BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pasar Modal
Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang diperdagangkan. Pasar modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Xxxxxxxxxx (2010:26) mengatakan, “pengertian pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual-belikan sekuritas”. Pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar jual beli surat berharga yang memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan menurut Xxxx (2015:14) Pasar modal adalah alat atau forum untuk mempertemukan penjual dan pembeli. Analogi penjual dan pembeli di sini berbeda dengan pasar komoditas pasar tradisional. Penjual dan pembeli adalah penjual dan pembeli instrumen keuangan untuk tujuan investasi.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar dimana instrumen keuangan jangka panjang diperjualbelikan antara penjual dan pembeli, baik individu, perusahaan maupun pemerintah. Pasar modal memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian negara. Selain
14
sebagai sarana investasi, pasar modal juga merupakan sumber pembiayaan bagi perusahaan dan dapat lebih memajukan negara kita.
2.1.2 Saham
Saham adalah salah satu instrumen pasar keuangan yang paling terkenal. Penerbitan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan dalam memutuskan pembiayaan perusahaan. Di sisi lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih investor karena menawarkan imbal hasil yang menarik.
Menurut Xxxxxxxxxx (2010:31) efek yang diperdagangkan di pasar bersifat ekuitas Indonesia adalah saham. Saham merupakan bukti kepemilikan perusahaan. Pemilik saham dapat disebut sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Sedangkan menurut Xxxx (2015:117) Saham merupakan salah satu instrumen keuangan yang paling populer diperdagangkan di pasar modal. Investasi saham oleh investor diharapkan dapat memberikan keuntungan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga yang dibeli oleh investor pada suatu perusahaan untuk memperoleh penghasilan dari saham tersebut.
2.1.2.1 Jenis-Jenis Saham
Menurut Xxxx (2015:119),ada beberapa jenis saham yaitu :
1. Ditinjau dari hak yang melekat pada saham
a. Saham biasa (common stock), merupakan saham yang menempatkan pemiliknya pada klaim paling akhir , saham biasa adalah saham yang
paling sering digunakan untuk menarik dana dari masyarakat.
b. Saham preferen (preferred stock), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan yaitu obligasi dan saham biasa. ciri-ciri obligasi, seperti saham preferen memberikan pendapatan tetap seperti bunga obligasi. Memiliki ciri-ciri saham biasa, karena saham preferen tidak selalu dapat memberikan return yang diinginkan oleh pemiliknya.
2. Ditinjau dari cara peralihan
a. Saham atas unjuk (bearer stock) artinya nama pemilik tidak tertulis pada saham tersebut. Kepemilikan saham jenis ini sangat mudah untuk dipindahtangankan, sehingga memiliki likuiditas yang lebih.
3. Saham atas nama (registered shares) merupakan saham yang secara jelas menyatakan siapa nama pemiliknya dan peralihannya memiliki prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan
a. Blue-chip stock, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi baik sebagai pemimpin di industri sejenis dan memiliki pendapatan stabil dan konsisten membayar dividen.
b. Income stock, yaitu saham biasa dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
c. Growth stock (well known), yaitu saham dari emiten dengan pendapatan yang tinggi, leader di industri sejenis.
d. Growth stock (lesser known), yaitu saham-saham emiten yang bukan merupakan leader industri, tetapi memiliki ciri well known yaitu mampu mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari penghasilan rata-rata tahun terakhir.
e. Speculative stock, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan yang tinggi dari tahun ke tahun, meskipun penghasilan tersebut belum dapat dipastikan.
f. Counter cyclical stock, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi makro ekonomi atau situasi bisnis secara umum.
g. Defensive/Countercyclical Stocks (saham bertahan), merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh situasi makroekonomi atau situasi bisnis secara umum. Selama resesi, harga saham bisa tetap tinggi.
2.1.2.2 Keuntungan Pembelian Saham dan Risiko Pada Saham
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham.
1. Capital Gain
Menurut Xxxx (2015:124) Capital gain adalah keuntungan yang diterima investor dari selisih harga jual dan harga beli (harga jual lebih tinggi dari harga beli).
2. Dividen
Menurut Xxxx (2015:126) dividen adalah keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham yang dihasilkan dari kemampuan emiten untuk
memperoleh laba bersih dari operasinya. Laba bersih yang bersangkutan adalah laba bersih setelah pajak (net profit after tax). Dengan demikian, dividen merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham
Selain keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham terdapat risiko yang dihadapi oleh pemilik saham yaitu tidak mendapat dividen dan mengalami capital loss.
1. Tidak mendapat dividen
Sebuah perusahaan membagikan dividen ketika operasinya menguntungkan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membayar dividen jika merugi. Dengan demikian hal tersebut ditentukan oleh kinerja perusahaan.
2. Capital loss
Dalam perdagangan saham, investor tidak selalu menerima capital gain atau keuntungan dari saham yang mereka jual. Terkadang investor harus menjual saham dengan harga jual yang lebih rendah dari harga beli saham tersebut,istilah ini disebut capital loss. Menurut Xxxx (2015:124) capital loss merupakan kerugian yang dialami oleh investor dari selisih harga beli dengan harga jual (harga beli lebih tinggi dari harga jual).
2.1.2.3 Return Saham
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, Xxxxxx Xx (1995) dalam Hadi (2015:314) mengatakan bahwa return adalah tingkat pengembalian yang dapat dinikmati investor atas investasi mereka. Secara alami,
investor tidak akan berinvestasi tanpa pengembalian investasi. Sedangkan menurut Xxxxxxx (2016:263) “return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi”.
Berdasarkan definisi tersebut, return saham didefinisikan sebagai pengembalian investasi berupa keuntungan yang dibagikan perusahaan kepada investor berdasarkan hasil kegiatan investasi dengan membeli saham yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Dapat dikatakan bahwa return saham merupakan salah satu faktor pendorong bagi investor dan imbalan atas keberanian para investor yang berani mengambil risiko dengan investasinya. Hal ini karena investor selalu menghadapi risiko dan mungkin mengalami kerugian saat berinvestasi. Namun, setiap investor yang berinvestasi mengharapkan pengembalian yang menguntungkan.
