APAKAH ALLAH ITU KEJAM?:
APAKAH ALLAH ITU KEJAM?:
SEBUAH TINJAUAN DOKTRIN DOSA DAN KEADILAN ALLAH UNTUK MENJAWAB TUDUHAN KEKEJAMAN ALLAH DALAM KEJADIAN 19:26
XXXXXX XXXXXXX
PENDAHULUAN
Kejadian 19:26 adalah bagian yang tidak mudah untuk ditafsirkan. Bagian Alkitab ini dapat dijadikan sebagai teks untuk menunjukkan kekejaman Allah di Perjanjian Lama oleh beberapa kelompok yang mengkritik Kekristenan. Xxxxxxx Xxxxxxx0, seorang tokoh ateisme2 yang vokal pernah mengomentari kisah istri Lot demikian:
They then warned Xxx to decamp immediately with his family and his animals, because the city was about to be destroyed. The whole household escaped, with the exception of Xxx’x unfortunate wife, whom the Lord turned into a pillar of salt because she commited the offence—comparatively mild, one might have thought—of looking over her shoulder at the fireworks display.3
1Xxxxxxx Xxxxxxx adalah seorang tokoh ateisme yang aktif menyuarakan kritikannya kepada para teisme, khususnya kekristenan. Xxxxxxx menyuarakan kritikannya baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan.
2Stanley J. Xxxxx, Xxxxx Xxxxxxxx dan Cherith F. Xxxxxxxx, Pocket Dictionary of Theological Terms (Downers Grove: InterVarsity, 1999), 17. Atheism adalah sebuah sistem kepercayaan yang dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada Tuhan. Atheism biasanya menegaskan bahwa satu-satunya bentuk keberadaan adalah alam semesta material dan bahwa alam semesta hanyalah produk kebetulan atau nasib.
3Xxxxxxx Xxxxxxx, The God Delusion (London: Bantam, 2006), 233.
Xxxxxxx mengomentari nasib malang yang menimpa istri Xxx yang sebenarnya hanya karena masalah ringan atau sepele. Kemudian, Xxxxxxx menuduh Allah dalam Perjanjian Lama dengan sebutan misogynistic (benci kepada kaum perempuan).4 Kelompok-kelompok yang mengkritik Allah di dalam Perjanjian Lama mempersalahkan keadilan Allah dalam menghukum istri Xxx yang menjadi tiang garam hanya karena ia menoleh ke belakang.
Peristiwa penghukuman istri Xxx terlihat begitu kejam bagi para pembaca Alkitab di zaman pascamodern5 yang tidak memahami kesalahan atau dosa istri Xxx dalam narasi tersebut, apalagi bagi mereka yang berupaya membenarkan agenda pribadinya seperti Xxxxxxx Xxxxxxx. Kesalahan menginterpretasikan Firman Tuhan akan menghasilkan kesimpulan teologi yang salah, bahkan berdampak pada kesesatan. Xxxxxxx Xxxxxxx III6 mengingatkan setiap pembaca Alkitab untuk membaca setiap teks Perjanjian Lama dengan memperhatikan konteks.7 Pembaca Alkitab perlu menafsirkan sesuai konteks, literary genre, historis-budaya, gramatika, dan menggunakan
4Ibid., 31.
5Grenz, Guretzki, dan Xxxxxxxx, Pocket Dictionary of Theological Terms,
93. Postmodernisme adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk berbagai perkembangan intelektual dan budaya dalam masyarakat Barat akhir abad kedua puluh. Postmodernisme menolak nilai-nilai modern dan ketidakpercayaan terhadap prinsip-prinsip rasional yang konon universal yang dikembangkan di era pencerahan.
6Tremper Xxxxxxx XXX adalah seorang professor Xxxxxxxxan Lama di
Westmont Collage dan seorang pakar Alkitab terkemuka.
7Tremper Longman III, Memahami Perjanjian Lama: Tiga Pertanyaan Penting, terj. Xxxxxxxxx Xxxxxxxx (Malang: Literatur SAAT, 2012), 10. Secara khusus Longman III mengomentari pembacaan kitab Perjanjian Lama. Longman menyadarkan para pembaca Alkitab dewasa ini bahwa setiap pembaca berasal dari bangsa apapun yang hidup di dunia postmodern, dan sedang membaca literature kuno bangsa Yahudi.
pendekatan kanonik8 yang akan menolong penafsir dalam menemukan makna sesungguhnya yang dimaksudkan oleh penulis Alkitab. Penulis akan menafsirkan Kejadian 19:26 dengan mengikuti metode-metode penafsiran yang sesuai konteks, literary genre, historis-budaya, gramatika, dan menggunakan pendekatan kanonik.
Keyakinan bahwa Allah adalah baik dan adil merupakan hal yang penting dalam teologi Kristen. Penulis berharap melalui makalah ini, penulis dapat memberikan sebuah tinjauan doktrin dosa dan keadilan Allah dalam menghukum istri Lot. Penghukuman istri Xxx yang berubah menjadi tiang garam bukan karena Allah benci kepada perempuan (misogynistic). Namun peristiwa itu lebih menunjukkan keadilan dan kekudusan Allah terhadap dosa manusia. Makalah ini ditulis untuk meninjau doktrin dosa dan keadilan Allah dalam kisah penghukuman istri Xxx.
Pertama, penulis akan menjelaskan tentang dosa dan kesalahan istri Xxx dengan menafsirkan Kejadian 19:26. Selanjutnya, penulis akan menjelaskan kekeliruan membedakan antara kekejaman dan keadilan Allah dalam menghukum dosa. Ketiga, penutup yang berupa kesimpulan tentang bagaimana respon penulis dalam menanggapi tuduhan mengenai Allah yang melakukan tindakan kekejaman terhadap istri Xxx.
8Lih. Xxxxxxx Xxxxxxx III, Memahami Perjanjian Lama. Dalam bab pertama bukunya, Xxxxxxx memberikan sembilan prinsip untuk tafsiran yang berhasil adalah sebagai berikut: (1) temukan arti yang dimaksud oleh pengarang,
(2) membaca Alkitab menurut konteksnya, (3) mengidentifikasikan genre dari kitab dan paragrafnya, (4) memperhatikan latar belakang sejarah dan budaya dari Alkitab, (5) memperhatikan tata bahasa dan struktur kitab, (6) menafsir pengalaman berdasar terang Alkitab, bukan menafsir Alkitab berdasar pengalaman, (7) selalu mencari penjelasan menyeluruh dari Alkitab, (8) mendapatkan bagaimana bagian Alkitab mengajar tentang Xxxxx Xxxxxxx, (9) mempunyai hati yang lapang dan toleran dengan tafsiran-tafsiran lain.
