PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul “BUDAYA ORGANISASI PELAJAR PONDOK PESANTREN MODERN AR-RIDHO (OPPAR) DALAM MEMBENTUK KARAKTER KEDISIPLINAN DI PONDOK PESANTREN MODERN AR-
XXXXX SENTUL” yang disusun oleh :
Nama
: Imran L.
NIM
: F.1611108.
Telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan dalam ujian akhir pada program studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Djuanda Bogor.
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Xx. Xxxxxxxxx Xxx Xxxxxxxx M.A NPP. 213870581
Xxxxxx Xxxxx, S.Pd.I M.Pd.I NPP. 213870581
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “ BUDAYA ORGANISASI PELAJAR PONDOK PESANTREN MODERN AR-RIDHO (OPPAR) DALAM MEMBENTUK KARAKTER KEDISIPLINAN DI PONDOK PESANTREN MODERN AR-RIDHO SENTUL” yang
disusun oleh :
NAMA : Xxxxx X
NIM : F. 1611108
Telah diujikan pada tanggal Rabu 20 Mei 2020 dan sahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Djuanda Bogor.
Panitia Ujian,
Mengetahui,
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya mengatakan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “Budaya Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho dalam Membentuk Karakter kedisiplinan di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul” yang saya susun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dari Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Djuanda Bogor adalah merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari karya orang lain telah saya tuliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma. Xxxxxx dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan hasil kerja saya sendiri atau plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sangsi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sangsi-sanksi lainya sesuai dengan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bogor, 10 Mei 2020 Peneliti
Imran L F.1611108
PERSEMBAHAN
Assalamu’ alaikum Warohmatullahi Wa barakatuh Bismillahirohmanirohim Alhamdulillahi Rabbil Alamin Wash-shalatu Xxxxxxxx X’ xx Xxxxxxxxx Xxxxxxxx Xx’xxx Xxxxx Xx Xxx-xxxxxxx Xxxx’xx
Rasa syukur, selalu terpanjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia yang tak terhingga. Sholawat beserta salam semoga terlimpah curahkan kepada xxxxxxx Xxxxxxxxxx XXX.
MOTTO
Manjadda Wa Jada
Barang Siapa Yang Bersungguh-sungguh Pasti Akan Mendapatkannya Landasi Hidup dengan Esensi Bukan Dengan Materi.
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil 'alamin, segala puji syukur kehadirat Allah Swt karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Xxxxxxxx Xxx, keluarga, para sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Skripsi yang berjudul “Budaya Organisasi Pelajar Pondok Pesantren
Moderen Ar-Ridho OPPAR dalam Membentuk Karakter Kedisiplinan”
ini disusun untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjanah pendidikan pada program studi Manajemen Pendidikan Islam. Pada kesempatan ini penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Xx. X. Xxxxxx Xxxxxxxx, S.H., M.H. Selaku Ketua Pembina Yayasan Pusat Studi Pendidikan Islam Amaliyah Indonesia (YPSPIAI).
2. Ibu Xx. Xx. X. Xxxx Xxxx Xxxxxxxx, M. Xx.X, Sebagai Ketua Yayasan Pusat Studi Pengembangan Islam Amaliyah Indonesia (YPSPAI). yang senantiasa memberikan motivasi dan pengarahan kepada seluruh insan Universitas Djuanda Bogor.
3. Bapak Xx. Xxxx Xxxxxxx, Ir., X.Xx., Sebagai Rektor Universitas Djuanda Bogor, yang senantiasa memberikan motivasi dan pengarahan kepada seluruh insan Universitas Djuanda Bogor.
4. Xxx Xxxxx xxxxxxx Lathifah, M.Pd.I Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Djuanda Bogor yang telah banyak memberikan semangat untuk terus berusaha menyelasaikan penelitian hingga penelitian ini selesai.
5. Xxxxx Xxxxx Xxxxx, M.Pd. Sebagai ketua program studi Manajemen Pendidikan Islam, yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun penelitian ini.
6. Xx. Xxxxxxxxx Xxx Xxxxxxxx, M.A. Sebagai Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu,memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
7. Xxxxx Xxxxxx xxxxx, M.Pd.I. Sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu,memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Penyusun sangat
8. Untuk para dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmu serta nasehat yang bermanfaat kepada penulis, serta seluruh Staff Tata Usaha yang selalu membantu dalam penelitian ini.
9. Orang Tua saya Xxxxx Xxxxx L. & Ibu Xxxxxxxx dan keluarga besar yang telah memotivasi saya menyelesaikan Studi di Universitas Djuanda Bogor tepat waktu.
10. KH. Xx. Xxxxxx. MSc. Pimpinan Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul yang telah memotivasi dalam menyelesaikan studi di Universitas Djuanda Bogor dan membiayai perkuliahan selama di Universitas Djuanda Bogor.
11. Direktur KMI, Kepala MTS & SMA beserta seluruh dewan guru Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi.
12. Semua pihak yang terlibat sehingga tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
berharap laporan penelitian ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca. Penyusun menyadari bahwa laporan penelitian ini jauh dari kesempurnaan, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran konstruktif (membina, memperbaiki, membangun, dan sebagainya) dari pembaca demi kesempurnaan Proposal Skripsi ini di kemudian hari. Akhir kata, hanya kepada Allahlah do’a disampaikan, semoga usaha penyusunan laporan penelitian ini menjadi amal ibadah kepada Allah subhanahu wa ta‟ala. Aamiin.
Bogor, 10 Mei 2020 Peneliti
Imran L F.1611108
ABSTRAK
Imran L. NIM F.1611108. Budaya Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho (OPPAR) dalam Membentuk Karakter Kedisiplinan di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul. Skripsi Program Studi Manajemen Pendidikan Islam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif, dan pengumpulan datanya dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi, yang semulanya untuk menjawab permasalahan tentang budaya organisasi OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho dalam membentuk karakter kedisiplinan. Adapun informan penelitian ini adalah staf pengasuhan santri, pengurus OPPAR, staf KMI, dan ustadz PPM Ar-Ridho Sentul.
Dalam penelitian ini, dihasilkan beberapa temuan dalam konsep kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho yang meliputi : 1) sistem yang terstruktur yang terdiri dari Kyai, Pengasuhan Santri, Pengurus OPPAR, dan Mudabbir (pengurus asrama); 2) sistem kaderisasi;
3) gaya kepemimpinan yang demokrasi terpimpin; 4) metode kepemimpinan yang terdiri dari pengarahan, pelatihan, penugasan pembiasaan, pengawalan uswatun hasanah, dan pendekatan.
Kemudian dalam membentuk karakter kedisiplinan dihasilkan beberapa temuan diantaranya : 1) langkah-langkah dalam membentuk karakter kedisiplinan yang terdiri dari : a) penciptaan miliu; b) sosialisasi/pengarahan; c) pembiasaan;
d) pemaksaan; e) keteladanan; f) pengawalan. 2) kendala dalam membentuk karakter kedisiplinan yang terdiri dari : a) keragaman latar belakang budaya dan sosial-ekonomi para santri; b) jumlah santri yang sangat besar, sehingga memerlukan fasilitas dan anggaran yang cukup banyak c) adanya pengaruh negatif dari adanya era globalisasi teknologi dan informasi; d) tingginya tuntutan dunia kerja dan tuntutan orang tua terhadap kualitas lulusan pesantren; e) besarnya biaya yang harus disediakan untuk proses penyelenggaraan pendidikan di pesantren tersebut. 3) Penanggulangan-nya yang meliputi : a) mengutamakan pendidikan karakter, untuk diri dan anggota keluarga; b) membangun sistem pendidikan pondok pesantren yang memungkinkan terjadinya pendidikan karakter yang baik; c) melakukan bakti pada masyarakat di sekitar pesantren untuk mendidik karakter keislaman melalui ceramah dan bakti sosial; d) membangun unit-unit usaha untuk menghasilkan dana secara mandiri, sekaligus menjadikan media pembelajar santri; f) mengontrol langsung tanpa delegasi. 4) Implikasi kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho dalam membentuk karakter kedisiplinan santri dalam disiplin bahasa, ibadah, dan belajar, diantaranya : a) perilaku ikhlas; b) perilaku sederhana; c) perilaku berdikari; d) perilaku ukhuwah diniyyah; e) perilaku kebebasan.
Kata Kunci: Kepemimpinan, Karakter Kedisiplinan, bahasa, ibadah, belajar.
ABSTRACT
Imran L NIM F.1611108. Culture of Modern Ar-Ridho Islamic Boarding School (OPPAR) Student Organizations in Forming Disciplinary Character in Modern Ar-Ridho Islamic Boarding School. Thesis of Islamic Education Management Study Program. Teacher Training and Education Faculties.
This research uses qualitative study casus, and its data collecting by interview, observation, and documentation method, which all of used to answer the problem about the concept of cultivation ini student’s discipline character ini discipline of language, worship, dan learning. As for the informant of this research is the Islamic Teacher Training Colleges staff, guardian of students, caretaker OPPAR Student Organizations Modern Ar-Ridho Islamic Boarding School, adn dormitory administrator.
In this research, there are several findings were found in the concept of leadership OPPAR Student Organizations Modern Ar-Ridho Islamic Boarding School, a structured :1) system consisting of guardian of islamic boarding school, Islamic Teacher Training Colleges staff, guardian of students, caretaker OPPAR Student Organizations Modern Ar-Ridho Islamic Boarding School, adn dormitory administrator; 2) regeneration system; 3) democratic leadership style; 4) leadership method consisting of direction, training, custom assignment, escort uswatun hasana (Exemplary), and approach.
In this research, there are several findings in the steps of cultivation activities in student’s discipline character which includes : 1) The steps of cultivation activities in student’s discipline character of language, worship, and learning, a) Creation of sphere; b) Socialization and briefing; c) Habit; d) Coercion; e) Exemplary; f) Guard. 2) The constraint of cultivation in student’s character discipline adn its handling in discipline of language, worship, and learning, including : a) The diversity of social-economic and cultural background of the students; b) The nauber students are large so that it requires considerable facilities and budgets; c) The existence of negative influence of the are of globalization of technology and information; d) The high demand of the world of work and the demands of parents on the boarding school graduates quality; e) The amount of cost that must be provided for the process of education in the boarding school. 3) The handling include : a) Prioritizing character education for self and family members, so as to be an example for those around them; b) Building an education system of boarding school, which enables character educating well; c) To devote the community around the boarding school for educating the Islamic character through lectures and social services; d) Cooperating with various agencies abroad; e) Building business units to generate funds independently, as well as a medium of students learning in entrepreneurship; f) Direct control without delegation. 4) The implications of the cultivation in student’s discipline character in discipline of language, worship, and learning a) Sincerity; b) Simplicity; c) Self-sufficiency; d) Islamic Brotherhood; e) Freedom.
Keywords: Leadership, Discipline Character, Character of language, worship, and learning.
ةيديرجت ةركف
يف ةًطابطنلاا ةًصخشلا لكش يف xxxxx دهعملا ةبلطلا ةمظنملل ةفاقثلا .NIM F.1611108.ل نآرمع
.ملعتلا و ةيبرتلا ةيلك.ةيملاسلإا ةيبرتلا ةرادإ ةسرد جمانرب ةحورطأ ،لوتنس يصرلا دهعم
قيرطو
،ظحلاملاو
،ةلباقملا
قيرط نع
ةتاناٌب
عمجو
،يعونلا
ةلأسم
ملعتف
جهنملا
ثحبلا
اده
مدختسٌ
دهعم يف ةًطابطنلاا ةًصخشلا لكش يف xxxxx دهعم ةبلط ةمظنم ةفاقث ةلكشملا ىلع درلل كلذ لك ،قيثوتلا نًمعملا ةيلكب نوسردملا و ،ةبلطلا ةياعر مسقب نوسسردملا ثحبلا اذهل رباخملاو .لوتنس xxxxx
.نكسملل ربدملا و ،xxxxx دهعم ةبلط ةمظنم و ،ةيملاسلإا
)ا( ،ىلع يوتحيو ،xxxxx دهعم ةبلط ةمظنم ةرامإ روصت تاوطخ يف جئاتنلا ضعب جرخأ ثحبلا اذه نم نكسملل نوربدملا و ،دهعملا ةبلط ةمظنم ،ةبلط ةياعر نوسردملا ،دهعملا ريدم :ىلع يوتحيو ةيانب ماظن
دهعملا
يف بلاطلا ةًطابضنلا
ةًصخشلا سرغ طاشن
تاوطخ
)1 :
لمشت
ةًطابطنلاا
ةيصخشلا لكش يف مث
)د( ،ديوعتلا )ج( ،ةًعامتجلاا ةئشنتلا )ب( ،ةئيبلا نيوكت )ا( ، ىلع يوتحيو ، ماعتلا و ةدابعلا و ةغللا لاجم اهتجلاعمو ةبلطلل ةًطابضنلاا ةًصخشلا ةسارغ يف تاقوعم )2 .ةقفارملا )و( ،ةودقلا )ه( ،رابجلإا
ةًعامتجلااو
ةيفاقثلا
تاٌفلخلا
عونت
)ا(
،تاقوعم :
ىلع
يوتحيو
،ملعتلاو
ةيدوبعلاو
ةغللا
لاجم ًف
ًبلس ريثأت دوجو )ج( ،ةريبك ةينازيملاو قفارملا ىلإ جاتحيف بلاطلا نم رًبك ددع )ب( ،ةبلطلا يدل ةيداصتقلاا
ةدوج ىلع
نٌدلاولا
نمو
لمعلا
ملاع نم
ةيلاعلا
بلاطملا
)د(
،تامولعملاو
اٌجولونكتلا
ةملوع
رصع نم
لمشي ةداضملا
ريبادتلا )3
.دهعملا يف
ميلعتلا
ةيلمعل
اهرٌفوت
يغبني
يتلا
ةفلكتلا
)ه(
،دهعملا
يجيرخ
يمٌلعتلا
ماظنءانب
)ب(
،هلوح
نمل ةودق
حبصٌف
ةرسلأاو سفنل
ةًصخشلا ءانب يف
ةيولولأا
ءاطعإ
)ا(
،عاونأ
ةدع
ةيملاسلإا ةيصخشلا ءانبل دهملا لوح عمتجملا ةمدخ )ج( ،ةيصخشلا ءانب دوجو ةيناكمإ لعجي امم يدهعملا
ةرازو يف
ةلودلا
ًفظومل يرواشتلا
ةطشنأ يف
ةكراشملا
)د(
،ةًعامتجلاا
تامدخلاو
تارضاحملا
للاخ نم
ءانب
)و(
،دلابلا
جراخ يف
تلااكولا
فلتخم عم
نواعتلا
)ه(
،ةيملاسلإا
ةيصخشلا
نول
ءاطعلإ
ةينيدلا
لاجم يف
ةبلطلا
ملعتل ةليسو
نوكي
دحاو
تقو يف
و ،لبقتسم
لكشب
لاوملأا
ديلوتل
لامعلأا
تادحو
ةبلطلل
ةيطابضنلاا
ةيصخشلاةسارغ
نم ةبترتملا
راثلآا )4
.ضيوفت
نود
ةرشابملا
ةبقارملا
)ز(
،لاملأا
ةداير
ةًصخش يف ةيتلأا كولسلا دوجو يه ،ملعتلاو ،ةدابعلا و ،ةغللا لاجم يف
.ةيرحلا )ه( ،ةيملاسلإا ةوخلأا )د( ،سفنلا ىلع دامتعلاا )ج( ،ةطاسبلا )ب( ،صلاخلإا )ا( ،بلاطلا
ةدابعلا و ةغللا لاجم يف بلاطلا ةًطابضنلا ةيصخشلا ،xxxxx دهعم ةبلط ةمظنم ةرامإ : ةيحاتفملا املكلا
ماعتلا و
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.
