CAPAIAN KINERJA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2017
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA TIMUR
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya penyusunan Laporan Vapaian Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT Tahun Anggaran 2017. Laporan ini disusun sebagai pertanggungjawaban dalam rangka pelaksanaan mandat, tugas, dan fungsi BPTP NTT dalam menghasilkan Teknologi Spesifik lokasi serta mendiseminasikannya ke pengguna selama tahun anggaran ini serta sekaligus menjadi evaluasi pelaksanaan penelitian dan pengkajian serta
perkembangan unit penunjang lainnya Sejalan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka hasil capaian kinerja pembangunan pertanian sepatutnya dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada publik melalui Laporan Kinerja
Dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel, maka pelaksanaan pembangunan pertanian, tata kelola manajemen, dan sistem akuntabilitas kinerja pemerintah yang berbasis kinerja harus dilaksanakan secara konsisten dan penuh tanggung jawab sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Pertanian.
Buku Laporan Capaian Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT tahun 2017 ini merupakan cerminan akuntabilitas kinerja Kementerian Pertanian selama tahun 2017 dalam rangka pencapaian sasaran, yang dilaksanakan dalam bentuk program dan kegiatan Kementerian Pertanian dalam upaya mencapai kinerja Kementerian Pertanian yang lebih baik, benar, transparan, dan akuntabel.
Akhirnya Kepada Semua Pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan ini disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga laporan ini memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkannya. Kritik dan saran kami harapkan demi perbaikan kinerja dimasa-masa mendatang guna mendukung keberhasilan pembangunan pertanian ke depan
Kupang, Januari 2018 Kepala Balai,
Dr.Xx.Xxxxxxxxxx,X.Xx
NIP. 19670514 199703 1 002
CAPAIAN KINERJA BPTP NTT
Sistem pengukuran kinerja biasanya terdiri atas metode sistematis dalam penetapan sasaran dan tujuan dan pelaporan periodik yang mengindikasikan realisasi atas pencapaian sasaran dan tujuan. Pengukuran kinerja juga didefinisikan sebagai suatu metode untuk menilai kemajuan yang selalu dicapai dibandingkan dengan tujuan yang selalu ditetapkan.
BPTP NTT selalu berupaya untuk dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja yang dilaksanakan dengan menggunakan indikator kinerja yang meliputi efisiensi masukan (input), kualitas perencanaan dan pelaksanaan (proses) dan keluaran (output). Metode yang digunakan dalam pengukuran pencapaian kinerja sasaran adalah membandingkan antara target indikator kinerja setiap sasaran dengan realisasinya. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat diperoleh informasi capaian kinerja setiap sasaran pada tahun 2017. Informasi ini menjadi bahan tindak lanjut untuk perbaikan perencanaan dan dimanfaatkan untuk memberi gambaran kepada pihak internal dan eksternal mengenai sejauh mana pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam mewujudkan tujuan, misi, dan visi BPTP NTT
Gambaran kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT tahun 2017 dapat diketahui dari hasil pengukuran kinerja sesuai dengan Perjanjian Kinerja (PK) yaitu dengan membandingkan antara realisasi dengan target yang ditentukan di awal tahun 2017.
Untuk mengukur pencapaian kinerja pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian secara umum dapat dilihat pada pencapaian rencana tingkat capaian dari indikator kinerja yang tertuang dalam matrik kerangka logis
1. Pengukuran Kinerja Tahun 2017
Pada tahun 2017, BPTP-NTT telah mengimplementasikan program utama BPTP NTT, masing-masing program tersebut lebih lanjut pencapaiannya dijabarkan dalam beberapa judul kegiatan. Kriteria penetapan judul kegiatan tersebut berdasarkan pertimbangan kualitatif dan kuantitatif serta berdasarkan pada penilaian secara obyektif sesuai panduan dan aturan yang berlaku serta mekanisme kebijaksanaan perencanaan BPTP NTT.
Berikut uraian pengukuran kinerja kegiatan yang didistribusikan pada program utama BPTP pada tahun anggaran 2017.
Tabel 1. Penetapan Pengukuran Pencapaian Sasaran TA. 2017
NO | SASARAN | INDIKATOR KINERJA | KET | |||
URAIAN | TARGET | CAPAIAN | % | |||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 |
1. | Tersedianya teknologi spesifik lokasi Komoditas Strategis | Jumlah teknologi spesifik lokasi | 4 | 4 | 100 | Sangat berhasil |
2. | Terdiseminasikannya Teknologi Komoditas Strategis ke Pengguna | Jumlah teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna | 5 | 5 | 100 | Sangat berhasil |
3. | Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan Pembangunan Pertanian Komoditas Xxxxxxxxx | Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah | 2 | 2 | 100 | Sangat berhasil |
4. | Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi | Jumlah Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi | 2 | 2 | 100 | Sangat berhasil |
5. | Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan | Jumlah produksi benih sumber Padi, | 7,5 | 21.595 | 287 | Sangat berhasil |
Jumlah produksi benih sumber Jagung, | 38.5 | 11.800 | 30 | Tidak berhasil | ||
6. | Tersedianya Taman Teknologi Pertanian | Jumlah taman teknologi pertanian | 1 | 1 | 100 | Sangat berhasil |
7. | Tersedianya sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi | Jumlah aksesi sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi | 5 | 6 | 120 | Sangat berhasil |
8 | Terselenggaranya Layanan Internal (Overhead) | Jumlah layanan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian | 6 | 6 | 100 | Sangat berhasil |
2. Analisis Capaian Kinerja
Analisis capaian kinerja BPTP NTT tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel
2. Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2017 telah tercapai sebesar 100 persen, sehingga dapat dikatakan berhasil.
Tabel 2. Capaian Kinerja BPTP NTT T.A. 2017
INDIKATOR KINERJA | KETERANGAN |
NO | SASARAN | URAIAN | OUTPUT | ||
1 | Tersedianya teknologi spesifik lokasi Komoditas Strategis | Jumlah teknologi spesifik lokasi | 4 | Teknologi | 1. Optimasi Lahan Belerang untuk Usahatani Padi pada Tanah Berformasi Bobonaro Scaly clay 2. Pengkajian dan Pengembangan Ayam KUB di NTT 3. Pengkajian Upaya Peningkatan Populasi sapi NTT melalui Penyelamatan sapi betina produktif di Timor Barat 4. LLIP Perbatasan RI-RDTL |
2 | Terdiseminasikannya Teknologi Komoditas Strategis ke Pengguna | Jumlah teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna | 5 | Teknologi | 1. Pendampingan Kawasan Pertanian Padi 2. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Jagung di NTT 3. Pendampingan Kawasan Pertanian Hortikultura di NTT 4. Pendampingan Kawasan Peternakan di Nusa Tenggara Timur 5. Pendampingan Kawasan Pertanian Tanaman Perkebunan |
3 | Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan Pembangunan Pertanian Komoditas Strategis | Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah | 2 | Rekomendasi | 1. Meningkatkan volume ekspor hasil hortikultura (bawang merah, cabai, dan aneka buah), hasil tanaman pangan (beras, jagung, dan kacang hijau), dan hasil ternak (daging sapi dan ayam (daging dan DOC). 2. Diversifikasi produk ekspor komoditas pertanian diluar komoditas ekspor yang sudah ada (eksisting), termasuk ekspor produk olahan dari hasil pertanian |
4 | Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi | Jumlah Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi | 2 | Model | 1. Model Pengelolaan bio- industri di Kawasan Oesao, Kupang 2. Model Pengelolaan bio- Industri integrasi tanaman- ternak di Desa Bila,TTS |
5 | Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan | Jumlah produksi benih sumber Padi, | 7,5 Ton | Produksi Benih Sumber Padi 21,595 ton |
Jumlah produksi benih sumber Jagung, | 38.5 Ton | Produksi Benih Jagung 11,8 ton | |||
6 | Tersedianya Taman Teknologi Pertanian | Jumlah taman teknologi pertanian | 1 | Kabupaten | Taman Teknologi Pertanian Mollo,TTS |
7 | Tersedianya SDG Yang Terkonservasi dan Terdokumentasi | Jumlah aksesi sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi | 5 | Aksesi | SDG Yang Terkonservasi dan Terdokumentasi 6 Aksesi |
8 | Terselenggaranya Layanan Internal (Overhead) | Jumlah layanan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian | 6 | Layanan | 6 Layanan Manajemen |
Berdasarkan pengukuran kinerja, pencapaian kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT dapat dikatakan berhasil karena semua target kinerja yang ditetapkan pada perjanjian kinerja tercapai bahkan pada beberapa indicator kinerja utama ada yang melebihi target yang ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh komitmen pimpinan serta segenap jajaran peneliti, penyuluh dan seluruh staf BPTP NTT dalam peningkatan kinerja masing-masing. Target kinerja berdasarkan indikator kinerja utama BPTP NTT secara umum tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Berikut merupakan penjelasan terkait pencapaian masing-masing indikator kinerja utama BPTP NTT :
1. Indikator Kinerja : Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas strategis (In House).
Berdasarkan pencapaian kinerja yang dihasilkan pada kegiatan pengkajian teknologi unggulan spesifik lokasi (InHouse), dari 4 target teknologi yang ditetapkan pada perjanjian kinerja dihasilkan 4 teknologi yang dihasilkan yaitu; 1).Paket teknologi Rekomendasi teknis pengelolaan lahan berlereng yang berformasi bobonaroro clay untuk usahatani padi sawah tadah hujan, 2). Paket teknologi rekomendasi pakan bahan lokal, produksi telur dan DOC, 3). Paket teknologi Model pemeliharaan sapi betina produktif pada kawasan pengembangan peternakan rakyat di Timor Barat, 4). Paket teknologi budidaya tanaman pangan padi sawah dengan system Jarwo, dan teknologi budidaya ternak sapi dalam SUT yang terintegrasi. Capaian target dan realisasi teknologi unggulan spesifik lokasi secara lengkap tersaji pada tabel 3.