DOSA ISTRI LOT DALAM KEJADIAN 19:26
Untuk memahami dosa istri Xxx diperlukan penafsiran eksegetikal-teologis yang sesuai dengan prinsip dan metode hermeneutika yang benar.9 Namun pengaruh pascamodernisme membawa dua hal yang mempengaruhi dunia hermeneutika saat ini: Pertama, natur problematika dari setiap klaim untuk memiliki atau untuk mendengar kata-kata yang sebenarnya (the originary word). Kedua, kesulitan menemukan kebenaran secara “literal” yang telah ada sebelum interpretasi.10 Menurut Xxx Xxxxx11, keragaman budaya dari kondisi pascamodern juga menunjukkan bahwa:
Rather than a single entity (“the audience”) constructing meaning from the representation of reality on the stage, individual spectators generate meaning—the hermeneutic experience in the theater becomes private, individual, and heterogenous.12
Untuk memecahkan permasalahan penafsiran yang absurd dalam dunia pascamodern, penulis setuju dengan Xxxxx X. Vanhoozer yang mengatakan bahwa historical criticism akan membebaskan pembaca dari tradisi interpretatif tirani dan kekerasan penafsiran
9Penafsiran eksegetikal-teologis dengan mengikuti metode-metode penafsiran yang sesuai konteks, literary genre, historis-budaya, gramatika, dan menggunakan pendekatan kanonik.
10Xxxxx X. Xxxxxxxxx, Xxxxx X. X. Xxxxx, dan Xxxxx Xxxxx Xxxxxx, Hermeneutics at the Crossroads (Bloomington: Indiana University Press, 2006), 161.
11Xxx Xxxxx adalah seorang ahli sastra dan asisten Profesor sastra bahasa Inggris dari Redeemer University College. Xxxxx meraih gelar “Doctor of Philosophy” di University of Oxford dengan disertasinya: “The Poetics Subversion and Conservatism”. Lih. Xxxxxxxxx, Xxxxx, dan Xxxxxx, Hermeneutics at the Crossroads. Khususnya pada bab sebelas, halaman 211-224.
12Xxxxxxxxx, Xxxxx, dan Xxxxxx, Hermeneutics at the Crossroads, 212.
(interpretative violence) yang sesat.13 Menurut Xxxxxxxxx, tidak ada seorang pun yang membaca dan menafsirkan Alkitab dalam kekosongan (vacuum). Setiap bacaan adalah bacaan kontekstual.14 Masalah dalam penafsiran bukanlah pembacaan tanpa melibatkan skema (schemes) atau kerangka kerja deskriptif (kita tidak bisa tidak melibatkan descriptive frameworks), tetapi apakah kerangka kerja tersebut harus mendistorsi kenyataan yang dicari untuk digambarkan.15 Xxxxxx Xxxxxxxxxxx00 juga mengatakan bahwa interpretasi teologis Perjanjian Lama harus dilakukan secara serius, yaitu dengan melibatkan kritik (criticism). Untuk memahami teologi Perjanjian Lama, kita tidak boleh mengambil jalan aman dengan menjadi “fideism”17 karena takut dengan hasil penyelidikan yang kritis.18 Oleh karena itu, penulis akan menafsirkan kisah istri Xxx secara kritis dan sesuai dengan prinsip-prinsip hermeneutika yang benar19 dan dalam pendekatan kanonik.20
13Xxxxx X. Xxxxxxxxx, Is There a Meaning in Text?: the Bible, the Reader, and the Morality of Literary Knowledge (Grand Rapids: Zondervan, 1998), 162.
14Ibid., 382.
15Ibid., 321.
16Walter Xxxxxxxxxxx adalah seorang profesor Xxxxxxxxxx Xxxx. Xxxxxxxxxxx dulunya adalah profesor Xxxxxxxxan Lama di Eden, dan kemudian menjadi profesor Xxxxxxxxan Lama pada 1986 di Seminari Teologi Columbia; dari sini ia pensiun pada awal tahun 2000-an.
17C. Xxxxxxx Xxxxx, Pocket Dictionary of Apologetics & Philosophy of Religion (Downers Grove: InterVarsity, 2002), 45. Fideism yang dimaksudkan adalah pandangan bahwa iman lebih diutamakan daripada alasan. Kata ini sering digunakan sebagai istilah pelecehan untuk menunjukkan pandangan yang dianggap oleh seorang kritikus sebagai bentuk irasionalisme.
18Walter Xxxxxxxxxxx, Theology of the Old Testament: Testimony, Dispute, Advocacy (Minneapolis: Fortress, 1997), 726.
19Penafsiran yang kritis dan sesuai dengan prinsip-prinsip hermeneutika yang benar menurut penulis adalah penafsiran sesuai konteks historis-budaya, literary genre, dan gramatika.
20Vanhoozer, Is There a Meaning in Text, 380. Menurut Xxxxx X. Vanhoozer, kanon Alkitab berfungsi sebagai sebuah kritik ideologis atas kerangka
Pertama-tama, judul dari Kejadian 19 adalah “Sodom dan Gomora dimusnahkan, Lot diselamatkan.” Penulis akan berfokus pada kisah istri Xxx21 yang menjadi tiang garam karena menoleh ke belakang. Kisah ini bermula dari kedatangan dua malaikat ke dalam rumah Lot (Kej. 19:3). Melalui kedatangannya, kedua malaikat itu berupaya untuk menyelamatkan Xxx beserta seluruh keluarganya dari pemusnahan kota Sodom dan Gomora (Kej. 19:12-13). Kota Sodom dan Gomora dimusnahkan karena banyaknya keluh kesah (the outcry; zeaqah22) orang tentang kota tersebut, dan sangat berat dosanya (Kej. 18:20; 19:13). Selain itu, kota Sodom dan Xxxxxx juga dibinasakan oleh Allah dengan api untuk dijadikan sebagai suatu peringatan bagi orang fasik yang hidup di masa-masa kemudian (2 Pet. 2:6).