LEMBARAN PERSETUJUAN i
LEMBARAN PENGESAHAN ii
PERNYATAAN XXXXXXXX xxx
ABSTRAK viii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus dan Subfokus Penelitia 7
C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitia 8
D. Kegunaan Penelitian 8
A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian 10
2. Kepemimpinan 16
3. Kepemimpinan dalam Perspektif Islam 17
4. Gaya-gaya Kepemimpinan 20
6. Kedisiplinan 25
7. Kedisiplinan dalam Perspektif Islam 26
8. Langkah-langkah Membentuk Karakter Kedisiplinan 30
9. Bentuk-bentuk Kedisiplinan 33
10. Kendala dan Solusi dalam Membentuk Karakter Kedisiplinan 35
11. Implikasi dalam Membentuk Karakter Kedisiplinan 39
B. Hasil Penelitian yang Relevan 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44
C. Tempat dan Waktu Penelitian 45
E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58
A. Gambaran Lokus Penelitian 58
C. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 104
A. Kesimpulan 104
B. Saran 105
DAFTAR FSTAKA 104
LAMPIRAN-LAMPIRAN 108
Lampiran 1 Pedoman Observasi 108
Lampiran 2 Pedoman wawancara 108
Lampiran 3 Catatan Lapangan Hasil Observasi 110
Lampiran 4 Hatatan Lapangan Hasil Wawancara 112
Lampiran 5 Dokumentasi Pendukung (Foto dan Dokumen) 127
Lampiran 7 Surat Izin Pelaksanaan Penelitian 137
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Waktu Penelitian 46
2. Tabel 2 Data dan Sumber Data 48
3. Tebal 3 Data Jumlah Santri 64
4. Tabel 4 Data Jumlah Guru 63
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Teknik Pengumpulan Data 49
2. Gambar 2 Data Strukyur Organisasi OPPAR 56
3. Gambar 3 Keabsahan Data 61
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Pedoman Observasi 108
2. Lampiran 2 Pedoman wawancara 108
3. Lampiran 3 Catatan Lapangan Hasil Observasi 110
4. Lampiran 4 Hatatan Lapangan Hasil Wawancara 112
5. Lampiran 5 Dokumentasi Pendukung (Foto dan Dokumen) 127
6. Lampiran 6 Surat Izin Pelaksanaan Penelitian 128
A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan secara teratur dan sistematis dalam mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia, baik jasmani dan rohani dalam tingkatan kognitif, afektif dan psikomotor sehingga terwujud perubahan perilaku (behaviour) manusia dan berkarakter kepribadian bangsa. (Yatimah, 2017, p. 2).
Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan seseorang akan terhindar dari kebodohan dan kemiskinan, karena dengan modal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya melalui proses pendidikan siswa mampu mengatasi berbagai problema kehidupan yang dihadapinya. Oleh karena itu, secara singkat dapat dikatakan bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter. Berdasarkan UU Sisdiknas Nomor 23 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembankan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam konteks kehidupan bernegara, pendidikan berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. (Rachmawati, 2017, p. 3)
Budaya organisasi dalam suatu lembaga pendidikan sangat perlu ditekankan, apalagi pada lembaga pendidikan berbasiskan Islam. Budaya organisasi di pesantren merupakan bagian dari pendidikan, yang mengajarkan sedemikian banyak karakter kedisiplinan baik itu karakter moral seperti, kejujuran, ketaqwaan, sopan, santun, tata krama maupun karakter kinerja seperti, kerja keras, tangguh, tuntas, ulet, dan rajin. Dengan budaya organisasi ditekankan di lembaga pendidikan pesantren oleh organisasi pelajar secara langsung akan meningkatkan karakter kedisiplinan santri dan juga meningkatkan 4 kompetensi yang pertama, berpikir kritis. kedua, bekerjasama dalam hal networking (jaringan). ketiga, berkomunikasi. keempat, inovasi dalam kreativitas.
Kepemimpinan adalah upaya untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan dorongan dan bimbingan dalam bekerjasama untuk mengejar tujuan yang telah disepakati bersama. (Xxxxx Xxxxxx, 2017, pp. 27-28).
Dalam kenyataan hidup sosial, peran dan fungsi pemimpin sangatlah penting dalam mensukseskan setiap usaha bersama. Hal ini bisa disaksikan dalam berbagai lembaga sosial, baik politik, ekonomi, kemasyarakatan, keagamaan dan pendidikan, lebih-lebih dalam lembaga pendidikan pesantren. Kyai atau pengasuh sebagai pemimpin, menjadi sentral figure yang memiliki otoritas dalam menata kehidupan pesantren. Kyai Lah yang menentukan visi dan misi, nilai dan jiwa, orientasi dan filsafat hidupnya. Bahkan kyai pula
yang harus merumuskan langkah-langkah pengembangan pesantrennya. Dan di sini pulalah yang bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalannya. (Zarkasyi, 2011, pp. 18-19).
Hal ini dikatakan oleh hasil penelitian seorang kandidat doktor tentang budaya organisasi di pesantren. Hasilnya menunjukkan, bahwa kepemimpinan yang ideal dikarenakan banyak data menunjukkan adanya keseimbangan antara fungsi manajer yang kuat dengan kuatnya fungsi leader, buktinya di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho terlihat rapi dalam rutinitas aktivitas sehari-hari tapi juga kuat dalam komitmen melaksanakan nilai-nilai yang disertai dengan uswatun hasanah. Disiplin adalah sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. (Tulus Tu’u, 2008, p. 30).
Disiplin di lembaga pendidikan pesantren, yang terorganisasi dengan baik akan mendorong seluruh anggota masyarakat pesantren untuk meningkatkan kinerjanya agar tujuan pesantren dapat tercapai. Karena nilai, moral, sikap dan perilaku santri selama di pesantren dipengaruhi oleh struktur organisasi dan budaya disiplin pesantren. Peserta didik dibekali dengan nilai- nilai karakter kedisiplinan baik itu karakter moral maupun karakter kinerja. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat disiplin dan patuh dengan peraturan yang telah dibuat. Keberadaan peraturan-peraturan yang dibuat di
pesantren, diharapkan peserta didik dapat bertindak dengan penuh rasa tanggung jawab seperti yang diharapkan.
Sebagai calon penerus bangsa, peserta didik yang dibina diharapkan mampu mempunyai karakter disiplin dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di segala bidang. Pembentukan karakter disiplin dapat ditanamkan sejak anak berada di pesantren. Aspek terpenting dalam aplikasi karakter disiplin di pesantren adalah warga pesantren, mencakup kyai, ustadz, dan santri. Maka dari itu dalam suatu lembaga pendidikan pesantren harus memiliki tata tertib yang diharapkan mampu ditaati oleh seluruh warga pesantren. Sikap disiplin itulah yang harus ditumbuhkan di lingkungan pesantren sehari-hari agar membentuk budaya dan kebiasaan santri.
Pentingnya penguatan nilai karakter disiplin didasarkan pada alasan bahwa sekarang banyak terjadi perilaku yang tidak sesuai dan bertentangan dengan norma kedisiplinan. Perilaku tidak disiplin contohnya adalah terlambat ke sekolah, bolos sekolah, merokok, tawuran antar sekolah. Disiplin adalah tindakan yang menunjukan perilaku kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan dan peraturan yang sudah ditetapkan pesantren baik tertulis atau tidak tertulis. Disiplin diri merujuk pada latihan yang membuat orang merelakan dirinya untuk melaksanakan tugas tertentu atau menjalankan pola perilaku tertentu, walaupun kebiasaan adalah malas. Seorang murid dikatakan disiplin apabila ia mengikuti peraturan yang ada di pesantren.
Dengan demikian budaya yang sifatnya membentuk kedisiplinan santri harus dilakukan secara masif, karena sifat disiplin yang membudaya akan mengkonstruksi pembentukan karakter santri. Pendidikan karakter yang dirancang pemerintah tidak akan berjalan jika tidak diiringi dengan aksi nyata dari pesantren dengan mengupayakan beberapa cara. Diantaranya, dengan senantiasa membudayakan disiplin kepada seluruh siswa/santri.
Alasan peneliti mengambil penelitian tentang budaya organisasi dalam membentuk karakter disiplin di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul. Kerena Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul salah satu pondok pesantren yang mewajibkan berorganisasi, yang mana hal tersebut sering kita temukan di sekolah-sekolah lain. Tapi organisasi yang ada di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul memiliki keunikan. Dan kasus ini merupakan kasus yang positif untuk diteliti.
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang peneliti lakukan di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul pada tanggal 11-14 Januari 2020, peneliti dapat mengemukakan bahwa Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul ialah lembaga pendidikan yang menerapkan budaya organisasi dalam membentuk karakter kedisiplinan.
Selain itu dikatakan oleh Xx-Xxxxxx Xxxxxx Xxxx Xxxxxx, S.Ud di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul yang ditemui di ruangannya pada tanggal 13 Januari 2020 pukul 08.30 WIB bahwa budaya organisasi yang diterapkan yaitu budaya kedisiplinan, kepatuhan, kepemimpinan, dan kerapian. Karena tingkat keberhasilan santri-santri dalam prestasinya itu
tergantung bagaimana kemampuan dan kerja keras yang dimiliki oleh organisasi Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
Xxxxx Xxxxx selaku wali santri di Pondok Pesantren Modern Ar- Ridho Sentul dan juga sebagai guru matematika memberikan testimoni saat di wawancara pada tanggal 14 Januari 2020 pukul 13.00 WIB menyatakan bahwa dirinya merasa bangga menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut sebab lulusan-lulusanya telah banyak memahami Islam dan rajin melaksanakan ajaran Islam. Hal tersebut semua tidak lepas dari peran organisasi Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul dan ustadz-ustadz dalam memberi arahan dan bimbingan. Serta beliau juga menuturkan aspirasi dari wali santri lainnya yang juga merasakan hal yang sama.
Budaya organisasi yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul yaitu mengadakan Total Quality Control mengontrol aktivitas santri, melakukan evaluasi, membimbing pelaksanaan muhadharah, mengontrol kegiatan santri pada malam hari, membina siswa Kelas 5 dalam segala hal. Selain itu, mengadakan musyawarah mingguan staf OPPAR pada Kamis malam, mengadakan musyawara mingguan staf OPPAR dengan pengurus rayon pada Rabu malam dalam hal evaluasi mengenai permasalahan yang ada di rayon.
Selanjutnya berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan, peneliti menemukan bahwa dalam perilaku kebersihan santri masih banyak santri yang tidak membuang sampah pada tempatnya pada hal terdapat tulisan An- Nazhaafatu Minal Iimaan, sehingga hal itu mengganggu pemandangan
pondok. Ditemukan juga beberapa santri yang masih makan atau minum sambil berjalan. Sisi positifnya peneliti juga menemukan semangat saling mengingatkan antar siswa apabila salah satu dianggap melakukan kesalahan. Peneliti juga menemukan semangat santri dalam mengikuti kepramukaan dan juga aktivitas lainnya seperti olahraga dan seni.
Perilaku OPPAR yang peneliti temukan dalam observasi awal, OPPAR melaksanakan tugas penuh rasa tanggung jawab. Kepedulian antar bagian satu dengan bagian yang lain sangat mendukung. Dalam memberikan sanksi atau hukuman OPPAR sangat komitmen. OPPAR selalu memberikan contoh keteladanan yang baik.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti bermaksud untuk meneliti lebih lanjut tentang bagaimana Budaya (OPPAR) Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul dalam Membentuk Karakter Kedisiplinan di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
B. Fokus dan Subfokus Penelitian.
1. Fokus Penelitian
Fokus Penelitian ini adalah hal-hal/ area spesifik yang akan diteliti. Berdasarkan judul skripsi yang akan diteliti yaitu budaya OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho yang mana terfokus pada kepemimpinan, ketanggapan, komitmen, dan integrasi. Adapun karakter kedisiplinan yang berfokus pada disiplin waktu, disiplin peraturan, dan disiplin tanggung jawab.
2. Subfokus Penelitian
Setelah fokus penelitian ditentukan, selanjutnya ditetapkan sudut tinjauan dari fokus tersebut sebagai subfokus penelitian. Maka subfokus budaya OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho adalah kepemimpinan. Sedangkan subfokus karakter kedisiplinan adalah disiplin waktu yaitu : bahasa, ibadah, dan belajar.
C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Rumusan Masalah
Bagaimana kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho dalam membentuk karakter kedisiplinan waktu di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
2. Pertanyaan Peneliti
a. Bagaimana konsep kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho yang diterapkan di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
b. Bagaimana langkah-langkah pembentukan karakter kedisiplinan bahasa, ibadah, dan belajar yang diterapkan di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
c. Apa saja kendala dalam pembentukan karakter kedisiplinan di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul dan bagaimana penanggulangannya.
d. Bagaimana implikasi kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho dalam membentuk karakter disiplin santri dalam disiplin bahasa, ibadah, dan belajar.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara teoritis menjadi referensi, dan dapat bermanfaat sebagai sembangsih pemikiran dunia pendidikan khususnya dalam budaya organisasi.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Organisasi, semoga hasil penelitian ini dapat memotivasi yang baik bagi Organisasi pelajar dalam menjalankan tugas-tugas khususnya yang berada di lembaga pendidikan pesantren.
b. Bagi Pondok Pesantren, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam menjadikan kualitas pondok pesantren sebagai sarana pendidikan.
c. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan bagi peneliti dalam menjalankan budaya organisasi yang ada di lembaga pendidikan pesantren .
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian
1. Budaya Organisasi
a. Pengertian Budaya.
Xxxxxx Xxxxxxx Xxxxx (1832-1917). Budaya atau peradaban, diambil dalam arti thnografis yang luas yaitu ilmu pengatahuan, keyakinan/percaya, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan berbagai kemampuan dan kebiasaan lainnya yang didapat sebagai anggota masyarakat. (Ndraha, 2010, pp. 43-44).
Budaya adalah suatu sifat masyarakat secara keseluruhan termasuk berbagai faktor seperti bahasa, pengetahuan, hukum, agama, kebiasaan, makanan, musik, seni, teknologi, pola kerja, produk, dan barang-barang lainnya sebagai hasil kecerdasan manusia yang memberikan citra rasa tersendiri kepada masyarakat. (Xxxx G Xxxxxxxxx, 2018, p. 356).
Xxxxx Xxxxxx (1997). Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang ditemukan dan dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu karena mempelajari dan menguasai masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja dengan cukup baik untuk dipertimbangkan secara layak dan karena itu diajarkan pada anggota baru sebagai cara yang dipersepsikan, berpikir dan dirasakan dengan benar dalam hubungan dengan masalah tersebut. (Wibowo, 2016, p. 13).
Budaya dapat diartikan sebagai nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Budaya bukan hanya yang bersifat abstrak seperti nilai, pemikiran dan kepercayaan tetapi budaya bisa berbentuk objek material, rumah, kendaraan, peralatan elektronik dan pakaian. (Xxxxx Xxxxxxxx, 2017, p. 1).
Berdasarkan definisi konsep dari para ahli di atas, maka peneliti mengambil sintesa bahwa budaya adalah semua hal yang merupakan hasil pemikiran individu atau kelompok baik berupa pengetahuan, kepercayaan, kesenian, nilai-nilai, moral, dan karya-karya yang didapat dari interaksi manusia dengan lingkungan di sekelilingnya dan kemudian dilakukan dalam kehidupan sebagai individu ataupun masyarakat.
b. Pengertian Organisasi.
Xxxxxxxxxxxx dalam Tika (2012), memberikan penjelasan bahwa organisasi adalah kumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Xxxxxxx Xxxx (2012), organisasi adalah kerjasama dua orang atau lebih, suatu sistem dari aktivitas-aktivitas atau kekuatan-kekuatan perorangan yang dikordinasikan secara sadar. (pp, 3-4).
Organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan yang para individu atau kelompok-kelompok harus melakukan dengan bakat- bakat yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas sedemikian rupa,
memberikan saluran terbaik untuk pemakaian yang efisien, sistematic, positif, dan terkoordinasi dari usaha yang tersedia. (Xxxxxxx, 2015, p. 22).
Organisasi adalah sistem untuk dari kegiatan manusia yang bekerja sama untuk melaksanakan tujuan atau untuk mencapai sasaran. (Xxxxx Xxxxxxx Xxxxxxx, 2009, p. 1).
Organisasi adalah kolektivitas orang-orang yang bekerja sama secara sadar dan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Kolektivitas tersebut berstruktur, berbatas dan beridentitas yang dapat dibedakan dengan kolektivitas-kolektivitas lainnya. (Thoha, 2016, p. 117).
Organisasi dapat diartikan sebagai kumpulan orang-orang yang bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi tercipta apabila beberapa orang bergabung secara bersama- sama untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. (Hery, 2019, p. 2).
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti mengambil sintesa bahwa organisasi adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang terstruktur, memiliki tujuan tertentu dan saling bekerja sama guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
c. Pengertian Budaya Organisasi
Dalam pandangan Xxxxx X. Schein budaya organisasi adalah pola asumsi yang tersirat yang dipelajari oleh suatu kelompok ketika kelompok tersebut mengatasi masalah-masalah penyesuaian diri
dengan lingkungan eksternal dan internal dengan lingkungan internal asumsi tersebut telah terbukti, telah dapat diterapkan dengan baik dan dianggap valid oleh karena itu, hal tersebut diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk mempersiapkan, berpikir, dan merasa dalam kaitannya dengan masalah-masalah tersebut. (Xxxxxx, 2019, p. 326).
Schein dalam Wibowo (2010) yang mengemukaka bahwa budaya organisasi adalah sebagai filosofi yang mendasiri kebijakan organisasi, aturan main untuk bergaul, dan prasaan atau iklim yang dibawa oleh persiapan fisik organisasi. Sedangkan Xxxxxxxxx dan Baron dalam Wibowo (2010) menyatakan budaya organisasi merupakan karangka kerja koginitif yang terdiri dari sikap, nilai-nilai, norma prilaku dan harapan yang diterima bersama oleh anggota organisasi. (pp.13-14).
Sementara itu Xxxxxxx terjemahan Molan dalam bukunya yang berjudul prilaku organisasi mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu sistem bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dengan organisasi-organisasi lainnya. (Xxxxxxx, 1994, p. 721).
Dari beberapa definisi di atas peneliti mengambil sintesa bahwa budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang diyakini dan dijiwai oleh seluruh anggotanya dalam melakukan pekerjaan sebagai cara yang tepat untuk memahami,
memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait, sehingga akan menjadi sebuah nilai atau aturan di dalam organisasi, dan menjadi pembeda dengan organisasi lainya.
Kemudian dari beberapa definisi di atas dapat ditarik suatu indikator budaya organisasi di antaranya adalah :
1) Xxxxx X. Schein.
Budaya dapat dilihat dari 3 (tiga) dimensi sesuai dengan indikator, yaitu :
a) Dimensi Adaptasi Eksternal. Indikator yaitu:
(1) visi dan misi
(2) tujuan, sarana dasar
(3) pengukuran dan strategi.
b) Dimensi Integrasi Internal. Indikator yaitu:
(1) bahasa yang sama,
(2) batasan dalam kelompok
(3) penempatan status/kekuasaan
(4) hubungan dalam kelompok
(5) pengarahan dan bagaimana mengatur yang sulit diatur.
c) Dimensi Asumsi Dasar. Indikator yaitu:
(1) hubungan dengan lingkungan
(2) hakekat kegiatan manusia
(3) hakekat hubungan antara manusia.
2) Wibowo.
Budaya organisasi dapat dilihat melalui beberapa indikator, yaitu :
a) Keleluasaan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan.
b) Toleransi organisasi terhadap pekerjaan yang beresiko.
c) Kejelasan tentang sarana dan harapan atas prestasi yang ingin dicapai organisasi.
d) Upaya organisasi demi terciptanya koordinasi yang baik antar unit organisi.
e) Dukungan atasan termasuk dalam hal komunikasi.
f) Komitmen karyawan secara keseluruhan terhadap organisasi.
g) Toleransi terhadap konflik, sejauh mana pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan pendapat secara terbuka.
h) Pola komunikasi, sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal. Kadang-kadang hirarki kewenangan dapat menghalagi terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antara bawahan itu sendiri.
3) Xxxxxxx
Budaya organisasi dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu:
a) Kepemimpinan.
b) Inovasi.
c) Inisiatif individu.
d) Toleransi terhadap resiko.
e) Pengarahan.
f) Integrasi.
g) Dukungan manajemen.
h) Pengawasan.
i) Identitas.
j) Sitem penghargaan.
k) Toleransi terhadap konflik Pola komunikasi, komunikasi yang terbatas pada hirarki formal dari setiap organisasi.
Dari beberapa indikator di atas yang dikemukakan oleh para ahli, maka yang menjadi kajian dalam penelitian ini sesuai dengan subfokus di atas adalah kepemimpinan.
2. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Xxxxxxx, Kepemimpinan adalah sebagai kemampuan seseorang dalam menggerakkan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. (Xxxxx Xxxxxx, 2017, pp. 27- 28).
Sementara itu, menurut Xxxxxxx dalam Manajemen Pendidikan bahwa definisi kepemimpinan sebagai perilaku individu yang menimbulkan struktur baru pada suatu interaksi dalam suatu sistem sosial dengan mengubah tujuan, konfigurasi, prosedur, input, proses dan out put sistem. (Xxxxxxxx, 2000, P. 146).
kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan ke arah yang dikehendaki. Dari defenisi tersebut kepemimpinan
merupakan perhubungan antara orang melalui proses komunikasi yang bertalian dengan tugas atasan dengan bawahan. (Sigit, 2002, p. 177).
Xxxxxx Xxxxx menyatakan “kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perseorangan maupun kelompok”. (Syamsu Q. Xxxx, 2017, pp. 32-33).
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka peneliti membuat sintesa bahwa kepemimpinan adalah upaya untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan dorongan dan bimbingan dalam bekerjasama untuk mengejar tujuan yang telah disepakati bersama. Kepemimpinan dapat juga diartikan bahwa Orang yang mempunyai kemampuan dalam melaksanakan roda organisasi dengan cara apapun untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kemampuan tersebut adalah mempengaruhi, mengajak, mendorong, menuntun dan memaksa.
3. Kepemimpinan dalam Presfektif Islam.
Kepemimpinan adalah kemampuan mewujudkan semua perintah Allah SWT yang telah diberitahukan-Nya malalui Rasul-Nya yang terakhir Xxxxxxxx XXX. Sebagaimana firman Allah SWT (Q.S Al-
Baqarah :30)
ةِ´ فيِ¸ مخِ ضِ
يفِ رِ˚
لِ عِ
ِ´ لِ˚ ِ إ
اجِ
ينِ' ِ¸ ِ¸ إ ةِ كِ
ِ¸ ئلِ´ِ مِ
مِِ¸ ل كِ
بِ'ِ رِ
لِ اِ´ ق ذِ
إِ¸ وِ
Artinya: Sesungguhnya aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi. (Munawar, 2002, p. 6)
Dalam firman Allah SWT tersebut tidak sekedar menunjuk pada para khalifah saja, tetapi juga pada penciptaan Allah yang disebut sebagai manusia untuk menjaga dan menyejahtrakan bumi. Manusia diberi tugas untuk mengajak pada kebaikan dan meninggalkan keburukan, atau amar ma’ruf nahi mungkar. Manusia semata mata hidup dengan menjalankan
perintah Allah SWT dan meninggalkan segala larangan-Nya. (Nawawi, 2001, p. 17).
Kepemimpinan dalam pandangan K.H. Xxxx Xxxxxxxx ialah berdasarkan dalil bahwa manusia adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggung jawaban. (Zarkasyi, 2011, p. 4)
وِ¸ ِ¸ تيِ' ِ´ عِ¸ رِ
´ نِ˚ عِ
´ سِ
˚ مِ
´ كِ وِ
´ ،عِ„ رإِ
´ مِ˚ كِ ِ'ِ مكِ
لِ وئِ
كِ ِ'ِ م مِ
Artinya : Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tetang kepemimpinannya. (Xxxxxx xxxxxxx : 893)
Dari hadits di atas dapat dijelaskan bahwa setiap perbuatan akan dipertanggungjawankan, pemimpin akan bertindak hati-hati terhadap
segala ucapan, tindakan, bahkan, peraturan-peraturan yang dibuatnya.
Seorang pemimpin juga harus mampu berlaku adil terhadap semua orang
tanpa memandang status, ras, agama, maupun kekayaan. Maka dalam pendidikan kepemimpinan dibutuhkan lembaga kaderisasi pemimpin ummat yang sengaja dibentuk untuk menjadi tempat berlati hidup yang ideal, yaitu kehidupan calon-calon pemimpin umat, sehingga apa yang dilihat, didengar, dikerjakan, dan dirasakan sengaja ditata dan di design
untuk mendidik, memungkinkan kader-kader akan terbentuk dan terbina
pola fikir, sikap dan perilaku sebagai pemimpin, tentunya dengan menerapkan disiplin yang tinggi. (Xxxxxxxxx, 2019, p. 109)
Dalam pandangan Nawawi, seorang pemimpin yang bijaksana harus memiliki empat sifat, yaitu :
1) Ash-Shidq, yaitu jujur dalam berucap, bertindak, dan berjuang dalam
melaksanakan tugasnya.
2) Al-Amanah, yaitu sikap dapat dipercaya dapat mengemban amanah yang diberikan kepadanya, sehingga tercipta rasa aman bagi semua pihak.
3) Al-Fathonah, yaitu kecerdasan dalam menghadapi masalah yang muncul dan mengatasi maupun menyelesaikannya.
4) Al-Tabligh, yaitu menyampaikan amanah dengan jujur, bertanggung jawab, dan apa adanya.
Dan juga dalam pendangan K.H. Xxxx Xxxxxxxx terdapat kualifikasi pemimpin yaitu :
a) Ikhlas.
b) Selalu Mengambil Inisiatif.
c) Mampu Membuat Jaringan Kerja dan Memanfaatkannya.
d) Dapat Dipercaya.
e) Bekerja Keras dan bersungguh-sungguh.
f) Menguasai Masalah dan Dapat Menyelesaikannya.
g) Memiliki Integritas Tinggi.
h) Memiliki Nyali yang Tinggi dan Tidak Takut Resiko.
i) Jujur dan Terbuka.
j) Tegas.
k) Xxxxxx dalam, Melihat, Mendengar, Mengevaluasi, Menilai, Memutuskan, dan Menyelesaikannya.
l) Mampu berkomunikasi.
m) Baik dalam Bermu’amalah.
n) Siap Berkorban.
Berdasar pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kepemimpinan dalam presfektif islam adalah kemampuan untuk mencapai tujuan yang di ridhoi Allah, dan juga menata totalitas kehidupan dunia. Pemimpin yang mikmin, harus memiliki sifat-sifat yang dapat diteladani dari Xxxx Xxxxxxxx XXX yaitu sidiq, amanah, tabligh, fathonah.
4. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan. (Prasetyo, 2006, p. 28).
Lima gaya kepemimpinan yang disimpulkan oleh Lewin menurut University of lowa Studies yang dixxxxx Xxxxxxx dan Xxxxxxx ialah : (Syamsu Q. Xxxx N. , 2017, pp.33-38).
1) Gaya Kepemimpinan Autokratis.
Gaya pemimpin yang mendasarkan keputusan dan kebijakan dari dirinya secara penuh merupakan gaya kepemimpinan autokratis. Gaya ini membuat pemimpin mengontrol setiap aspek pelaksanaan kegiatan yang mana ia akan memberitahu target utama dan target minor yang perlu dikejar dan cara untuk mencapai target tersebut.
Menurut Xxxxx “kepemimpinan autokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi.
2) Gaya Kepemimpinan Paternalistik.
Persepsi seorang pemimpin paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan para pengikutnya kepadanya. Harapan itu pada umumnya berwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai tempat bertanya untuk memperoleh petunjuk.
Pemimpin ini biasanya mengutamakan kebersamaan, artinya pemimpin bersangkutan berusaha untuk memperlakukan semua orang dan semua satuan kerja yang terdapat di dalam organisasi dengan adil dan sama rata. Hanya saja hubungan tersebut dipandang bahwa bawahannya belum mencapai tingkat kedewasaan sedemikian rupa sehingga memerlukan bimbingan dan tuntunan terus menerus. Pemimpin ini menginginkan keberadaanya tidak lagi dipertanyakan
(legitimasi), serta dalam pengambilan keputusan pimpinan menganggap tidak perlu berkonsultasi lagi.
1) Gaya Kepemimpinan Kharismatik.
Pemimpin ini ialah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi. Bawahan dari tipe pemimpin ini tidak mempersoalkan nilai-nilai yang di anut, sikap, dan perilaku serta gaya yang digunakan oleh bawahan meskipun pimpinan dapat juga menggunakan gaya otokratik.
3) Gaya Kepemimpinan Demokrasi.
Gaya pemimpin yang memberikan kewenangan secara luas adil dan luas merupakan gaya kepemimpinan demokrasi atau partisipatif. Gaya ini menuntun pemimpin untuk melibatkan anggota sebagai tim yang utuh dalam menyelesaikan perkara yang dihadapi. Pemimpin memberikan segala informasi terkait tugas, pekerjaan dan tanggung jawab anggotanya.
Para bawahan berperan besar dalam gaya kepemimpinan demokrasi dimana seorang atasan hanya memberitahu target yang ingin dicapai serta cara pencapaiannya, dan anggotalah yang menentukan. Anggota diberikan fleksibilitas dalam menindaklanjuti masalah yang terjadi. Kepemimpinan demokrasi sangat sesuai dengan anggota yang berkompetensi tinggi dan memiliki beragam komitmen,
dan ditandai dengan sebuah struktur yang dibuat berdasarkan pendekatan pengambilan keputusan bersama. Xxxxx menjelaskan “di bawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri”.
4) Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (kendali bebas).
Gaya kepemimpinan laissez-faira merujuk pada pemimpin yang hanya ikut serta dalam jumlah kecil dimana anggotalah yang berperan aktif dalam menetapkan tujuan dan cara menyelesaikan masalah yang timbul. Gaya kepemimpinan laissez-faira atau kendali bebas ini merupakan model yang dinamis yang mana seorang pimpinan hanya memberitahu target utama yang ingin dikejar oleh kelompok. Setiap bidang kelompok dipercayai untuk mendapatkan target minor, cara pencapaian target dan cara penyelesaian perkara masing-masing. Oleh karenanya, pemimpin hanya sebagai pengawas saja.
Di sisi lain kepemimpinan kendali bebas sangat sesuai dengan anggota yang berkompetensi dan berkomitmen tinggi. Tetapi pada era ini, sebagian besar para ahli memberikan gaya kepemimpinan yang mampu mengembangkan produktivitas kerja anggota, berawal dari teori sifat sampai teori situasional.
5. Fungsi Kepemimpinan.
Menurut Xxxxxx Xxxxxx, secara operasional dapat dibedakan “lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu : (Syamsu Q. Xxxx N. , 2017, pp. 54-55).
1) Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fingsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
2) Fungsi Konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakalah pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3) Fungsi Partisipasi.
Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
4) Fungsi Delegasi.
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakan secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.
5) Fungsi Pengendalian.