Tabel 3. Indikator Target dan Realisasi Pengkajian Teknologi Unggulan Spesifik (In House) BPTP NTT tahun 2017
Indikator Kinerja Utama | Satuan | Target | Realisasi | Persentase Pencapaian (%) |
1. Jumlah teknologi spesifik lokasi | Teknologi | 4 | 4 | 100 |
Sumber : Perjanjian Kinerja BPTP NTT tahun 2017
Dukungan dan realisasi anggaran dalam dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian teknologi unggulan spesifik lokasi (InHouse) Secara lengkap tersaji pada tabel 7. Berikut :
Tabel 4. Pagu dan Realisasi Anggaran Kegiatan Pengkajian Teknologi Unggulan Spesifik Lokasi Sesuai Kebutuhan Pengguna (InHouse) BPTP NTT tahun 2017
No | Nama Kegiatan | PAGU (Rp) | Realisasi (Rp) | % |
1. | Teknologi Spesifik Lokasi mendukung Program Strategis | |||
A. | Optimasi Lahan Berlereng untuk Usahatani Padi pada Tanah Berformasi Bobonaro Scaly clay | 102.500.000 | 101.691.800 | 99,21 |
B. | Pengkajian dan Pengembangan Ayam KUB di NTT | 79.800.000 | 77.034.900 | 96,53 |
C. | Pengkaijian Upaya Peningkatan Populasi Sapi NTT melalui Penyelamatan Sapi Betina Produktif | 117.000.000 | 103.536.000 | 88,49 |
D. | LLIP Perbatasan RI - RDTL | 3.200.000 | 3.200.000 | 100 |
Sumber : Realisasi anggaran BPTP NTT tahun 2017
Realisasi penciptaan paket teknologi spesifik lokasi telah sesuai dengan target yang ditetapkan pada perjanjian kinerja (PK) tahun 2017.
Gambar 1. Pengukuran Capain Kinerja Penciptaan Teknologi Spesifik Lokasi (InHouse) tahun 2015-2017
Sumber :Hasil pengukuran capain kinerja terkait penciptaan teknologi spesifik lokasi tahun 2015-2017
1. Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi
A. Optimasi Lahan Berlereng Untuk Usahatani Padi pada Tanah Berformasi Bobonaro Scaly Clay
Kegiatan Penelitian “Optimasi lahan berlereng untuk usahatani padi pada tanah berformasi Bobonaro Scaly Clay” dilaksanakan pada tahun 2017 dan 2017 di Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tujuan jangka pendek (2017) penelitian ini adalah mempelajari respon pertumbuhan padi terhadap tingkat kelembaban tanah dan kandungan carbon organik tanah; Sedangkan tujuan jangka panjang (2017) dari penelitian ini adalah mempelajari respon pertumbuhan padi yang ditanam pada tanah Bobonaro Clay pada lahan yang berlereng lebih dari 15 % yang berfokuskan pada mempelajari hubungan antara luas petakan sawah optimal dengan pertumbuhan dan produktivitas padi berdasarkan kondisi curah hujan setempat. Penelitian ini bersifat percobaan (experimental trial) yang meliputi tiga kegiatan yaitu (i) Survei Mengenai sebaran sebaran lahan yang berformasi Bobonaro Clay, (ii) Kegiatan 1: mempelajari respon pertumbuhan padi terhadap tingkat kelembaban tanah dan kandungan carbon organik tanah dan (iii) Kegiatan 2 : mempelajari pemberian pupuk anorganik. Kegiatan 1 : Menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan Rancangan Terdiri dari dua percobaan yaitu, percobaan pertama adalah Uji Perlakuan Kelembaban tanah (4 Perlakuan 4 Ulangan) yang perlakuannya: (1). tingkat kelembaban tanah kapasitas lapang/ KL
(Kontrol) (2). tingkat kelembaban tanah 200 % dari KL; (3). tingkat kelembaban tanah 300 % dari KL; (4). tingkat kelembaban tanah 400 % dari KL; serta percobaan kedua adalah Uji Perlakuan Pengkayaan Carbon Organik (4 Perlakuan, 4 Ulangan) yang perlakuannya : (1). tanpa pemberian bahan organik (kontrol); (2). pemberian bahan organik maksimum CO menjadi 3 %; (3). pemberian bahan organik hingga CO
>3-5 % dan (4). pemberian bahan organik hingga CO >5 – 7%. Selanjutnya Kegiatan 2 : Studi Respon Pemberian Pupuk anorganik yang merupakan Uji perlakuan minus-one dari masing-masing pupuk hara makro (N, P dan K) dengan perlakuan (8 perlakuan dan 4 Ulangan) adalah : (1) adalah tanpa pemupukan (kontrol); (ii) penambahan pupuk N tanpa P dan K; (iii). penambahan pupuk P, tanpa N dan K; (iv). penambahan pupuk K, tanpa P dan N; (v). Penambahan N dan P tanpa K; (vi). Penambahan P dan K tanpa N; (vii). Penambahan K dan N tanpa P dan (viii). Penambahan N, P dan K
Gambar. 2 Dokumentasi pelaksanaan kegiatan Pengkajian lahan Bobonaro Xxxxx Xxxx
B. Pengkajian dan Pengembangan Ayam KUB di NTT
Ayam KUB merupakan ayam unggul lokal hasil persilangan dan seleksi oleh peneliti Badan Litbang Pertanian. Ayam KUB memiliki keunggulan dibandingkan ayam kampung biasa. Keunggulan ayam KUB tersebut diikuti dengan sifat khusus yang pada akhirnya mempengaruhi sistem pemeliharaan sehingga sedikit berbeda dibandingkan ayam kampung biasa. Pengkajian dan pengembangan ayam KUB di Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaksanakan di kandang percobaan BPTP NTT. Jumlah ayam KUB yang digunakan sebanyak 96 ekor terdiri dari 16 ekor pejantan dan 80 ekor betina. Perlakukan yang digunakan adalah 4 jenis ransum berbahan baku lokal dan diulang sebanyak 4 kali, masing- masing ulangan terdiri dari 6 ekor. Rancangan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang dikumpulkan adalah konsumsi pakan harian, perubahan berat badan, produksi telur (jumlah telur, ukuran telur dan fertilitas telur). Hasil pengkajian diperoleh ransum A (75 % pakan komersil + 3,5 % dedak + 15% jagung + 4,5 % tepung ikan + 2 % putak ) dan ransum D ( 0% pakan komersil + 20 % dedak + 50% jagung + 10 % tepung ikan + 2 % putak + 20% daun kelor) memberikan produksi telur tertinggi dibanding ransum B dan C. Demikian pula konsumsi pakan harian tertinggi pada ransum A dan D berkisar antara 377- 399 gr/6 ekr/minggu. Prosentase daya tetas telur dari empat kali penetasan berkisar antara 54-81% dengan jumlah DOC yang dihasilkan sebanyak 809 DOC dari 1194 butir telur yang ditetaskan. Telah didistribusikan ke kabupaten perbatasan yaitu Kabupaten Kupang (126 ekor), Kabupaten Belu (253 ekor) dan Malaka (50 ekor). Ransum D yang mengandung daun kelor memberikan dampak positif terhadap produksi telur ayam KUB dibandingkan daun gamal dan lamtoro. Perlu pengkajian lebih lanjut tentang pemanfaatan daun kelor dalam ransum ayam KUB karena dapat mengurangi bahkan menggantikan ransum komersil yang harganya lebih mahal.
Gambar 3. Dokumentasi Kegiatan Pengkajian dan Pengembangan Ayam KUB
C. Pengkajian Upaya Peningkatan Populasi Sapi NTT melalui Penyelamatan Sapi Betina Produktif di Timor Barat
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengkajian ini adalah Mengoptimalkan inovasi teknologi pemeliharaan Sapi melalui upaya menekan kematian anak Sapi pada kawasan pengembangan peternakan rakyat. Dan Meningkatkan pendapatan petani melalui program penyelamatan sapi betina produktif pada kawasan pengembangan peternakan dengan luaran yang diharapkan Optimalisasi inovasi teknologi pemeliharaan sapi pada kawasan pengembangan peternakan rakyat melalui Upaya Menekan Kematian anak dan Pendapatan petani meningkat pada kawasan pengembangan peternakan rakyat melalui penerapan inovasi teknologi spesifik lokasi.
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah tersebar dan diadopsinya inovasi teknologi pemeliharaan sapi pada kawasan pengembangan peternakan rakyat melalui upaya menekan kematian anak dan Meningkatnya kesejahteraan peternak pada kawasan pengembangan peternakan rakyat yang berbasis upaya menekan kematian anak yang diharapkan akan berdampak pada Optimal dan berkembangnya inovasi teknologi pemeliharaan sapi pada kawasan pengembangan peternakan rakyat melalui Upaya Menekan Kematian anak, serta dalam jangka panjang akan terjadi peningkatan sentra-sentra kawasan peternakan rakyat yang berbasis inovasi teknologi Dengan pola pemeliharaan ini, limbah peternakan pun dapat dimanfaatkan lebih efisien, baik sebagai sumber energi alternatif maupun pemanfaatan pupuk organik untuk tanaman.
alai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT 2017
11
Adapun simpulan yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan pengkajian upaya peningkatan populasi sapi NTT melalui penyelamatan sapi betina produktif adalah Pemberian dedak yang divermentasi dengan Probiotik Biochas pada anak sapi lepas sapih selama musim kemarau dapat menekan tingkat kematian anak, bahkan depat meningkatkan bobot badan selama musim kemarau, Dalam pemberian Pakan tambahan berupa dedak, pemberian air merupakan syarat mutlak, Kendala cacingan pada anak sapi, sangat menonjol pada sistem pemeliharaan ekstensif dan Partisipasi anggota kelompok sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan.