2.1.2.4 Jenis-Jenis Return Saham
Menurut Xxxxxxx (2016:263) return dapat berupa return realisasian yang sudah terjadi atau return ekspetasian yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang.
1. Return realisasian (realized return) merupakan return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis. Return realisasian menjadi penting karena digunakan sebagai ukuran kinerja suatu perusahaan.. Return realisasian juga berguna dalam menentukan return ekspektasian (expected return) dan risiko dimasa yang akan datang.
2. Return ekspektasian (expected return) adalah return yang diharapkan akan diterima investor di masa yang akan datang, yang berbeda dengan return
realisasian bersifat yang sudah terjadi, return ekspetasian bersifat belum terjadi.
2.1.2.5 Komponen Return Saham
Berikut merupakan beberapa komponen Return Saham menurut Xxxxxxx (2016:264).
1. Capital Gain (Loss)
merupakan selisih untung atau rugi dari harga saham saat ini dibandingkan dengan harga periode sebelumnya.
2. Yield
merupakan pendapatan kas secara berkala sebagai persentase dari harga investasi untuk periode tertentu. Untuk saham yield adalah persentase dividen dari harga saham sebelumnya.
2.1.2.6 Pengukuran Return Saham
Dalam penelitian ini pengukuran return saham menggunakan komponen return saham yaitu, capital gain (loss) dan yield. Dimana capital gain (loss) merupakan selisih antara harga investasi periode sekarang (Pt) dan harga saham periode sebelumnya (Pt-₁) jika (Pt) lebih tinggi dari (Pt-₁) maka terjadi keuntungan (capital gain), apabila hasilnya berbanding terbalik maka akan terjadi kerugian (capital loss). Yield dalam return saham merupakan persentase dividen terhadap harga saham sebelumnya. Dimana pada saham biasa yang membayar dividen periodik sebesar (Dt) rupiah perlembarnya.
Yield = Dt
Pt-1
Dt = Dividen kas yang dibayarkan
Pt-₁ = Harga saham periode sebelumnya
(Hartono 2016:265)
Capital gain (loss)= Pt-Pt-1
Pt-1
Pt = Harga saham periode sekarang
Pt-₁ = Harga saham periode sebelumnya
Return Saham = Pt-Pt-1 + Dt
(Hartono 2016:265)
= Pt-Pt-1+Dt
Pt-1
Pt-1
Pt-1
Pt = Harga saham periode sekarang
Dt = Dividen kas yang dibayarkan
Pt-₁ = Harga saham periode sebelumnya
(Hartono 2016:265)
2.1.2.7 Faktor-Xxxxxx Xxxx Mempengaruhi Return Saham
Menurut Samsul (2006: 200) faktor-faktor yang memengaruhi Return
Saham terdiri atas faktor makro dan faktor mikro, yaitu:
a. Faktor makro yaitu faktor yang berada di luar perusahaan, yaitu:
1. Faktor makro ekonomi meliputi tingkat suku bunga domestik secara umum, tingkat inflasi, nilai tukar dan kondisi ekonomi internasional.
2. Faktor non ekonomi yang meliputi peristiwa politik dalam negeri, peristiwa politik luar negeri, perang, protes massa dan masalah lingkungan.
b. Faktor mikro yaitu faktor yang berada di dalam perusahaan itu sendiri, yaitu:
1. Laba bersih per saham;
2. Nilai buku per saham;
3. Rasio utang terhadap ekuitas;
4. Dan rasio keuangan lainnya.
2.1.3 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah suatu bentuk analisis yang mengukur kinerja perusahaan berdasarkan informasi komparatif yang tertulis dalam laporan keuangan, seperti neraca, laba/rugi, dan arus kas selama periode tertentu. Oleh karena itu, analisis rasio keuangan juga sering disebut sebagai analisis laporan keuangan.
Analisis laporan keuangan adalah teknik yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan suatu perusahaan dengan menggabungkannya dengan perkiraan yang terdapat dalam laporan keuangan berupa indikator keuangan yang menjelaskan kepada penganalisis keadaan atau kondisi keuangan perusahaan. Kasmir (2019:66) mengatakan bahwa bagi pemilik dan manajemen, tujuan utama dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan setelah analisis mendalam, dapat terlihat apakah perusahaan mencapai tujuan yang direncanakan sebelumnya atau tidak.
Menurut Kasmir (2019: 104) Rasio keuangan adalah fungsi yang membandingkan laporan keuangan dengan membagi satu angka dengan angka
lainnya. Dapat membandingkan satu komponen dengan komponen laporan keuangan atau dengan antar komponen yang ada. Dalam hal ini, angka pembanding dapat berupa angka dalam satu periode atau beberapa periode.
Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan indikator. Ada beberapa jenis rasio keuangan, masing-masing dengan definisi dan tujuannya sendiri. Hasil perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan untuk menilai perkembangan keuangan perusahaan. Berikut ini adalah jenis-jenis rasio keuangan:
1. Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2019: 130) Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja adalah rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan bagian- bagian neraca, yaitu aset lancar dengan utang jangka pendek. Penilaian tersebut dapat dilakukan untuk beberapa periode, dimana perkembangan likuiditas perusahaan dapat dilihat dari waktu ke waktu. Jenis-jenis rasio likuiditas adalah:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio Lancar atau Current Ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek atau kewajiban yang segera jatuh tempo ketika ditagih secara penuh. Dengan kata lain, berapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang akan segera jatuh tempo (Kasmir, 2019:
134). Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
Current Ratio =
Current Assets (Aset Lancar)
Current Liabilities (Hutang Lancar)
(Kasmir, 2019:135)
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio Cepat (Quick Ratio) atau rasio sangat lancar atau acid test ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa mempertimbangkan nilai persediaan. Artinya, perhitungan nilai persediaan diabaikan dengan mengurangkannya dari total persediaan. Hal ini dikarenakan ketika perusahaan membutuhkan dana cepat untuk memenuhi kewajibannya. Dibandingkan dengan aset lancar lainnya, persediaan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk ditebus. (Kasmir, 2019: 136). Rumus untuk mencari rasio cepat atau quick ratio yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Quick Ratio =
Current Assets (Aset Lancar)- Inventory (Sediaan)
Current Liabilities (Utang Lancar )
(Kasmir, 2019:137)
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio Kas atau Cash Ratio adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan kas dapat dinyatakan dalam bentuk kas atau setara kas seperti giro atau deposito bank (yang dapat ditarik kapan saja). Dapat
dikatakan bahwa rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya untuk membayar kewajiban jangka pendeknya (Kasmir, 2019: 138). Rumus untuk mencari rasio kas atau cash ratio yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Cash Ratio =
Cash or Cash Equivalent (Kas atau Setara Kas)
Current Liabilities (Utang Lancar)
(Kasmir, 2019:139)
d. Rasio Perputaran kas (Cash Turnover)
Rasio Perputaran kas atau Xxxx Turnover menurut Xxxxx X. Gill dalam Kasmir (2019: 140) berfungsi untuk mengukur kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Dengan kata lain, rasio ini mengukur ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya yang terkait dengan penjualan. Untuk menemukan modal kerja kurangi aset lancar dari kewajiban lancar. Dalam pengertian ini modal kerja itu adalah modal kerja bersih yang dimiliki oleh perusahaan. Pada saat yang sama modal kerja hanyalah sejumlah aset lancar saja. Rumus untuk mencari rasio perputaran kas atau cash turnover yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
Penjualan Bersih
Rasio Perputaran Kas = Modal Kerja Bersih
(Kasmir, 2019:141)
e. Inventory to Net Working Capital
Inventory to Net Working Capital adalah rasio yang mengukur atau
membandingkan jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan (Kasmir, 2019: 141). Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aset lancar dengan utang lancar. Rumus untuk mencari inventory to net working capital yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Inventory
Inventory to NWC = Current Assets -Current Liabilities
(Kasmir, 2019: 141)
2. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio adalah rasio yang mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Ini berarti berapa banyak hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Secara luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang pada saat terjadi likuiditas (likuidasi) (Kasmir, 2019:153). Dalam praktiknya, terdapat jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio solvabilitas adalah sebagai berikut:
a. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt to Asset Ratio adalah rasio utang yang digunakan untuk mengukur rasio total utang terhadap total aset. Dengan kata lain, seberapa besar aset perusahaan dibiayai dengan utang atau seberapa besar utang perusahaan
mempengaruhi pengelolaan aktiva. (Kasmir, 2019:158). Rumus debt to asset ratio yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
Total Debt (Total Utang)
Debt to Asset Ratio = Total Assets (Total Aset)
(Kasmir, 2019:158)
b. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dan ekuitas. Untuk menemukan rasio ini yaitu membandingkan seluruh utang, termasuk utang lancar dengan total ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui berapa jumlah dana yang ditawarkan peminjam (kreditor) kepada perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang (Kasmir, 2019:159). Rumus debt to equity ratio yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio =
Debt (Total Utang)
Equity (Ekuitas)
(Kasmir, 2019:160)
c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
Long Term Debt to Equity Ratio adalah rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas (modal sendiri). Tujuannya adalah untuk mengukur berapa banyak setiap rupiah ekuitas digunakan untuk dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan membandingkan utang jangka panjang dengan ekuitas yang disediakan oleh perusahaan. (Kasmir, 2019:161).
Rumus long term debt to equity ratio yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Long Term Debt to Equity Ratio =
Long Term Debt Equity
(Kasmir, 2019:161)
d. Times Interest Earned
Times Interest Earned menurut X. Xxxx Xxxxxx dalam Kasmir (2019:162) merupakan rasio untuk mencari jumlah kali hasil bunga. Rasio ini diartikan oleh Xxxxx X.Xxx Xxxxx juga sebagai kemampuan perusahaan untuk membiayai bunga, sama seperti coverage ratio (rasio cakupan). Rumus times interest earned yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
EBIT
Times Interest Earned = Interest (Biaya Bunga)
(Kasmir, 2019:163)
e. Fixed Charge Coverage (FCC)
Fixed Charge Coverage atau lingkungan biaya tetap merupakan rasio yang mirip dengan Times Interest Earned Ratio. Hanya saja perbedannya adalah rasio ini dilakukan ketika perusahaan menerima utang jangka panjang atau menyewakan aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang (Kasmir, 2019:164) . Rumus fixed charge coverage yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
FCC =
EBT + Biaya Bunga + Kewajiban Sewa/lease Biaya bunga + Kewajibann sewa/lease
(Kasmir, 2019:164)
3. Rasio Aktivitas
Xxxxx Xxxxxxx (Activity Ratio) menurut Kasmir (2019:174) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi yang digunakan perusahaan dalam menggunakan asetnya. Rasio aktivitas juga mengevaluasi aktivitas perusahaan sehari-hari. Hasil pengukuran menunjukkan apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola asetnya atau sebaliknya. Umumnya terjadi jika semua rasio aktivitas yang tersedia digunakan, mereka mampu menunjukkan efisiensi perusahaan yang maksimal dibandingkan dengan hanya menggunakan sebagian saja. Berikut ini ada beberapa jenis-jenis rasio aktivitas adalah sebagai berikut:
a. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Perputaran Piutang adalah rasio yang mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menagih piutang selama suatu periode atau berapa kali dana yang diinvestasikan dalam piutang tersebut berputar dalam satu periode (Kasmir, 2019:178). Rumus receivable turn over yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Penjualan Kredit