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
6. Pengertian Kedisiplinan
Sebelum membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan kedisiplinan, maka akan dikemukakan beberapa definisi tentang kedisiplinan yang diungkapkan oleh para ahli pendidikan yang antara lain adalah sebagaimana dikemukakan dalam kamus besar bahwa Disiplin yang berarti ketaatan, kepatuhan kepada peraturan. (Kamus, 1997, p. 747).
Xxxxxx Xxxxx (1997) Konsep disiplin adalah kekuatan yang ditanamkan oleh para pendidik untuk menanamkan dalam jiwa tentang
tingkah laku dalam pribadi murid dan bentuk kebiasaan dalam diri mereka, tunduk dan patuh dengan sebenar-benarnya pada aturan-aturan yang sesuai dengan prinsip pendidikan yang sesungguhnya yaitu inti yang dijalankan pada setiap aktivitas sekolah. (p. 36)
Pusat Bahasa Depdiknas (2002) bahwa kedisiplinan berasal dari kata disiplin, artinya tata tertib, ketaatan kepada peraturan. Bahri (2008) bahwa disiplin merupakan kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, pantang mundur dalam menyatakan kebenaran, dan pada akhirnya mau berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Xxxxxx (2008) bahwa hidup disiplin tidak berarti harus hidup seperti pola militer dengan hidup di barak bagai robot, tetapi hidup disiplin dipahami siswa atau mahasiswa dengan cara mengatur dan mengelolah waktu sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan. (Xxxxxxx, 2013, p. 40).
Xxxxxxxxxxx (1987) yang berpendapat bahwa disiplin adalah penerapan budidaya kearah perbaikan melalui pengarahan dan paksaan. (1987, p. 117) .
Xxxxxxx Xxxxxxxxxxxxx (1994) Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian prilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. (p. 23).
Dari definisi-definisi tersebut peneliti mengambil sintesa bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta melalui proses latihan yang
dikembangkan menjadi serangkaian prilaku yang didalamnya terdapat unsur-unsur ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketertiban dan semua itu dilakukan sebagai tanggung jawab yang bertujuan untuk mengawas diri atau koreksi terhadap seseorang yang melanggar ketentuan.
7. Kedisiplinan dalam Presfektif Islam
Xxxxxx Xxxxxx, disiplin menjadi salah satu ilmu yang diajarkan dalam islam, disiplin sangat diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari apalagi sikap disiplin sangat berpengaruh pada kesuksesan kita di masa depan dan juga meningkatkan ketaqwaan kita dengan cara mengikuti jalan-jalan yang digariskan oleh Allah bagi ummat muslim. Adapun jalan- jalan yang digariskan oleh Allah adalah akidah, syariat, dan akhlak. xxxx://xxxxxxxxxxxx.
Didalam kehidupan manusia perlu adanya kedisiplinan lebih- lebih di negara indonesia yang demokrasi, yang menghendaki kebebasan harus disiplin kalau tidak kebebasan ini dibiarkan, maka bisa anarki masing-masing orang, merasa benar, masing-masing merasa kuat, masing-masing merasa berhak atas sesuatu maka dari situlah islam memandang bahwa disiplin dalam kehudupan ummat muslin sangat diwajibkan sebagaimana firman Allah SWT (Q.S.An-Nisa : 59)
يِ¸ لوِ أوِ
إوعِ
يطِ
ِ´ أوِ
ِ´ وِ'ِ´ملإ إوعِ
يطِ
ِ´ أ إونِمِ
آ نِ
يذِ
ِ'ِ´لإ اِ´ هيِ' ِ ِ´ أ ايِ
كِ
ۖ
نِ˚ مِ مِ
رِمِ
ِ´ لِ˚ ِ
إ لِ
وسِ
رِ' ِ´ لإ
وِ ِ'ِم´ لاِ¸ ب نِ
ونِمِ
ؤِِ ت مِ
ِ تنِكِ
ىِ´ لإِ
ِ هودِ' ِ رِ
ِ´ ف ءِ يِ شِ
يفِ
مِِ تعِزِ
انِ
ِ´ ت نِ
إِِ´ ف
نِ ِ¸ إ لِ
وسِ
رِ' ِ´ لإوِ
وِ ِ'ِ´ملإ
لِ´ يوِ
أِِ´ ت نِ سِ
حِ ِ´ أوِ
رِيِخِ
كِ ِ¸ لذِ´ ِ´ِ ۖ
رِخِ
لِ˚ ِ
إ مِ¸ وِ
يِلِ
إوِ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul nya, dan xxx xxxx di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. (Munawar, 2002, p. 114).
Pada Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 59 tersebut menegaskan bahwa sebagai orang beriman di samping harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya juga harus taat kepada pemimpin atau pemerintah. Dalam kehidupan sehari-hari, berkaitan dengan sikap disiplin, ayat ini merupakan dasar untuk memahami dan taat kepada pemimpin terhadap aturan-aturanya selama tidak melanggar norma-norma yang berlaku. Kususnya dalam hal ini adalah peraturan dan tata tertib dalam lembaga pendidikan peraturan yang dibuat merupakan demi tercapainya kesuksesan bersama. Karena dengan kepatuhan terhadap aturan, hal tersebut akan dapat memunculkan sikap sadar terhadap diri sendiri untuk bersikap disiplin dalam setiap perbuatan hingga tercipta kesuksesan dalam sebuah lembaga ataupun pemerintahan tersebut. Selain itu, jelas sekali bahwa ajaran Islam tentang disiplin mengandung ketaatan pada peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah adalah suatu hal yang harus dilaksanakan yaitu melaksanakan disiplin bukan karena diawasi oleh petugas, tetapi karena merupakan tuntunan ajaran agama. Oleh karena itu, kita sebagai seorang muslim sekaligus warga negara yang baik sudah
seharusnya aktif dalam mematuhi dan melaksanakan segala aturan yang ada dalam kehidupan serta dalam setiap lingkungan yang kita miliki selama dalam lingkup norma yang baik. (Goffar, 2004, p. 36).
Ibadah ritual dalam islam sangat berpengaru dalam membentuk karakter dan kepribadian muslimin. Shalat adalah salah satunya. Banyak efek positif shalat yang berguna untuk pengembangan kepribadian, salah satunya adalah kedisiplinan atau keteraturan. Kedisiplinan dalam konsep shalat telah banyak dikemukakan oleh para pemikir dan ulama islam. Shalat fardhu yang wajib dilaksanakan oleh seorang muslim dalam sehari semalam ada lima kali. Waktunya pun sudah terjadwal dengan rapi sebagaimana firman Allah SWT (Q. S An-Nisa : 103 ).
إذِ
إِِ´ ف جِ
ىمعِ وِ
إورِكِ
ذِ اِ´ ف ِ´ ةلِ
صِ' ِ
لإ مِ
ِ تيِضِ
ِ´ ق
إذإِ
ِ´ ف
مِ كِ
ِ¸ بونِ
إدوعِ
ِ قوِ امايقِ
ِ´ وِ'ِم´ لإ
ىِ´ معِ´ تِ˚ نِ´ اك ِ´ ةلِ´ صِ' ِ´ لإ نِ' ِ´ ِ¸ إ ِ´ ةلِ´ صِ' ِ´ لإ إومِ يقِ¸ ِ´ أِ´ ف مِ˚ ِ تنِ
نِأِمِ طِ إ
اباتكِ
نِ ينِم
ِؤِ مِ
لِإ
اتوِ قوِمِ
Artinya : Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat mu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (Sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Munawar, 2002, p. 103).
Pada Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 103 tersebut menegaskan bahwa konsep tertib dalam aktivitas shalat mengajarkan kedisiplinan dan keteraturan seseorang tidak dibenarkan mendahulukan suatu rukun shalat
yang seharusnya diakhirkan kalau dia tetap melakukannya, jelas shalatnya tidak sah secara syariah. Tahapan –tahapan yang dilalui secara berurutan dalam shalat akan membentuk karakter seseorang untuk bertindak cermat dan tidak terburu-buru dalam menentukan dan melakukan sesuatu dalam kehidupannya. (Goffar, 2004, p. 54).
Dari paparan diatas peneliti mengambil sintesa yaitu kedisiplinan adalah taqwa, orang yang ahli taqwa adalah orang yang disiplin. Disiplin dalam keyakinan kepada allah, disiplin mematuhi apa yang Allah sukai, dan disiplin menjauhi apa yang Allah tidak sukai. Karena kesuksesan itu adalah milik orang yang disiplin. Jadi disiplin juga dapat diartikan sebagai kemampuan kita melakukan apa yang kita ketahui baik manfaat dan tidak melakukan apa yang diketahui membawa mudarat. Contohnya disiplin dalam hal ibadah seperti shalat fardhu yaitu shalat wajib, banyak nilai-nilai kedisiplinan yang begitu tinggi yang dapat kita ambil. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang mengerjakan shalat pada awal waktunya. Tidak menunda-nunda dan mengakhirkan waktu shalat. Kedisiplian yang diajarkan oleh Allah dalam shalat adalah tepat waktu. Dalam shalat juga ada nilai keteraturan yang tinggi. Kita harus selalu bangun pagi ketika shalat subuh, berangkat lebih awal di masjid untuk mencapai tempat didepan.
8. Langkah-langkah dalam membentuk karakter kedisiplin.
1) Strategi dalam membentuk karakter kedisiplinan
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk membentuk karakter kedisiplinan pada peserta didik. Di antaranya adalah sebagai berikut. a) Konsisten; b) Menghadirkan pujian; c) Memberikan hukuman; d) Bersikap luwes; e) Melibatkan peserta didik; f) Bersikap tegas; g) Jangan emosional. (Aunillah, 2011, p. 55). Strategi di tingkat kementrian pendidikan nasional.
Diantaranya: (1) Stream top down, yaitu sosialisasi, pengembagan regulasi, pengembagan kapasitas, implementasi dan kerjasama, monitoring dan evaluasi. (2) Stream bottom up, yaitu inisiatif dari satuan pendidikan. Pemerintah memberikan bantuan teknis kepada sekolah-sekolah yang telah mengembangkan dan melaksanakan pendidikan karakter sesuai dengan ciri khas dilingkungan sekolah tersebut. (3) Stream revitalisasi program, yaitu : merivitalisasi kembali program-program kegiatan pendidikan karakter dimana pada umumnya terdapat pada kegiatan ekstrakulikuler yang sudah ada dan setara dengan nilai-nilai karakter. (karakter, 2011, pp.5-6)
2) Unsur-Unsur dalam membentuk karakter kedisiplinan. (Xxxxxxx, 1993, p. 85).
a) Peraturan.
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku yang bertujuan untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.
b) Hukuman
Kata hukuman berasal dari kata kerja latin punire yang berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.
c) Pengarahan
Ahli filsafat xxxxxx xxxxxxx dalam Xxxxxxx Xxxxxxxx mengatakan bahwa dalam diri manusia ada dua tenaga pendorong kesenangan dan kemaksiatan, kita cenderung untuk mengulangi tingkah laku kesenangan dan hadiah serta menghindari tingkah laku atau perbuatan yang menimbulkan ketidaksenangan.
3) Metode dalam membentuk karakter kedisiplinan. (Nuriyatum, 2016, p. 180)
a) Dengan pembiasaan. Anak dibiasakan melakukan sesuatu dengan baik, tertib dan teratur, misalnya berpakaian rapi, keluar masuk kelas harus hormat pada guru, harus memberi salam dan lain sebagainya.
b) Dengan contoh dan teladan. Dengan tauladan yang baik atau usutun hasanah, karena murid akan mengikuti apa yang mereka lihat pada guru, jadi guru sebagai panutan murid untuk itu guru harus memberi contoh yang baik.
c) Dengan penyadaran. Kewajiban bagi para guru untuk memberikan penjelasan-penjelasan, alasan-alasan yang masuk akal atau dapat diterima oleh anak.
d) Dengan pengawasan atau kontrol. Bahwa kepatuhan anak terhadap peraturan atau tata tertib mengalami juga naik turun, dimana hal tersebut disebabkan oleh adanya situasi tertentu yang mempengaruhi terhadap anak, adanya anak yang menyeleweng atau tidak mematuhi peraturan maka perlu adanya pengawasan atau kontrol yang intensif terhadap situasi yang tidak diinginkan akibatnya akan merugikan keseluruhan.
e) Dengan nasehat. Di dalam jiwa terdapat pembawahan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar. Oleh karena itu teladan dirasa kurang cukup untuk mempengaruhi seseorang agar berdisiplin.
f) Dengan latihan. Melatih berarti memberi anak-anak pelajaran khusus atau bimbingan untuk mempersiapkan mereka menghadapi kejadian atau masalah-masalah yang akan datang.
9. Bentuk-bentuk Kedisiplinan.
Implementasi kedisiplinan idealnya segala aspek aktifitas kehidupan manusia, karena satu aspek saja terjadi ke-tidak disiplin-an maka akan mempengaruhi yang lain. Namun dalam pembahasan ini, penulis perlu memberikan batas sesuai tema pada penelitian ini. Batasan tersebut meliputi disiplin dalam belajar, disiplin dalam berbahasa, dan disiplin dalam beribadah.
1) Disiplin dalam Belajar
Proses pembelajaran di pesantren pada umumnya terjadi sepanjang waktu setiap harinya, dari pagi dini hari hingga tengah malam, tergantung materi yang diajarkan. Aktifitas keseharian di pesantren biasanya dimulai menjelang subuh dengan persiapan untuk berjamaah shalat subuh bersama-sama. Kemudian dilanjutkan mengaji selesai shalat subuh sampai malam sesuai dengan kelas atau tingkatannya masing-masing. Pendidikan semacam ini berpengaruh besar dalam kehidupan para santri. (Xxxxxx Xxxxx, 2012, p 108)
2) Disiplin dalam berbahasa
Mengingat perkembangan zaman yang senantiasa maju dan berubah-rubah, maka seharusnya pelajaran dalam pondok pesantren diselenggarakan dan disesuaikan dengan masa depan kehidupan para santri di masyarakat, dengan menggunakan didaktik dan metodik yang menguntungkan pula. Dalam pada itu hal ini tidak usah merubah inti keagamaan dan jiwa pondok pesantren tersebut di atas. Dengan demikian pondok pesantren dapat eksis dalam mencetak ulama yang intelek bukan intelek yang tahu agama, yakni ulama yang mampu menguasai bidang keilmuan dan keulamaan, sebagaimana diungkapkan oleh AL-Munawwir bahwa ulama adalah orang-orang yang memiliki pengatahuan luas tentang ayat-ayat Allah, baik bersifat kauniyyah (fenomena alam) maupun bersifat qur’aniyyah yang mengantarkan manusia kepada pengatahuan tentang kebenaran Allah, takwa, tunduk, dan takut. (Ulama, 1999, p. 34)
3) Disiplin dalam Beribadah
Meskipun setiap aktifitas manusia bisa dimaksudkan untuk beribadah, namun dalam penelitian ini hanya akan dibahas tentang ibadah shalat, karena disamping shlat merupakan pokok pangkal ibadah, juga amalan pertama yang akan diperhitungkan di hari kiamat.
Shalat merupakan perbuatan seseorang yang beriman dalam situasi menghadapkan wajahnya kepada xxxx Xxxxxx. Maka manakala shalat itu dilakukan secara tekun dan terus menerus akan menjadi alat pendidikan rohani manusia yang efektif, memperbaharui dan memelihara jiwa, serta memupuk pertumbuhan kesadaran. Demikian juga, dengan melaksanakan shalat dengan penuh rasa kekhusukan akan menjaga dari berbagai hal yang keji dan mungkar.