Gambar 4. Dokumentasi Kegiatan pengkajian upaya peningkatan populasi sapi
2. Teknologi Komoditas strategis yang terdesiminasi ke Pengguna
Kegiatan ini merupakan kegiatan penyebaran inovasi teknologi pertanian kepada pengguna dimana kegiatan tersebut untuk mendukung penyebarluasan inovasi teknologi kepada pengguna.
Dari 5 target teknologi yang ditetapkan pada Perjanjian Kinerja, terealisasi 5 teknologi yang terdiseminasi ke pengguna yaitu 1) Diseminasi teknologi pertanian dalam bentuk pendampingan kawasan pertanian padi pada lahan seluasa 15 ha dengan menerapkan teknologi Sistem tanam padi Jajajr legowo supe 2:1. 2). Diseminasi teknologi inovasi penerapan teknologi VUB budidaya jagung, 3). Penerapan Teknologi perbaikan kesehatan tanah dan lahan menggunakan kompos dan biochar, perbaikan teknik persiapan lahan dan benih, deteksi dini hama dan penyakit dan penanganan panen dan pascapanen pada kegiatan pendampingan kawasan agribisnis hortikultura 4). Diseminasi inovasi teknologi Pembuatan Bank Pakan, Penanaman Lamtoro Taramba, Panen Pedet, Kesehatan ternak Sapi pada kegiatan pendampingan kawasan peternakan 5). Diseminasi teknologi yang dilaksanakan pada kegiatan pendampingan kawasan perkebunan meliputi P3S,Rorak,Pemupukan,Pengendalian HPT
Tabel 5. Indikator Target dan Realisasi kegiatan strategis yang terdiseminasi ke pengguna
Indikator Kinerja Utama | Satuan | Target | Realisasi | Persentase Pencapaian (%) |
Terdiseminasikannya Teknologi Komoditas Strategis ke Pengguna | Teknologi | 5 | 5 | 100 |
Sumber : Perjanjian Kinerja BPTP NTT tahun 2017
Dukungan anggaran kegiatan mendukung Terdiseminasikannya Teknologi Komoditas Strategis ke Pengguna Secara lengkap tersaji pada tabel 6.
Tabel 6. Pagu dan realisasi anggaran diseminasi teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna tahun 2017
No | Nama Kegiatan | PAGU (Rp) | Realisasi (Rp) | % |
A. | Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Padi | 115.000.000 | 113.598.700 | 98.78 |
B | Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Jagung | 87.000.000 | 86.881.400 | 99.86 |
C | Pendampingan pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Hortikultura | 138.000.000 | 137.446.700 | 99.60 |
D | Pendampingan Pengembangan Kawasan Nasional Peternakan | 206.400.000 | 203.404.000 | 98.55 |
E | Pendampingan Pengembangan Kawasan Perkebunan | 105.000.000 | 98.040.600 | 93.37 |
Sumber : Realisasi anggaran BPTP NTT tahun 2017
Realisasi penyediaan dan diseminasi teknologi pada pengguna sudah sesuai dengan target yang ditetapkan di awal tahun anggaran. Secara lengkap dinamika diseminasi teknologi tahun 2015-2017 tersaji pada gambar 5.
Gambar 5. Pengukuran Capain Kinerja kegiatan teknologi terdiseminasi ke pengguna tahun 2015-2017
Secara lengkap dinamika diseminasi teknologi tahun 2017 diuraikan dibawah ini.
A. Pendampingan Kawasan Pertanian Tanaman Padi di Manggarai Barat
Kegiatan pendampingan mendukung program pengembangan kawasan padi NTT oleh BPTP NTT dialokasikan di Kabupaten Manggarai Barat Ruang lingkup kegiatan yang dilakukan pada saat pendampingan diantaranya adalah Sebagai Narasumber, Penyebaran Media Diseminasi, dan Denfarm Jajar Legowo Super.
BPTP berkewajiban memberikan informasi inovasi baru Balitbangtan yaitu jajar legowo super melalui berbagai kesempatan baik berupa pelatihan teknis maupun dalam pertamuan teknis. Sasarannya adalah penyuluh lapangan sebagai pendamping langsung di lapangan dan juga petani pelaksana. Sebelum kegiatan lapangan disusun buku petunjuk teknis yang berisis prosedur kerja dari jajar legowo super secara terperinci agar mudah dipahami baik oleh petugas pendamping lapangan maupun petani. Draft media diseminasi juga akan disusun berdasarkan topik komponen teknologi jajar legowo super. Bentuk media yang akan dicetak adalah dalam bentuk folder dan juga poster dalam jumlah terbatas sesuai topik.
Teknologi yang diimplementasikan yaitu penerapan teknologi jajar legowo super. Kompoen Jarwo super adalah sebagai berikut: Varietas Unggul Baru (VUB) potensi hasil tinggi, Biodekomposer, Pupuk hayati dan pemupukan berimbang berdasarkan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) menggunakan pestisida nabati dan pestisida anorganik berdasarkan ambang kendali, Penggunaan alsintan untuk panen.
Kegiatan Demfarm Jarwo Super berlokasi di kelompok tani Handel, Desa Compang Longgo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Mabar. Jumlah anggota 29 orang dengan luas sawah yang dikelola kelompok seluas 30 ha. Dari pelaksanaan denfarm diperoleh hasil Produktivitas Inpari 30 (Ciherang sub-1) 9,68 t/ha, Inpari 32 sebesar 10 t/ha dan hasil ubinan tertinggi Inpari 33 sebesar 10,8 t/ha. Produktivitas rata-rata terbaik yang pernah diperoleh petani sebelum legowo super adalah sebesar 8 t/ha. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi budidaya padi legowo super mampu meningkatkan produktivitas padi 21 – 35 %.
Gambar 6. Kegiatan Pendampingan Kawasan Padi tahun 2017
B. Pendampingan Kawasan Tanaman Pangan Jagung di NTT
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah mengkomunikasikan dan mengsinkronkan kegiatan pendampingan pengembangan jagung dengan Dinas Pertanian di Provinsi NTT dan Kabupaten Flotim maupun Kupang, Menyiapkan dan menyebarluaskan Juknis Pengembangan jagung komposit dan hibrida, dan Melakukan pengawalan penerapan teknologi budidaya jagung untuk meningkatkan produksi dan produktivitas jagung
Adapun cakupan lingkup kegiatan meliputi : Penyusunan Juknis Pengembangan Jagung Hibrida, Perbanyakan Benih Jagung Hibrida Badanlitbang di Kab. Xxxxxx Timur, dan Mendampingi pengembangan jagung Hibrida Badanlitbang di Kecamatan Sulamu, Kab. Kupang .
Kegiatan pendampingan Jagung dilaksanakan di Desa Oeteta,Bipolo dan Pariti Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Luas tanam 25 ha, Varietas Hibrida Bima URI 19 dan 20. Telah dilakukan panen dan temu lapang tanggal 26 Oktober 2017, produksi hasil ubinan 8.9 ton/ha. Untuk kegiatan pendampingan jagung Kabupaten Xxxxxx Timur dilaksanakan di Kelompok Tani Pusa sala, Desa Konga,Kec.Titi Hera, Varietas yang ditanam Bima 14 dan Batara Luas 2 ha, Varietas yang ditanam Batara dan Bima 14 dengan hasil ubinan 1,59 ton/ha dan sudah dilakukan kegiatan Temu Lapang.
Paket teknologi yang diaplikasikan adalah : budidaya jagung Hibrida Varietas Uri 19 dan 20, Bima 14 dan Batara, Teknologi Alsintan,
Gambar 7. Kegiatan Pendampingan Kawasan Jagung tahun 2017
C. Pendampingan Kawasan Pertanian Hortikultura
Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Hortikultura di Provinsi NTT bertujuan untuk mewujudkan kawasan pertanian hortikultura di NTT. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini adalah (1) pemenuhan sebagian besar kebutuhan bawang merah dan cabai bersumber dari produksi petani NTT, serta meningkatnya produksi jeruk keprok, dan (2) Pendapatan rumahtangga meningkat karena bertumbuhnya industri pengolahan hasil bawang merah dan cabai serta penanganan hasil jeruk keprok. Dampak dari kegiatan ini adalah (1) harga bawang merah dan cabai stabil, terjangkau oleh konsumen dan menguntungkan petani, serta produksi jeruk keprok meningkat, (2) Kesejahteraan rumantangga tani bawang merah, cabai dan jeruk keprok meningkat karena meningkatnya produksi, pendapatan baik dari pemasaran dalam bentuk bahan primer (mentah) maupun produk olahan bawang merah dan cabai.
Kegiatan yang sudah dilakukan di tahun 2015 yaitu kegiatan 1. Baseline tentang (a) Karakteristik RT tani dan Kepemilikan asset pertanian, (b) Penggunaan input produksi bawang merah, cabai dan jeruk keprok, (c) Produktivitas dan produksi bawang merah, cabai dan jeruk keprok, serta (d) pendapatan RT tani, Kegiatan 2. Peningkatan Kapasitas melalui kegiatan (a) Workshop teknis tingkat petani, (b) Pelatihan, (c) pendampingan teknologi, dan
(d) Penyebaran media cetak.
Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan hortikultura (bawang merah, cabai dan jeruk keprok) tahun 2016 dilakukan di Kabupaten Rote Ndao, Kupang, Lembata, dan Belu untuk bawang merah dan cabai, serta Kabupaten TTS untuk jeruk keprok. Jenis kegiatan yang dilakukan yaitu (a) peningkatan kualitas budidaya melalui perbaikan teknologi budidaya, (b) memperkenalkan teknologi perbaikan kesehatan tanah dengan teknologi komposting dan biochar,
(c) penyebaran media informasi melalui media cetak dan media sosial. Hasil kegiatan tahun 2015 menunjukkan perubahan produktivitas tanaman bawang merah dan cabai terutama karena penggunaan kompos dan biochar. Di Kabupaten Lembata produktivitas bawang merah 12 ton/ha pada tahun 2015 naik menjadi 15 ton/ha di tahun 2016. Di Kabupaten Rote Ndao pertumbuhan vegetatif awal baik, namun produksi menurun karena adanya hujan sebagai dampak kemarau basah tahun 2016.
Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan hortikultura (bawang merah dan cabai) tahun 2017 dilaksanakan di 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Kupang untuk komoditas bawang merah, Kabupaten Belu komoditas cabai rawit, dan Kabupaten Manggarai Barat komoditas bawang merah. Teknologi yang diperkenalkan adalah perlakuan benih (dengan fungisida), persiapan lahan dengan sistem bedeng dan got pembuangan, perlakuan persemaian cabai, pembuatan dan aplikasi kompos dan biochar, deteksi dini hama dan penyakit serta penanganan pasca panen.
Produktivitas di Manggarai Barat cukup rendah hanya mencapai 8 ton/ha. Rendahnya produktivitas ini disebabkan karena pada Bulan Juli dan Agustus 2017 sering turun hujan sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman bawang merah terganggu. Produktivitas bawang merah di Kabupaten Kupang cukup baik mencapai 16 ton/ha dan di lahan salinitas 4 ton/ha. Produktivitas ini tergolong cukup baik untuk lahan bekas sawah dan lahan bersalinitas.
Harga bawang merah pada puncak panen hampir di seluruh daerah menyebabkan harga bawang merah relatif rendah. Di Kabupaten Manggarai Barat turun mencapai Rp 9000/kg dan di Kupang masih pada posisi Rp 12.000/kg. Diharapkan harga akan terus naik sehingga petani tetap bersemangat untuk mengusahakan bawang merah.
Cabai pada demplot ditiga kelompok di Kabupaten Belu telah mulai dipanen. Panen pertama dan kedua mencapai 4 kg setiap minggunya. Diharapkan akan terus meningkat pada panen selanjutya. Harga jual cabai cukup baik di pasar Atambua yaitu Rp 20.000/kg.
Beberapa item inovasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani, yaitu pembuatan bedeng dan got, kompos dan biochar, serta penanganan panen dan pasca panen. Dari pilihan item inovasi yang berpeluang diadopsi oleh petani, diyakini petani masih berada pada level memilih item teknologi yang tidak membutuhkan uang tunai yang besar.
Gambar 8. Dokumentasi Kegiatan Pendampingan Kawasan Hortikultura
D. Pendampingan Kawasan Peternakan di Nusa Tenggara Timur
Sasaran program pendampingan diantaranya adalah peternak/kelompok ternak yang akan menerapkan teknologi baru; penyuluh pertanian/peternakan di tingkat lapang, petugas dinas lingkup pertanian/peternakan, dan pihak-pihak lainnya yang terkait dengan penerapan teknologi dan pengambil kebijakan yang akan merekomendasikan dan memanfaatkan teknologi baru. Bentuk pendampingan pengembangan kawasan peternakan yang telah dilaksanakan oleh BPTP NTT antara lain: (i) koordinasi dengan pemda setempat; BPTP mengkoordinasikan, mensosialisasikan dan mensinkronkan kegiatan pendampingan dengan pemda terkait; (ii) narasumber dan pelatihan; peneliti dan penyuluh BPTP dapat diundang sebagai narasumber pada pelaksanaan kegiatan pemda terkait pengembangan kawasan peternakan, pertemuan kelompok ternak dan stakeholder di daerah; (iii) peragaan inovasi teknologi; peragaan inovasi teknologi melalui demplot/demfarm, yang merupakan unit percontohan untuk mendiseminasikan teknologi; (iv) inisiator dan fasilitator dalam kegiatan diskusi; (v) penyedia materi diseminasi/penyuluhan.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pengembangan kawasan peternakan rakyat berbasis intervensi inovasi teknologi dalam bentuk
pendampingan teknologi melalui kelembagaan kelompoktani yang bersifat partisipatif. Inovasi teknologi yang diterapkan dalam pendampingan teknologi adalah sapi, HPT dan kandang, seperti yang digambarkan dalam matrik dibawah ini :
Inovasi teknologi | Jenis kegiatan |
Teknologi pembibitan | • Perbaikan sistem pemeliharaan melalui kandang komunal |
Teknologi penggemukan | • Perbaikan sistem pemeliharaan melalui kandang kelompok • Pemberian pakan 60% rumput dan 40% leguminosa atau konsentrat lokal • Pemanfaatan kotoran sapi sebagai pupuk kompos dan sumber energi alternatif (biogas) |
Teknologi perbaikan kualitas pakan melalui introduksi leguminosa pohon dan herba Teknologi introduksi konsentrat lokal spesifik lokasi (limbah pertanian) | • Penanaman leguminosa pohon dan herba dalam kebun kelompok sebagai sumber pakan dan sumber benih • Pengawetan pakan dalam bentuk silase dan hay • Pemanfaatan konsentrat lokal yang berasal dari limbah pertanian |
Diseminasi/penyebaran teknologi | • Pengembangan media informasi (poster, liptan) |
Gambar. 9. Dokumentasi Kegiatan Pendampingan Kawasan Peternakan
E. Pendampingan Kawasan Pertanian Tanaman Perkebunan
Kegiatan Pendampingan Kawasan Pertanian Tanaman Perkebunan di NTT bertujuan untuk Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani tentang inovasi teknolodogi tanaman perkebunan (Kakao, Kopi dan Jambu Mete) diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani tentang inovasi teknologi tanaman perkebunan (Kakao, Kopi dan Jambu Mete) yang diharapkan akan berdampak pada Meningkatnya kapasitas produksi dan produktivitas perkebunan melalui peningkatan produksi, produktivitas usahatani, efisiensi usahatani dan optimalisasi penggunaan sumberdaya serta terbukanya kesempatan kerja di desa. Dan Kesejahteraan masyarakat desa meningkat melalui peningkatan pendapatan petani perkapita.
Kegiatan pendampingan penerapan sambung samping, pucuk, P3S, pembuatan rorak Kakao dilaksanakan di Desa Mbomba, Ende Utara, Kab. Ende, Kegiatan pendampingan penerapan sambung samping, pucuk, P3S, pembuatan rorak pada tanaman Kopi dilaksanakan di Beiwali, Bajawa, sedangkan Kegiatan Pendampingan Jambu mete dilaksanakan di Xxxxxx Timur dengan menerapkan teknologi Penjarangan tanaman jambu mete dan budidaya empon – empon diantara barisan tanaman Jambu mete.
Dari hasil pelaksanaan kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa Pendampingan kawasan perkebunan memberikan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani kakao di Ende, Kopi di Bajawa dan Jambu Mete di Flotim. Dan disarankan untuk mewujudkan sikap positif petani menjadi mengadopsi teknologi, maka perlu pendampingan, fasilitasi dari penyuluh dan petugas dinas secara berkelanjutan.
Gambar.10. Dokumentasi Kegiatan Pendampingan Kawasan Perkebunan
3. Indikator Kinerja : Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian Komoditas Strategis
Tujuan pelaksanaan Analisis kebijakan pembangunan pemerintah adalah Mengidentifikasi komoditas pertanian yang secara eksisting telah diperdagangkan melalui perbatasan NTT dan RDTL dan Mengidentifikasi komoditas potensial berpeluang ekspor dengan output yang diharapkan dari kegiatan ini adalah rekomendasi kebijakan yang diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah terutama untuk pembangunan pertanian di NTT. Tujuan dilakukan ekspor sebagai perdagangan biasa untuk memenuhi permintaan konsumen di RDTL. Produk pertanian yang diimpor dari RDTL ke Indonesia juga masih rendah baik volume maupun nilainya. Jenis produk yang diimpor lebih banyak dari hasil perkebuan dan hasil hutan. Tujuan dilakukan impor adalah sebagai bahan baku industri.
Setelah dilakukan analisis dan observasi lapangan dengan metode Survei (FGD, wawancara, koleksi) maka diperoleh Data Sekunder (olah) dan Primer (verifikasi), adapun sumber data sekunder yaitu Balai Karantina Pertanian Kupang dan PLBN Motaain, BPS NTT dan Sumber Data Primer yaitu Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, BPS Kab, Tokoh Masyarakat dan Petani di Kabupaten Belu dan Malaka maka data tersebut dianalisis secara Statistik Deskriptif Kuantitatif (SDK).
Dari hasil pelaksanaan kegiatan dapat disimpulkan (1) Ekspor Indonesia ke RDTL masih rendah baik dari sisi volume maupun nilainya. (2) Peluang meningkatkan volume dan nilai ekspor dapat dilakukan dengan meningkatkan produksi pertanian di wilayah perbatasan yang berpeluang ekspor baik dari tanamanpangan, peternakan, perkebunan, hortikultura, serta perikanan. Disamping ekspor dalam bentuk produk segar, juga dapat ekspor produk hasil olahan (agroindustri) (3) Dalam tataran perdagangan bilateral dua negara, maka perlu perimbangan perdagangan, sehingga kerjasama ekonomi bidang perdagangan dapat terus dijaga dan terus menerus ditingkatkan.