Receivable Turn Over = rata-rata piutang
(Kasmir, 2019:178)
b. Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over)
Perputaran Sediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran sediaan (inventory turn over). Dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun, Semalin Kecil rasio ini, semakin tidak baik demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2019:182). Rumus inventory turn over yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Inventory Turn Over =
Harga Pokok Barang yang Dijual Sediaan
Xxxxx X.Xxx Xxxxx dalam Kasmir (2019:182)
atau
Inventory Turn Over =
Penjualan Sediaan
X.Xxxx Xxxxxx dalam Kasmir (2019:182)
c. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur atau menilai efisiensi modal kerja suatu perusahaan selama periode waktu tertentu. Artinya berapa banyak modal kerja yang beredar selama periode atau periode waktu tertentu. Untuk mengukur rasio ini membandingkan penjualan dengan modal kerja atau modal kerja rata-rata (Kasmir, 2019: 184). Rumus untuk mencari perputaran modal kerja yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Perputaran Modal Kerja =
Penjualan Bersih Modal kerja
(Kasmir, 2019: 185)
d. Fixed Assets Turn Over
Fixed Assets Turnover adalah rasio yang mengukur berapa kali dana yang diinvestasikan dalam aset tetap berputar selama suatu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan telah sepenuhnya memanfaatkan kapasitas aktiva tetapnya atau belum. Cara untuk menemukan rasio ini adalah dengan membandingkan pendapatan penjualan bersih dengan aset tetap dalam suatu periode (Kasmir, 2019: 186). Rumus untuk mencari fixed assets turn over yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Sales (Penjualan)
Fixed Assets Turnover = Total Fixed Assets (Total Aktiva Tetap)
(Kasmir, 2019: 186)
e. Total Assets Turn Over
Perputaran Total Aset (Total Assets Turn Over) adalah rasio yang mengukur perputaran semua aset yang dimiliki oleh perusahaan dan berapa banyak yang diserahkan untuk setiap rupiah aset (Kasmir, 2019: 187). Rumus untuk mencari total assets turn over yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Sales (Penjualan)
Total Assets Turn Over = Total Assets (Total Aktiva)
(Kasmir, 2019: 187)
4. Rasio Profitabilitas
Menurut Xxxxxx (2019: 198) rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau menghasilkan laba. Rasio ini juga mengukur efisiensi manajemen perusahaan. Hal ini ditunjukkan melalui penjualan dan laba atas investasi. Intinya penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a. Profit Margin on Sales
Menurut Kasmir (2019: 201) Profit Xxxxxx On Sales atau Ratio Profit Xxxxxx atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Terdapat dua profit margin, yaitu sebagai berikut:
1) Margin Laba Kotor
Menurut Kasmir (2019: 201) margin laba kotor menunjukkan laba relatif terhadap perusahaan caranya penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini adalah cara untuk menentukan harga pokok penjualan. Rumus untuk mencari margin laba kotor adalah sebagai berikut:
Profit Margin =
Penjualan Bersih-Harga Pokok Penjualan Sales
(Kasmir, 2019: 201)
2) Margin Laba Bersih
Menurut Kasmir (2019: 202) margin laba bersih adalah ukuran laba yang membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dengan
penjualan. Rasio ini menunjukan laba bersih perusahaan dari penjualan. Rumus untuk mencari margin laba bersih adalah sebagai berikut:
Net Profit Margin =
Earning After Interest and Tax (EAIT) Sales
(Kasmir, 2019: 202)
b. Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment)
Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan Nama Return on Investment (ROI) atau return on total assets adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) dari jumlah aset yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga mengukur efektivitas manajemen dalam mengelola investasi. Semakin kecil rasio ini, semakin kurang baik dan semakin besar semakin baik (Kasmir, 2019: 203). Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rumus untuk mencari Return on Investment (ROI) atau return on assets adalah sebagai berikut:
Return on Investment (ROI) =
Earning After Interest and Tax Total Assets
(Kasmir, 2019: 204)
c. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity/ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri adalah rasio yang mengukur pengembalian ekuitas setelah pajak dengan menggunakan laba bersih dan modal sendiri. Rasio ini menggambarkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi
rasionya maka semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan menguat dan sebaliknya. (Kasmir, 2019: 206). Rumus untuk mencari return on equity adalah sebagai berikut:
Return On Equity (ROE) =
Earning After Interest and Tax Equity
(Kasmir, 2019: 206)
d. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share menurut Xxxxxxxxxx (2010:365) “laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan”. Earning Per Share (EPS) yang tinggi menunjukkan keberhasilan perusahaan. Semakin tinggi nilai EPS maka semakin tinggi pula keuntungan yang ditawarkan kepada pemegang saham, dan semakin tinggi EPS perusahaan maka investor semakin yakin akan kemampuan perusahaan dalam memberikan keuntungan yang cukup baik. Dari sini dapat disimpulkan bahwa earning per share (EPS) adalah rasio yang mengukur laba atau income per share. Rumus untuk mencari earning per share adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
Earning Per Share (EPS) = Jumlah Saham Beredar
(Xxxxxxxxxx, 2010:374)
2.1.4 Return on Investment (ROI)
2.1.4.1 Pengertian Return on Investment
Tujuan akhir dari perusahaan yang paling penting adalah untuk memperoleh keuntungan maksimal. Dengan mencapai laba yang maksimal sesuai tujuannya, perusahaan dapat berbuat banyak untuk kesejahteraan pemilik dan karyawan, serta meningkatkan kualitas produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu, kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat dibutuhkan secara praktik oleh manajemen perusahaan. Artinya jumlah laba harus dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan.
Return on Investment (ROI) merupakan rasio profitabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Return on Investment (ROI) menunjukkan pendapatan perusahaan atau akumulasi keuntungan dari operasi perusahaan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan. Semakin tinggi rasionya, semakin baik profitabilitas perusahaan.
Jika situasi perusahaan tergolong menguntungkan atau kinerja masa depan yang menjanjikan, banyak investor yang akan menginvestasikan uangnya untuk membeli saham perusahaan, dan tentunya hal ini akan meningkatkan harga saham. Menurut Xxxxxx (2019: 203) Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau return on total assets adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) dari jumlah aset yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga mengukur efektivitas manajemen dalam mengelola
investasi. Semakin kecil rasio ini, semakin kurang baik dan sebaliknya. Sedangkan Menurut Xxxxxxx (2001:89) Return on Investment (ROI) itu sendiri merupakan salah satu bentuk profitabilitas, yang bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba dengan total aset yang digunakan untuk operasional perusahaan tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas ROI mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dengan seluruh aset yang tersedia di perusahaan dan juga melihat seberapa besar laba yang dihasilkan dari sejumlah investasi yang dilakukan.