Keberdosaan orang-orang Sodom dan Xxxxxx terbukti ketika kedua malaikat itu berkunjung untuk melihat apakah ada sepuluh orang benar di kota tersebut.23 Perilaku para pria di kota Sodom dan Xxxxxx yang dikisahkan dalam Kejadian 19:4-11 menunjukkan moralitas yang bobrok dan rusak. Permintaan paksa para pria kota Sodom dan Xxxxxx menggambarkan sesuatu yang tidak beres (Kej. 19:5, 9). Narator kitab Kejadian mencatat dalam Kejadian 19:5b: “bawalah mereka keluar kepada kami (orang-orang Sodom), supaya
penafsiran yang asing. Kanon yang dimaksudkan adalah kanon Alkitab dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru.
21Narator kitab Kejadian tidak memberitahukan siapa nama dari istri Xxx. 22R. Xxxxx Xxxxxx, Xxxxxxx L. Xxxxxx dan Xxxxx X. Xxxxxx, Theological Wordbook of the Old Testament, vol. ke-1 (Chicago: Moody, 1980) 248. Zeaqah (noun) digunakan delapan belas kali, dan enam belas di antaranya berhubungan erat dengan Qal Stemnya dalam bahasa Ibrani. Arti kata Zeaqah adalah teriakan minta tolong dengan berkeluh kesah. The outcry against Sodom that had come to God’s
notice (Kej. 18:20).
23Xxxx X. Xxxxxx dan Xxxxxx X. Xxxxxxxx, Genesis-Deuteronomy, The IVP Bible Background Commentary (Downers Grove: InterVarsity, 1997), 51.
kami pakai24 mereka (malaikat).” Kata “pakai (yadha)”25 dalam konteks cerita ini menunjukkan penyimpangan seksual para pria kota Sodom dan Gomora, yaitu homoseksualitas. Orang-orang Sodom dan Xxxxxx memiliki keinginan untuk bersetubuh dengan kedua malaikat dari Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan mengutus dua orang malaikat untuk menyatakan dua tujuan: Pertama, untuk menghancurkan kota Sodom dan Gomora. Kedua, untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya.26
Kejadian 19:15 menceritakan kedua malaikat Tuhan yang mendesak Lot untuk pergi meninggalkan kota Sodom agar ia dan keluarganya terhindar dari penghukuman Tuhan. Kedua malaikat itu dipakai oleh Tuhan untuk menyelamatkan Xxx berserta keluarganya dengan memberitahukan instruksi dan peringatan akan apa yang akan terjadi.
Dalam peristiwa ini, Lot memiliki persamaan dengan Xxx, yaitu kedua tokoh yang sama-sama diselamatkan Tuhan dari bencana. Menurut Xxxxxx Xxxxxx, “Xxxx’x sacrifice makes atonement for the world; here Xxxxxxx’x prayer leads to the salvation of Lot.”27 Narator kitab Kejadian secara eksplisit mengingatkan pembacanya bahwa
24Xxxxxx X. Lukito, Rupa-Rupa Angin Pengajaran: Pergumulan 30 Tahun Membaca Arah Angin Teologi Kekinian. (Malang: Literatur SAAT, 2017), 276. Dalam bahasa Ibrani, kata “pakai” atau “bercampur” yang dalam bahasa aslinya yadha itu memang dapat diterjemahkan sebagai mengenal, mengetahui, atau berkenalan, tetapi dalam beberapa konteks dan khususnya konteks ayat ini sudah tepat diterjemahkan sebagai “bersetubuh”.
25William D. Xxxxxx, dalam Xxxxxx’x Complete Expository Dictionary of Old & New Testament Words (Grand Rapids: Zondervan, 2006), 382. Pengertian Yadha termasuk “a sense of relationship is evident, for the verb expresses sexual intimacy within the marriage covenant.”
26Xxxx X. Xxxxxxxxx, The Pentateuch as Narrative: A Biblical-Theological Commentary (Grand Rapids: Zondervan, 1992), 171.
27Gordon J. Wehnham, Genesis 16-50, World Biblical Commentary (Dallas: Word Books, 1994), 2:60.
penyelamatan Lot berhubungan dengan jawaban Allah terhadap doa Xxxxxxx (Kej. 19:29).28 Jadi, penekanan dalam kisah penyelamatan Lot bukanlah tentang kebenaran Lot, tetapi kepada belas kasihan Tuhan Allah (Kej. 19:16).29 Dalam bagian ini, tuduhan bahwa Allah itu kejam dan tidak memiliki belas kasihan adalah tuduhan yang prematur dari sekelompok orang yang mengkritik Allah dalam Perjanjian Lama.
Xxxx Xxxxxxxxx menjelaskan dua hal yang terjadi sebelum permulaan deskripsi penghukuman Sodom dan Xxxxxx. Pertama, “matahari telah terbit menyinari bumi” (Kej. 19:23a), dan kedua, “Lot telah pergi ke Zoar” (Kej. 19:23b).30 Pernyataan tentang matahari menghubungkan bagian ini bersama dengan penyelamatan Lot di pagi hari (Kej. 19:15). Gambaran Alkitab tentang “matahari telah terbit” adalah gambaran keselamatan ilahi bagi yang dibenarkan dan penghakiman ilahi kepada orang fasik.31 Penghakiman kota Sodom dan Xxxxxx tidak dimulai sampai Lot dan keluarganya tiba di Zoar (Kej. 19:23-24). Xxxx Xxxxxx juga memberikan dua hasil obervasinya:
(1) Lot berserta keluarganya, dan kedua malaikat meninggalkan kota ketika fajar (Kej. 19:15), dan pemusnahan dimulai ketika matahari telah terbit menyinari bumi “…the sun is high in the sky…” (Kej. 19:23). Ini berarti bahwa mereka tidak dapat bepergian lebih dari 10 mil,32 (2) Malaikat berkata kepada Lot bahwa “sebab aku tidak dapat berbuat apa-apa, sebelum engkau sampai ke sana (Zoar).” Oleh karena
28Sailhamer, The Pentateuch as Narrative: A Biblical-Theological Commentary, 172.
29Ibid.
30Ibid., 173.
31Ibid.