Tabel 7. Indikator Target dan Realisasi Kegiatan Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian tahun 2017
Indikator Kinerja Utama | Satuan | Target | Realisasi | Persentase Pencapaian (%) |
Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan wilayah pertanian | Rekomendasi | 2 | 2 | 100 |
Sumber : Perjanjian Kinerja BPTP NTT tahun 2017
Dukungan anggaran kegiatan Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian adalah sebesar Rp. 45.000.000,- dengan realisasi sebesar 99,12%. Secara lengkap tersaji pada tabel 8.
Tabel 8. Pagu dan Realisasi Anggaran Kegiatan Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian di NTT
No | Nama Kegiatan | PAGU (Rp) | Realisasi (Rp) | % |
1. 2. | Meningkatkan volume ekspor hasil hortikultura (bawang merah, cabai, dan aneka buah), hasil tanaman pangan (beras, jagung, dan kacang hijau), dan hasil ternak (daging sapi dan ayam (daging dan DOC). Diversifikasi produk ekspor komoditas pertanian diluar komoditas ekspor yang sudah ada (eksisting), termasuk ekspor produk olahan dari hasil pertanian. | 45.000.000 | 44.606.100 | 99,12 |
Sumber : Realisasi anggaran BPTP NTT tahun 2017
Rekomendasi Kebijakan yang dihasilkan dari pelaksanaankegiatan adalah
a) Meningkatkan volume ekspor hasil hortikultura (bawang merah, cabai, dan aneka buah), hasil tanaman pangan (beras, jagung, dan kacang hijau), dan hasil ternak (daging sapi dan ayam (daging dan DOC).
b) Diversifikasi produk ekspor komoditas pertanian diluar komoditas ekspor yang sudah ada (eksisting), termasuk ekspor produk olahan dari hasil pertanian.
Gambaran target dan realisasi terkait rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian di NTT tahun 2015 – 2017 tersaji pada gambar 11
Gambar 11. Pengukuran Capain Kinerja Rekomendasi Kebijakan Pertanian di NTT tahun 2015-2017
Sumber : Hasil pengukuran capain kinerja terkait rekomendasi kebijakan pertanian di NTT tahun 2015-2017
4. Indikator Kinerja : Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian BioIndustri
Output yang dihasilkan berupa Model yang kembangkan yaitu ;1). Kawasan Prukab desa Billa, Kabupaten TTS (Model Bioindustri integrasi jagung-sapi) dan 2).Model Pengembangan Desa Manusak/Kawasan Pengembangan Oesao, kabupaten Kupang (Model Bioindustri Jagung).
Tabel 9. Indikator Target dan Realisasi Penyediaan Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian BioIndustri BPTP NTT tahun 2017
Indikator Kinerja Utama | Satuan | Target | Realisasi | Persentase Pencapaian (%) |
Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri | Model | 2 | 2 | 100 |
Sumber : Perjanjian Kinerja BPTP NTT tahun 2017
Dukungan anggaran kegiatan terkait penyediaan model pengembangan inovasi teknologi pertanian BioIndustri adalah sebesar Rp. 159,800.000,- dengan realisasi anggaran 154.566.000,- 96,72%. Secara lengkap tersaji pada tabel 13.
Tabel 10. Pagu dan realisasi anggaran Penyediaan Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian BioIndustri
No | Nama Kegiatan | PAGU (Rp) | Realisasi (Rp) | % |
1. | Pengkajian Model Pertanian Bio- Industri Integrasi Ternak dan Tanaman Model Kawasan Prukab desa Billa, kabupaten TTS (Model Bioindustri integrasi jagung-sapi) Model Kawasan Pengembangan Oesao, kabupaten Kupang (Model Bioindustri Jagung) | 159,800.000 | 154.566.000 | 96,72 |
Sumber : Realisasi anggaran BPTP NTT tahun 2017
Realisasi penyediaan model pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri sesuai dengan target yang ditetapkan pada perjanjian kinerja (PK) tahun 2017..
Pengkajian Model Pertanian Bio-Industri Integrasi Ternak dan Tanaman pada Tingkat Petani di Nusa Tenggara Timur sudah berlangsung selama tiga tahun, dimulai tahun 2015 dan tahun 2017 merupakan tahun ketiga. Seperti dua tahun sebelumnya, kegiatan masih dilaksanakan pada lokasi yang sama, yakni: (1) Kawasan Sentra Produksi Jagung Oesao (difokuskan di Desa Bipolo) di Kabupaten Kupang, dan (2) Kawasan Program Unggulan Kabupaten (Prukab) Desa Billa di Kabupaten TTS. Tujuan spesifik pada tahun 2017 ini adalah: (1) memantapkan komponen dan kinerja output model, dan (2) menginisiasi proses dan konsep “Exit Strategy”. Keluaran yang diharapkan adalah; (1) output (aneka produk) dan mekanisme kerjasama yang operasional (MoU + penyertaan program/dana), dan (2) rekomendasi pembinaan lanjutan (Dokumen/MoU). Modus dari pengkajian adalah diseminasi dengan tiga pendekatan strategis, yakni: (1) pendekatan pengembangan model dalam bentuk laboratorium lapangan sebagai lokasi pembelajaran semua stakeholders terutama kelompok-kelompok tani, (2) advokasi kepada Pemda, swasta dan pihak-pihak terkait lainnya untuk sinergisme program, pengembangan agribisnis produk olahan dan pengelolaan lebih lanjut pasca pembinaan Badan Litbang, dan (3) temu lapang/temu usaha untuk keragaan inovasi teknologi/produk dan menghimpun umpan-NTT. Hasil- hasil menonjol yang dicapai dalam tahun 2017 dan dua tahun sebelumnya adalah: (1) baseline data sumberdaya, sosial ekonomi dan jejaring SDMC yang potensial dilibatkan sebagai mita, (2) terbangunnya komponen- komponen model secara utuh, (3) terlaksananya berbagai implementasi inovasi yang direncanakan (tingkat on-farm, panen-pascapanen, pengolahan, pemasaran dan kelembagaan), (4) terukurnya beberapa
dampak seperti peningkatan produktivitas, peningkatan nilai tambah melalui produk olahan sekunder, kesadaran menerapkan pertanian berkelanjutan yang inklusif dan terbangunnya sinergi lintas sektor/lintas institusi, terbentuknya beberapa kelembagaan melengkapi fungsi-fungsi kelembagan yang sudah ada, dan terjadinya sinergi antara BPTP dengan UK/UPT Badan Litbang seperti dengan BB Litbang Pascapanen. Namun demikian, beberapa komponen model belum berfungsi dan masih perlu penguatan pada tahun selanjutnya termasuk merumuskan pilihan “exit strategy” yang menjamin keberlanjutan pengembangan model pasca ditinggalkan Badan Litbang.
Tabel 11: Roadmap kegiatan pengkajian selama empat tahun (2015-2017)
Tahun | Uraian Kegiatan per lokasi | |
Kawasan Prukab desa Billa, kabupaten TTS (Model Bioindustri integrasi jagung-sapi) | Desa Manusak/Kawasan Pengembangan Oesao, kabupaten Kupang (Model Bioindustri Jagung) | |
2015 | Sosialisasi konsep ke calon mitra kerjasama dan identifikasi jejaring kerjasama diseminasi (SDMC) | Sosialisasi konsep ke calon mitra kerjasama dan identifikasi jejaring kerjasama diseminasi (SDMC) |
CP/CL, baseline survey dan baseline data | CP/CL, baseline survey dan baseline data | |
Rancangan model (komoditas unggulan, inovasi teknologi/inovasi kelembagaan, site plan, business plan, grand design dan roadmap) | Sosialisasi dan pengenalan produk olahan bioindustri jagung | |
Implementasi model, pengawalan inovasi/ teknologi dan pengenalan produk olahan | Sosialisasi dan ujicoba alat/mesin pasca panen dan pengolahan jagung | |
Uji kelayakan inovasi teknologi pengolahan (teknis/standar mutu dan ekonomis) | Rancangan model produksi (on-farm) 🡪 pasca panen 🡪 pengolahan hasil 🡪 pemasaran produk olahan dan inisiasi/pemantapan kelembagaan | |
2016 | Penerapan Total Quality Management untuk standarisasi produksi on-farm, pengurangan kehilangan hasil, penyiapan kelembagaan dan infrastruktur penunjang 🡪 bahan baku cukup/sinambung + SDM berkualitas + infrastruktur yang sesuai | Penerapan Total Quality Management untuk standarisasi produksi on-farm, pengurangan kehilangan hasil, penyiapan kelembagaan dan infrastruktur penunjang 🡪 bahan baku cukup/sinambung + SDM berkualitas + infrastruktur yang sesuai |
Uji mutu/standarisasi produk, promosi produk dan umpan-NTTk | Uji mutu/standarisasi produk, promosi produk dan umpan-NTTk | |
Umpan-NTTk (temu lapang) | Umpan-NTTk (temu lapang) | |
2017 | Penerapan Total Quality Management untuk standarisasi produksi on-farm, pengurangan kehilangan hasil, penyiapan kelembagaan dan infrastruktur | Penerapan Total Quality Management untuk standarisasi produksi on-farm, pengurangan kehilangan hasil, penyiapan kelembagaan dan infrastruktur penunjang |
penunjang 🡪 bahan baku cukup/sinambung + SDM berkualitas + infrastruktur yang sesuai | 🡪 bahan baku cukup/sinambung + SDM berkualitas + infrastruktur yang sesuai | |
Penerapan Total Quality Management untuk standarisasi produk olahan | Penerapan Total Quality Management untuk standarisasi produk olahan | |
Pemantapan kelembagaan dan pemasaran | Pemantapan kelembagaan dan pemasaran | |
Temu lapang/temu usaha/umpan-NTTk | Temu lapang/temu usaha/umpan-NTTk | |
Scalling up model | Scalling up model | |
Exit strategy | Exit strategy |
Realisasi model pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri telah sesuai dengan target yang ditetapkan pada perjanjian kinerja (PK) tahun 2017. Realisasi ini sama dengan capaian tahun 2015 dan 2016 dimana dari 2 (dua) target penyediaan model pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri sudah terealisasi 2 model pada tahun 2017. Gambaran target dan realisasi terkait model pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri di NTT tahun 2015 – 2017 tersaji pada gambar 12
Gambar 12. Pengukuran Capain Kinerja Kegiatan Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri tahun 2015-2017
Sumber : Hasil pengukuran capaian kinerja terkait penyediaan Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri tahun 2015- 2017
5. Indikator Kinerja : Tersedianya Produksi Benih Sumber Padi dan Jagung
Penyediaan dan penggunaan benih bermutu menjadi salah satu keharusan untuk peningkatan produktivitas dan produksi tanaman. Tujuan dari kegiatan UPBS adalah memproduksi benih sumber padi maupun jagung untuk kepentingan percepatan proses diseminasi dan adopsi teknologi yang dibutukan masyarakat melalaui muatan inovasi baru dan Membantu Pemerintah Daerah terutama dalam menyediakan benih bagi kepentingan masyarat tani dan penangkar dengan luaran Tersedianya benih sumber, Tersebarnya inovasi teknologi VUB dan terpenuhinya permintaan masyarakat akan kebutuhan benih yang berkualitas adapun perkiraan manfaat dari adanya UPBS adalah tersedianya benih sumber meningkatnya penggunaan benih padi maupun jagung yang bersertifikat.
