terakhir yang terdapat dalam variabel kehandalan (reliabel) yaitu penyuluh berpengaruh terhadap peningkatan hasil usaha, mereka yang melakukan penilaian terhadap PPL laki-laki menyatakan bahwa 87% setuju, 6% ragu-ragu dan 7% kurang setuju. Penilaian responden pada PPL perempuan menunjukkan bahwa 93% menyatakan setuju dan 7% menyatakan ragu-ragu.
48
Tidak terdapat responden yang menyatakan kurang setuju terhadap kinerja PPL perempuan berdasarkan pertanyaan keenam pada variabel kehandalan (reliability).
2. Tanggap (responsiveness)
Berdasarkan hasil data yang telah dikumpulkan pada penelitian ini, pada variabel tanggap (responsiveness) yang telah diolah, terdapat 2 buah pertanyaan dengan masing-masing kategori jawaban yang berbeda.
Tabel 18. Xxxxxxx PPL menurut Petani berdasarkan Perlakuan Penyuluh mengenai Peningkatan Kapasitas Petani terhadap Akses Informasi dalam Pengembangan Usahatani pada Tahun 2016
PPL | ||
Pilihan Jawaban | Laki-laki (%) | Perempuan (%) |
a. Memilih pilihan jawaban a, b,c dan d | 3 | 13 |
b. Memilih pilihan jawaban a,b dan c | 3 | 23 |
c. Memilih pilihan jawaban a dan b | 40 | 20 |
d. Memilih pilihan jawaban a dan d | 34 | 10 |
e. Hanya memilih satu pilihan jawaban | 20 | 34 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Pilihan jawaban yang terdapat pada pertanyaan pertama variabel tanggap (responsiveness) yaitu (a) memberi informasi dan menunjukkan sumber informasi, (b) membangun jejaring kerja antar petani, (c) membangun kemitraan dan (d) memandu membuat proposal kegiatan. Masing-masing responden memiliki penilaian yang berbeda bahwa penyuluh melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi dalam mengembangkan usahatani. Pada responden yang menilai kinerja PPL laki-laki menyatakan bahwa 3% memilih seluruh pilihan yang ada, 3% memilih pilihan jawaban a, b dan c, 40% memilih pilihan jawaban a dan b, 34% memilih pilihan jawaban a dan d, sementara sisanya 20% hanya memilih satu pilihan jawaban saja. Penilaian pada PPL perempuan menunjukkan bahwa 13% responden menyatakan bahwa mereka memilih seluruh pilihan jawaban yang ada, 23% memilih pilihan jawaban a, b dan c, 20% memilih pilihan jawaban a dan b, 10% memilih pilihan jawaban a dan d saja, sementara
49
sisanya 34% responden hanya memilih salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Berikut untuk lebih jelasnya, disajikan pada tabel 19:
Tabel 19. Kinerja PPL menurut Petani berdasarkan Pemberian Bimbingan Penyusunan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) pada Tahun 2016
PPL | ||
Pilihan Jawaban | Laki-laki (%) | Perempuan (%) |
a. Memilih pilihan jawaban a, b,c dan d | 6 | 7 |
b. Memilih pilihan jawaban a,b dan c | 7 | 50 |
c. Memilih pilihan jawaban a dan b | 17 | 3 |
d. Memilih pilihan jawaban a dan d | 40 | 7 |
e. Hanya memilih satu pilihan jawaban | 30 | 33 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Pertanyaan kedua yang merupakan pertanyaan terakhir pada variabel tanggap (responsiveness) yaitu mengenai pemberian bimbingan penyusunan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK), memiliki pilihan jawaban yaitu:
(a) RUK/RUB (rencana usaha kelompok/rencana usaha bersama), (b) RDK (rencana definitif kelompok), (c) RDKK dan (d) RDKK pupuk bersubsidi sesuai dengan kebutuhan petani. Responden yang menilai kinerja PPL laki-laki menyatakan bahwa 6% memilih seluruh pilihan jawaban diatas, 7% menyatakan memilih pilihan jawaban a, b dan c, 17% menyatakan memilih pilihan jawaban a dan b, 40% menyatakan memilih pilihan jawaban a dan d, sementara sisanya 30% hanya memilih salah satu dari pilihan jawaban tersebut. Responden yang melakukan penilaian terhadap PPL perempuan menyatakan bahwa 7% memilih seluruh pilihan jawaban tersebut, sebagian responden yaitu 50% menyatakan mereka memilih pilihan jawaban a, b dan c, 3% menyatakan memilih pilihan jawaban a dan b, 7% menyatakan memilih pilihan jawaban a dan d, sementara sisanya 33% menyatakan bahwa mereka hanya memilih satu pilihan jawaban yang tersedia.
50
3. Kepastian (assurance)
Berdasarkan hasil data yang telah dikumpulkan pada penelitian ini, pada variabel kepastian (assurance) yang telah diolah, terdapat 4 buah pertanyaan. Presentasi masing-masing jawaban tersebut dapat dilihat pada diagram berikut:
Tabel 20. Kinerja PPL menurut Petani berdasarkan Pemberian Bimbingan dan Pemecahan Masalah Petani / Kelompok Tani pada Tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. Setuju | 90 | 100 |
b. Ragu – ragu | 10 | 0 |
c. Kurang setuju | 0 | 0 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Responden yang menilai kinerja PPL laki-laki menyatakan bahwa 90% dari mereka setuju apabila penyuluh memberikan bimbingan dan memecahkan masalah petani / kelompok tani dalam pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha dibidang pertanian, dan 10% menyatakan ragu-ragu. Responden yang menilai kinerja PPL perempuan seluruhnya menyatakan setuju apabila PPL perempuan mampu memberikan bimbingan dan memecahkan masalah petani / kelompok tani dalam pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha dibidang pertanian.
Tabel 21. Xxxxxxx PPL menurut Petani berdasarkan Pemberian Pengetahuan dan Kecakapan dalam Memberikan Informasi ke Petani pada Tahun 2016.
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. Setuju | 93 | 93 |
b. Ragu – ragu | 7 | 7 |
c. Kurang setuju | 0 | 0 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Pertanyaan kedua pada variabel ketiga yaitu penyuluh memberikan pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah
51
dimengerti. Penilaian responden terhadap kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan menunjukkan hasil yang sama. 93% responden menyatakan setuju dan 7% menyatakan ragu-ragu. Tidak terdapat responden baik pada PPL laki-laki dan PPL perempuan yang menyatakan kurang setuju terhadap pertanyaan kedua pada variabel ketiga tersebut.
Tabel 22. Xxxxxxx PPL menurut Petani berdasarkan Pemberian Pelayanan / Penyelesaian Masalah secara Tuntas pada Tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. Setuju | 83 | 93 |
b. Ragu – ragu | 17 | 7 |
c. Kurang setuju | 0 | 0 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Sebagian besar responden yang menilai kinerja PPL laki-laki menyatakan bahwa 83% dari mereka setuju apabila PPL laki-laki memberikan pelayanan / menyelesaikan masalah secara tuntas mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh petani, kelompok tani, maupun kelompok wanita tani (KWT), sementara 17% menyatakan ragu-ragu. Responden yang menilai kinerja PPL perempuan juga menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka yaitu 93% setuju bahwa PPL perempuan memberikan pelayanan / menyelesaikan masalah secara tuntas mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh petani, kelompok tani, maupun kelompok wanita tani (KWT), sementara 7% menyatakan ragu-ragu.