32Xxxx X. Xxxxxx, Genesis, The NIV Application Commentary (Grand Rapids: Zondervan, 2001), 479.
itu, ketika istri Xxx menoleh ke belakang, kehancuran kota Sodom dan Xxxxxx belum dimulai.33
Dalam narasi penyelamatan Lot beserta keluarganya, malaikat berkata demikian: “…larilah, selamatkanlah nyawamu: janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga di lembah Yordan. Larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap (Kej. 19:17)”. Menurut Xxxx Xxxxxx, instruksi untuk “tidak menoleh ke belakang” memiliki nilai idiomatik yang melampaui arti dari sekadar melihat atau menoleh.34 Hal ini dikarenakan perintah “…janganlah menoleh ke belakang…” ditempatkan di antara dua perintah lainnya yaitu, “larilah, selamatkanlah nyawamu”, dan “janganlah berhenti di mana pun juga di lembah Yordan.” Jika larangan itu tidak berkaitan dengan melihat kehancuran (and therefore “looking” is not the issue), maka Xxxxxx menyimpulkan ketiga perintah tersebut membentuk urutan sebagai berikut: (1) keluar dari sini, (2) jangan kembali, dan (3) jangan berhenti sebelum mencapai tujuan.35 Xxxxxxxxx juga mengatakan bahwa peringatan ganda dari malaikat kepada Lot dan keluarganya untuk “jangan melihat dan jangan menoleh” dapat memberikan petunjuk negatif tentang sifat dan kelakuan buruk dari istri Lot.36 Instruksi dari malaikat tidak hanya tentang apa yang harus Lot dan keluarganya lakukan (Kej. 19:17 “larilah, selamatkanlah nyawamu, janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga…”), namun juga tentang konsekuensi kematian (Kej. 19:17 “…supaya engkau jangan mati lenyap”) yang akan terjadi apabila Xxx dan keluarganya tidak menaati
33Ibid., 478-479.
34Ibid.
35Ibid.
36Sailhamer, The Pentateuch as Narrative: A Biblical-Theological Commentary, 173.
instruksi tersebut. Jadi penulis menyimpulkan bahwa instruksi dari malaikat diberitakan dengan keras, jelas, dan serius supaya Xxx dan keluarganya sungguh-sungguh menaatinya.
Berdasarkan analisis kata, penggunaan kata “menoleh” (nabat) (Kej. 19:26) dalam bahasa Ibrani dapat diartikan sebagai pandangan fisik (physical sight), aktivitas mental (mental activities), atau cara Allah dan manusia berhubungan.37 Dalam bahasa Ibrani, kata “menoleh” (nabat) berbeda dengan kata “memandang” (shaqaph) yang digunakan dalam Kejadian 19:28 ketika Xxxxxxx memandang ke arah Sodom dan Gomora. Nabat biasanya memiliki aspek arah: “someone directs his or her physical sight or mental attention toward something else for a specific reason.”38 Kata nabat juga muncul ketika Xxxxxxx “menatap” (look up) ke langit untuk melihat jumlah bintang yang mewakili jumlah keturunannya yang dixxxxxxxx (Kej. 15:5). Kemudian, kata nabat juga digunakan ketika orang-orang Israel yang berdosa memandang (nabat) kepala ular tembaga untuk disembuhkan (Bil. 21:9).
Penggunaan kata “menoleh” (nabat) berbeda dengan kata “memandang” (shaqaph).39 Kata shaqaph digunakan dalam Kejadian 19:28, yaitu pada waktu Xxxxxxx memandang ke arah Sodom dan Gomora. Namun Xxxxxxx tidak dihukum menjadi tiang garam karena memandang ke arah kota Sodom dan Gomora. Kata shaqaph sering
37Mounce, Xxxxxx’x Complete Expository Dictionary of Old & New Testament Words. 417.
38Ibid.
39R. Xxxxx Xxxxxx, Xxxxxxx L. Xxxxxx dan Xxxxx X. Xxxxxx, dalam Theological Wordbook of the Old Testament, vol. ke-2 (Chicago: Moody Press, 1980), 954.
digunakan untuk menunjukkan pandangan bermusuhan, dan ketika Tuhan dari Surga memandang manusia di Bumi (Mzm. 14:2; 53:2).40 Oleh karena itu, istri Xxx tidak hanya sekadar menoleh (nabat) ke belakang. Penulis setuju dengan Xxxxxxxxx yang menyimpulkan bahwa istri Xxx menunggu untuk melihat di lembah dan tersapu juga bersama orang-orang Sodom dalam penghukuman.41
Dosa istri Xxx adalah melanggar instruksi untuk jangan menoleh ke belakang (Kej. 19:17). Ketidaktaatan terhadap instruksi yang diberikan oleh Tuhan mengakibatkan istri Lot menerima penghukuman dari Tuhan.42 Xxxxxx Xxxxxx mengomentari ketidaktaatan istri Lot demikian: “dengan menoleh ke belakang, istri Xxx mengidentifikasikan dirinya dengan kota terkutuk itu.”43 Selanjutnya, menurut Xxxxxxx Xxxxxxx kemungkinan besar istri Xxx adalah orang Sodom. Alkitab tidak menjelasan tentang asal usul istri Xxx secara eksplisit, namun dapat diasumsikan istri Xxx termasuk salah seorang perempuan-perempuan yang diselamatkan oleh Xxxxx (Kej. 14:16).44 Walaupun narator tidak memberitahukan nama istri Xxx, namun kisah istri Xxx menjadi tiang garam menjadi sebuah peringatan bagi para pembaca Alkitab. Kisah penghukuman istri Xxx sering diilustrasikan oleh beberapa benda yang bertabur garam yang sangat
40Xxxxxx et al., Theological Wordbook of the Old Testament, 954. Kata “memandang (shaqaph)” digunakan juga dalam Keluaran 14:24, ketika Tuhan memandang rendah tentara Mesir dari tiang api dan awan kemuliaan.
41Sailhamer, The Pentateuch as Narrative, 173.
42Ibid. Xxxx Xxxxxxxxx mengatakan: “Lot’s wife became a “pillar of salt” because she looked back (Kej. 19:26).”
43Wehnham, Genesis 16-50, 59.