10. Kendala dan Solusi dalam Membentuk Karakter Kedisiplinan
1) Problem Penerapan Pendidikan Karakter
Menganalisis kegagalan pendidikan karakter tidak bisa hanya sepihak mengatakan bahwa kurikulum yang dirancang pemerintah gagal total memenuhi ekspekstasi masyarakat, orang tua, dan pemerhati pendidikan. Berhasil tidaknya sebuah kurikulum baru tentu dikembalikan kepada pihak yang terlibat langsung dalam penerapan pendidikan karakter. (Tu'u, 2004, p. 41)
Di indonesia agama diajarkan disekolah-sekolah negri. Namun kelihatannya pendidikan dan demoralisasi masyarakat yang tampak meningkat. Dilihat dari esensinya seperti yang terlihat dari kurikulum
pendidikan agama, sementara akhlak atau kandungan nilai-nilai kebaikan belum sepenuhnya disampaikan.
Sehubungan dengan pentingnya nilai dalam pendidikan karakter, Xxxxxxx menyatakan bahwa nilai berada dalam dunia ruhaniah/batiniah, spiritual, tidak terwujud, tetapi sangat kuat pengaruhnya dalam setiap perbuatan dan penampilan seseorang. (Ilahi, 2014, p. 97)
Hal senada juga dinyatakan oleh Xxxxxxxx Xxxxxxxxx, bahwa mendidik seseorang hanya untuk berfikir dengan akal tanpa disertai pendidikan moral berarti membangun suatu ancaman dalam kehidupan bermasyarakat. (Xxxxxxx, 2016, p. 3)
Ada beberapa hambatan yang dijumpai dalam pmenyelenggarakan pendidikan di lembaga pesantren terutama dalam pendidikan karakter, di antaranya. (Dacholfany, p. 117)
a) Kedatangan santri dari seluruh pelosok Indonesia bahkan dari luar negeri memiliki keragaman budaya sehingga mereka datang dengan membawa ukuran norma yang berbeda sesuai dengan norma dan nilai yang dianutnya. Hal ini menyebabkan proses pendidikan terutama pendidikan karakter memerlukan waktu yang panjang.
b) Para santri memiliki latar belakang ekonomi yang beragam. Sering ditemui santri yang memiliki tarap ekonomi kuat berlaku
sombong. Sebaliknya mereka yang berekonomi lemah cenderung rendah diri.
c) Jumlah santri yang cukup banyak memerlukan sistem evaluasi bertingkat yang cukup baik. Sistem delegasi dan pelaporan memerlukan perhatian khusus dari kyai dan para guru dan pengurus. Dalam hal ini terkadang ada santri senior yang kurang bijak dalam memberikan keputusan atau sangsi.
d) Adanya internet, HP, dan peralatan elektronik lainnya terkadang memberikan pengaruh negative pada karakter santri. Hal ini bisa ditangani dengan baik dengan penerapan sistim boarding school.
e) Tuntutan dunia kerja dan orang tua terhadap lulusan pesantren yang semakin tinggi mengakibatkan kapasitas pembelajaran di pesantren semakin keras dan menimbulkan stress bagi sebagian santri.
f) Dengan adanya sistem asrama yang sangat ketat juga menimbulkan kebosanan bagi sebagian santri. Hal ini bisa ditanggulangi dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan yang vareatif dan menentukan pembimbing untuk setiap kegiatan.
g) System pendidikan karakter yang memerlukan biaya sangat besar menuntut pengembangan beberapa unit usaha oleh yayasan pesantren. Hal ini sering menyita perhatian dan waktu guru untuk mendidik santri di Pondok Pesantren atau dilingkungan pesantren.
h) System kepemimpinan totalitas di pesantren memiliki resiko yang harus ditanggung oleh kyai, terutama dalam membagi waktu, tenaga, pikiran, perasaan dan dana. Permasalahan ini sangat memerlukan pengertian dan pengorbanan anggota keluarga kyai.
2) Solusi Penanaman Karakter Kedisiplinan
Dalam proses pembentukan karakter, pengawalan adalah mutlak dan sangat penting. Yang dimaksud dengan pengawalan adalah, bahwa seluruh tugas dan kegiatan santri selalu mendapatkan bimbingan dan pendampingan, sehingga seluruh apa yang telah diprogramkan mendapat kontrol, evaluasi, dan langsung bisa diketahui. Pengawalan ini sangat penting untuk mendidik dan memotivasi, tidak saja bagi santri, tetapi juga pengurus, instruktur bahkan kiyai juga ikut terdidik. (Xxxxxxx, 2006, p. 215)
a) Sifat Bimbingan di Pesantren.
Seperti dikemukakan sebelumnya, bahwa pelayanan bimbingan dimaksudkan untuk pemberian bantuan kepada individu/murid/santri. Dalam upaya pemberian bantuan tersebut, program bimbingan menekankan pada sifat-sifat pemberian bantuan sebagai berikut : (Shulton, 2006, p. 215)
b) Sifat pencegahan (preventive)
Yaitu pemberian bantuan kepada individu/murid/santri sebelum ia menghadapi kesulitan atau persoalan secara serius dan agar ia tidak menghadapi persoalan secara serius. Upaya ini dilakukan
dengan pemberian pengarahan yang positif terhadap individu serta dengan menciptakan suasana lingkungan pesantren termasuk pengajaran yang menyenangkan.
c) Sifat pengembangan (development)
Yaitu usaha bantuan yang diberikan pada individu/murid/santri dengan mengikuti perkembangan mentalnya, yang dumaksudkan terutama untuk memantapkan jalan berfikir dan tindakan murid/santri sehingga dapat berkembang secara optimal.
d) Sifat penyembuhan (curative)
Yaitu usaha bantuan yang diberikan kepada murid/santri mengalami persoalan serius. Tujuan bantuan ini adalah agar murid/santri yang bersangkutan terbebas dari kesulitan-kesulitan tersebut.
e) Sifat pemeliharaan (Treatment)
Yaitu usaha bantuan yang dilakukan untuk memupuk dan mempertahankan hasil-hasil positif dari pelayanan bimbingan yang telah diterima oleh murid/santri. Tujuan dari bantuan ini adalah agar murid/santri yang bersangkutan tidak lagi mengalami kesulitan serius setelah ia memperoleh kesembuhannya.
3) Fungsi Bimbingan
Dengan memperhatikan sifat bimbingan seperti diuraikan diatas, dapat dikemukakan fungsi pelayanan bimbingan di pesantren sebagai berikut:
a) Fungsi penyaluran
b) Fungsi pengadaptasian
c) Fungsi penyesuaian.
11. Implikasi dalam Pembentukan Karakter Kedisiplinan
Tujuan dari pendidikan karakter menurut Islam adalah menjadikan manusia yang berakhlak mulia. Dengan hal ini yang menjadikan tolak ukur adalah akhlak Xxxx Xxxxxxxx XXX dan yang menjadi dasar pembentukan karakter adalah al-Quran. Tetapi kita harus menyadari tidak ada manusia yang menyamai akhlaknya dengan Xxxx Xxxxxxxx XXX.
Pendidikan Pesantren menerapkan totalitas pendidikan dengan mengandalkan keteladanan, penciptaan lingkungan dan pembiasaan melalui berbagai tugas dan kegiatan. Sehingga seluruh apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh santri adalah pendidikan. Selain menjadikan keteladanan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan milieu, juga sangat penting. Lingkungan pendidikan itulah yang ikut mendidik. Penciptaan lingkungan dilakukan melalui : a) Penugasan, b) Pembiasaan, c) Pelatihan, d) Pengajaran, e) Pengarahan, f) Keteladanan. Semuanya mempunyai pengaruh yang tidak kecil dalam pembentukan karakter santri. (Nahlawi A. R., p. 127)
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Setelah penulis mencari beberapa referensi sebagai daftar pustaka terkait pembahasan tentang “Budaya OPPAR Organisasi Pelajar Pondok
Pesantren Modern Ar-Ridho dalam Membentuk Karakter Kedisiplinan di Pondok Pesatren Modern Ar-Ridho Sentul” peneliti menemukan beberapa skripsi dari para mahasiswa yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Adapun karya-karya mahasiswa yang berkaitan dengan judul skripsi peneliti, diantaranya :
1) Penelitian yang dilakukan oleh X. Xxxxx Xxxxxxxx yang berjudul “Implementasi Budaya Organisasi dalam Peningkatan Pelayanan Administrasi Pendidikan di Man 1 Makassar”. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriftif. Hasil peneliti yang dilakukan oleh Xxxxx Xxxxxxxx menyimpulkan bahwa budaya organisasi yang kemudian dipilih secara selektif, disepakati hingga menjadi sebuah budaya secara bersama-sama di MAN 1 Makassar bisa dikatakan telah berhasil penerapannya dan memiliki efek yang memuaskan yang terlihat dari harmonisnya sebuah pelayanan terhadap stakeholder serta terjalinnya dengan baik sebuah hubungan koordinasi antar sesama pegawai dalam menyelesaikan sebuah tugas dan amanah. Disamping adanya unsur budaya organisasi yang menjadi pendukung dalam menjaga kondusifitas kerja pegawai secara personal, perlu kiranya juga ada penguatan dari segi sistem administrasi sebagaimana di MAN 1 Makassar dari ketiga sistem yang telah disebutkan di atas menjadikannya sebuah prinsip dalam menjaga sistem pelayanannya agar tetap berjalan sesuai dengan idelanya. Dan lagi-lagi
peneliti mengamati dan menyimpulkan bahwa konsep ini memiliki kontribusi yang sangat membantu sekolah MAN 1 Makassar ini dalam meningkatkan kualitas pelayanan administrasinya menuju pada peningkatan sebuah akreditasnya.
Penelitian yang dilakukan X. Xxxxx Xxxxxxxx memiliki kemiripan dengan yang penelitian yang dilakukan peneliti di antaranya dalam hal budaya organisasi.Sehingga penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada peneliti untuk kelengkapan penelitian di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
Perbedaan penelitian ini adalah peningkatan pelayanan administrasi, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah dalam membentuk karakter kedisiplinan.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Xxxx Xxxxxxxx yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan BTS Syariah Kantor Pusat”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil analisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan yang telah dilakukan oleh penulis, dari hasil jawaban kuisioner yang telah disebarkan kepada 50 responden dengan menggunakan program SPSS versi 20. Berdasarkan hasil uji regresi linier sederhana di peroleh nilai signifikan sebesar 0.000 sehingga dapat disimpulkan bahwasanya budaya organisasi (X) berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y) pengaruh X (Budaya Organisasi) terhadap Y (Kinerja Karyawan) sebesar 57,7%. Hal
tersebut terbukti berdasarkan uji derterminasi didapatkan pengaruh sebesar 0,577 atau setara 57,7% dan sisanya sebesar 42,3%.
Penelitian yang dilakukan Xxxx Xxxxxxxx memiliki kemiripan dengan yang penelitian yang dilakukan peneliti di antaranya dalam hal budaya organisasi.Sehingga penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada peneliti untuk kelengkapan penelitian di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
Perbedaan penelitian ini adalah pendekatan penelitian kuantitatif, kinerja karyawan, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, karakter kedisiplinan.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Biyan Muda Intan yang berjudul “Karakteristik Perilaku Organisasi pada Baitul Mall Wattamwill”. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriftif. Hasil penelitian yaitu kegiatan perilaku organisasi memiliki tiga karakteristik penting yaitu perilaku, struktur, dan proses. BTM Al Fath memiliki karakteristik perilaku yang terarah dari segi perilaku pembentukannya yaitu meliputi komunikasi antara individu, kelompok dan lingkungan. Perilaku yang ditunjang dengan komunikasi yang baik antara individu dan kelompok serta antara internal BTM Al Fath dengan eksternalnya menghasilkan perilaku organisasi yang baik. Program yang terukur jelas dan berbanding lurus dengan visi misi dan tujuannya ditunjang dengan struktur organisasi yang lengkap sehingga dapat mengatur hubungan yang baik antara bagian dan dapat
memanfaatkan semua kemampuan ke suatu tujuan organisasi sesuai dengan visi misi BTM Al Fath slain itu struktur organisasi yang digunakan BTM Al Fatha akan mempermuda dalam proses pengambilan keputusan.
Penelitian yang dilakukan Biyan Muda Intan memiliki kemiripan
dengan yang penelitian yang dilakukan peneliti di antaranya dalam hal budaya organisasi. Sehingga penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada peneliti untuk kelengkapan penelitian di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
Perbedaan penelitian ini adalah Baitul Mall Wattamwill, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah karakter kedisiplinan.
A. Tujuan Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian yaitu untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang fokus dan subfokus penelitian. Ditinjau dari fokus dan subfokus penelitian yang ditetapkan pada latar belakang masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk menganalisis:
1. Untuk menganalisis konsep kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho yang diterapkan di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
2. Untuk menganalisis langkah-langkah pembentukan karakter kedisiplinan santri dalam disiplin bahasa, ibadah, dan belajar yang diterapkan di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
3. Untuk menganalisis kendala-kendala dalam pembentukan karakter disiplin di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho dan bagaimana upaya dalam penggulangannya.
4. Untuk menganalisis implikasi kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho dalam membentuk karakter disiplin santri dalam disiplin bahasa, ibadah, dan belajar.
B. Pendekatan Penelitian.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Xxxxxxan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus dan subfokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. (Xxxxxxxx, 2014, p. 1)
Adapun metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Studi kasus ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut. (Xxxxxxxx, 2017, p. 3)
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat.
Tempat penelitian ini di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul Sekolah yang beralamat di Kp. Parung Aleng Ds. Cikeas Kec. Sukaraja Kab. Bogor Provinsi Jawa barat.
2. Waktu.
Penelitian ini dilaksanakan sejak observasi awal pada tanggal 11 Januari sampai April semester genap tahun ajaran 2019/2020, Dalam jangka waktu tersebut peneliti membagi penelitian ini kedalam beberapa tahapan yaitu tahap perizinan penelitian, seminar proposal, pelaksanaan penelitian, pengolahan data, ujuan Akhir.
D. Data Penelitian.
1. Data Penelitian.
Data merupakan tulisan-tulisan dan catatan-catatan mengenai segala sesuatu yang didengar, dilihat, dialami, dan bahkan yang di pikirkan oleh peneliti selama kegiatan pengumpulan data dan mengrefleksikan kegiatan tersebut.
a. Data Primer
Data primer yaitu, data yang langsung dari sumber utamanya.
Tabel 1 Waktu Penelitian
No | Kegiatan | Waktu | |||
Januari | Februari | Maret | April | ||
1 | Perizinan Penelitian | ||||
2 | Seminar Proposal | ||||
3 | Pelaksanaan Penelitian | ||||
4 | Pengolahan Data | ||||
5 | Ujian Akhir |
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen dan artikel tentang kepemimpinan OPPAR dalam membentuk karakter kedisiplinan waktu di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam penggumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan tertulis maupun lisan. (Arikunto, 2013, p. 172).
a. Informan.
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai ialah sumber utama yang dicatat melalui catatan tertulis atau menggunakan record dan rekaman video. Wawancara atau pengamatan merupakan hasil usaha gabungan dari melihat, mendengar, dan bertanya. Adapun informan dalam penelitian ini adalah Kepala Kepesantrenan, Asatidz, dan Pengurus OPPAR.
b. Dokumen.
Dokumen yang dimaksud disini adalah berbentuk sumber data arsip dan dokumen tentang berbagai hal yang menyangkut dengan kepemimpinan OPPAR dalam membentuk karakter kedisiplinan waktu di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul. (buku, program kerja, artikel, jurnal).