2.1.4.2 Kegunaan Return on Investment (ROI)
Kegunaan analisis Return on Investment (ROI) menurut Xxxxxxx (2001:91) adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu kegunaanya yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh.
Ketika praktik akuntansi yang baik diterapkan di suatu perusahaan maka manajemen dengan teknik analisis ROI dapat mengukur efisiensi pemanfaatan modal kerja, efisiensi produksi, dan efisiensi penjualan.
2. Analisis ROI dapat digunakan untuk membandingkan efisiensi penggunaan modal suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaan tersebut di bawah, sama atau di atas rata-rata.
3. Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam divisi yang bersangkutan.
4. Analisis ROI juga dapat mengukur profitabilitas setiap produk yang dihasilkan perusahaan.
5. ROI berguna tidak hanya untuk pengendalian tetapi juga untuk perencanaan.
Misalnya sebagai dasar pengambilan keputusan jika perusahaan berencana melakukan ekspansi.
2.1.4.3 Faktor-Xxxxxx Xxxx Mempengaruhi Return on Investment (ROI)
Menurut Xxxxxxx (2001:89) besarnya Return on Investment (ROI) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
1. Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi), yaitu mengukur berapa banyak aset tersebut telah digunakan dalam operasi perusahaan, atau berapa kali operating assets tetap berputar dalam jangka waktu tertentu, biasanya setahun.
2. Profit margin, yaitu jumlah laba operasi yang dinyatakan sebagai persentase dan total penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dari penjualannya.
2.1.4.4 Pengukuran Return on Investment (ROI)
Untuk menghitung besarnya Return on Investment (ROI) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Return pn Investment =
Earning After Interest and Tax Total Assets
Kasmir (2019:204)
2.1.5 Earning Per Share (EPS)
2.1.5.1 Pengertian Earning Per Share (EPS)
Investor perlu memiliki informasi tentang dinamika harga saham untuk membuat keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih. Informasi yang dimaksud dikeluarkan oleh emiten. Rasio keuangan yang sering digunakan investor saham atau calon investor saham untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dimilikinya adalah Earning Per Share (EPS) atau laba per saham.
Menurut Xxxxxxxxxx (2010:365) Earning Per Share (EPS) “Laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan”. Sedangkan Menurut Xxxxx (2015:83), “Earning per share atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki”.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang menunjukkan berapa banyak keuntungan (return) yang diterima investor atau pemegang dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham beredar.
2.1.5.2 Kegunaan Earning Per Share (EPS)
Menurut Xxxxxxxxxx (2010:365) Informasi yang dianggap paling mudah dan paling berguna bagi seorang investor, karena dapat menggambarkan kemungkinan pengembalian perusahaan di masa depan. Alasan menggunakan
Earning Per Share menurut Xxxxxxxxxx (2010:366) menerangkan bahwa Earning Per Share diutamakan dalam analisis perusahaan karena tiga alasan:
1. Laba Per Saham biasa dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik saham.
2. Dividen yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari earning
(laba).
3. Adanya hubungan antara perubahan earning (laba) dengan perubahan harga saham.
2.1.5.3 Faktor-Xxxxxx Xxxx Mempengaruhi Earning Per Share (EPS)
Menurut Xxxxxxx and Xxxxxxx (2010:23) menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab kenaikan dan penurunan Earning Per Share (EPS) adalah:
1. Faktor penyebab kenaikan Earning Per Share (EPS):
a. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
b. Laba bersih tetap dan jumlah lernbar saham biasa yang beredar turun.
c. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
d. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
e. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase penurunan laba bersih.
2. Faktor penyebab penurunan Earning Per Share (EPS):
a. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
b. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
c. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
d. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase kenaikan laba bersih.
e. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase kenaikan laba bersih
2.1.5.4 Pengukuran Earning Per Share (EPS)
Untuk menghitung besarnya Earning Per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih
Earning Per Share (EPS) = Jumlah Saham Beredar
(Xxxxxxxxxx 2010:374)
2.1.6 Debt to Equity Ratio (DER)
2.1.6.1 Pengertian Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah ekuitas yang dijadikan jaminan utang (Kasmir, 2019:159). Sedangkan menurut Xxxx (2014:168) debt to equity ratio adalah rasio utang terhadap ekuitas. Rasio ini dihitung sebagai total utang dibagi ekuitas.
2.1.6.2 Manfaat Debt to Equity Ratio (DER)
Manfaat Debt to Equity Ratio (DER) menurut Kasmir (2019:156) adalah:
1. Menganalisis kemampuan perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya.
2. Menganalisis kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
3. Menganalisis keseimbangan nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.
4. Menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
5. Menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
6. Menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
7. Menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akanditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.
2.1.6.3 Faktor-Xxxxxx Xxxx Mempengaruhi Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Xxxxxxx, Xxxxx, and Xxxxxx (2007:7) faktor yang memengaruhi
Debt to Equity Ratio (DER) antara lain:
1. Laba per saham
Perusahaan yang dibiayai secara eksternal dapat meningkatkan laba per saham dibandingkan dengan perusahaan yang dibiayai sepenuhnya oleh ekuitas selama perusahan tidak mengalami masa sulit. Masa sulit yang
dimaksud adalah keadaan perusahaan dengan lemahnya tingkat laba operasional suatu perusahaan.
2. Tingkat Risiko
Risiko perusahaan diantaranya risiko operasional, risiko bisnis dan risiko
keuangan. Risiko operasional dan risiko bisnis merupakan risiko dalam laba operasi perusahaan. Sedangkan risiko keuangan merupakan risiko yang ditanggung pemegang karena penggunaan utang. Perusahaan yang dibiayai seluruhnya oleh ekuitas dan sebagian dari utang tidak mempengaruhi baik risiko operasional dan juga risiko bisnis. Namun, risiko keuangan akan meningkat dimana tingkat bunga utang naik dan meningkatkan variabelitas laba setelah bunga.