Tabel dibawah ini merupakan data produksi dan data distribusi UPBS BPTP NTT.
Tabel.12. Hasil produksi benih padi UPBS tahun 2017
No | Varietas | Kelas benih | Luas panen (are) | Produksi (kg) |
1 | Inpari 6 jete | FS | 19 | 590 |
2 | Inpari 10 Laeya | FS | 5 | 150 |
3 | Inpari 15 | FS | 5 | 200 |
4 | Inpari 24 | FS | 5 | 200 |
5 | Inpari 25 | FS | 5 | 220 |
6 | Inpari 18 | FS | 22 | 770 |
7 | Inpari 19 | FS | 24 | 510 |
8 | Inpari 20 | FS | 5 | 135 |
9 | Inpari 30 | FS | 22 | 680 |
10 | Inpari 38 | FS | 15 | 470 |
11 | Inpari 39 | FS | 18 | 700 |
12 | Inpari 41 | FS | 19 | 710 |
13 | Towuti | FS | 12 | 500 |
14 | Situbagendit | FS | 12 | 550 |
15 | Membramo | FS | 25 | 720 |
16 | Cirerang | FS | 23 | 730 |
Jumlah | 236 | 7835 | ||
1 | Inpari 23 | SS | 112 | 1910 |
2 | Inpari 28 | SS | 113 | 1550 |
3 | Inpari 30 | SS | 137 | 4030 |
4 | Ciherang | SS | 0 | 3300 |
5 | Towuti | SS | 150 | 2970 |
Jumlah | 512 | 13760 | ||
Total | 748 | 21.595 |
Sumber : Data produksi UPBS BPTP NTT 2017
Tabel 13. Distribusi benih padi produksi UPBS BPTP NTT 2017
No | Varietas | Kelas Benih | Volume (kg) | Penerima | Alamat/ kabupaten |
1 | Inpari 6 jete | FS | 30 | Bpk Xxxxx | TTS |
20 | Karlos klik | Belu | |||
100 | Xxx Xxxx | Xxxx | |||
50 | Xxx Xxxxx | Xxxxxx | |||
15 | Kompi | Kupang | |||
60 | Xxxxxxx | Xxxxxx | |||
90 | F. Kapitan | Kupang | |||
30 | Xxx Xxxxx | Xxxxxx | |||
20 | Xxx | Xxxxxx | |||
30 | Xxxx | Xxxxxx | |||
20 | Mus | Kupang | |||
20 | Nona | Kupang | |||
10 | Xxxx xx Rosari | Kupang | |||
65 | Upbs | Kupang | |||
20 | Xxxxxxxx | Xxxxxx | |||
2 | Inpari 24 | FS | 10 | Xxxx | Xxxxxx |
10 | Xxx Xxxxx | Xxxxxx | |||
3 | Inpari 38 | FS | 10 | Xxx Xxxxx | Xxxxxx |
100 | Xxxxxx | TTU | |||
4 | Inpari 39 | FS | 30 | Ever | TTS |
10 | Xxx Xxxxx | Xxxxxx | |||
100 | Xxxxxx | Xxxxxx | |||
70 | Poktan Aononi | TTU | |||
5 | Inpari 41 | FS | 10 | Y Bombo | Sumba Timur |
10 | Xxx Xxxxx | Xxxxxx | |||
20 | Vinen Xxxxx | Xxxxxx | |||
160 | Aci Veni | Belu | |||
10 | Y Bombo | Sumba Timur | |||
20 | Y Bombo | Sumba Timur | |||
20 | Y Bombo | Sumba Timur | |||
30 | WA Bengkiuk | Kupang | |||
70 | Upbs | Kupang | |||
6 | Situbagendit | FS | 460 | Poktan Aononi | TTU |
7 | Membramo | FS | 50 | Xxx Xxxxx | Xxxxxx |
10 | Xxxx Xxxx | Kupang | |||
30 | Xxxxx Xxxxxx | Xxxxxx | |||
10 | Serli | Kupang | |||
20 | Xxxx | Xxxxxx | |||
20 | Mus | Kupang | |||
20 | Xxxx | Xxxxxx | |||
30 | Let Kosan | Kupang | |||
30 | Gabriel | TTU | |||
50 | Lay | Kupang | |||
10 | Xxxx | Xxxxxx | |||
8 | Ciherang | FS | 20 | Xxxxxx Xxxx | XXX |
S | 30 | Liten Xxxxxx | Xxxxxx | ||
10 | Ama Dima | TTU | |||
10 | xxx Xxxx | Xxxxxx | |||
40 | Xxxxxx | Xxxxxx | |||
10 | Xxxxx | Xxxxxx | |||
10 | Xxxxxx | Xxxxxx | |||
40 | Sipri | Belu | |||
30 | Kristin | TTS | |||
9 | Inpari 28 | SS | 50 | Xxxxxx | Xxxxxx |
10 | Okto | TTU | |||
10 | Inpari 30 | SS | 20 | Petani | Sumba Timur |
10 | Xxx Xxxxx | Xxxxxx | |||
50 | Xxxxxx Xxxxx | Sumba Timur | |||
30 | Ten Kapitan | Kupang | |||
270 | Vinsen Haelaek | Malaka | |||
100 | Sipri | Belu | |||
50 | A Illa | Kupang | |||
10 | Nipsi | Kupang | |||
11 | Ciherang | SS | 50 | X. Xxx | Xxxxxx |
50 | Xxxxxx | Xxxxxx | |||
40 | Xxx | Xxxxxx | |||
200 | Sipri | Belu | |||
60 | Engel | Kupang | |||
150 | Dance | Perbatasan | |||
20 | Yes | Kupang | |||
12 | Towuti | 5 | Oekabiti | Kupang | |
30 | Takari | Kupang | |||
10 | Xxxxxx | Xxxxxx | |||
Total | 3.425 |
Sumber : Data produksi UPBS
Tabel 14. Produksi benih Jagung UPBS
No | Varietas | Kelas benih | Luas panen (are) | Produksi (kg) |
1 | Lamuru | SS | 100 | 600 |
2 | Lamuru | ES | 300 | prosesing |
3 | Hibrida F1 bima 19 uri | ES | 100 | 3.700 |
Sumber : Data produksi UPBS
Tabel 15. Distribusi benih Jagung UPBS
No | Varietas | Kelas Benih | Volume (kg) | Penerima | Alamat/ kabupaten |
1 | Lamuru | SS | 600 | Xxx Xxx | Xxxx |
2 | Lamuru | ES | 0 | 0 | 0 |
3 | Hibrida F1 bima 19 uri | ES | 3.700 | 0 | 0 |
Sumber : UPBS
Tabel 16. Produksi dan Distribusi benih BPTP NTT 4 Tahun Terakhir
NO | KOMODI TAS | 2014 | 2015 | 2016 | 2017 | |
PRODUKSI | DISTRI | PRODUKSI DISTRI | PRODUKSI DISTRI | PRODUKSI DISTRIBUSI | ||
(TON) | BUSI (TON) | (TON) BUSI (TON) | (TON) BUSI (TON) | (TON) (TON) | ||
1 | PADI | FS: 4.05 | 4.05 | FS: 2.66 2.66 | FS: 2.62 2.45 | FS: 7.83 FS: 2.21 |
SS: 17.93 | 17.93 | SS: 19.33 19.33 | SS: 1.43 1.43 | SS: 13.76 SS: 1.21 | ||
ES: 4.14 | 4.14 | ES: - - | ES: - - | ES: - ES: - | ||
|
| |||||
2 | JAGUNG | |||||
FS: - | - | FS: 5.63 1.57 | FS: 9.330 3.829 | FS: - FS: - | ||
SS: 3.5 | - | SS: - - | SS: 1.040 1.040 | SS; 600 SS: 600 | ||
ES: - | - | ES: - - | ES: - - | ES: - ES:- |
Sumber : Data UPBS
6. Indikator Kinerja : Pembangunan Taman Teknologi Pertanian ( TTP )
Pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP) telah dilaksanakan sejak TA 2015. Program nasional yang digagas oleh Bappenas ini diharapkan bisa menjadi wahana peningkatan ekonomi daerah dan hilirisasi iptek-inovasi (daya saing dan nilai tambah). Pembangunan TTP Mollo direncanakan penganggarannya selama 3 tahun, sampai TA. 2017, Kegiatan 2015 terdiri dari aktifitas (i). Pemilihan lokasi; (ii). Identifikasi karakteristik wilayah dan SDM petani; (iii). Pelaksaan pembangunan TTP Mollo melalui penyediaan sarana dan prasarana pendukung, (iv). pembinaan dan pemberdayaan petani melalui perkenalan/perbaikan usahatani, pelatihan dan workshop, introduksi inovasi dan pembinaan teknis kelembagaan. Dan pada tahun 2017 adalah tahun akhir dari kegiatan ini, dan secara kelembagaan diharapkan dapat di takeover oleh Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan yang ditandai dengan penyerahan fasilitas pendukung, kelembagaan petani dan kelembagaan pendukung yang melayani sistem agribisinis masyarakat setempat, serta petani yang telah mampu menguasai teknik budidaya untuk komoditas binaan, serta petani yang menguasai teknik pengolahan hasil produk-produk pertanian. Kegiatan 2017, tidak terlepas dari kegiatan sejak 2015 yang juga merupakan tahun terakhir dimana harus menyelesaikan kegiatan-kegiatan untuk memenuhi tujuan utama dari TTP yaitu, membangun Taman Teknologi Pertanian (TTP) Mollo yang berada di agroekosistem iklim kering dataran tinggi.Hingga akhir 2017, hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut : (i) Secara umum, Pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Mollo telah berjalan sesuai rencana. Secara fisik, dukungan fasilitas dan sarana mendukung pemgembangan TTP Mollo telah disiapkan untuk diserahkan ke Pemerintah Kabupaten TTS; (ii). Pelaksanaan pembinaaan terhadap hal-hal teknis berkaitan dengan proses transfer knowledge dan teknologi usahatani yang diperkenalkan/ diperbaiki dianggap berjalan baik
dan bisa diterima oleh petani; (iii). Penyediaan SDM sebagai pengelolah masih terkendala karena terbatasnya SDM lokal yang ada di desa.