Tabel 2 Data Penelitian
No | Data | Sumber Data |
1 | Kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho. | Sumber Data Primer 1. Wawancara Ustadz Staf Pengasuhan, 2. Wawancara Pengurus OPPAR Sumber Data Sekunder 1. Dokumen program kerja bagain OPPAR. 2. Dokumen jadwal kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan OPPAR. 3. Dokumen Struktur Pengurusan OPPAR. |
2 | Karakter Kedisiplinan Santri di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul. | Sumber Data Primer 1. Wawancara Ustadz Staf KMI Sumber Data Sekunder 2. Dokumen jumlah tenaga pendidik di Pondok Pesantren Ar-Ridho Sentul 3. Gambar kegiatan-kegiatan santri yang terkait dengan kedisiplinan santri. 4. Dokumen Peratutar-peraturan dan Pelanggaran-pelanggaran Santri di Pondok Pesantren Ar-Ridho |
3 | Kendala-kendala dalam Membentuk Karakter Disiplin Santri di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul dan upaya penanggulangannya | Sumber Data Primer 1. Wawancara Ustadz Staf KMI. (Berkaitan dengan kendala dan upaya penggulangannya) |
Langkah-langkah dalam Membentuk Karakter Kedisiplinan Santri di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul | Sumber Data Primer 1. Wawancara Ustadz Xxxxxxxxxx Xxxxxx Data Sekunder |
E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (paticipan observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan dokumentasi. (Xxxxxxxx, 2014, p. 63).
Gambar 1
Macam-macam Teknik Penggumpulan Data
Dokumentasi
Macam Teknik
Wawancara
Observasi
Triangulasi
1. Observasi
Observasi adalah kegiatan mempelajari satu gejala dan peristiwa melalui upaya melihat dan mencatat data atau informasi secara sistematis dengan menggunakan langkah-langkah tertentu sesuai dengan yang diperlukan dilapangan sebagai data yang akan dipersiapkan. (Xxxxxxxx, 2016, p. 203).
Adapun jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non-partisipan, peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan tanpa menjadi bagian dari situasi yang terjadi. Peneliti memang hadir tempat secara fisik ditempat, namun hanya mengamati serta melakukan pencatatan secara sistematis terhadap informan yang diperoleh. (Xxxxxxxx, 2016, p. 204)
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah melalui tatap muka antara pihak penanya (Interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (Interview). (Xxxxxxxx, 2016, p. 204)
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara semi terstruktur yakni untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka serta mendapatkan pendapat dan ide dari nara sumber.Beberapa informan atau nara sumber ialah :
a. Staf Pengasuhan Santri Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
b. Staf KMI Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
c. Pengurus OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar- Ridho.
d. Media pendukung yang digunakan peneliti adalah: 1) Handphone, 2) Buku catatan, 3) Kamera
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan pemikiran. (Arikunto, 2013, p. 274)
Beberapa dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah foto-foto real yang menunjukkan bukti wawancara, brosur yayasan, data- data yang diperlukan dalam penelitian, maupun karya yang berkaitan dalam penelitian.
4. Triangulasi
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumupulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek kredibilatas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data.
Teknik triangulasi, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi, wawancara mendalam, dam dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. (Xxxxxxxx, 2016, pp. 241-242)
F. Prosedur Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. (Xxxxxxxx, 2016, p. 243)
Berdasarkan dari penjelasan di atas peneliti dapa menyimpulkan bahwa analisi ada adalah proses yang dilakukan peneliti untuk meyusun dan mengelolah data yang didapatkan saat melakukan penelitian secara sistematis dan terstruktur.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah di lapangan. Sedangkan dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data daripada setelah seleksi pengumpulan data. Berikut dijakikan proses analisis data.
1. Analisis Sebelum di Lapangan.
Analisi sebelum di lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data hasil studi pendahuluan, data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian, melakukan observasi terdahulu di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul untuk mendapatkan gambaran serta fokus penelitian.
2. Analisis data di Lapangan
Analisis di lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini dalam analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancari setelah dianalisis belum cukup memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu hingga diperoleh data yang dianggap kredibel.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Xxxxx dan Xxxxxxxxx bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu
:
a. Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data yang di lakukan dalam penelitian ini adalah proses merangkum, mengkerucutkan data yang didapatkan agar dapat memfokuskan pada hal-hal yang terpenting sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Display (Penyajian Data)
Penyajian data yang di lakukan dalam penelitian ini adalah menyajikan semenarik mungkin dalam bentuk uraian yang jelas, singkat, padat, dan bagan agar mudah dipahami oleh pembaca.
c. Drawing/Verfication (Kesimpulan/Verivikasi.
Kesimpulan dalam yang di lakukan dalam penelitian ini adalah temuan baru yang sebelumnya belum perna ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang- remang atau gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis, ataupun teori.
G. Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data (trusttwohiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keterahlian (transferability), kebergantungan (dependenbility), dan kepastian (confirmability). Xxxxxxx, 2015, pp. 324- 326).
1. Kredibilitas (credibility)
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah penelitian, observasi yang detail, triangulasi, peer debriefing, analisis khusus negatif, membandingkan dengah hasil penelitian lain, dengan member check. Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan dan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
d. Peer Debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspon hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
e. Mengadakan Member Check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengambang pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya data, serta dugaan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.
2. Transferbility yaitu, apakah hasil penelitian dapat diterapkan pada situasi yang lain.
3. Dependability yaitu, apakan hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat imterprentasi untuk menarik kesimpulan.
4. Comfirmability yaitu, apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan hasil lapangan. Hal ini, dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.
Dalam memastikan keabsahan data yang ada, peneliti melakukan pengecekan data dengan metode triangulasi sebagai alat untuk pengecekan keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. (Xxxxxxx, 2010, p. 330)
Triangulasi metode data penelitian ini dilakukan pada Asatidz, Pengurus OPPAR, dan Santri.
Gambar 2
Triangulasi Metode
Wawancara
Observasi
Dokumentasi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokus Penelitian
1. Letak Geografis
Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul merupakan salah satu Pesantren yang terletak di kabupaten bogor, dengan luas tanah 350.000 m3 dan berlokasi di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul Rt.03/03 Kp. Parung Aleng Ds. Cikeas Kec. Sukaraja Kab. Bogor Jawa Barat.
Lingkungan Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul Bogor letaknya strategis yang berarti cukup tentram dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sehingga jauh dari kebisingan kendaraan.
2. Sejarah Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul
Berawal dari niat ikhlas dan semangat mendirikan sebuah lembaga pondok pesantren yang menyatukan unsur IPTEK dan IMTAQ, KH.Xxxxxx xxx X.Xxxxxx Xxxxxxx yayasan Ar-Ridho Palmerah yang saat itu telah bekerjasama dengan yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar kurang lebih 30 tahun sejak tahun 1985 dalam membantu program pemerintah mencerdaskan bangsa melalui pendidikan. Beliau mewakafkan sebidang tanah di bogor yang beralamatkan Kp.parung aleng Ds.Cikeas Kec.Sukaraja Kab.Bogor, diatas tanah inilah kemudian beliau mendirikan pondok pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul. Mula-mula pada tahun 2005 di tanah ini didirikan sebuah musholla, asrama dan taman bermain untuk dijadikan
sebagai sarana belajar Al-Quran oleh putra putri penduduk sekitar parung aleng, dikarenakan luas tanah tersebut kurang lebih 350.000 m3, maka beberapa area tersebut dibuka untuk lahan perkebunan, persawahan dan outbond park yang disewakan untuk umum dan pada tahun 2010 xxxxx xxxx Xxxxxx berdiskusi dengan putra ke duanya XX.Xx.Xxxxxx. MSc. Akan keinginannya mendirikan sebuah pesantren ditempat tersebut, beliau meminta kepada putranya untuk mencari beberapa pesantren yang telah maju untuk dijadikan panutan atau refrensi maka putranya mengajukan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo sebagai panutan karena telah diakui sukses mencetak kader-kader pemimpin umat, dan ketika itu kyai Xxxx Xxxxxx menyutujuinya dan mengutus putranya untuk bersilaturrahmi dan meminta restu ke Pimpinan Pondok Modern Darussalam gontor, dan ketika itu KH.Xx.Xxxxxxxx Xxxxxx Xxxxxxxx, M.A. menyutujui dan merestui niat baik tersebut serta bersedia untuk membina dan membimbing pendirian Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul. namun sebelum selesai pembangunan dan peresmian Pondok Pesantren pada tanggal 10 oktober 2011 kyai Xxxx Xxxxxx Xxx Xxxx Xxxxxx pulang ke Xxxxxx Xxxxx S.W.T Kesedihan dan kepiluan yang dialami oleh putra dan keluarganya karena ditinggal oleh beliau. Namun putranya XX.Xx.Xxxxxx. MSc. Tetap bersemangat mewujudkan cita-cita orang tuanya, maka dengan kerja keras dan niat ikhlas serta semangat yang tinggi pada tanggal 1 juli 2012 M./11 sya’ban 1433 H. Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul dibuka dengan resmi dan di Pimpin oleh Putra
ke dua dari almarhum Kyai Xxxx Xxxxxx bin Xxxx Xxxxxx yaitu XX.Xx.Xxxxxx. MSc.
3. Visi Xxx Xxxx
a. Visi
Sebagai lembaga pendidikan islam yang melahirkan kader-kader pemimpin umat. Menjadi tempat ibdah, serta menjadi sumber ilmu pengetahuan islam, bahasa, al-qur’an dan ilmu pengetahuan umum untuk kesejahtraan lahir batin, dunia akhirat.
b. Misi
Mendidik dan mengembangkan generasi mukmin muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas serta berhidmat kepada umat. Mengajarkan pengetahuan umum dan agama secara seimbang menunju terbentuknya manusia yang intelek. Mempersiapkan warga Negara yang berkeperibadian Indonesia bertaqwa kepada Allah SWT.
4. FalsafahPondokpesantren Modern Ar-Ridho Sentul
a. Motto Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul
1) Berbudi Tinggi
2) BerbadanSehat
3) Berpengetahuan Luas
4) BerfikiranBebas
b. Panca Jiwa Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul
1) Keikhlasan
2) Kesederhanaan
3) Berdikari
4) Ukhuwah Islamiyah
5) Kebebasan
c. Panca Jangka Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul
1) Pendidikan dan Pengajaran
2) Kaderisasi
3) Pergedungan
4) Pengadaan Sumber Daya Manusia
5) Kesejahteraan Keluarga Pondok
d. Orientasi Pendidikan dan Pengajaran Pondok Pesantren Modern Ar- Ridho Sentul.
1) Keislaman
2) Keilmuan
3) Kemasyarakatan
e. Startegi Pendidikan Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
1) Kehidupan pondok dengan segala Totalitasnya menjadi media pembelajaran dan pendidikan.
2) Pendidikan berbasis komunitas yaitu segala yang didengar, dilihat, dirasakan, dikerjakan, dan dialami oleh para santri dan seluru warga pondok dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
f. Struktur Organisasi dan Tenaga Kependidikan Pondok Pesantren Modern Ar-ridho Sentul.
Gambar 3 Struktur Organisasi
Lembaga tertinggi dalam organisasi Balai Pendidikan Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul ialah Badan Wakaf. Pimpinan
MAHASISWA
SANTRI
SANTRI
DEMA
PRAMUKA
OPPAR
ALUMNI
SANTRI
IKPM
PENGASUH AN
SANTRI
KMI
PIMPINAN PONDOK
BADAN WAKAF
adalah badan eksekutif (setelah wafatnya pera pendiri pondok) yang dipilih oleh Badan Wakaf. KMI, PENGASUHAN, dan IKPM adalah lembaga-lembaga yang dibawahi Pimpinan Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho. OPPAR, PRAMUKA, dan DEMA adalah bagian-bagian yang dibawahi oleh PENGASUHAN.
g. Data jumlah asatidz di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul
Tabel 3
Para asatidz Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul adalah para alumni dari Pondok Modern darussalam Gontor Ponorogo, alumni Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul dan pondok-pondok alumni lainnya .Dan seluruh guru PPM Ar-Ridho Sentul berjumlah 65 tederi dari guru tetap, mahsiswa, kader pondok, dan pengabdian.
Adapun kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kompetesi guru di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul adalah
Data Asatidz PPM. Ar-Ridho
Jenjang Pendidikan | Jumlah | Status |
Magister (S-2) | 5 | Di Pondok |
Sarjana (S-1) | 20 | Di Pondok |
Xxxxxxx Xxxx (D-III) | 25 | Di Pondok |
Pengabdian | 15 | Di Pondok |
Jumlah | 65 |
sebagai berikut.
a. Penataran dan Pelatihan untuk seluruh guru
b. Ta’hil (Pengayaan Guru Materi Pelajaran) dan program mingguan
c. Tugas Belajar
d. Pemeriksaan satuan pelajaran
e. Supervisi pengajaran
f. Pemeriksaan pecapaian target KBM dengan memeriksa buku-buku.
h. Data Santri Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul
i. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
Tabel 4 Jumlah Santri
KELAS/ABJAD | B | C | D | E | JUMLAH |
1 | 31 | 29 | 32 | 32 | 124 |
2 | 28 | 24 | 28 | 23 | 103 |
3 | 35 | 34 | 31 | 100 | |
4 | 33 | 33 | |||
5 | 31 | 31 | |||
6 | 37 | 37 | |||
1 INT | 26 | 26 | |||
3 INT | 15 | 15 | |||
JUMLAH SELURUH SANTRI PPM AR-RIDHO SENTUL | 469 |
Salah satu unsur terpenting dalam pendidikan adalah adanya sarana dan prasarana yang mendukung terselengaranya proses belajar mengajar.
Untuk menunjang pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul, pondok tidak hanya
mengembangkan pembangunan saja, akan tetapi pondok juga melakukan pemeliharaan untuk seluruh sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul. Tercatat setiap tahunnya PPM Ar-Ridho Sentul selalu mengembangkan proses pembangunan dan pemeliharaan bagi sarana dan prasarananya yang
ada. Karena kegiatan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana termasuk salah satu poin dari cangka jangka.
Peningkatan sarana dan prasarana yang ada di PPM Ar-Ridho Sentul, diharapkan dapat membantu kualitas sistem serta output pendidikan di PPM Ar-Ridho Sentul. Sarana dan prasarana yang terdapat di PPM Ar-Ridho Sentul terdiri dari :
a. Masjid
b. Musholah
c. Gedung Sekolah
d. Aula (Balai Pertemuan)
e. Asrama Santri
f. Perumahan Guru
g. Xxxxxx Xxxxasuhan
h. Kantor KMI
i. Dapur Umum
j. Lab. Komputer & Bahasa
k. Lab. IPA
l. Lapangan Bola, Basket, Badminton, Tenin Meja, Voli, Futsal
m. Out Bond
n. Koperasi Pelajaran’
o. Cafe
p. Ruang Pimpinan
q. Ruang Kepala Sekolah dan TU
r. Ruang Kesehatan
s. Ruang Kesenian
t. Ruang Organisasi OPPAR/Kooardinator
u. Ruang Administrasi
v. Rauang Seketariat Pimpinan
w. Kebun
x. Villa (Penginapan)
y. Kamar Mandi (Khusus Santri, Tamu, Dan Guru)
B. Hasil Temuan Penelitian
Deskripsi data pada penelitian ini di peroleh melalui observasi, dan wawancara. Dari data hasil observasi wawancara, dan hasil observasi, yang diperoleh dari Staf Pengasuhan Santri, Koordinator KMI, Pengurus OPPAR, dan Mudabbir (Pengurus Rayon). Tentang kepemimpinan OPPAR Organisasi
1. Konsep kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho.
a. Bentuk kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho.
Bentuk kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho di suatu lingkungan pendidikan Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul, sejatinya diperlukan sebuah kerjasama yang komprensif dari setiap unsur pondok pesantren baik itu kyai, ustadz, OPPAR, dan mudabbir (pengurus rayon) dalam mengimplementasikan nilai-nilai normatif yang telah disepakati atau nilai yang telah dijadikan sebuah acuan dalam menjaga stabilitas lingkugan pondok pesantren secara psikologi dan sosial.