44Xxxxxxx X. Xxxxxxx, Genesis 11:27-50:26, The New American Commentary (Nashville: B&H Publishers, 2005), 1b:242. Kejadian 14:1-16 mengisahkan tentang Xxxxxxx mengalahkan raja-raja di Xxxxx dan menolong Lot. Setelah itu, “dibawanyalah kembali segala harta benda itu; juga Lot, anak saudaranya itu, serta harta bendanya dibawanya kembali, demikian juga perempuan-perempuan dan orang-orangnya (Kej. 14:16).”
mirip manusia, dan telah menjadi landmarks di wilayah Laut Mati (dicatat dalam kitab Apokrifa Kebijaksanaan Salomo 10:4).45 Dalam Lukas 17:28-32, Tuhan Xxxxx membandingkan hari penghakiman Sodom dengan datangnya kerajaan Allah.46 Tuhan Xxxxx juga mengingatkan pendengarnya tentang istri Xxx (Luk. 17:32). Menurut kepercayaan Yudaisme, istri Xxx dipandang sebagai ilustrasi orang yang tidak percaya. Istri Lot adalah “negative illustration to remember is a call to pay heed to that lesson.”47
Masalah utama kesalahan istri Xxx bukan karena ia tidak mengetahui tentang penghukuman kota Sodom dan Xxxxxx, tetapi karena dosanya ketika ia tidak mau menaati perintah Tuhan melalui para malaikat (Kej. 19:17). Namun dosa tidak hanya berbicara tentang melanggar hukum, tetapi juga melanggar perjanjian dengan Sang Penebus.48 Allah membenci dosa bukan hanya karena itu melanggar hukum-Nya, tetapi lebih substantif karena itu melanggar shalom49, merusak kedamaian, dan mengganggu sesuatu yang seharusnya terjadi. Allah adalah untuk shalom, sebab itu Allah melawan dosa. Xxxxxxxxx Xxxxxxxxx mengatakan bahwa kejahatan sebagai perusakan shalom, dan dosa adalah penghancuran shalom.50 Oleh karena itu, penghukuman istri Xxx tidak menunjukkan Allah yang kejam, sebaliknya menunjukkan pelanggaran perjanjian dengan Allah, dan keadilan Allah yang benar dalam menghukum dosa manusia.
45Walton, Xxxxxxxx, dan Chalavas, Genesis-Deuteronomy, 51.
46Walton, Genesis, 480.
47Xxxxxxx X. Xxxx, Xxxx 19:51-24:53, Xxxxx Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids: Baker Academic, 1996), 1435.
48Xxxxxxxxx Xxxxxxxxx, Not the Way It’s Supposed to Be: A Breviary of Sin
(Grand Rapids: Xxxxxxx X. Eerdmans, 1995), 12.
49Ibid., 10. Shalom yang dimaksudkan oleh Xxxxxxxxx Xxxxxxxxx adalah jalinan (the webbing) kebersamaan Allah, manusia, dan semua ciptaan dalam keadilan, penggenapan, dan kegembiraan.
50Ibid, 14.
KEKELIRUAN MEMBEDAKAN KEADILAN DAN KEKEJAMAN ALLAH
Kekeliruan membedakan keadilan dan kekejaman Allah telah dimulai sejak abad kedua. Xxxxxxx adalah tokoh yang bertentangan dengan Kekristenan ortodoks (orthodox Christianity) pada abad kedua.51 Marcion terkenal dengan upayanya untuk memisahkan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.52 Marcion membedakan antara Allah Pencipta dan Tuhan sebagai Penebus. Kesesatan Xxxxxxx nyata dalam pengajarannya bahwa Perjanjian Lama adalah wahyu dari Pencipta, Allah orang Yahudi yang melakukan kejahatan, dan kontradiktif dengan diri-Nya sendiri (self-contradictory).53 Marcion menolak sepenuhnya Perjanjian Lama karena menurutnya Perjanjian Xxxx menggambarkan Allah yang sama sekali berbeda dengan Tuhan dalam kekristenan.54 Kesalahan lain dari Marcion adalah ia hanya menerima Injil Lukas dan sepuluh surat Xxxxxx (tidak termasuk surat pastoralnya).55 Fakta keadilan Allah di dalam sejarah tidak selamanya diresponi dengan baik oleh beberapa kelompok kekristenan atau kelompok di luar Kristen, hal ini terlihat dari abad kedua sampai ke zaman pascamodern.
Keadilan merupakan salah satu dari atribut Allah dalam teologi Kristen. Keadilan merupakan hal yang baik, dan kontras dengan
51Walter A. Xxxxxx, dalam Evangelical Dictionary of Theology (Grand Rapids: Baker Academic, 1984), 685.
52Xxxxxxxxxxx, Theology of the Old Testament, 730. Xxxxxx Xxxxxxxxxxx mengatakan bahwa karena Gereja menolak pandangan Xxxxxxx pada abad kedua, Teologi Kristen tidak mungkin untuk membubarkan atau mengakhiri (to dissolve) Perjanjian Lama ke dalam Perjanjian Baru.
53Xxxxxx, Xxxxxxxxxxx Dictionary of Theology, 685.
54Xxxxx X. Xxxxx, et al., A Theological Introduction to The Old Testament
(Nashvile: Abingdon, 2005), 12.
55Ibid.
kekejaman yang adalah jahat. Menurut Xxxx Xxxxxxxx, ada banyak bagian dalam Alkitab yang berbicara tentang kebenaran (righteousness) dan keadilan (justice) Allah.56 Dalam Perjanjian Lama, kata dasar dari kebenaran dan keadilan dikelompokkan dalam satu kelompok kata yang sama. Kata kerja dari “untuk menjadi benar” (sadaq) terdapat dalam variasi kelompok kata lainnya, seperti sedeq (“rightness,” “justice,” “righteousness” – masculine noun) dan sedaqah (“rightness,” “justice,” “righteousness” – feminine noun).57 Dasar kata dari keadilan dan kebenaran berbicara tentang kesesuaian dengan etika atau moral.58 Dalam Perjanjian Lama, standar etika dan moral itu adalah karakter dan sifat Allah sendiri.59 Oleh karena itu, Allah disebut adil dan benar dalam diri-Nya sendiri, dan dalam pengertian forensik, penilaian, dan hubungannya dengan umat manusia adalah adil.60 Xxxxxx Xxxxxxxxxxx juga mengatakan bahwa bangsa Israel memahami konsep keadilan yang berakar pada karakter Tuhan sendiri (Yahweh).61 Jadi Allah dalam Perjanjian Lama telah menyatakan diri-Nya sebagai Pribadi yang adil dan benar.