Tabel 23. Kinerja PPL menurut petani berdasarkan Pengetahuan PPL mengenai Permasalahan di Lapang (hama, penyakit dll) pada Tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. Setuju | 80 | 90 |
b. Ragu – ragu | 17 | 10 |
c. Kurang setuju | 3 | 0 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
52
Responden menyatakan bahwa kinerja PPL laki-laki mengenai tingkat pengetahuan dan kemampuan dalam mengetahui permasalahan di lapangan seperti hama maupun penyakit, menunjukkan 80% setuju, 17% ragu-ragu dan sisanya 3% menyatakan kurang setuju. Penilaian responden terhadap kinerja PPL perempuan menyatakan bahwa 90% responden setuju dan 10% ragu-ragu. Responden yang menilai kinerja PPL perempuan tidak ditemukan responden yang menyatakan kurang setuju apabila Penyuluh memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengetahui permasalahan di lapangan seperti hama dan penyakit. Jadi dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden menyatakan bahwa PPL perempuan mengetahui dan memiliki kemampuan dalam menangani permasalahan dilapangan.
4. Empati (emphaty)
Berdasarkan hasil data yang telah dikumpulkan pada penelitian ini, pada sub variabel empati (emphaty) yang telah diolah, terdapat tiga buah pertanyaan yaitu:
(1) kinerja PPL berdasarkan sikap penyuluh dalam kemudahannya untuk ditemui dan dihubungi untuk berkonsultasi, (2) pemberian pelayanan tanpa membeda- bedakan baik kepada petani, kelompok tani maupun kelompok wanita tani, serta
(3) pemberian perhatian khusus kepada individu atas masalah tertentu yang dihadapi. Presentase masing-masing jawaban tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 24. Xxxxxxx PPL menurut Petani berdasarkan Sikap Penyuluh dalam Kemudahan Ditemui dan Dihubungi untuk Berkonsultasi pada Tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. Setuju | 100 | 97 |
b. Ragu – ragu | 0 | 3 |
c. Kurang setuju | 0 | 0 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Seluruh responden menilai kinerja PPL laki-laki berdasarkan tingkat empati (emphaty) pada pertanyaan pertama yaitu penyuluh mudah ditemui dan dihubungi menyatakan setuju, sedangkan pada PPL perempuan 97% responden menyatakan
53
setuju, akan tetapi terdapat 3% responden yang menyatakan ragu-ragu apabila penyuluh mudah untuk ditemui dan dihubungi untuk berkonsultasi.
Tabel 25. Xxxxxxx PPL menurut Petani berdasarkan Pemberian Pelayanan tanpa Dibedakan Kepada Petani pada Tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. Setuju | 97 | 97 |
b. Ragu – ragu | 3 | 3 |
c. Kurang setuju | 0 | 0 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Penyuluh pertanian lapang (PPL) laki-laki dan perempuan memiliki nilai yang sama menurut responden masing-masing mengenai pemberian pelayanan yang sama kepada semua petani tanpa adanya pilih-pilih. 97% responden yang menilai kinerja PPL laki-laki dan PPL perempuan menyatakan setuju dan 3% dari mereka menyatakan ragu-ragu terhadap pernyataan tersebut. Responden masing- masing tidak ditemukan yang menyataka kurang setuju terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai pemberian pelayanan terhadap petani tersebut.
Tabel 26. Kinerja PPL menurut Petani berdasarkan Pemberian Perhatian Khusus (individu) atas Masalah Tertentu pada Tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. Setuju | 61 | 77 |
b. Ragu – ragu | 34 | 17 |
c. Kurang setuju | 5 | 6 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Pertanyaan terakhir yang terdapat pada variabel keempat yaitu empati (emphaty) menunjukkan bahwa responden yang menilai kinerja PPL laki-laki menyatakan bahwa 61% setuju apabila penyuluh memberikan perhatian khusus (individu) atas masalah tertentu (khusus), 34% menyatakan ragu-ragu dan sisanya yaitu 5% menyatakan kurang setuju. Penilaian responden yang dilakukan terhadap PPL perempuan menyatakan bahwa 77% setuju, 17% ragu-ragu dan sianya yaitu
54
6% menyatakan bahwa kurang setuju apabila penyuluh memberikan perhatian khusus terhadap salah satu individu atas masalah yang perlu diperhatikan dan ditangani secara khusus tertentu.
5. Berwujud (tangible)
Berdasarkan hasil data yang telah dikumpulkan pada penelitian ini, pada variabel terakhir yaitu tingkat wujudnya (tangible) yang telah diolah, terdapat tiga buah pertanyaan yaitu kinerja PPL berdasarkan (1) tingkat kunjungan PPL terhadap petani baik perorangan, kelompok maupun masal dalam satu tahun, (2) penerapan metode penyuluhan berbentuk kursus dalam satu tahun, dan (3) perencanaan, pengolahan, analisis dan perumusan hasil metode penyuluhan. Presentasi masing-masing jawaban tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada masing-masing tabel berikut:
Tabel 27. Kinerja PPL menurut Petani berdasarkan Kunjungan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) terhadap petani (perorangan/kelompok/masal) dalam satu tahun pada Tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. >60 kali | 7 | 6 |
b. 45 s/d 59 kali | 7 | 10 |
c. 30 s/d 44 kali | 13 | 7 |
d. 15 s/d 29 kali | 33 | 17 |
e. <15 kali | 40 | 60 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Responden menyatakan bahwa kinerja PPL laki-laki, sebanyak 7% menyatakan penyuluh mengunjungi petani baik kepada perorangan, kelompok maupun masal sebanyak lebih dari 60 kali, 7% menyatakan 45 s/d 59 kali, 13%
menyatakan 30 s/d 44 kali, 33% menyatakan 30 s/d 44 kali dan sisanya sebesar 40% menyatakan kunjungan dilakukan kurang dari 15 kali dalam setahun. Sementara pada penyuluh pertanian perempuan, sebanyak 6% responden menyatakan dilakukan lebih dari 60 kali, 10% menyatakan dilakukan 45 s/d 59
kali, 7% menyatakan 30 s/d 44 kali, 17% menyatakan 15 – 29 kali dan sisanya
55
sebesar 60% menyatakan kunjungan tersebut dilakukan kurang dari 15 kali dalam setahun.