Adapun bentuk kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho adalah kepemimpinan yang terstruktur, yang terdiri pimpinan, pengasuhan santri, bagian OPPAR, dan mudabbir (pengurus rayon). Struktur kepemimpinan yang ada di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul, sangat berperan penting dalam menjaga mekanisme kerja secara teknis yang akan memperbaiki sistem yang ada di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh informan, CLHW 01.1 Staf (PGSA), (11/3/20) menyatakan bahwa:
“Kyai atau pengasuh sebagai pemimpin, menjadi sentral fugure yang memiliki otoritas dalam menata kehidupan pesantrennya. Kyailah yang menentukan visi dan misi, nilai dan jiwa, orientasi dan filsafat hidupnya. Bahkan, kyai pula yang harus merumuskan langkah-langkah pengembangan pesantrennya. Adapun
pengasuhan santri di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul di bawah kendali langsung pimpinan. Pengasuhan santri berperan sebagai katalisator dalam membina, mengarahkan, dan mendidik kehidupan santri. Berlandaskan motto “Siap memimpin dan mau di pimpin”, Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul (OPPAR) merupakan sarana pendidikan kepemimpinan bagi santri. Di bawa arahan dan bimbingan staf Pengasuhan Santri, OPPAR menggerakkan segala aktivitas santri. Adapun mudabbir (pengurus rayon) ialah yang menjalankan program yang membantu program kerja OPPAR. Xxxxxxxx yang mempunyai peran dalam merangkul adik-adiknya dengan memakai hati dan tampa ada kekerasan, xxxxxxxx yang mengajak adik-adiknya untuk bisa berubah menjadi anak yang berakhlak baik”
Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh informan, CLHW 02.1 Pengurus.(OPPAR), (12/3/20) menyatakan bahwa:
“Jadi kepemimpinan yang ada di Pondok Pesantren Modern Ar- Ridho Sentul ini adalah kepemimpinan yang terstruktur yang terdiri dari kyai, pengasuhan santri, pengurus OPPAR, dan mudabbir (pengurus rayon). Xxxxxx kebijakan pengambilan keputusan, yang mempunyai otoritas untuk memutuskan hanya kyai/pimpinan. Untuk menerapkan sebuah kebijakan pimpinan, perlu ada yang mengawal kebijakan agar kebijakan tersebut dapat terlaksana dalam kegitan pondok dan yang mengawal kebijakan tersebut adalah staf pengasuhan santri. Staf pengasuhan santri yang mengasuh santri 24 jam secara menyeluruh dari kelas 1 sampai kelas 6 staf pengasuhan santri sebagai pengawal kebijakan itu sampai kepada pelaksanaannya. Pengurus OPPAR sebagai pelaksana kebijakan tersebut selalu akan dikawal oleh staf pengasuhan santri. Karena santri ini sudah banyak dan memiliki asrama atau rayon maka pengurus OPPAR butuh namanya pembantu yang diambil dari adik kelas 4 mereka adalah xxxxxxxx xxxxxxxx asrama atau rayon. Mudabbir sebagi pembantu OPPAR yang mengurus santri-santri di asrama atau di rayon selama 24 jam dan bertugas melaporkan segala permasalah kebagian pengurus OPPAR”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti dapat memberi kesimpulan bahwa kepemimpinan di Pondok Pesantren Modern Ar- Ridho Sentul yaitu kepemimpinan yang terstruktur dan terintegrasi yang terdiri dari kyai/pimpinan, pengasuhan santri, pengurus OPPAR, dan mudabbir (pengurus asrama).
Bagi peneliti dalam menjalankan segala aktivitas yang ada di pondok untuk mencapai sesuatu target tertentu dengan memakai pola kepemimpinan yang terstruktur dan terintegrasi akan jau bisa lebih cepat lebih menghemat tenaga sekaligus lebih produktif dalam pencapaiannya.
b. Sistem kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho.
Semua tata kehidupan di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul diatur oleh organisasi yang digerakkan oleh santri dan guru/ustadz. Hal ini dimaksudkan agar, Pondok Pesantren Modern Ar- Ridho Sentul sebagai lembaga kaderisasi pimpinan, organisasi menjadi wadah untuk pelatihan, pendadaran, dan penggodokkan untuk bisa menyelesaikan sekian banyak permasalahan, bahkan kesulitan- kesulitan. Karena kenyataannya, mereka yang banyak bekerja, berbuat, dan berfikir adalah mereka yang bisa menyelesaikan banyak permasalahan dan tantangan. Mereka yang produktif, dinamis dan inovatif adalah mereka yang semangat dalam menjalankan tugas-tugas di pondok.
Kaderisasi di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul adalah tugas yang sangat mulia, karena dia mencetak manusia- manusia yang siap bertanggungjawab atas apa yang diamanahkan oleh Allah. Manusia-manusia inti yang akan mewarnai dan mengarahkan kehidupan ini menjadi lebih baik dan terhormat.
Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh informan, CLHW 01.2 Staf (PGSA), (11/3/20) menyatakan bahwa:
“Bahwa sistem kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho yang ada di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul adalah sistem kaderisasi pemimpin. Bahwa pemimpin memegang peranan yang penting, maka mengkader pemimpin jauh lebih penting, karena kaderisasi berarti melanjutkan apa yang telah diprogramkan, dilaksanakan dan dicita- citakan agar tidak terputus atau diselewengkan nilai-nilai, jiwa dan filsafat hidupnya di kemudian hari”
Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh informan , CLHW 02.2 Pengurus.(OPPAR), (12/3/20) menyatakan bahwa:
“Jadi sistem kepemimpinan yang digunakan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho sistem kaderisasi pemimpin. Selaruh penugasan baik itu dari pimpinan ke bawahannya secara tidak langsung maupun secara langsung adalah proses kaderisasi. Pertama tadi ada pimpinan, yang mana pimpinan tersebut memberikan tugas kepada pengasuhan pengasuhan juga memberi tugas kepada pengurus OPPAR Organisasi pelajar Pondok Pesantren Moder Ar-Ridho kemudian pengurus OPPAR kebagian mudabbir (pengurus rayon) dan kemudian pengurus- pengurus asrama memberi tugas kepada anggota-anggotanya di situ semua lini, semua individu akan terlatih dari tugas yang diberi itu dilaksanakan sebaik mungkin. Maka disitulah mengajari antara atasan dengan bawahan antara ustadz kepada santri antara kakak kelas kepada adik kelas antara pengurus dengan anggota mengajari bagaimana menyelesaikan sebuah masalah. Kenapa Karena suatu saat nanti tidak selamanya ada di pondok ini karena mereka juga
setelah belajar di pondok ini, harus kembali ke masyarakatnya. Tapi juga sebagian dari mereka yang menetap di pondok baik yang akan terjun ke masyarakat maupun yang menetap di pondok semuanya dibekali dengan ilmu-ilmu, tugas-tugas dengan perintah- perintah, intruksi-intruksi di situ dia banyak belajar akhirnya ilmu itu terus mengalir kepada santri-santrinya. Jadi adanya sistem kaderisasi yang ada di lembaga pendidikan khusunya di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul agar lembaga tersebut tidak akan mati dimasa yang akan datang meski ditinggal oleh kyainya atau pendirinaya”
Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti dapat memberi kesimpulan bahwa segala sesuatu yang ada di pondok pesantren, yang berkaitan dengan tugas-tugas baik itu secara langsung maupun tidak langsung itu semua adalah proses kaderisasi pemimpin. Oleh karena itu adanya penugasan tersebut untuk melatih dan mendidik agar kader- kader pemimpin ketika kembali ke masyarakat atau bahkan melanjutkan perjuangan di suatu lembaga pendidikan, tidak akan merasa bingung, karena sistem dan nilai sudah menyatu dalam dirinya.
c. Tipologi gaya kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho.
Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi dimana seluruh keputusan dan kebijakan serta pemikirannya berpusat pada pemimpin negara. Salah satu ciri-cirinya yaitu peningkatan otrokasi, di mana otrokasi tersebut merupakan suatu bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya dipegang penuh oleh satu orang.
Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh informan , CLHW 01.3 Staf (PGSA), (11/3/20) menyatakan bahwa:
“Dilaksanakan pemilihan kandidat ketua OPPAR yang bertempat di Aula Pertemuan Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul, acara ini adalah tahap sebelum terakhir dalam rentetan Laporan Pertanggung Jawaban dan Serah Terima Amanat OPPAR, diawali dengan pesan dan nasehat oleh Bapak Pimpinan Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul para kandidat ketua OPPAR akan berorasi sesuai visi dan misi perindividual, yang nantinya akan disimak oleh komisi pemilihan ketua OPPAR dan segenap warga OPPAR, setelah berorasi akan masuk ke proses selanjutnya yaitu pengambilan hak suara/pencoblosan diawali oleh warga OPPAR kemudian dewan guru senior dan dilanjutkan dengan xxxxxx yang akan mengambil suaranya di bilik yang telah disediakan oleh panitia dan masing-masing memberikan 1 suara saja pada kandidat ketua OPPAR kemudian hasil dari pemilihan itu dimusyawarahkan lagi oleh guru-guru (tim pengurus) yang mewakili guru-guru KMI yang lain, setelah semua dihitung maka hasil suara akan segera di berikan kepada Bapak pimpinan Pondok Pesantren Modern Ar- Ridho Sentul guna kembali dimusyawarahkan dan nantinya akan disetujui. Yang harus diingat adalah tentang sunnah pemilihan pengurus organisasi pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho (OPPAR) bahwa belum tentu calon pengurus yang mendapatkan suara terbanyak bisa menjadi pengurus sesungguhnya. Hal ini berkaitan dengan adanya demokrasi terpimpin maka semua keputusan atas hasil dari pemilihan dibawah persetujuan bapak Pimpinan Pondok pesantren Moderan Ar-Ridho Sentul”
Hal yang serupa disampaikan oleh informan , CLHW 02.3 Pengurus.(OPPAR), (12/3/20) menyatakan bahwa:
“Jadi gaya kepemimpinan yang diterapkan OPPAR Orgaisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho adalah demokrasi terpimpin. Demokrasi itu kan suara terbanyak, jadi siapa yang banyak suaranya dia yang akan dipilih. Tapi kalu di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho sentul demokrasi terpimpin maksudnya maupun suara terbanyak tidak berarti mutlak yang akan diterapkan karena jika suara terbanyak tadi itu bertentangan dengan
nilai-nilai pondok, tetap tidak akan kita putuskan. Oleh karena itu di kembalikan kepada otoritas pimpinan tertinggi. Contoh beberapa hari yang lalu, ada pemilihan ketua OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho yang baru. Yang mana calon ketua OPPAR yang baru terdapat empat kadidat sedangkan yang akan diambil hanya dua saja. Kemudia santri-santri diwajibkan untuk memilih kadidat tersebut . Maka diperolehlah sura terbanyak dari empat kadidat tersebut cuman dua yang terpilih. Setelah diperoleh suara terbanya, kemudian dirapatkan lagi dengan pimpinan pondok untuk membahas tentang kepribadian, karakter moral, dan karakter kinerja. Apabila tidak sesuai denga nilai-nilai tersebut maka yang berhak untuk memutuskan hanyala pimpinan yang mempunyai otoritas tertinggi di pondok”
Dri hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul membina keorganisasian dengan cara demokrasi yang sesuai dengan fitrah manusia, tidak menganut demokrasi, hak asasi manusia, dengan semacamnya seperti yang dilakukan diluar. Pengalaman berorganisasi di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul, selalu menghidupkan pemerataan, pemberdayaan dalam berorganisasi, maka dari itu setiap tahun di adakan pergantian pengurus Organisasi Pelajar. Ini adalah sunnah pondok modern yang sudah berjalan sejak dahulu yang sesuai dengan moto Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul “Siap memimpin dan siap di pimpin” dan “Patah tumbuh hilang berganti”.
Bagi peneliti demokrasi yang di terapkan di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul jejak dahulu adalah demokrasi di alam pendidikan yang disebut demokrasi terpimpin, demokrasi terpimpin disini dengan artian : 1) Islam mengenal hal ini dan tidak mengenal
demokrasi liberal, 2) Seseorang memimpin harus ditaati selama ia tidak melanggar hukum-hukum islam, 3) Seorang calon pemimpin bisa jadi pemimpin walaupun ia tidak mendapatkan suara terbanyak,
4) Pemimpin yang mendapatkan suara terbanyak dan terpilih menjadi pemimpin tetapi ia tidak melaksanakan hukum-hukum/syariat islam atau memerintah sesuatu yang berlawanan dengan Al-Qur’an dan sunnah atau menyuruh berbuat maksiat maka ia tidak dapat ditaati.
d. Metode kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho.
Dalam proses kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho, dengan pengalamannya telah memiliki metode kepemimpinan tersendiri untuk mencetak para santri-santri dengan berbagai macam trik dan tipsnya.
Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh informan , CLHW 01.4 Staf (PGSA), (11/3/20) menyatakan bahwa :
1. Pengarahan
Dalam proses pembentukan karakter pemimpin, pemberian pengarahan terhadap santri-santri sebelum melaksanakan berbagai kegiatan adalah mutlak dan sangat penting. Degan pengarahan, santri akan diberikan pemahaman terhadap seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan, dan dievaluasi setelahnya untuk mengetahui standar pelaksanaan kegiatan tersebut. Pemahaman ini sangatlah diperlukan, agar mereka mengerti untuk apa melaksanakan kegiatan, bagaimana tehnik pelaksanaan, mengapa dan bagaimana pelaksanaan, apa isi dan filosofinya.
2. Pelatihan
Berbagai macam pelatihan yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul, baik pelatihan keguruan,
organisasi di tingkat asrama sampai tingkat pelajar, kursus atau club-club seni dan olahraga, sampai tingkat mahasiswa yang didalamnya ada pelatihan kepemimpinan, pelatihan pengorbanan, kesabaran, kesederhanaan dan pelatihan hidup bersama. Sebagai contoh lainnya, calon pemimpin harus dilatih agar bisa hidup bermasyarakat dan berorganisasi, satu misal, dalam kehidupan asrama, santri harus mampu bersosialisasi dengan kawan-kawannya yang berlainan jenis suku bahkan bangsa, berbeda karakter dan sifatnya. Di sinilah proses adaptasi, simpati dan empati akan terus berlangsung selama mereka berada di pondok.
3. Penugasan
Penugasan merupakan sarana pendidikan yang sangat efektif. Xxxxannya, santri akan terlihat, terkendali dan termotivasi. Maka Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul dengan sekian banyak ragam dan volume kegiatan yang tinggi akan memberikan peluang dan ruang yang cukup luas bagi seluruh santri dalam mengapresiasikan potensi dirinya. Dengan dinamika yang tinggi, santri akan nampak lebih bergairah dan bersemangat, hal ini nampak terpancar pada wajah, sikap dan prilaku santri.
4. Pembiasaan
Pembiasaan merupakan unsur penting dalam pengembagan mental dan karakter santri. Pendidikan adalah pembiasaan. Maka seluruh tata kehidupan di Pondok Pesantren Modern Ar- Ridho Sentul seringkali diawali dengan proses pemaksaan. Sebagi misal, bahwa pada awalnya, sebagian besar santri sulit untuk bisa mengikuti disiplin pondok, seperti disiplin pergi kemasjid, mengapa harus diberlakukan dengan absen sebelum berangkat ke masjid, apakah ini tidak mengurangi jiwa keikhlasan ? Ya pada awalnya, tetapi lama kelamaan santri akan terbiasa. Maka yang diperlukan adalah santri harus terus diarahkan, difahamkan bahwa disiplin ke masjid adalah disiplin agama yang dikuatkan oleh disiplin pondok. Bahwa pergi ke masjid adalah kewajiban yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah, dan pondok juga memiliki tanggungjawab untuk mengajak, mengarahkan bahkan memaksa santri untuk ke masjid. Bukankah Xxxxxxxxxxpun mengajarkan, bila seseorang anak telah mencapai umur sepuluh tahun, dan dia juaga belum mau sholat, maka pukullah dia. Maka, proses inilah yang
megantarkan santri menjadi terbiasa. Demikian juga seluruh disiplin yang diberlakukan di pondok.