Kekejaman (violence) adalah penggunaan kekuatan fisik untuk melukai, menyalahgunakan, merusak, atau menghancurkan.62 Kekejaman juga dapat diartikan sebagai konsep kekerasan yang
56Xxxx X. Xxxxxxxx, Xx One Like Him: The Doctrine of God (Wheaton: Crossway Books, 2001), 345.
57Ibid. 58Ibid. 59Ibid. 60Ibid.
61Xxxxxxxxxxx, Theology of the Old Testament, 739. Orang Israel mencatat tentang keadilan Allah dalam bentuk narasi dan nyanyian pujiannya untuk merayakan keadilan-Nya. Tuhan dikatakan sebagai pecinta keadilan (Mzm. 99:4; Yes. 61:8).
00Xxxxxxx-Xxxxxxx.xxx, s.v. “violence,” diakses 26 Februari 2019, xxxxx://xxx.xxxxxxx-xxxxxxx.xxx/xxxxxxxxxx/xxxxxxxx.
digunakan untuk mengkarakterisasi tindakan atau praktik yang tidak disetujui secara moral.63 Kekejaman merupakan hal yang tidak benar, dan kekejaman tidak mungkin dilakukan oleh Allah yang adalah benar dan baik. Meskipun demikian, masih banyak kelompok yang tetap menuduh Allah itu kejam dan tidak baik. Xxxx Xxxxxx00 dalam bukunya “Why I became an Atheist”, mengkritik bahwa Allah itu tidak baik dan kebaikan Allah itu tidak ada artinya.65 Menurut Xxxxxx, jika kita berpikir bahwa perintah-perintah Allah itu baik hanya karena Allah yang memerintahkannya, maka perintahnya sebenarnya hanya sekadar perintah saja. Allah tidak memerintahkan manusia untuk melakukan hal-hal baik, Allah hanya memerintahkan manusia untuk melakukan apa yang Dia inginkan manusia lakukan.66 Akan tetapi, Xxxxxx telah keliru dengan mengatakan bahwa indikator perintah-perintah Allah itu baik hanya karena Allah yang memerintahkan-Nya. Indikator kebaikan perintah dan ketetapan Allah bukan terletak karena hal itu diperintahkan oleh Allah67, namun karena setiap perintah dan ketetapan Allah berakar dari atribut-atribut-Nya sendiri.68 Contohnya,
63Xxxxxx Xxxx, dalam The Cambridge Dictionary of Xxxxxxxxxx, xx. ke-2 (New York: Cambridge University Press, 1999), 959.
64Xxxx X. Xxxxxx adalah seorang mantan pendeta yang memperoleh gelar sarjana dari Great Lakes Xxxxxxxxx Xxxxxxx pada tahun 1977, gelar Master of Arts dan Master of Divinity dari Xxxxxxx Xxxxxxxxx Xxxxxxxxxx pada tahun 1982, dan gelar Master of Theology dari Trinity Divinity School pada tahun 1985. Pada akhir 1990- an, Xxxxxx mengalami krisis iman dan menolak agama Kristen.
65Xxxx X. Xxxxxx, Why I Became an Atheist: A Former Preacher Rejects Christianity (New York: Prometheus Books, 2012), 104.
66Ibid.
67Tentu akan sulit bagi kelompok-kelompok yang tidak mempercayai bahwa Allah memiliki atribut-atribut yang baik dan benar untuk percaya bahwa perintah Allah adalah baik dan benar. Oleh karena itu, penulis melakukan pendekatan dengan menggunakan standar atribut-atribut Allah menjadi faktor terpenting yang menentukan bahwa ketetapan dan perintah dari Allah adalah baik dan benar.
68R. C. Sproul, The Holiness of God (Wheaton: Xxxxxxx Xxxxx, 1986), 142.
ketika Alkitab berbicara tentang keadilan Allah, keadilan-Nya itu selalu berhubungan dengan kebenaran ilahi-Nya. Tidak ada ruang bagi keadilan Allah yang tidak berdasarkan kebenaran-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang jahat dalam keadilan Allah. Keadilan Allah itu selalu merupakan ekspresi dari karakter-Nya yang kudus.69
Penulis menyadari bahwa seringkali penghukuman dosa manusia oleh Allah telah keliru ditafsirkan sebagai sebuah kekejaman. Walaupun demikian, kata “keadilan” di dalam Alkitab mengacu kepada aturan atau norma. Allah bertindak sesuai aturan. Norma dan keadilan tertinggi adalah karakter suci Allah sendiri.00 Xxxxxxx X. X. Sproul, kebenaran Allah ada dua macam, yaitu kebenaran internal Allah dan kebenaran eksternal-Nya.71 Keputusan dan tindakan yang Allah lakukan selalu konsisten dengan siapa Allah itu. Allah selalu bertindak sesuai dengan karakter-Nya yang suci.72 Namun Xxxxxx juga mengakui bahwa siapa pun yang membaca Perjanjian Lama akan bergumul dengan kebrutalan penghakiman Allah. Beberapa orang tersandung dengan ayat-ayat yang mengandung unsur kekerasan yang disebut oleh Sproul sebagai “perkataan-perkataan sulit”. Beberapa orang akan melihat perkataan ini sebagai alasan yang cukup untuk menolak kekristenan. Kelompok-kelompok yang tersandung dengan bagian-bagian Alkitab tentang penghukuman Allah terkadang menghina Allah Perjanjian Lama.73
Konsep Allah sebagai Hakim yang benar dinyatakan dalam kitab Kejadian (Kej. 18:25). Bangsa Israel berasumsi bahwa penghakiman Allah selalu sesuai dengan kebenaran. Allah tidak
69Sproul, The Holiness of God, 142.
70Ibid.
71Ibid.
72Ibid.