Gambar 13. Hasil Pelaksanaan Kegiatan di TTP Mollo
Tabel 17. Indikator Target dan Realisasi kegiatan penyediaan Taman Teknologi Pertanian (TTP) tahun 2017
Indikator Kinerja Utama | Satuan | Target | Realisasi | Persentas e Pencapaia n (%) |
• Tersedianya Taman Teknologi Pertanian (TTP) | Kabupaten | 1 | 1 | 100 |
Sumber : Perjanjian Kinerja BPTP NTT tahun 2017
Dukungan anggaran terkait dengan penyelenggaran kegiatan penyediaan Taman Teknologi Pertanian (TTP) adalah sebesar 1.3000.000.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 1.022.656.900 (78.67 %)
Tabel 18. Pagu dan realisasi anggaran penyediaan Taman Teknologi Pertanian tahun 2017
No | Nama Kegiatan | PAGU (Rp) | Realisasi (Rp) | % |
1. | Tersedianya Taman Teknologi Pertanian (TTP) | 1.300.000.000 | 1.022.656.900 | 78.67 |
Sumber :Laporan realisasi anggaran BPTP NTT tahun 2017
7. Indikator Kinerja : Tersedianya sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi
Sumber Daya Genetik (SDG) lokal NTT adalah salah satu kekayaan Indonesia khususnya Provinsi NTT. SDG ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membentuk varietas unggul Kegiatan Pengelolaan SDG lokal NTT sudah dilaksanakan selama lima tahun terakhir (sejak tahun 2013 hingga tahun ini) Sudah banyak hasil yang diperoleh diantaranya bahan tanaman / benih yang sudah dikoleksi dan dilakukan karakterisasi. SDG lokal ini perlu didaftarkan ke Pusat Pendaftaran Varietas Tanaman (PVTPP).
Tujuan dari kegiatan ini adalah 1) Membuat sebuah tempat koleksi benih yang tertata dengan rapih dan mampu mempertahankan viabilitas benih 2) Mendaftarkan tanaman lokal NTT ke kantor PVTPP di Jakarta 3) Mengelola kebun Koleksi SDG Lokal NTT dengan baik 4) Menulis sebuah buku Katalog Data Paspor SDG Lokal NTT dan sebuah KTI.
Cakupan pelaksanaan kegiatan SG tahun 2017 meliputi : Karakterisasi tanaman, Penataan benih tanaman di tempat koleksi, Perawatan tanaman koleksi di kebun koleksi SDG lokal NTT, Pendaftaran tanaman lokal NTT ke Pusat PVTPP, Penulisan buku katalog posport, tanaman yang dikolesi, dan Workshop Komisi Daerah SDG NTT.
Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan ini adalah Sudah didaftarkan di Kantor Pusat Pendaftaran Varietas Tanaman dan Perijinan Pertanian ( PVTPP di Jakarta) Aksesi Komoditas Sorgum, Jagung Putih Lunak, Pisang Pinang, Pisang Luan Hitam, Pisang Luan Putih, Sawo Mentega
Tabel 19. Indikator Target dan Realisasi kegiatan sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi tahun 2017
Indikator Kinerja Utama | Satuan | Target | Realisasi | Persentase Pencapaian (%) |
Tersedianya sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi | Aksesi | 5 | 6 | 120 |
Sumber : Perjanjian Kinerja BPTP NTT tahun 2017
Dukungan anggaran terkait dengan penyelenggaran kegiatan Tersedianya sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi adalah sebesar 75.000.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 74.681.000,- (99,57%).
Tabel 20. Pagu dan realisasi anggaran Realisasi kegiatan sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi tahun 2017
No | Nama Kegiatan | PAGU (Rp) | Realisasi (Rp) | % |
1. | Tersedianya sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi | 75.000.000 | 74.681.000 | 99,57 |
Sumber : Laporan realisasi anggaran BPTP NTT tahun 2017
8. Indikator Kinerja : Dihasilkannya Sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Upaya untuk merealisasikan pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi didukung oleh manajemen melalui beberapa penyediaan Layanan Internal Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Kantor meliputi Pengadaan Peralatan Pendukung kegiatan Pengkajian Peternakan, Peralatan untuk laboratorium Diseminasi dan Sarana Pendukung Produksi Benih Perkebunan (APBNP) dan Sarana Pendukung Benih Hortikultura (APBNP).
Kegiatan layanan lainnya terkait manajemen pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian meliputi Pengelolaan Tata Usaha,Rumah Tangga dan Kepegawaian, Pengembangan Website,database,perpustakaan dan kearsipan, Penguatan dan Pendukung Manajemen Keuangan, Pengelolaan KSPP, Koordinasi Penyusunan Program dan Anggaran Teknologi Pertanian, Monitoring,Evaluasi, SPI dan WBK, Dukungan Operasional Penyusunan Laporan Keuangan SAI pada Sekretariat UAPPA/B-Wilayah Provinsi NTT, Peningkatan Kapasitas SDM, Pembinaan dan Peningkatan Kapasitas SDM dan Pengelolaan Laboratorium tanah,Ternak dan Tanaman.
Tabel 21. Indikator Target dan Realisasi Sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Tahun 2017
Indikator Kinerja Utama | Satuan | Target | Realisasi | Persentase Pencapaian (%) |
• Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi | layanan | 6 | 6 | 100 |
Dukungan anggaran dalam sinergitas operasional mendukung pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi adalah sebesar Rp. 9.178.000.000,- dengan realisasi sebesar 82.79 %. Secara lengkap tersaji pada Tabel 22
Tabel 22. Pagu dan realisasi anggaran Sinergi Operasional Serta Terciptanya Manajemen Pengkajian dan Pengembangan Inovasi Pertanian Unggul Spesifik Lokasi Tahun 2017
No | Nama Kegiatan | PAGU (Rp) | Realisasi (Rp) | % |
1. | Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi | 9.178.000.000 | 7.598.263.139 | 82.79 |
Sumber : Laporan realisasi anggaran BPTP NTT tahun 2017
9. Kegiatan APBN-P Perbenihan tahun 2017
Selain sembilan indikator yang tertuang di dalam PK BPTP NTT tahun 2017, terdapat pula kegiatan tambahan yang menjadi target capaian kegiatan balai yang bersumber dari anggran APBN-P tahun 2017 berupa kegiatan perbenihan. Adapun kegiatan tersebut adalah 1). Produksi Benih Buah Tropika dan Subtropika (Produksi Benih Buah Jeruk) sebanyak 25.000 batang benih, 2).Produksi benih Kelapa dalam sebanyak 3.000 butir benih 3). Produksi Benih Tanaman Industri Perkebunan (Kakao) sebanyak 15.000 Pohon dan 4) Produksi benih sebar jambu mete sebanyak 10.000 Pohon. Jumlah benih yang dibenihkan pada masing-masing kegiatan perbenihan sebagaimana tersaji pada Tabel 23.