Tabel 28. Xxxxxxx PPL menurut Petani berdasarkan Penerapan Metode Penyuluhan dalam Bentuk Kursus (dalam satu tahun) pada Tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. >3 | 36 | 16 |
b. 2 | 47 | 23 |
c. 1 | 17 | 61 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Sebanyak 36% responden yang melakukan penilaian terhadap kinerja PPL laki-laki menyatakan bahwa penyuluh menerapkan metode penyuluhan pertanian dalam bentuk kursus lebih dari 3 kali dalam setahun, 47% menyatakan dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun dan sisanya 17% menyatakan dilakukan hanya sekali saja dalam setahun. Penilaian yang dilakukan responden terhadap PPL perempuan menunjukkan bahwa 16% menyatakan penerapan metode penyuluhan dalam bentuk kursus dilakukan lebih dari 3 kali, 23% menyatakan dilakukan 2 kali dan sisanya sebanyak 61% dilakukan hanya sekali dalam setahun. Pada pertanyaan kedua dalam variabel terakhir yaitu berwujud (tangible) dapat dikatakan bahwa PPL perempuan dinilai responden kurang dalam melakukan penerapan metode penyuluhan dalam bentuk kursus yang dilakukan dalam setahun.
Tabel 29. Kinerja PPL menurut Petani berdasarkan Perencanaan, Pengolahan, Analisis dan Perumusan Hasil Metode Penyuluhan (dalam satu tahun) pada Tahun 2016
Pilihan Jawaban | PPL | |
Laki-laki (%) | Perempuan (%) | |
a. >3 | 30 | 20 |
b. 2 | 60 | 33 |
c. 1 | 10 | 47 |
Total | 100 | 100 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
56
Penilaian terakhir responden terhadap PPL laki-laki berdasarkan perencanaan, pengolahan, analisis dan perumusan hasil penerapan metode penyuluhan pertanian, 30% dari mereka menyatakan dilakukan lebih dari 3 kali, 60% menyatakan dilakukan 2 kali dalam setahun, dan 10% menyatakan hanya dilakukan sekali dalam setahun, sementara penilaian responden terhadap penilaian kinerja PPL perempuan 20% dari mereka menyatakan bahwa dilakukan lebih dari 3 kali dalam setahun, 33% menyatakan 2 kali dalam setahun dan sisanya 47% menyatakan bahwa dilakukan hanya sekali dalam setahun.
5.3 Perbedaan Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) berdasarkan
Jenis Kelamin
Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) baik laki-laki maupun perempuan sangat memiliki peran untuk membantu petani dalam melakukan usaha agribisnis. Xxxxxxx PPL berdasarkan pada usia menunjukkan bahwa responden dengan usia lebih muda dianggap lebih handal dalam melakukan penyebaran materi penyuluhan, menerapkan metode dalam bentuk pertemuan-pertemuan, melakukan praktek langsung di lapangan dengan baik, mengupayakan sarana dan prasarana agar lebih mempermudah petani dalam menjalankan usahanya. PPL dengan usia lebih muda juga dinilai lebih tanggap dalam melakukan usaha untuk meningkatkan kapasitas petani terhadap akses informasi serta memberikan bimbingan dalam penyusunan RDKK dengan lincah. Kinerja tersebut dinilai lebih baik dikarenakan faktor usia mereka sehingga mereka memiliki inovasi yang lebih dalam mempraktekkannya.
Berdasarkan wilayah kerja masing-masing PPL, kinerja mereka berbeda dikarenakan setiap PPL memiliki wilayah kerja yang berbeda. PPL dengan wilayah kerja yang hanya satu desa dirasa lebih intensif membina kelompok tani dengan baik jika dibandingkan dengan PPL yang memegang lebih dari satu desa. PPL dengan wilayah kerja yang lebih banyak melaksanakan pekerjaannya kurang dapat intensif karena mereka harus melakukan penyuluhan kepada dua atau hingga tiga desa yang memiliki kelompok tani serta anggota yang lebih banyak. PPL diharuskan melakukan penyuluhan dengan waktu yang sama akan tetapi jumlah PPL yang lebih besar. Maka dari itu, durasi penyuluhan serta penanganan masalah yang dilakukan oleh PPL menjadi kurang intensif. Pada PPL laki-laki
57
terdapat satu PPL yang memiliki wilayah kerja berjumlah 3 desa dan pada PPL perempuan terdapat satu PPL yang memiliki wilayah kerja hanya satu desa saja.
Jumlah kelompok tani yang dibina oleh PPL laki-laki dan PPL perempuan terdistribusi dengan rata. Kinerja PPL berdasarkan jumlah kelompok tani masing- masing juga memiliki tingkat perbedaan. PPL yang memiliki jumlah kelompok tani sedikit, memiliki tingkat intensitas untuk melakukan penyuluhan lebih intens jika dibandingkan dengan PPL yang memiliki jumlah kelompok tani lebih banyak. Berdasarkan pendapatan masing-masing penyuluh, terdapat jabatan dan golongan yang berbeda antara masing-masing PPL PNS dan PPL non PNS. Pendapatan yang mereka dapatkan mempengaruhi kualitas kinerja mereka. Mereka merasa gaji yang mereka terima kurang sebanding dengan pekerjaan yang mereka lakukan serta resiko yang mereka dapatkan, sehingga kinerja mereka kurang maksimal. Terdapat PPL non PNS yang memiliki gaji rendah, mendapatkan wilayah kerja yang lebih besar / banyak. PPL merasa gaji tersebut tidak sebanding dengan kinerja yang mereka curahkan dalam melakukan
penyuluhan. Hal ini mengakibatkan kinerja mereka kurang efisien.
Kinerja PPL dalam penelitian ini dapat diukur dengan menggunakan lima variabel, yaitu kehandalan (reliability), tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible). Untuk melihat perbedaan kinerja antara PPL laki-laki dan PPL perempuan dilakukan dengan menguji perbedaan pada masing-masing variabel diatas tersebut, dalam hal ini dilakukan dengan menggunakan salah satu uji didalam software SPSS yaitu Iindependent sample t-test. Hasil uji independent sample t-test yaitu perbedaan kinerja ppl laki- laki dan perempuan dapat dilihat pada lampiran, berikut merupakan hasil rata-rata (mean) perbedaan pada masing-masing variabel :
58
1. Kehandalan (Reliability)
Tabel 30. Kinerja PPL Laki-laki dan Perempuan berdasarkan Kehandalan
(Reability)
Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) | |||
No | Kehandalan (reliability) | ||
Laki-laki | Perempuan | ||
1. | Rata-rata skor (mean) | 25,67 | 26,43 |
2. | Perbedaan rata-rata (mean difference) | -0,767 | |
3. | Nilai t-hitung (t) | -1,216 | |
4. | Taraf kepercayaan (Sig (2-tailed)) | 0,229 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel 30, dapat diketahui bahwa tingkat kinerja berdasarkan tingkat kehandalan (reliabilitas) rata-rata PPL laki-laki lebih rendah jika dibandingkan dengan PPL perempuan. PPL laki-laki menunjukkan rata-rata (mean) sebesar 25,67 dan PPL perempuan menunjukkan rata-rata (mean) sebesar 26,43. Selanjutnya untuk perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar -0,767, dengan nilai t-hitung sebesar -1,216 dan tingkat signifikansi sebesar 0,229 untuk PPL laki-laki serta sebesar 0,230 untuk PPL perempuan. Hasil uji Independent sample t-test yang telah dilakukan, memperlihatkan bahwa pada variabel kehandalan didapati memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) yaitu sebesar 0,229 berarti nilai t hitung tidak signifikan, artinya tidak terdapat perbedaan skor yang signifikan pada kinerja penyuluh pertanian lapang (PPL) laki-laki maupun kinerja penyuluh pertanian lapang (PPL) perempuan di UPT Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
59
2. Tanggap (Responsiveness)
Tabel 31. Kinerja PPL Laki-laki dan Perempuan berdasarkan Daya Tanggap (Responsiveness)
Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) | |||
No | Tanggap (Responsiveness) | ||
Laki-laki | Perempuan | ||
1. | Rata-rata skor (mean) | 4,57 | 5,63 |
2. | Perbedaan rata-rata (mean difference) | -1,067 | |
3. | Nilai t-hitung (t) | -2,212 | |
4. | Taraf kepercayaan (Sig (2-tailed)) | 0,031* |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel 31, dapat diketahui bahwa tingkat kinerja berdasarkan tingkat daya tanggap (responsiveness) PPL laki-laki juga menunjukkan tingkat kinerja lebih rendah jika dibandingkan dengan PPL perempuan. PPL laki-laki menunjukkan rata-rata (mean) sebesar 4,57 dan PPL perempuan menunjukkan rata-rata (mean) sebesar 5,63. Selanjutnya untuk perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar -1,067 dengan nilai t hitung sebesar -2,212 dan tingkat signifikansi 0,031. Pada sub variabel diatas dapat diketahui bahwa kinerja tersebut menunjukkan tingkatan yang signifikan yaitu 0,031.