73Ibid., 129.
pernah tidak adil atau tirani.74 Allah tidak mungkin untuk tidak adil karena keadilan-Nya adalah kudus.75 Oleh karena itu, hukum Allah tidak dilakukan sewenang-wenang, tetapi didasarkan pada sifat-Nya sendiri.76 Tidak ada prinsip yang menjadi dasar hukuman selain keadilan Allah.77 Allah tidak menghukum manusia karena alasan dendam atau iseng. Dalam pribadi Allah terdapat konsistensi dan kelurusan tentang diri-Nya. Seringkali ketidakbenaran manusia digambarkan dengan ketidaklurusan. Allah berbeda dengan manusia, menurut X. X. Xxxxxx, Allah itu lurus (straight). Kelurusan Allah (His straightness) dapat terlihat dalam perilaku lahiriah-Nya (His outward behavior), dan kebenaran luar-Nya (His external righteousness). Dalam kekekalan, Tuhan tidak pernah melakukan hal yang bengkok.78 Penghukuman Allah bukanlah sebuah kekejaman karena Allah
tidak menghakimi berdasarkan perasaan dendam, tindakan sentimen, atau karena misogynistic. Allah menghakimi manusia karena dosa. Fakta bahwa Allah menghukum dosa atau kejahatan manusia adalah dasar dari semua keadilan hukuman manusia.79 Oleh karena itu, penghukuman bukanlah masalah kelayakan, tetapi terletak pada gagasan-gagasan baik dan jahat yang tidak dapat diganggu gugat, dan berakar pada kehendak suci Allah.80 Hukuman atas dosa mengalir dari dosa itu sendiri. Menurut Xxxxxx Xxxxxxx, dosa pada dasarnya menghasilkan pemisahan dari Allah dan dengan demikian membawa
74Sproul, The Holiness of God, 129.
75Ibid., 135.
76Xxxx X. Frame, Systematic Theology: An Introduction to Christian Belief (Philipsburg: P&R, 2013), 259.
77Xxxxxx Xxxxxxx, Reformed Dogmatics, vol. 3, Sin and Salvation in Xxxxxx, xx. Xxxx Xxxx, terj. Xxxx Xxxxxx (Grand Rapids: Baker Academic, 2006), 163.
78Sproul, The Holiness of God, 143. 79Bavinck, Reformed Dogmatics, 163. 80Ibid.
kegelapan, ketidaktahuan, kesalahan, penipuan, ketakutan, rasa gelisah, rasa bersalah, penyesalan, kesengsaraan, dan perbudakan.81
Allah memiliki atribut kesatuan yang membuat setiap keputusan dan kehendak-Nya konsisten dalam keseluruhan atribut- atributNya. Kesatuan Allah82 mengakibatkan seluruh atribut-Nya terlibat dalam penghakiman Allah. Ketika Alkitab berbicara tentang atribut-atribut Allah, hal itu tidak pernah memilih satu atribut Allah sebagai yang lebih penting daripada yang lainnya. Setiap atribut sepenuhnya benar tentang Allah dan berlaku untuk semua karakter Allah (every attribute is completely true of God and is true of all of God’s character).83 Xxxxx Xxxxxx mengatakan bahwa: “Kita tidak boleh menganggap Allah semacam kumpulan berbagai atribut yang ditambahkan bersama-sama.”84 Allah sendiri adalah satu kesatuan dan sepenuhnya terintegrasi dalam kesempurnaan.85 Oleh karena itu, Allah tidak boleh dipikirkan sebagai Allah yang pengasih pada satu titik dalam sejarah dan Allah yang adil atau murka pada titik lain dalam sejarah. Semua yang dilakukan oleh Allah sepenuhnya konsisten dengan semua atribut-Nya.86 Jadi, penting sekali membedakan antara kekejaman dan keadilan Allah.
81Bavinck, Reformed Dogmatics, 169.
82Xxxxx Xxxxxx, Systematic Theology: An Introduction to Biblical Doctrine (Grand Rapids: Zondervan, 2000), 177. Xxxxx Xxxxxx mengelompokkan atribut kesatuan Allah dalam kategori atribut Allah yang tidak dapat dibagikan atau dikomunikasikan kepada yang lain (incommunicable attributes). Menurut Xxxxxx, kesatuan Allah dapat didefenisikan sebagai berikut: “Allah tidak dibagi-bagi menjadi beberapa bagian, namun sifat-sifat-Nya ditekankan pada waktu yang berbeda.”
83Ibid., 178.
84Ibid. Xxxxx Xxxxxx memberikan contoh dalam 1 Yohanes 1:5 mengatakan “Allah adalah terang”, dan kemudian dikatakan juga bahwa “Allah adalah kasih” (1 Yoh. 4:8). Tidak disarankan (there is no suggestion) bahwa sebagian dari Tuhan itu adalah terang, dan sebagian dari Tuhan itu adalah kasih. Kita tidak boleh berpikir bahwa Tuhan lebih terang daripada kasih, atau lebih kasih daripada terang.
85Ibid., 180.
86Grudem, Systematic Theology, 180.
PENUTUP
Dalam bagian penutup ini penulis akan menyimpulkan beberapa hal penting yang berkaitan dengan tuduhan Allah telah melakukan hal yang kejam kepada istri Xxx. Pertama, istri Xxx telah berdosa dengan menoleh ke belakang. Dosa istri Xxx memiliki konsekuensi yang fatal, yaitu menjadi tiang garam (istri Xxx turut berbagian mendapatkan murka Allah melalui hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora). Pelanggaran yang dilakukan oleh istri Xxx terlihat melalui ketidaktaatannya kepada instruksi dari kedua malaikat yang memberitahukan tentang larangan menoleh ke belakang (Kej. 19:17). Sebelum penghukuman kota Sodom dan Gomora, sebenarnya Allah telah menunjukkan belas kasihan dan rahmat-Nya kepada keluarga Xxx. Allah mengutus kedua malaikat untuk datang ke rumah Lot dengan tujuan untuk memberitahukan berita penghakiman (Kej. 19:12) dan berita penyelamatan (Kej. 19:14). Lot diselamatkan oleh Allah, dan Xxx percaya kepada instruksi yang dibawa oleh kedua malaikat Allah tersebut.
Kedua, Allah tidak kejam (violence) seperti yang dituduhkan kepada pribadi-Nya. Allah tidak pernah menghukum manusia dengan alasan dendam, tindakan sentimen, atau karena misogynistic seperti yang dituduhkan Xxxxxxx Xxxxxxx. Penghukuman dan penghakiman Allah berdasarkan kebenaran, keadilan, kekudusan, dan keseluruhan atribut-atribut-Nya. Kekudusan dan keadilan Allah tidak dapat menoleransi dosa, oleh karena itu istri Xxx mendapatkan hukuman yang setimpal dengan pelanggaran-Nya. Penulis sependapat dengan
X. X. Xxxxxx yang mengatakan bahwa keputusan dan tindakan yang Allah lakukan selalu konsisten dengan siapa Allah itu.87
87Sproul, The Holiness of God, 142.