3. Profitabilitas
Utang meningkatkan ketidakpastian tentang persentase pengembalian saham. Jika perusahaan dibiayai sepenuhnya oleh ekuitas, penurunannya laba operasi akan mengurangi return saham. Ketika sebuah perusahaan mengeluarkan hutang, pengurangan yang sama dalam bagian keuntungan bisnis mengurangi pengembalian saham. Dengan kata lain, dampak dari leverage adalah melipatgandakan besarnya naik turunnya pada return saham
2.1.6.4 Pengukuran Debt to Equity Ratio (DER)
Untuk menghitung besarnya Debt to Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Debt to Equity Ratio (DER) =
Debt (Total Utang)
Equity (Ekuitas)
(Kasmir, 2019:160)
1.1.5 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang Return On Investment (ROI), Earning Per
Share (EPS) | dan Debt to Equity Ratio (DER) yang telah dilakukan | |
sebelumnya, yaitu : | ||
Tabel 2.1 | ||
Penelitian Terdahulu | ||
No | Peneliti,Tahun dan Judul Penelitian | Persamaan Perbedaan Hasil Sumber |
(1) | (2) | (3) (4) (5) (6) |
1 | Adiratna Maulidah | Variabel X: Variabel X: • Secara parsial Jurnal |
(2021)
Pengaruh ROE, ROI, EPS, dan MVA terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur
2 M Xxxxxxxx & Xxxxx Xxxxxx (2021) Pengaruh Return on Investment dan Debt
• Return on Investment (ROI)
• Earning Per Share (EPS)
Variabel Y:
• Return
Saham
Variabel X:
• Return on Investment (ROI)
• Return on Equity (ROE)
• Market Value Added (MVA)
XXX dan EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan ROI berpengaruh positif tidak signifikan dan MVA berpengatuh negatif tidak signifikan terhadap return saham
• Secara Simultan ROE,ROI,EPS,dan MVA berpengaruh terhadap return saham.
• Secara parsial ROI dan DER
berpengaruh positif dan signifikan
Ekonomi Mahasiswa (JEKMa) ISSN 2715-
9094
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
to Equity Ratio
terhadap Return
Saham pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
3 Indah Sawvitri (2022)
Pengaruh Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Total Asset Turnover (TATO) Dan Return on Asset (ROA) terhadap Return Saham pada Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016 – 2020
4 Erasdio, Xxxxx Xxxxxxx dan Xxxxx Xxxxxxxxxxxxxx (2022)
Pengaruh Earning Per Share (EPS), Economic Value
Added (EVA), Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham pada Perusahaan Food And Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2016-
2020
• Debt to Equity Ratio (DER)
Variabel Y:
• Return
Saham
Variabel X:
• Return on Investment (ROI)
Variabel Y
• Return
Saham
Variabel X:
• Earning Per Share (EPS)
Variabel Y:
• Return
Saham
Variabel X
• Return on Equity (ROE)
• Total Asset Turnover (TATO)
• Return on Asset (ROA)
Variabel X
• Economic Value Added (EVA)
• Market Value Added (MVA)
terhadap return
saham.
• Secara simultan ROI dan DER berpengaruh signifikan terhadap return saham.
• Secara parsial ROI dan ROE
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan TATO dan ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham.
• Secara simultan ROI, ROE, TATO, dan ROA
berpengaruh terhadap return saham.
• Secara parsial EPS dan EVA
berpengaruh positif signifikan terhadap return saham, sedangkan MVA berpengaruh positif tidak signifikan terhadap return saham.
• Secara simultan EPS, EVA, dan MVA berpengaruh terhadap return saham.
Entitas
Vol 1 No 1
Hal 8-14
EMABI :
Ekonomi dan Manajemen Bisnis - VOL. 1. NO.
1 (2022)
Al-Kharaj : Jurnal Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah Volume 4
No 6 (2022)
1663-1680
P-XXXX 0000-0000 E-ISSN 2656-4351
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5 Xxxxxxx, Xxxxxxxx, dan X.X Xxxxxxxx (2019)
Return on Investment (ROI), Economic Added (XXX) dan Return Saham: Studi Empiris pada Perusahaan LQ45
6 Xxx Xxxx Harvioni Xxxxxxx Xxxxxxx (2016)
Pengaruh Return on Investment, Debt to Equity Ratio,
Economic Value
Added, Inflasi terhadap Return Saham Pada Tahun 2008-2012
7 Xxxxxx Xxxxxxxxx, Xxxxxx Xxxxxxx dan Joy E Tulung (2021) Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Dan Return on Equity terhadap Return Saham pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI (Periode 2014- 2019)
Variabel X:
• Return on Investment (ROI)
Variabel X:
• Return On Investment (ROI)
• Debt to Equity Ratio (DER)
Variabel Y:
• Return
Saham
Variabel X:
• Debt to Equity Ratio (DER)
Variabel Y:
• Return
Saham
Variabel X:
• Economic Value Added (EVA)
Variabel X:
• Economic Value Added (EVA)
• Inflasi
Variabel X:
• Current Ratio (CR)
• Return on Equity (ROE)
• Secara parsial, ROI dan XXX berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
• Secara simultan ROI dan XXX berpengaruh terhadap return saham.
• Secara parsial ROI berpengaruh positif dan Inflasi
berpengaruh negatif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Sedangkan DER berpengaruh negatif dan
XXX berpengaruh pengaruh positif secara signifikan terhadap return saham.
• Secara simultan ROI, DER, XXX, dan Inflasi
berpengaruh terhadap return saham.
• Secara parsial current ratio dan DER berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Sedangkan ROE berpegaruh positif tidak signifikan terhadap return saham.
• Secara simultan current ratio, DER, dan ROE
JURNAL, AKUNIDA ISSN 2442-
3033
Volume 5
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Vol 7 No 1
Hal 58-72 p-ISSN 2086-3748
Jurnal EMBA:
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi Vol 9 No 1
Hal 637-646
ISSN 2303-
1174
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
berpengaruh signifikan terhadap return saham.