3. Kepastian (Assurance)
Tabel 32. Kinerja PPL Laki-laki dan Perempuan berdasarkan Kepastian (Assurance)
Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) | |||
No | Kepastian (assurance) | ||
Laki-laki | Perempuan | ||
1. | Rata-rata skor (mean) | 18,87 | 19,53 |
2. | Perbedaan rata-rata (mean difference) | -0,667 | |
3. | Nilai t-hitung (t) | -1,408 | |
4. | Taraf kepercayaan (Sig (2-tailed)) | 0,164 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel 32, dapat diketahui bahwa tingkat kinerja berdasarkan tingkat kepastian (assurance) PPL laki-laki masih menunjukkan tingkat kinerja
60
lebih rendah jika dibandingkan dengan PPL perempuan. PPL laki-laki menunjukkan rata-rata (mean) sebesar 18,87 dan PPL perempuan menunjukkan rata-rata (mean) sebesar 19,53. Selanjutnya untuk perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar -0,667 dengan nilai t-hitung sebesar -1,408 dan tingkat signifikansi untuk PPL laki- laki 0,164 serta tingkat signifikansi untuk PPL perempuan 0,166. Hasil uji Independent sample t-test yang telah dilakukan, memperlihatkan bahwa pada variabel kehandalan didapati memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) yaitu sebesar 0,164 berarti nilai t hitung dapat dikatakan tidak signifikan, artinya tidak terdapat perbedaan skor yang signifikan pada sub variabel ini.
4. Empati (Emphaty)
Berdasarkan tabel 33, dapat diketahui bahwa tingkat kinerja berdasarkan tingkat empati (emphaty) PPL laki-laki masih sama dengan variabel kehandalan, tanggap, dan kepastian, yaitu menunjukkan tingkat kinerja lebih rendah jika dibandingkan dengan PPL perempuan. Berikut untuk lebih jelasnya kinerja PPL laki-laki dan perempuan berdasarkan tingkat empati (emphaty) penyuluh pertanian lapang (PPL) yang dihasilkan pada perhitungan Independent sample t-test dapat dilihat pada tabel 33 berikut:
Tabel 33. Kinerja PPL Laki-laki dan Perempuan berdasarkan Empati
(Emphaty)
Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) | |||
No | Empati (emphaty) | ||
Laki-laki | Perempuan | ||
1. | Rata-rata skor (mean) | 14,00 | 14,27 |
2. | Perbedaan rata-rata (mean difference) | -0,267 | |
3. | Nilai t-hitung (t) | -0,737 | |
4. | Taraf kepercayaan (Sig (2-tailed)) | 0,464 |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
PPL laki-laki menunjukkan rata-rata (mean) sebesar 14,00 dan PPL perempuan menunjukkan rata-rata (mean) sebesar 14,27. Selanjutnya untuk perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar -0,267 dengan nilai t-hitung sebesar
61
-0,737 dan tingkat signifikansi keduanya baik PPL laki-laki maupun PPL perempuan sebesar 0,464.
5. Berwujud (Tangible)
Tabel 34. Kinerja PPL laki-laki dan Perempuan berdasarkan Berwujud
(Tangible)
Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) | |||
No | Wujud (tangible) | ||
Laki-laki | Perempuan | ||
1. | Rata-rata skor (mean) | 8,87 | 6,47 |
2. | Perbedaan rata-rata (mean difference) | 2,400 | |
3. | Nilai t-hitung (t) | 3,061 | |
4. | Taraf kepercayaan (Sig (2-tailed)) | 0,003** |
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel 34, dapat diketahui bahwa tingkat kinerja berdasarkan tingkat wujud (tangible) PPL laki-laki lebih unggul jika dibandingkan dengan PPL perempuan. PPL laki-laki menunjukkan rata-rata (mean) sebesar 8,87 dan PPL perempuan menunjukkan rata-rata (mean) sebesar 6,47. Selanjutnya untuk perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar 2,400 dengan nilai t-hitung sebesar 3,061 dan tingkat signifikansi keduanya baik PPL perempuan maupun PPL laki- laki sebesar 0,003.
Masing-masing pertanyaan pada angket yang telah disebarkan kepada 60 responden menyatakan bahwa terdapat perbedaan pada masing-masing kinerja PPL. Pada sub-bab 5.2 mengenai kinerja penyuluh pertanian lapang (PPL) laki- laki dan PPL perempuan, dapat dikatakan bahwa terdapat penilaian kinerja oleh responden yang lebih diungguli oleh PPL laki-laki dan terdapat pula penilaian kinerja oleh responden yang lebih diungguli oleh PPL perempuan. Pada sub variabel kehandalan (reliability) yaitu “penyuluh melakukan praktek langsung dilapangan pada saat pelatihan dan kunjungan”, sub variabel kepastian (assurance) yaitu “penyuluh memberikan pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti” dan sub variabel keempat yaitu “penyuluh memberikan pelayanan yang sama kepada semua petani tanpa pilih-pilih” petani menilai penyuluh pertanian lapang (PPL) laki-laki dan
62
perempuan tidak terdapat perbedaan kinerjanya. Dilihat dari keseluruhan hasil penelitian yang telah diolah dapat diketahui terdapat perbedaan yang terlihat signifikan, pada dua variabel. Kedua variabel tersebut ialah pada variabel tanggap (responsiveness) yang menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,031 dan variabel berwujud (tangible) yang menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,003.
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) di UPT Balai Penyuluh Pertanian Lawang yang diukur berdasarkan tingkat kehandalan, daya tanggap, kepastian, empati dan bentuk wujud penyuluhan. Penyuluh telah melaksanakan penyebaran materi penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani, menerapkan metode penyuluhan pertanian dalam bentuk pertemuan seperti temu lapang, temu wicara, temu teknis, temu karya maupun temu usaha, melakukan usaha untuk peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi dalam mengembangkan usahatani, memberikan bimbingan penyusunan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK), rajin mengunjungi petani baik perorangan, kelompok maupun masal, menerapkan metode penyuluhan pertanian dalam bentuk kursus serta merencanakan, mengolah, menganalisis dan merumuskan hasil penerapan metode penyuluhan pertanian.