Ketiga, sulit bagi penulis untuk membayangkan Allah melakukan sesuatu yang tidak baik seperti kekejaman. Namun sangat mudah bagi penulis untuk membayangkan Allah melakukan yang baik seperti keadilan. Tuduhan bahwa Allah telah melakukan hal yang kejam, misogynistic, ketidakadilan dan sebagainya tidak mungkin berasal dari Alkitab. Bagaimana mungkin Alkitab yang diwahyukan dari Allah (2 Tim. 3:16) mendeskripsikan karakter Allah yang kejam dan tidak adil? Konsekuensi dari tuduhan kekejaman dan ketidakadilan Allah akan berkontradiksi dengan pemahaman teologi Kristen tentang atribut-atribut Allah yang baik, suci, benar, adil, dan kesatuan-Nya.
Penulis berharap semua teologi dan ajaran tentang Allah dan karya-Nya dalam zaman pascamodern ini dibangun berdasarkan Alkitab. Oleh karena itu, penulis mengajak setiap kelompok yang mengkritik Allah dapat melakukan kekejaman untuk dapat mengganti kacamata penafsiran yang salah dan menafsirkan Alkitab sesuai dengan prinsip serta metode hermeneutika yang benar dan tepat. Penambahan makna ke dalam bagian-bagian Alkitab akan sangat mempengaruhi seseorang dalam menafsirkan Alkitab. Kesalahan dalam menafsirkan Alkitab memiliki implikasi pada pandangan teologi seseorang yang salah. Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat menjadi berkat bagi setiap komunitas penafsir Alkitab yang sungguh-sungguh ingin mengenal Allah berdasarkan Alkitab.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Xxxx, Xxxxxx. Dalam The Cambridge Dictionary of Philosophy. Ed. ke-2. New York: Cambridge University Press, 1999.
Xxxxxxx, Xxxxxx. Reformed Dogmatics, Vol 3, Sin and Salvation in Christ. Diedit oleh Xxxx Xxxx. Diterjemahkan oleh Xxxx Xxxxxx. Grand Rapids: Baker Academic, 2006.
Xxxxx, Xxxxx X, Xxxxxx Xxxxxxxxxxx, Xxxxxxx E. Xxxxxxxx, dan Xxxxx X, Xxxxxxxx. A Theological Introduction to The Old Testament. Ed. ke-2. Nashvile: Abingdon, 2005.
Xxxx, Xxxxxxx X. Luke 19:51-24:53. Xxxxx Exegetical Commentary on the New Testament. Grand Rapids: Baker Academic, 1996.
Xxxxxxxxxxx, Xxxxxx. Theology of the Old Testament: Testimony, Dispute, Advocacy. Minneapolis: Fortress, 1997.
Xxxxxxx, Xxxxxxx. The God Delusion. London: Bantam, 2006.
Xxxxxx, Xxxxxx X. Evangelical Dictionary of Theology. Grand Rapids: Baker Academic, 1984.
Xxxxx, X. Xxxxxxx. Pocket Dictionary of Apologetics & Philosophy of Religion. Downers Grove: InterVarsity, 2002.
Xxxxxxxx, Xxxx X. No one like Him: The doctrine of God. Wheaton: Crossway Books, 2001.
Xxxxx, Xxxx X. Systematic Theology: An Introduction to Christian Belief. Philipsburg: P&R, 2013.
Xxxxx, Xxxxxxx X, Xxxxx Xxxxxxxx dan Cherith F. Xxxxxxxx. Pocket Dictionary of Theological Terms. Downers Grove: InterVarsity, 1999.
Xxxxxx, Xxxxx. Systematic Theology: An Introduction to Biblical Doctrine. Grand Rapids: Zondervan, 2000.
Xxxxxx, X. Xxxxx, Xxxxxxx L. Xxxxxx dan Xxxxx X. Xxxxxx.
Theological Wordbook of the Old Testament. 2 vol. Chicago: Moody, 1980.
Xxxxxx, Xxxx X. Why I became an Atheist: A Former Preacher Rejects Christianity. New York: Prometheus Books, 2012.
Longman III, Tremper. Memahami Perjanjian Lama: Tiga pertanyaan penting. Diterjemahkan oleh Xxxxxxxxx Xxxxxxxx. Malang: Literatur SAAT, 2012.
Xxxxxx, Xxxxxx X. Rupa-Rupa Angin Pengajaran: Pergumulan 30 tahun membaca arah angin Teologi kekinian. Malang: Literatur SAAT, 2017.
Xxxxxxx, Xxxxxxx X. Genesis 11:27-50:26. The New American Commentary. Vol. 2. Nashville: B&H Publishers, 2005.
Merriam-Xxxxxxx. “Violence”. Merriam-Xxxxxxx Online Dictionary.
Diakses 26 Februari 2019. xxxxx://xxx.xxxxxxx- xxxxxxx.xxx/xxxxxxxxxx/xxxxxxxx.
Xxxxxx, Xxxxxxx X. Dalam Mounce’s Complete Expository Dictionary of Old & New Testament Words. Grand Rapids: Zondervan, 2006.
Xxxxxxxxx, Xxxxxxxxx. Not the Way It’s Supposed to Be: A Breviary of Sin. Grand Rapids: Xxxxxxx X. Eerdmans, 1995.
Xxxxxxxxx, Xxxx X. The Pentateuch as Narrative: A biblical- theological commentary. Grand Rapids: Zondervan, 1992.
Xxxxxx, R.C. The holiness of God. Wheaton: Xxxxxxx Xxxxx, 1986. Xxxxxxxxx, Xxxxx X. Is There a Meaning in Text?: the Bible, the
Reader, and the Morality of literary Knowledge. Grand Rapids: Zondervan, 1998
, Xxxxx X. X. Xxxxx, dan Xxxxx Xxxxx Xxxxxx.
Hermeneutics at the Crossroads. Bloomington: Indiana University Press, 2006.
Xxxxxx, Xxxx X. Genesis. The NIV Application Commentary. Grand Rapids: Zondervan, 2001.
, Xxxxxx X. Xxxxxxxx dan Xxxx X. Chavalass. Genesis- Deuteronomy. The IVP Bible Background Commentary. Downers Grove: InterVarsity, 1997.
Xxxxxxx, Xxxxxx X. Genesis 16-50. Vol. 2. World Biblical Commentary. Dallas: Word Books, 1994.