Tabel 23. Indikator target dan capaian Kegiatan Perbenihan Tanaman Buah Tropika dan Subtropika, Kelapa dan Tanaman Industri Perkebunan tahun 2017
Indikator Kinerja Utama | Satuan | Target | Realisasi | Persentase Pencapaian (%) |
• Produksi Benih Buah Tropika dan Subtropika (Jeruk) | Batang | 25.000 | 24.412 | 98 |
• Produksi Benih Kelapa | Butir | 3.000 | 2.294 | 76 |
• Produksi Benih Tanaman Industri Perkebunan (Kakao) | Pohon | 5.000 | 5.500 | 110 |
• Produksi Benih Tanaman Industri Perkebunan (Mete) | Pohon | 10.000 | 12.200 | 122 |
Pada umumnya kegiatan perbenihan APBNP dapat dilaksanakan dengan dengan baik, hanya saja tidak semua benih dari tiap komoditas yang disemaikan dapat tumbuh dengan baik, seperti pada tabel 25 diatas terlihat prosentase tumbuh produksi benih Jeruk sebesar 98 % . Hal tersebut diakibatkan karena adanya serangan cendawan antraknose dengan tingkat serangan 5 % pada saat pesemaian dan sudah dilakukan pengendalian dengan Fungisida.
Sedangkan untuk pertumbuhan produksi benih buah kelapa hanya 76 %, hal tersebut disebabkan karena adanya kesalahan sewaktu melakukan seleksi benih, dimana banyak benih yang kurang memenuhi syarat yaitu benih belum terlalu tua sehingga daya tumbuh rendah.
Dukungan anggaran dalam mendukung kegiatan perbenihan tanaman buahtropika dan subtropika dan tanaman industri perkebunan) tahun 2017 Secara lengkap pagu dan realisasi anggaran dapat terlihat pada tabel 24.
Tabel 24. Pagu dan Realisasi Anggaran Kegiatan Perbenihan Tanaman Buah Tropika dan Subtropika, Kelapa,Kakao dan Mete dan Tanaman Industri Perkebunan tahun 2017
No | Nama Kegiatan | PAGU (Rp) | Realisasi (Rp) | % |
1. | Produksi Benih Buah Tropika dan Subtropika (Jeruk) | 225.000.000 | 220.198.000 | 97.87 |
2. | Produksi Benih Kelapa | 34.500.000 | 33.157.000 | 96.11 |
3. | Produksi Benih Tanaman Industri Perkebunan (Kakao) | 35.000.000 | 34.990.100 | 99.97 |
4. | Produksi Benih Tanaman Industri Perkebunan (Mete) | 115.000.000 | 114.038.000 | 99.16 |
3.3. Akuntabilitas Keuangan
Pengelolaan keuangan harus diketahui baik alokasi maupun realisasi anggaran secara keseluruhan yang dikelola oleh suatu organisasi baik yang berasal dari dana APBN, Bank Dunia, ADB. Disisi lain harus pula menggambarkan tingkat capaian efisiensi terhadap indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Tabel 25. Realisasi Anggaran 2017
Uraian kegiatan | Anggaran | Realisasi | Persentase (%) |
1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal | 00.000.000.000 00.000.000.000 8.128.000.000 | 00.000.000.000 00.000.000.000 0.000.000.000 | 98,23 99.81 80.87 |
Total | 00.000.000.000 | 00.000.000.000 | 91.56 |
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP ) NTT telah melaksanakan kegiatan pada tahun 2017 dengan menggunakan dana sebesar Rp. 00.000.000.000,- setelah mengalami beberapa revisi. Dari dana yang ada di BPTP NTT tahun 2017, terealisasi sebesar Rp. 00.000.000.000,- (tingkat capaian = 91.56%). Penggunaan anggaran tertuang dalam bentuk belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal. Rinciannya sebagai berikut : Belanja pegawai Rp. 00.000.000.000,- (98.23% dari pagu), belanja modal Rp. 8.128.000.000,- (80.87 % dari pagu), dan belanja barang mencapai Rp. 00.000.000.000,-(99.81 %) dari pagu. Dinamika Pagu dan realisasi anggaran selama 7 (lima) tahun anggaran secara lengkap tergambar sebagai berikut ;
Gambar.14. Target dan Realxxxxx Xxxxxxan tahun 2011 - 2017
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Per Belanja BPTP NTT TA. 2011-2017
Target dan Realisasi PNBP BPTP NTT tahun 2017
PNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang berasal dari perpajakan oleh karena itu timbulnya PNBP sebagai akibat pengelolaan Anggaran dan Aset Negara dalam pelaksanaan tugas masyarakat yang dilakukan oleh Instansi Pemerintah. Dalam rangka mengoptimalkan PNBP guna menunjang pembangunan nasional, sumber-sumber PNBP yang ada di BPTP NTT perlu dikekola dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut kebijakan PNBP TA 2017 : mengoptimalkan penerimaan PNBP dari sumber-sumber PNBP yang ada di BPTP NTT (pemanfaatan lahan kebun percobaan, pelayanan jasa analisa laboratorium, pelayanan pemanfaatan gedung auditorium dan Guest hause), memberlakukan besaran tarif PNBP yang sesuai, baik bagi masyarakat pemangku kepentingan (stake holder) maupun bagi pengelola PNBP di BPTP NTT yang berjuang untuk terus meningkatkan penerimaan PNBP melalui peraturan pemerintah tentang tarif, dan menggunakan kembali dana PNBP untuk mendukung kegiatan BPTP NTT sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Capaian Realisasi penerimaan PNBP tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada tabel 26 dibawah ini .
Tabel 26. Realisasi PNBP TA.2015-2016
AKUN | URAIAN | 2015 | 2016 |
423111 | Penjualan Hasil Pertanian/Perkebunan | 143.527.000 | 134.650.090 |
423129 | Pendapatan dari pemindah tanganan BMN lainnya | 1.907.000 | 2.250.000 |
423141 | Pendapatan sewa tanah, gedung dan bangunan | 19.365975 | 20.048.959 |
423216 | Pendapatan jasa tenaga/ pekj/inf. /Pelatihan/ Teknologi | 4.120.000 | 4.010.000 |
423221 | Pendapatan jasa Keuangan (Jasa Giro) | 200.903 | 0 |
423911 | Penerimaan kembali belanja pegawai Pusat TYL | 10.200.000 | 3.497.000 |
423922 | Pend.pelunasan Ganti Rugi (TP/TGR) | 41.951.152. | 9.916.698 |
423911 | Pend.kembali uang muka gaji | 100.000 | 100.000 |
423999 | Pendapatan anggaran lain-lain | 59.080 | 13.413.698 |
423752 | Pend.denda keterlambatan pekerj,Pemerintah | 0 | 9.012.148 |
Jumlah | 221.509.144 | 183.384.895 |
Sedangkan untuk Target dan Realisasi penerimaan PNBP tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 27 dibawah ini
Tabel 27. Target dan Realisasi PNBP TA.2017
AKUN | URAIAN | 2017 | |
TARGET | REALISASI | ||
423111 | Penjualan Hasil Pertanian/Perkebunan | 276.992.000 | 133.093.900 |
423129 | Pendapatan dari pemindahtanganan BMN lainnya | 0 | |
423141 | Pendapatan sewa tanah, gedung dan bangunan | 25.150.799 | |
423216 | Pendapatan jasa tenaga/pekj/inf./ Pelatihan/Teknologi | 0 | |
423221 | Pendapatan jasa Keuangan (Jasa Giro) | 0 | |
423911 | Penerimaan kembali belanja pegawai Pusat TYL | 64.596.000 | |
423922 | Pend.pelunasan Ganti Rugi (TP/TGR) | 14.115.000 | |
423911 | Pend.kembali uang muka gaji | 7.850.000 | |
423999 | Pendapatan anggaran lain-lain | 0 | |
423752 | Pend.denda keterlambatan pekerjaan Pemerintah | 2.219.931 | |
Jumlah | 276.992.900 | 247.025.630 |
Capaian target dan realisasi PNBP selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2015 – 2017 secara lengkap dapat dilihat pada gambar 15 dibawah.
Gambar 15. target dan realisasi PNBP tahun 2015 - 2017
Tidak tercapainya target PNBP tahun 2017 disebabkan oleh adanya faktor kekeringan, sehingga sumber PNPB dari penjualan hasil pertanian/perkebunan tidak mencapai target
IV. PENUTUP
Secara umum hasil analisis evaluasi kinerja dan capaian kinerja menunjukkan bahwa kinerja kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Tahun 2017 telah dicapai dengan cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh capaian indikator kinerja kegiatan pengkajian dan diseminasi BPTP –NTT tahun 2017, terutama indikator masukan (input) hingga dampak (impact), umumnya telah terealisasi sesuai dengan target atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, kegiatan yang direncanakan telah dapat dilaksanakan dengan cukup baik. Sementara itu, capaian indikator manfaat dan dampak kegiatan BPTP-NTT tergantung dari sifat kegiatannya, ada kegiatan yang bisa diukur, namun ada juga beberapa kegiatan yang belum dapat terukur karena dampak dari kegiatan tersebut tergantung dari sifat keluaran kegiatannya yaitu ada bersifat tangible (dapat diukur) dan ada yang bersifat intangible (tidak dapat diukur). Namun walaupun masih terdapat yang belum dapat diukur untuk indikator manfaat dan dampak, evaluasi secara umum menunjukkan bahwa kegiatan BPTP NTT memiliki manfaat dan dampak yang cukup baik bagi penggunanya. kinerja dapat dilakukan salah satunya melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia serta kerja sama yang baik dengan instansi terkait lainnya, sehingga kualitas kegiatan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna, baik bagi pengambil kebijakan maupun petani, sebagai pengguna akhir paket teknologi yang dihasilkan selama ini.