2. Terdapat perbedaan kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) laki-laki dan perempuan dalam melaksanakan penyuluhan. Hasil Independent t-test menunjukkan bahwa PPL perempuan lebih memiliki tingkat kehandalan, daya tanggap, kepastian, dan empati yang tinggi dibandingkan dengan penyuluh laki-laki. Sedangkan secara tangible (berwujud), kinerja PPL laki- laki lebih unggul dibandingkan dengan PPL perempuan yang dilakukan dalam memberikan penyuluhan terhadap petani wilayah binaan PPL Kecamatan Lawang.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka UPT Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Lawang perlu untuk melakukan upaya meningkatkan perbaikan. Upaya perbaikan yang dapat disarankan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kinerja PPL laki-laki mengenai tingkat kehandalan, daya tanggap, kepastian dan juga empati supaya kinerja penyuluh pertanian lapang
63
64
(PPL) dapat lebih meningkat, dan dapat menjadikan usaha petani lebih meningkat.
2. Upaya perbaikan untuk meningkatkan hasil usaha petani adalah dengan cara melakukan lebih banyak perekrutan jumlah Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) perempuan ataupun minimal setara dengan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) laki-laki. Hal ini merupakan pertimbangan jumlah sarjana perempuan yang sangat banyak dan memanfaatkan jumlah sarjana tersebut untuk perekrutan PPL perempuan. Tingkat kehandalan, daya tanggap, kepastian, empati yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan PPL perempuan juga dapat dipertimbangkan. PPL perempuan saat ini juga telah memiliki tingkat mobilitas yang tinggi, sehingga PPL perempuan dapat dikatakan tidak kalah kinerjanya jika dibandingkan dengan PPL laki-laki.
DAFTAR PUSTAKA
Ardial. 2014. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Xxxxxx, Xxxxx Xxxxx. 2015. Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam Peningkatan Produktivitas Pertanian di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai Timur. Volume 3 No.0 000-000.
Xxxxx, Xxxxxxxx. 2010. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar Offset. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Malang. 2016. Kecamatan Lawang dalam Angka. BPS Kabupaten Malang
Xxxxxxx, Xxxx. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Penerbit: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. ISBN: 979.704.300.2.
Xxxxxx, B Uno dan Xxxx Xxxxxxxxxx. 2014. Teori Kinerja dan Pengukurannya.
Paragonatama Jaya. PT Bumi Aksara: Jakarta.
Xxxxxxxxxxx, Xxxxx. 2016. Gender dalam Perspektif Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika
Xxxxxxxx, Xxxx. 2014. Penyuluhan Pertanian Masa Depan [Online]. xxxx://xxx.xxxx-xxxxxxx.xxxx/xxxxx.xxx/xxxxx/xxxxxxx/xxxxxxx- umum/772-penyuluhan-pertanian-masa-depan. Diakses pada tanggal 4 Juni 2017.
Xxxxxx, Xxxx Xxxxxxxx S. 2007. Motivasi, Kepuasan Kerja dan Produktivitas Penyuluh Pertanian Lapangan: Kasus Kabupaten Sukabumi. Volume 3 No.2.
Xxxxxxxxxxxx, Xxxxxx Suci. 2010. Perspektif Kelembagaan Lumbung Pangan non Beras dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Lokal. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Xxxxxxxxxxxx, Xxxxxx Suci, dkk. 2010. Kinerja Penyuluh dari Perspektif Petani dan Eksistensi Penyuluh Swadaya sebagai Pendamping Penyuluh Pertanian. Volume 8 No.4. 303-321
Xxxxxxxxxxxxx, A.G. 1988. Teknologi Penyuluhan Pertanian. PT. Bina Aksara: Jakarta.
65
66
Xxxxxxxxxxxxx, A.G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara: Jakarta Kompasiana. 2015. Penyuluhan Pertanian untuk Mewujudkan Petani yang Lebih Sejahtera [Online].
xxxx://xxx.xxxxxxxxxx.xxx/xxxxxxxx/xxxxxxxxxx-xxxxxxxxx-xxxxx- mewujudkan-petani-yang- lebih_sejahtera_54f7ccb7a33311191c8b4b51. Diakses pada tanggal 23 Mei 2017.
Kusnadi. 1985. Penyuluhan Pertanian Teori dan Terapannya. Universitas Brawijaya, Malang.
Xxxxxxxx, Xxxxxxx et al. 2002. Enchancing Organizational Performance : A toolbox for Self-Assesment Canada: International Development Research Centre.
Manadopost. 2017. Kinerja PPL Dikeluhkan [Online]. xxxx://xxxxxxxxxxxxxxxx.xxx/xxxx/0000/00/00/Xxxxxxx-XXX- Dikeluhkan/22786. Diakses pada tanggal 19 September 2017.
Xxxxxxxxxxxx, X.X. Xxxxx Xxxxx. 2006. Evaluasi Kinerja SDM. Xxxxxx Xxxxxxx. Bandung
Xxxxxxxxxx, T. dan S. Sutarni, 2006. Pengantar Penyuluhan Pertanian. Universitas Sebelas Maret Press, Surakarta.
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Xxxxx, Xxxx X. Xxxxx, dkk. 2004 Managing Human Resources. New Jersey : Xxxxxxx Xxxxxxxx Xxxx, Fourth Edition.
Xxxxxx, X, D.M. Chandargi and X.X.Xxxxxxxxxxxxxxxxx. 2006. A study on profile characteristics of men and women extension officers and their job performance and job statisfaction. Department of Agricultural Extension. University of Agricultural Sciences, Dharwad-580 005. India
Xxxxxxx, Ch. 2003. Paradigma Gender. Bayumedia Publishing. Toga Mas, Malang.
Permana, I Putu Pratya, I Xxxxx Xxxxxxx dan I Xxxxx Xxxxx Xxxxxx. 2016. Persepsi Petani terhadap Kualitas Layanan Penyuluh Pertanian Lapangan
67
(Kasus di Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Papuan, Kabupaten Tabanan). ISSN: 2301-6523. [Vol.5 No. 2, April 2016].
Pusat Penyuluhan Pertanian. 2016. Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian. Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. Kementrian Pertanian.
Xxxxxxxx, Xxxxxxx dan Xxxx Xxxxxxxx Xxxxxx. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Kharisma Putra Utama Offset. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Prasetyo. 2016. Evaluasi Kinerja Penyuluh dan Penentuan Pengembangan Strategi Kinerja Penyuluh Pertanian Organik Atas Dasar Faktor Internal dan Eksternal Kota Batu. Seminar Nasional Pembangunan Pertanian.
Puspitasari, Ika. 2010. Analisis Gender Dalam Kinerja Penyuluh di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Bogor. Skripsi, Bogor
Xxxxxxxxx, dkk. 2016. Peran dan Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Memberdayakan Peternak Ayam Petelur di Kabupaten Jembe, Provinsi Jawa Timur. Jurnal Penyuluhan September 2016. Vol.12, No.2.