8 Ismarinanda dan Xxxx Xxx Xxxx Xxxxxx (2022) Pengaruh ROA, ROE, NPM, dan EPS terhadap Return Saham pada Perusahaan Constumer Good yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2019
9 Xxxx Xxxx Xxxxxxxxx dan R. Wedi Xxxxxxxx Xxxxxx (2022) Pengaruh Financial Distress dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham Perusahaan (pada Sub Sektor Perkebunan Kelapa Sawit yang Terdaftar di BEI untuk periode Tahun 2015-2018)
10 Sri Xxxxxxxxxxxx, Xxxxxxxx Maulida dan Nova Xxx
Xxxxxxxxxx (2021) Program
Pengaruh DER, ROA, dan DPR terhadap Return
Saham Sektor Utilitas,
Variabel X:
• Earning Per Share (EPS)
Variabel Y:
• Return
Saham
Variabel X:
• Earning Per Share (EPS)
Variabel Y:
• Return
Saham
Variabel X:
• Debt to Equity Ratio (DER)
Variabel Y
• Return
saham
Variabel X:
• Return on Asset (ROA)
• Return on Equity (ROE)
• Net Profit Margin (NPM)
Variabel X:
• Financial Distress
Variabel X
• Return on Asset (ROA)
• Dividend Payout Ratio (DPR)
• Secara parsial ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. ROE berpengaruh negatif, NPM positif dan EPS berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap return saham.
• Secara simultan ROA, ROE, NPM, dan EPS
berpengaruh signifikan terhadap return saham.
• Secara parsial financial distress berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Sedangkan EPS berpengaruh negatif tidak signifikan return saham.
• Secara simultan financial distress dan EPS
berpengaruh terhadap return saham.
• Secara parsial ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
Sedangkan DER bepengaruh positif dan DPR
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap return
Business and Economics Conference in Utilization of Modern Technology e-ISSN: 2828-0725
Jurnal Wacana Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Garut P- ISSN : 1412-
5897; E-
ISSN : 0000- 000X
Al-Kharaj : Jurnal Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah VOL
4 No 3 Hal 772-781 (2022) 772- 781 P-ISSN
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Insfrastruktur, dan Transportasi.
11 Xxxx Xxxxx, Xxxx Xxxxxxx, dan Xxxxx Xxxxxxxxx (2021) Pengaruh Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, dan Inflation Rate
terhadap Return
Saham pada Perusahaan Property dan Real Estate
12 Yusril dan Xxxxx Xxxxxxx (2018) Pengaruh Return on Asset, Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio
Terhadap Return
Saham Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI ABSTRAK
13 Xxx Xxxxxxxxx (2017) Analisis Current Ratio, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, dan Pertumbuhan Pendapatan
Variabel X:
• Earning Per Share (EPS)
• Debt to
Equity Ratio (DER)
Variabel Y:
• Return
Saham
Variabel X:
• Earning Per Share (EPS)
• Debt to Equity Ratio (DER)
Variabel Y:
• Return
Saham
Variabel X:
• Debt to Equity Ratio (DER)
Variabel X:
• Inflation Rate
Variabel X:
• Return on Asset (ROA)
Variabel X
• Current Ratio (CR)
• Return on Equity (ROE)
saham
• Secara simultan DER, ROA dan DPR berpengaruh terhadap return saham
• Secara parsial EPS berpengaruh positif signifikan terhadap return
saham. Sedangkan DER berpengaruh positif dan Inflation Rate berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap return saham.
• Secara simultan EPS, DER, dan inflation rate berpengaruh terhadap return saham
• Secara parsial ROA dan EPS
berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
Sedangkan DER berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham.
• Secara simultan ROA, EPS, dan DER berpengaruh terhadap return saham.
• Secara parsial
current ratio berpengaruh negatif. Sedangkan ROE, DER dan pertumbuhan pendapatan
2656-2871
E-ISSN 2656-4351
JURNAL REVENUE
Jurnal Akutansi
p-ISSN : 2723-6498
e-ISSN: 2723-6501
Vol. 2, No. 2
Jurnal Ekonomi Vol 20 No 1
(2018)
Jurnal KREATIF :
Pemasaran, Sumberdaya Manusia dan Keuangan, Vol. 5, No. 1
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Berpengaruh terhadap Return
Saham pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek
Indonesia 2010-2014
14 Ni Xxxxxx Xxx Xxxxxxx Xxxxxxx Xxxx dan Xxx Xxxx Xxx Xxxxxx (2019) Pengaruh ROE, DER, PER, dan Xxxxx Xxxxx terhadap Return Saham
15 Ni Putu Xxxx Xxxxx Xxxxxx dan Xx Xxx Xxxx Xxxxxxxxxx (2020)
Return on Asset, Return on Equity, dan Earning Per Share Berpengaruh terhadap Return Saham
16 Minati.M (2021) Pengaruh Profitabilitas (NPM,
Variabel Y:
• Return
Saham
Variabel X:
• Debt to Equity Ratio (DER)
Variabel Y:
• Return
Saham
Variabel X:
• Earning Per Share (EPS)
Variabel Y:
• Return
Saham
Variabel X:
• Earning Per Share
• Pertumbuhan pendapatan
Variabel X:
• Return on Equity (ROE)
• Price Earning Ratio (PER)
• Nilai tukar
Variabel X
• Return on Asset (ROA)
• Return on Equity (ROE)
Variabel X:
• Net Profit Margin
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap return saham.
• Secara simultan current ratio, ROE, DER dan
pertumbuhan pendapatan berpengaruh terhadap return saham.
• Secara parsial ROE berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Sedangkan DER, dan PER
berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Nilai tukar berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham
• Secara simultan ROE, DER, PER dan nilai tukar berpengaruh terhadap return saham.
• Secara parsial ROA, ROE dan EPS berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
• Secara simultan ROA, XXX dan EPS berpengaruh terhadap return saham.
• Secara parsial NPM berpengaruh positif dan ROA
E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana Vol
8 No 7 (2019)
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No.