Xxxxxxxxx, Xxxxx. 2012. Kinerja Pegawai: Teori, Pengukuran dan Implikasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soedarmanto. 1984. Dasar-dasar dan Pengelolaan Penyuluhan Pertanian.
Universitas Brawijaya, Malang.
Subejo. 2006. Penyuluhan Pertanian Indonesia di Tengah Isu Desentralisasi, Privatisasi dan Demokratisasi. Kajian Analitik Jurnal Penyuluhan Juni 2006. Vol. 2, No.2.
Xxxxxxxx. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Xxxxxxxx. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suhanda, dkk. 2008. Kinerja Penyuluh Pertanian di Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan September 2008. Vol.4, No.2.
The World Bank. 2002. World Bank Development Report 2002: Building Institutions for Market. Oxford University Press.
68
Xxxxx, Xxxxx Wahyu dkk. 2008. Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL)dalam Pengembangan Beras Organik Menuju Terwujudnya Kabupaten Sragen Sebagai Sentra Beras Organik. Agritexis No. 24
Undang-undang Republik Indonesia. 2006. Sistem Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Presiden Republik Indonesia.
Xxxxxx, Xxxxxxx X dan Xxxxx Xxxxx. 1996. Human Resource and Personnel Management, 5th ed, McGraw-Hill, New York
LAMPIRAN
69
No:
LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian
LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN
KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANG (PPL) LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DARI PERSPEKTIF PETANI DI KECAMATAN LAWANG, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR
Dalam rangka menunjang kegiatan penelitian dan penulisan skripsi yang dilakukan oleh peneliti selaku mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya Malang, mohon bapak/ibu/saudara bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pendapatnya mengenai bagaimana Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Laki-laki dan Perempuan dari Perspektif Petani di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, melalui kuesioner yang telah disediakan. Hasil penelitian ini hanya diperuntukkan bagi keperluan penyusunan skripsi yang merupakan tugas akhir bagi mahasiswa S1 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Atas perhatian dan kesediaan bapak/ibu/saudara meluangkan waktu, peneliti ucapkan terima kasih.
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Kecamatan :
3. Desa :
4. Umur :
5. Pendidikan : SD / SLTP / SLTA-Sederajat
6. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
II. PETUNJUK PENGISIAN
1. Instrumen berisi 20 butir pernyataan
2. Bacalah dengan teliti semua pernyataan yang ada, setiap pernyataan hanya diperbolehkan untuk diisi dengan satu jawaban saja.
3. Jawablah pernyataan-pernyataan dengan cara melingkari pada salah satu jawaban yang sesuai dengan kenyataan anda pada lembar jawaban yang tersedia.
4. Pada nomor 7 dan 8, diperbolehkan memilih lebih dari satu / seluruh jawaban yang sesuai dengan kenyataan anda pada lembar jawaban yang tersedia.
70
71
III. KUESIONER PENELITIAN
No. | Pernyataan |
Reliability (Kehandalan) | |
1. | Penyuluh melaksanakan penyebaran materi penyuluhan sesuai kebutuhan petani (dalam satu tahun) : |
a. >12 judul/topik | |
b. 8 – 12 judul/topik | |
c. 5 – 7 judul/topik | |
d. 2 – 4 judul/topik | |
e. Hanya 1 judul/topik | |
2. | Penyuluh menerapkan metode penyuluhan pertanian dalam bentuk temu-temu (temu lapang, temu wicara, temu teknis, temu karya, temu usaha) (dalam satu tahun): |
a. ≥3 | |
b. 2 | |
c. 1 | |
3. | Penyuluh melakukan praktek langsung dilapangan pada saat pelatihan dan kunjungan |
a. Setuju | |
b. Ragu-ragu | |
c. Kurang setuju | |
4. | Penyuluh mengupayakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan petani (misalnya pengadaan traktor dll) |
a. Setuju | |
b. Ragu-ragu | |
c. Kurang setuju | |
5. | Penyuluh menyampaikan informasi teknologi terbaru |
a. Setuju | |
b. Ragu-ragu | |
c. Kurang setuju | |
6. | Penyuluh berpengaruh terhadap peningkatan hasil usaha. |
a. Setuju | |
b. Ragu-ragu | |
c. Kurang setuju | |
Responsiveness (Tanggap) | |
7. | Penyuluh melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi dalam mengembangkan usahatani (dapat memilih lebih dari satu pilihan jawaban): |
a. Memberi informasi dan menunjukkan sumber informasi | |
b. Membangun jejaring kerja antar petani | |
c. Membangun kemitraan | |
d. Memandu membuat proposal kegiatan |
72
8. | Penyuluh memberikan bimbingan penyusunan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) (dapat memilih lebih dari satu pilihan jawaban): |
a. RUK/RUB (rencana usaha kelompok / rencana usaha bersama) | |
b. RDK (rencana definitif kelompok) | |
c. RDKK (rencana definitif kebutuhan kelompok) | |
d. RDKK pupuk bersubsidi sesuai dengan kebutuhan petani | |
Assurance (Kepastian) | |
9. | Penyuluh memberikan bimbingan dan memecahkan masalah petani / kelompok tani dalam pengambilan keputusan guna menjalin kemitraan usaha dibidang pertanian |
a. Setuju | |
b. Ragu-ragu | |
c. Kurang setuju | |
10. | Penyuluh memberikan pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti |
a. Setuju | |
b. Ragu-ragu | |
c. Kurang setuju | |
11. | Penyuluh memberikan pelayanan / menyelesaikan masalah secara tuntas |
a. Setuju | |
b. Ragu-ragu | |
c. Kurang setuju | |
12. | Penyuluh memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengetahui permasalahan di lapangan (penyakit, hama dll). |
a. Setuju | |
b. Ragu-ragu | |
c. Kurang setuju | |
Emphaty (Empati) | |
13. | Penyuluh mudah untuk ditemui dan dihubungi untuk berkonsultasi |
a. Setuju | |
b. Ragu-ragu | |
c. Kurang setuju | |
14. | Penyuluh memberikan pelayanan yang sama kepada semua petani tanpa pilih-pilih |
a. Setuju | |
b. Ragu-ragu | |
c. Kurang Setuju | |
15. | Penyuluh memberikan perhatian khusus (individu) atas masalah tertentu (khusus) |
a. Setuju | |
b. Ragu-ragu | |
c. Kurang setuju |
73
Tangible (Berwujud) | |
16. | Penyuluh mengunjungi petani (perorangan/kelompok/massal) (dalam satu tahun): |
a. ≥60 kali | |