3, 2020 :
1069-1088
Jurnal Fakultas Ekonomi,
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
EPS, ROA, ROI, dan
ROE) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods Industry di Bursa Efek Indonesia
17 Xxxx Xxxxxxxx dan Xxxxxxx Xxxxxxx (2020)
Pengaruh Rasio
Keuangan (CuR, CaS, DAR, DER, ROI, XXX, FATO,
TATO) terhadap Return Saham pada Perusahaan Idx 30 yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2018
(EPS)
• Return on Investment (ROI)
Variabel Y:
• Return
saham
Variabel X:
• Debt to Equity Ratio (DER)
• Return on Investment (ROI)
Variabel Y:
• Return
saham
(NPM)
• Return on Asset (ROA)
• Return on Equity (ROE)
Variabel X:
• Current Ratio (CuR)
• Cash Ratio
(CaS)
• Debt to Asset Ratio (DAR)
• Return on Asset (ROA)
• Fixed Asset Turnover (FATO)
• Total Asset Turnover (TATO)
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap return
saham. EPS berpengaruh positif tidak signifikan terhadap return saham. ROI dan XXX berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham.
• Secara simultan EPS dan ROI tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
• Secara parsial CuR dan ROA
berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. CaS dan TATO berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. DER berpengaruh positif tidak signifikan terhadap return saham. ROI dan FATO berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham.
• Secara simultan CuR, CaS, DAR, DER, ROI, XXX, FATO, TATO berpengaruh terhadap return saham
Universitas Negeri Makassar
Jurnal Xxxxxxx Xxxxxxxxx dan Perpajakan, Volome 4,
Nomor 1,
Maret 2020,
Hlm. 11-20
2.2 Kerangka Pemikiran
Ada beberapa alasan mengapa investor melakukan investasi, salah satunya yaitu ingin memperoleh return saham. Selain itu alasan perusahaan menerbitkan sahamnya yaitu ingin memperoleh dana dari pasar modal untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Salah satu informasi yang diperlukan oleh investor dalam menganalisis return saham pada perusahaan yaitu analisis fundamental. Analisis fundamental adalah salah satu metode pengukuran yang digunakan para investor untuk mengetahui keamanan suatu nilai saham. Metode ini dilakukan dengan memeriksa faktor keuangan dan kondisi ekonomi perusahaan terkait.
Menurut Xxxxxxx (2016:263) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return saham merupakan pengembalian investasi berupa keuntungan yang dibagikan perusahaan kepada investor berdasarkan hasil kegiatan investasi dengan membeli saham yang dikeluarkan oleh perusahaan. Return saham merupakan indikator penting bagi investor dan calon investor karena return saham digunakan untuk menilai perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari investasinya. Return saham dihitung dengan menambahkan capital gain (loss) dengan yield, dimana capital gain (loss) merupakan selisih antara harga saham periode sekarang dan harga saham periode sebelumnya. Yield dalam return saham merupakan persentase dividen terhadap harga saham. Semakin baik kinerja perusahaan maka akan diikuti dengan kenaikan harga saham, kenaikan harga saham tersebut berpengaruh terhadap return saham. Analisis fundamental dapat dilakukan dengan cara investor menggunakan analasis rasio, dengan membandingan rasio keuangan antar perusahaan para investor dapat mengetahui
investasi yang baik. Analisis rasio yang digunakan dalam penelitian ini berfokus pada rasio profitabilitas yaitu Return on Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS) serta rasio solvabilitas yaitu Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Xxxxxx (2019: 203) Return on Investment (ROI) adalah rasio yang menunjukkan hasil (return) dari jumlah aset yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga mengukur efektivitas manajemen dalam mengelola investasi. Semakin kecil rasio ini, semakin kurang baik dan semakin tinggi semakin baik. Semakin tinggi ROI, semakin baik kondisi pada perusahaan sehingga diharapkan harga saham semakin meningkat . Terjadinya peningkatan harga saham berakibat pula pada peningkatan return saham perusahaan yang diterima pemegang saham .
Terdapat beberapa penelitian mengenai pengaruh Return on Investment (ROI) terhadap return saham. Penelitian Sawvitri (2022) menyatakan bahwa Return on Investment (ROI) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Maulidah (2021) menyatakan bahwa Return on Investment (ROI) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Selain itu, indikator yang digunakan dalam pengambilan keputusan investor adalah Earning Per Share (EPS). Menurut Xxxxxxxxxx (2010:365) Earning Per Share (EPS) adalah “laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan”. Semakin tinggi nilai EPS berarti semakin tinggi tingkat keuntungan perlembar saham yang dimiliki investor. Nilai EPS yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan memberikan keuntungan bersih setiap lembar saham juga tinggi, hal ini akan
berpengaruh pada return yang akan diterima oleh investor. Karena EPS yang besar menunjukkan laba entitas tersebut juga besar, yang menyebabkan calon pemilik saham tertarik untuk berinvestasi, yang berdampak pada naiknya harga yang akan menaikkan return saham.
Terdapat beberapa penelitian mengenai pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap return saham. Penelitian Erasdio et al (2022) menyatakan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham. Penelitian Merliyana dan Kusuma (2022) menyatakan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap return saham.
Selanjutnya indikator lain yang digunakan investor dalam pengambilan keputusan investasi adalah Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Xxxxxx (2019:158) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah ekuitas yang dijadikan jaminan utang.
DER yaitu menunjukan perbandingan hutang dengan total harta perusahaan. Bila nilai DER kecil menunjukkan bahwa dana pinjaman perusahaan relatif kecil untuk mendanai roda kegiatan perusahaan. DER berbanding terbalik dengan return saham sebab bila DER tinggi maka return saham rendah, akibat adanya beban bunga yang dapat mengurangi nilai laba. Bagi perusahaan, apabila
nilai Debt to Equity Ratio (DER) terlalu tinggi, menunjukkan kondisi perusahaan yang tidak baik. Hal ini karena dengan semakin besar nilai Debt to Equity Ratio (DER), maka laba bersih perusahaan akan semakin berkurang untuk melunasi hutang dan bunganya. Kondisi tersebut menyebabkan investor tidak mau berinvestasi ke perusahaan tersebut, sehingga menyebabkan harga saham menjadi turun, dan nilai Return Saham juga turun.
Terdapat penelitian mengenai pengaruh Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap return saham. Penelitian Xxxxxxxx dan Maidah (2021) menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan. Penelitian Xxxx dan Xxxxxx (2019) menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Penelitian Yusril dan Xxxxxxx (2018) menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh Return on Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham baik secara parsial maupun simultan”