b. 45 s/d 59 | |
c. 30 s/d 44 | |
d. 15 s/d 29 | |
e. <15 | |
17. | Penyuluh menerapkan metode penyuluhan pertanian dalam bentuk kursus (dalam satu tahun): |
a. ≥3 | |
b. 2 | |
c. 1 | |
18. | Penyuluh merencanakan, mengolah, menganalisis dan merumuskan hasil penerapan metode penyuluhan pertanian (dalam satu tahun terakhir): |
a. ≥3 | |
b. 2 | |
c. 1 |
Lampiran 2. Identitas Responden
74
Daftar Nama Responden Penelitian (Sample A)
No | Nama | Desa | Umur | Pendidikan | Jenis Kelamin |
1. | Fendik Yustrianto | Gebuk Tegalrejo | 24 | SLTA-Sederajat | L |
2. | Xxxxxxx | Gebuk Tegalrejo | 81 | SD | L |
3. | Xxxxxxx | Ketindan | 47 | SLTP | L |
4. | H. Jaelani | Ketindan | 57 | SLTA-Sederajat | L |
5. | Mulyo Widodo | Ketindan | 52 | SLTA-Sederajat | L |
6. | X.Xxxxxx | Ketindan | 60 | SLTA-Sederajat | L |
7. | Sanari | Wonorejo | 43 | SD | L |
8. | Junaeti | Ketindan | 52 | SLTA-Sederajat | L |
9. | Puji Lestari | Ketindan | 34 | SLTA-Sederajat | L |
10 | Puji | Tegalrejo | 35 | SLTP | L |
11 | Buari | Tegalrejo | 50 | SD | L |
12 | Hari | Tegalrejo | 32 | SLTA-Sederajat | L |
13 | Kasmiati | Ketindan | 47 | SLTP | P |
14 | Xxx Xxxxxxxx | Ketindan | 62 | SLTA-Sederajat | P |
15 | Wiwik Winarsih | Ketindan | 47 | SLTA-Sederajat | P |
Lampiran 2. Lanjutan
75
Daftar Nama Responden Penelitian (Sample B)
No | Nama | Desa | Umur | Pendidikan | Jenis Kelamin |
1. | Xxxxxx | Xxxxxxxxx | 49 | SD | L |
2. | Ngadi | Sidoluhur | 51 | SLTP | L |
3. | Xxxxxxx | Xxxxxxxxx | 52 | SD | L |
4. | Xxxxxxx | Xxxxxxxxx | 45 | SD | L |
5. | Xxxxxx | Xxxxxxxxx | 41 | SD | L |
6. | Xxxxxxx | Xxxxxxxxx | 57 | SD | L |
7. | Xxxxxxx | Xxxxxxxxx | 49 | SD | L |
8. | X.Xxxxxxxx | Xxxxxxxxx | 52 | SD | L |
9. | Mahir | Sidoluhur | 40 | SD | L |
10 | Xxxxx | Xxxxxxxxx | 43 | SD | L |
11 | Abdr. Rohman | Sidoluhur | 52 | SD | L |
12 | Buari | Sidoluhur | 60 | SD | L |
13 | Rufi’i | Sidoluhur | 62 | - | L |
14 | Udin | Sidoluhur | 41 | SD | L |
15 | Rifa’i | Sidoluhur | 51 | SD | L |
Lampiran 2. Lanjutan
76
Daftar Nama Responden Penelitian (Sample C)
No | Nama | Desa | Umur | Pendidikan | Jenis Kelamin |
1. | Rokhim | Bedali | 60 | SD | L |
2. | Sama’i | Bedali | 50 | SLTA-Sederajat | L |
3. | Xxxx Xxxxxxxx | Bedali | 30 | - | L |
4. | Xxxxxx Xxxxxxx | Polaman | 49 | SLTP | L |
5. | Xxxx Xxxxx Xxxxxxxx | Xxxxxan | 29 | SLTP | L |
6. | Xxxx Xxxxxx | Bedali | 38 | - | L |
7. | Djuari | Bedali | 60 | SD | L |
8. | Sudarsan | Bedali | 61 | SLTP | L |
9. | Xxxxx Xxxx Xxxxxxx | Sidodadi | 34 | SLTA-Sederajat | L |
10 | Xxxxx | Xxxxxxxx | 56 | SLTP | L |
11 | Sanan | Sidodadi | 60 | SLTP | L |
12 | Xxxxxxx | Xxxxxxxx | 44 | SLTA-Sederajat | L |
13 | Xxxxxx | Xxxxxxxx | 40 | SLTA-Sederajat | L |
14 | Radji’an | Sengkrakan | 54 | SD | L |
15 | Xxxxx | Bedali | 52 | SD | L |
Lampiran 2. Lanjutan
77
Daftar Nama Responden Penelitian (Sample D)
No | Nama | Desa | Umur | Pendidikan | Jenis Kelamin |
1. | Sri Mulyani | Kalirejo | 38 | SLTP | P |
2. | Yeti Utami | Kalirejo | 55 | SLTA-Sederajat | P |
3. | Kustianto | Kalirejo | 44 | SLTA-Sederajat | L |
4. | Supriono | Kalirejo | 47 | SLTA-Sederajat | L |
5. | Xxxx Xxxxxxx | Xxxxxxxx | 63 | SLTA-Sederajat | P |
6. | Kusbandiyah | Kalirejo | 66 | SLTA-Sederajat | P |
7. | Hartono | Kalirejo | 46 | SLTA-Sederajat | L |
8. | Sadin | Kalirejo | 61 | SLTA-Sederajat | L |
9. | Xxxxxxxxx | Xxxxxxxx | 61 | SLTA-Sederajat | L |
10 | Idhinningrum | Kalirejo | 37 | SLTA-Sederajat | P |
11 | Xxx Xxxxxxxxx | Kalirejo | 60 | SLTA-Sederajat | P |
12 | Xxxxxxxxx Xxxxxxx | Kalirejo | 43 | SLTA-Sederajat | P |
13 | Ainul Yakin | Kalirejo | 48 | SD | L |
14 | Mesti Ustianingsih | Kalirejo | 35 | SLTA-Sederajat | P |
15 | Xxxxx Xxxxxxxx | Xxxxxxxx | 44 | - | P |
78
Lampiran 3. Hasil Pengukuran Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Laki-laki dan Perempuan
J K | X1 .1 | X1 .2 | X1 .3 | X1 .4 | X1 .5 | X1 .6 | JM L | X2 .1 | X2 .2 | JM L | X3 .1 | X3 .2 | X3 .3 | X3 .4 | JM L | X4 .1 | X4 .2 | X4 .3 | JM L | X5 .1 | X5 .2 | X5 .3 | JM L |
1 | 5 | 5 | 5 | 3 | 5 | 5 | 28 | 1 | 5 | 6 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 3 | 5 | 5 | 13 |
1 | 5 | 3 | 5 | 1 | 5 | 5 | 24 | 3 | 4 | 7 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 4 | 3 | 5 | 12 |
1 | 2 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 3 | 2 | 5 | 3 | 5 | 5 | 5 | 23 | 5 | 5 | 3 | 18 | 5 | 1 | 5 | 11 |
1 | 1 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 24 | 3 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 1 | 16 | 1 | 3 | 3 | 7 |
1 | 1 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 24 | 3 | 1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 1 | 16 | 1 | 3 | 3 | 7 |
1 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 28 | 3 | 1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 5 | 5 | 11 |
1 | 1 | 5 | 5 | 3 | 5 | 5 | 24 | 1 | 1 | 2 | 5 | 3 | 5 | 3 | 21 | 5 | 5 | 3 | 18 | 2 | 5 | 3 | 10 |
1 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 2 | 2 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 3 | 3 | 7 |
1 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 2 | 2 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 3 | 3 | 7 |
1 | 3 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 26 | 4 | 2 | 6 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 3 | 5 | 3 | 11 |
1 | 4 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 5 | 5 | 10 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 5 | 5 | 5 | 15 |
1 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 30 | 3 | 4 | 7 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 3 | 18 | 4 | 5 | 3 | 12 |
1 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 2 | 2 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 3 | 3 | 7 |
1 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 2 | 2 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 3 | 3 | 7 |
1 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 2 | 2 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 3 | 3 | 7 |
1 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 28 | 2 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 2 | 3 | 3 | 8 |
1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 29 | 2 | 2 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 1 | 1 | 3 |
1 | 4 | 1 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 3 | 3 | 6 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 1 | 1 | 3 |
1 | 3 | 3 | 5 | 5 | 5 | 1 | 22 | 1 | 1 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 3 | 3 | 5 | 11 |
1 | 3 | 3 | 5 | 5 | 5 | 1 | 22 | 1 | 1 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 3 | 3 | 5 | 11 |
1 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 28 | 3 | 1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 2 | 3 | 3 | 8 |
1 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 3 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 3 | 18 | 1 | 3 | 1 | 5 |
1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 29 | 2 | 1 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 3 | 3 | 7 |
J K | X1 .1 | X1 .2 | X1 .3 | X1 .4 | X1 .5 | X1 .6 | JM L | X2 .1 | X2 .2 | JM L | X3 .1 | X3 .2 | X3 .3 | X3 .4 | JM L | X4 .1 | X4 .2 | X4 .3 | JM L | X5 .1 | X5 .2 | X5 .3 | JM L |
1 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 2 | 2 | 4 | 5 | 5 | 3 | 3 | 21 | 5 | 5 | 3 | 18 | 2 | 5 | 3 | 10 |
1 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 3 | 3 | 6 | 3 | 5 | 3 | 3 | 19 | 5 | 5 | 3 | 18 | 2 | 5 | 3 | 10 |
1 | 2 | 5 | 3 | 3 | 3 | 3 | 19 | 3 | 3 | 6 | 3 | 5 | 3 | 3 | 19 | 5 | 3 | 5 | 18 | 2 | 5 | 3 | 10 |
1 | 1 | 5 | 5 | 3 | 5 | 5 | 24 | 3 | 3 | 6 | 5 | 5 | 3 | 3 | 21 | 5 | 5 | 3 | 18 | 2 | 5 | 3 | 10 |
1 | 1 | 3 | 5 | 3 | 3 | 3 | 18 | 2 | 2 | 4 | 5 | 3 | 3 | 1 | 17 | 5 | 5 | 3 | 18 | 2 | 5 | 3 | 10 |
1 | 5 | 5 | 5 | 3 | 3 | 5 | 26 | 1 | 1 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 23 | 5 | 5 | 3 | 18 | 2 | 1 | 5 | 8 |
1 | 5 | 3 | 3 | 3 | 5 | 5 | 24 | 1 | 1 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 23 | 5 | 5 | 3 | 18 | 2 | 1 | 5 | 8 |
2 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 28 | 4 | 4 | 8 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 5 | 3 | 3 | 11 |
2 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 4 | 4 | 8 | 5 | 5 | 3 | 3 | 21 | 5 | 3 | 3 | 16 | 1 | 1 | 3 | 5 |
2 | 2 | 1 | 5 | 5 | 5 | 5 | 23 | 1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 3 | 1 | 5 |
2 | 4 | 1 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 1 | 1 | 3 |
2 | 5 | 1 | 5 | 5 | 5 | 5 | 26 | 4 | 4 | 8 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 1 | 1 | 3 |
2 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 29 | 1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 1 | 1 | 3 |
2 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 2 | 4 | 6 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 5 | 1 | 5 | 11 |
2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 30 | 5 | 4 | 9 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 1 | 1 | 3 |
2 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 29 | 2 | 4 | 6 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 1 | 1 | 3 |
2 | 2 | 1 | 5 | 5 | 5 | 5 | 23 | 1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 4 | 3 | 1 | 8 |
2 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 28 | 1 | 5 | 6 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 1 | 1 | 3 |
2 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 3 | 18 | 1 | 1 | 1 | 3 |
2 | 4 | 1 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 3 | 18 | 1 | 3 | 5 | 9 |
2 | 4 | 1 | 5 | 5 | 5 | 3 | 23 | 1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 5 | 1 | 7 |
2 | 3 | 1 | 5 | 5 | 5 | 5 | 24 | 3 | 4 | 7 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 5 | 5 | 11 |
2 | 3 | 1 | 5 | 5 | 5 | 5 | 24 | 5 | 5 | 10 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 4 | 5 | 3 | 12 |
2 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 1 | 1 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 2 | 1 | 3 | 6 |
79
J K | X1 .1 | X1 .2 | X1 .3 | X1 .4 | X1 .5 | X1 .6 | JM L | X2 .1 | X2 .2 | JM L | X3 .1 | X3 .2 | X3 .3 | X3 .4 | JM L | X4 .1 | X4 .2 | X4 .3 | JM L | X5 .1 | X5 .2 | X5 .3 | JM L |
2 | 3 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 26 | 5 | 2 | 7 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 3 | 3 | 5 | 11 |
2 | 2 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 1 | 6 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 3 | 5 | 3 | 11 |
2 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 29 | 3 | 1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 1 | 3 | 5 |
2 | 2 | 5 | 5 | 3 | 5 | 5 | 25 | 3 | 1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 1 | 3 | 5 |
2 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 28 | 3 | 1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 23 | 5 | 5 | 1 | 16 | 1 | 1 | 1 | 3 |
2 | 4 | 5 | 3 | 5 | 5 | 5 | 27 | 3 | 1 | 4 | 5 | 3 | 5 | 5 | 23 | 3 | 5 | 1 | 14 | 1 | 1 | 1 | 3 |
2 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 29 | 2 | 1 | 3 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 1 | 1 | 3 |
2 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 29 | 3 | 1 | 4 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 1 | 3 | 3 | 7 |
2 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 4 | 2 | 6 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 2 | 1 | 3 | 6 |
2 | 2 | 5 | 5 | 5 | 3 | 5 | 25 | 4 | 1 | 5 | 5 | 5 | 3 | 3 | 21 | 5 | 5 | 3 | 18 | 2 | 1 | 1 | 4 |
2 | 3 | 3 | 5 | 5 | 5 | 3 | 24 | 4 | 4 | 8 | 5 | 3 | 5 | 3 | 21 | 5 | 5 | 3 | 18 | 4 | 1 | 5 | 10 |
2 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 1 | 1 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 2 | 5 | 3 | 10 |
2 | 2 | 5 | 5 | 5 | 5 | 5 | 27 | 4 | 3 | 7 | 5 | 5 | 5 | 5 | 25 | 5 | 5 | 5 | 20 | 2 | 3 | 5 | 10 |
80
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas
1. Indikator Reliability (Kehandalan)
2. Indikator Responsiveness (Tanggap)
81
82