5. Pengawalan
Yang dimaksud dengan pengawalan, adalah seluruh tugas dan kegitan santri selalu mendapatkan bimbingan dengan pendampingan, sehingga seluruh apa yang telah diprogramkan mendapatkan kontrol, evaluasi, dan langsung bisa diketahui. Pengawalan ini sangat penting untuk mendidik dan memotivasi, tidak saja bagi santri, tapi bagi pengurus, instruktur bahkan kyai juga ikut terdidik, seperti ungkapan, bahwa guru sebenarnya tidak saja mengajari muridnya, tetapi dia juga mengajari dirinya sendiri. Dengan pengawalan yang rapet, rapi dan rapat, menjadikan seluruh program dan tugas-tugas akan berjalan dengan baik. Hal ini juga dimaksudkan untuk proses pengendalian santri dan guru dalam berdisiplin dan mutu pendidikan. Dari sinilah, seluruh guru akan terlibat langsung untuk memberikan perhatian kepada seluruh santri, karena perhatian yang baik akan menjadikan santri lebih betah, asyik, dan menikmati kehidupannya di pondok.
6. Xxxxx xxxxxx
Uswah hasanah adalah upaya memberikan dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain. Dalam kaitan pendidikan, upaya ini menjadi sangat penting dalam keberhasilan pendidikan. Xxxxxxxxxx Xxxxxxxx XXX beserta para sahabatnya berhasil membina umat, karena kemampuannya menjadi suri tauladan bagi umatnya. Maka proses budaya organisasi yang dijalankan oleh Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul sebenarnya proses uswah hasanah yang selalu diberikan oleh para pendirinya, pimpinan, pengasuh dan guru, bahkan pengurus yang ada di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul. Sebagai misal, para pendiri telah memberikan cotoh yang sangat baik dalam hal perjuangan dan pengorbanan. Pondok dan isinya telah diwakafkan untuk kepentingan pendidikan ini adalah bukti yang menguatkan dan mengokohkan keberhasilan Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul. Jiwa-jiwa keikhlasan, ketulusan dan kejujuran telah menyelimuti atmosfir pondok, sehingga nuansa kedamaian sangat dirasakan oleh para penghuninya. Demikian juga para kyai dan guru-guru saat ini, berupaya untuk bisa mengabdikan hidupnya dengan penuh keikhlasan, sehingga suasana batin tersebut bisa nyetrum
kedalam jiwa para santri. Bahkan para kyai telah banyak mengorbankan hak-haknya untuk kepentingan dan kemaslahatan pondok ini
7. Pendekatan.
Yaitu pendekatan secara fisik dengan cara memanusiakan santrinya, bahwa santri adalah calon pemimpin yang harus disikapi dan dipersiapkan untuk menjadi pemimpin. Mengapa harus dekat secara fisik ? Hal ini menjadi sangat penting, karena proses kepemimpinan bisa dilakukan apabila secara fisik dekat. Pendekatan tugas atau program justru akan menjadikan santri lebih terampil, bertambah pengalaman dan wawasan. Dia akan berhati-hati dan menumbuhkan jiwa kesungguhan dan militansi. Karena penugasan berarti mendidik untuk bertanggungjawab dan bisa dipertanggungjawabkan. Pendekatan idealisme merupakan upaya memberikan ruh, ajaran, filosofi dibalik penugasan. Seorang santri hendaknya diberi pengertian bahwa seluruh kegiatan yang ada di pondok memiliki jiwa dan nilai yang sangat mulia dan agung. Kemampuan ini harus dilatih dan terus diasah, sehingga santri atau guru mampu menangkap hikmah-hikmah yang indah dan agung dibalik dinamika kehidupan yang begitu ketat. Proses pendekatan ini akan menjadi lebih penting, karena hakekat apa yang ada dibalik pelajaran, kegiatan, tata kehidupan di pondok memiliki nilai kehidupan yang tinggi, apalagi mampu dikaitkan dengan makna ibadah yang sesungguhnya. Bila pendekatan idealisme ini berhasil, maka pelaksanaan tugas-tugas tersebut akan terasa ringan.
Berdasarkan hassil wawancara di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode kepemimpinan yang di terapkan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho adalah metode pengarahan, pelatihan, penugasan, pembiasaan, pengawalan, uswah hasana, pendekatan.
2. Karakter disiplin santri dalam disiplin bahasa, ibadah, dan belajar di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
a. Konsep karakter kedisiplinan santri dalam disiplin bahasa, ibadah, dan belajar di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
Disiplin merupakan elemen terpenting dalam pendidikan pesantren, ia merupakan sarana paling efektif dalam peroses pendidikan di lembaga ini yaitu lembaga pendidikan Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul, oleh karena itu, disiplin harus ditegaskan oleh semua orang yang terlihat di Pondok Pesantren, baik santri, ustadz/ guru-guru, maupun pengasuh pesantren itu sendiri.
Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh informan , CLHW 03.1 Koordinator (KMI), (13/3/20) menyatakan bahwa :
“Penanaman nilai karakter disiplin santri sudah direncanakan dengan berbagai macam dinamika aturan-aturan yang jelas sejak awal, di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul ada istilah “Tidak ada satu kegiatan apapun yang tampa perencanaan”.
Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh informan , CLHW 03.1 Koordinator (KMI), (13/3/20) menyatakan bahwa :
“Strategi yang dilakukan di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul ini, lebih menekankan kepada konsep al-muhafadzatu „alal qodimi as-xxxxxx xxx akhdu bil jadidil aslah yang artinya memelihara peninggalan yang lama yang baik dan melakukan inovasi yang lebih baik adalah salah satu strategi Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul, untuk selalu bertahan dan berkembang”
Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh informan , CLHW 03.1 Koordinator (KMI), (13/3/20) menyatakan bahwa :
“penanaman karakter disiplin di pondok ini adalah semuanya disengaja, atta‟tsiru bijami‟il muatsiraat allatiy nakhtaaruha qoshdan. Jadi, semua proses, semua pengaruh semuanya disengaja untuk menumbuhkan kemampuan intelektual anak, fisik anak, aklaq anak, keterampilan anak, semua sengaja dibentuk di Pondok ini dalam rangka pembentukan mental, karakter disiplin anak”
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa strategi penanaman karakter disiplin santri sejak awal sudah direncanakan, dan sudah disengaja atta‟tsiru bijami‟il muatsiraat allatiy nakhtaaruha qoshdan dan juga selalu mengacu kepada perinsip al-muhafazhah ala al-qadim al-shalih wa al-akhdz bi al-jadid al-ashlah. Dengan berbagai macam dinamika aturan-aturan baik disiplin bahasa, disiplin beribadah, disiplin asrama, disiplin berpakaian, maupun disiplin berolahraga.
b. Langkah-langkah dalam membentuk karekter kedisiplinan santri dalam disiplin bahasa, ibadah, dan belajar di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
Di tengah berkembanya globalisasi dengan ditandainya percepatan teknologi dan informasi. Pondok Pesantren Modern Ar- Ridho Sentul, masih tetap bisa eksis dan maju, eksistensi ini tidak lepas karena strategi yang dimiliki dalam penanaman karakter disiplin.
Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul, pada prinsipnya tidak ada paksaan bagi santri untuk berdisiplin, karena kedisiplinan bagi santri sudah menjadi kebiasaan, dalam menjalani kehidupan sehari-hari di Pondok ini.
Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh informan , CLHW 03.2 Koordinator (KMI), (13/3/20) menyatakan bahwa :
“Tahapan yang harus dilalui santri, pertama santri harus paham tentang apa dan kemana pendidikan dipondok, untuk apa mereka melakukan kegiatan di pondok, pemahaman terhadap apa yang akan dilakukan, dan disiplin apa yang mereka taati, adalah tahapan
yang paling utama agar santri mau melakukan disiplin, setelah pemahaman, ada pemahaman dan penugasan, setelah pemahaman dan penugasan, ada evaluasi dan arahan secara berkala”
Untuk menjamin terlaksananya tujuan pendidikan kedisiplinan santri yang telah di rencanakan tersebut, Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul memiliki langkah-langkah yang berbeda. Dengan pengarahan, penugasan, pelatihan, pembiasaan, pengawalan dan uswatun hasanah .
Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh informan , CLHW 03.2 Koordinator (KMI), (13/3/20) menyatakan bahwa :
“Secara umum penanaman disiplin seperti penugasan, pembiasaan, pengawalan, dan uswatun hasanah kepada santri. pemberian reward and punishment kepada santri. Jika memiliki prestasi akan diberi reward jika melanggar akan diberi punishment yang mendidik kepada santri.
Berdasarkan hasil pernyataan diatas menunjukan bahwa langkah-langkah dalam membentuk karakter disiplin santri dalam disiplin bahasa, ibadah, dan belajar adalah dengan pengarahan, penugasan, pelatihan, pembiasaan, pengawalan dan uswatun hasanah.
Menurut peneliti, semua kegiatan yang telah direncanakan di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul, masing-masing mempunyai otonomi untuk mendisiplinkan dari mereka masing- masing. Berarti, kegiatan pondok ini yang tak kenal lelah ini banyak berpengaruh pada pendidikan kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
c. Kendala dalam membentuk karakter disiplin santri dalam disiplin bahasa, ibadah, dan belajar dan penanggulangannya di Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho Sentul.
Menganalisis kegagalan pendidikan karakter tidak bisa hanya sepihak mengatakan bahwa kurikulum yang dirancang pemerintah gagal total memenuhi ekspekstasi masyarakat, orang tua. Berhasil tidaknya sebuah kurikulum tentu dikembalikan kepada pihak yang terlibat langsung dalam penerapan pendidikan karakter.
Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh informan , CLHW 03.3 Koordinator (KMI) (13/3/20) menyatakan bahwa :
“Jadi ada beberapa hambatan dalam membentuk karakter disiplin santri diantaranya : 1) Kedatangan santri dari seluruh pelosok Indonesia bahkan dari luar negeri memiliki keragaman budaya sehingga mereka datang dengan membawa ukuran norma yang berbeda sesuai dengan norma dan nilai yang dianutnya. Hal ini menyebabkan proses pendidikan terutama pendidikan karakter memerlukan waktu yang panjang; 2) Para santri memiliki latar belakang ekonomi yang beragam. Sering ditemui santri yang memiliki tarap ekonomi kuat berlaku sombong. Sebaliknya mereka yang berekonomi lemah cenderung rendah diri; 3) Jumlah santri yang cukup banyak memerlukan sistem evaluasi bertingkat yang cukup baik. Sistem delegasi dan pelaporan memerlukan perhatian khusus dari kyai dan para guru dan pengurus. Dalam hal ini terkadang ada santri senior yang kurang bijak dalam memberikan keputusan atau sangsi; 4) Adanya internet, HP, dan peralatan elektronik lainnya terkadang memberikan pengaruh negative pada karakter santri. Hal ini bisa ditangani dengan baik dengan penerapan sistim boarding school; 5) Tuntutan dunia kerja dan orang tua terhadap lulusan pesantren yang semakin tinggi mengakibatkan kapasitas pembelajaran di pesantren semakin keras dan menimbulkan stress bagi sebagian santri; 6) Dengan adanya sistem asrama yang sangat ketat juga menimbulkan kebosanan bagi sebagian santri; 7) Siatem pendidikan karakter yang memerlukan
biaya sangat besar menuntut pengembangan beberapa unit usaha oleh yayasan pesantren; 8) System kepemimpinan totalitas di pesantren memiliki resiko yang harus ditanggung oleh kyai, terutama dalam membagi waktu, tenaga, pikiran, perasaan dan dana”
Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh informan , CLHW 03.3 Koordinator (KMI) (13/3/20) menyatakan bahwa :
“Jadi ada beberapa upaya-upaya yang dilakukan dalam penggulangan kendala tersebut : 1) Upaya yang dilakukan Pondok Pesantren untuk mengatisi keragaman latar belakang calon santri, kyai menyusun program oreintasi bagi para santri baru. Kegiatan ini dilakukan oleh santri-santri yang lebih senior dan para guru di Pondok Pesantren tersebut. Para santri baru diperkenalkan dengan budaya dan karakter islam yang sudah dipraktekan oleh santri- santri senior di lingkungan pesantren tersebut. Keragaman latar belakang budaya santri ini lambat laun akan menyatu dan mengerucut dalam karakter islami. Metode kepemimpinan totalitas yang dipraktekan langsung oleh kyai dan para guru di pesantren tersebut mempercepat proses akulturasi keislaman. Cara berbahasa santun yang dicontohkan oleh bapak xxxx dan para guru. Langsung dicontoh oleh para santri yang memiliki ragam budaya tersebut; 2) Upaya yang dilakukan Pondok Pesantren bagi santri yang memiliki latar belakang ekonomi lemah, diberikan bantuan beasiswa baik yang datang dari yayasan internal Gontor atau beasiswa dari pihak luar, seperti departemen agama, pemerintah asing, dan universitas di luar negeri. Santri baru juga diperkenalkan dengan berbagai unit usaha yang ada di lingkungan pesantren. Bagi mereka juga diperkenankan untuk magan dan mengembangkan unit usaha pesantren; 3) Yang dilakukan Pondok Pesantren untuk mengontrol, mengevaluasi dan mengawasi santri yang jumlahnya banyak, kyai membuat program pembinaan dan evaluasi bertingkat; 4) Upaya yang dilakukan Pondok Pesantren dengan adanya internet, HP dan peralatan elektronik lainnya, sangat sulit dicegah dengan adanya boarding school saja. Kyai merancang program penguatan dari dalam jawa santri. Beberapa diskusi diselenggarakan untuk membahas dan menyadarkan para santri tentang bahaya pengaruh negatif globalisasi informasi tersebut; 5) Upaya yang dilakukan Pondok Pesantren untuk menghindari kebosanan dengan adanya
program asrama atau boarding sistem, maka kyai dan para guru dan pengurus, merancang program libur yang cukup bagi para santri, sehingga mereka masih bisa berkunjung ke kampung dan keluarganya. Kyai juga mempersilahkan para orang tua santri untuk menengok anaknya di lingkungan pesantren, dengan aturan tertentu yang sudah ditentukan oleh pihak pesantren; 6) Upaya yang dilakukan Pondok Pesantren dengan biaya tinggi untuk program pendidikan karakter, diperoleh dari berbagai sumber, misalnya pengembangan unit-unit usaha pesantren, penerimaan hibah, zakat, wakaf atau sumber donatur lainnya, termasuk alumni pesantren, sehingga kesulitan anggaran bisa diatasi dengan baik. Pengembangan unit-unit usaha pesantren yang melibatkan para anggota keluarga guru, bisa meningkatkan kesejahtraan para guru dan keluarganya, sehingga bisa menghemat anggaran pesantren; 7) Upaya yang dilakukan pondok pesantren dengan sistem kepemimpinan totalitas ini, memiliki resiko yang harus ditanggung oleh kyai, terutama dalam hal membagi waktu antara kepentingan keluarga dan kepentingan yayasan dan pendidikan santri maka kyai harus mengembangkan keterampilan untuk mengembangkan seni kepemimpinan termasuk seni untuk mendelegasikan tugas, bisa membantu kyai dan para guru dalam mengatur waktu dan tenaga, sehingga anggota keluarga masih tetap bisa terperhatikan. Untuk urusan pembelajaran kyai memberikan kewenangan penuh pada para guru dan santri senior. Tetapi untuk urusan monitoring dan pengelolaan anggaran kyai menagani langsung. Juga untuk urusan kesejahtraan guru dan para anggota keluarganya, kyai menaganinya langsung. Tidak jarang kyai berkeliling kerumah- rumah guru untuk melihat kondisi anggota keluarganya”
d. Implikasi kepemimpinan OPPAR Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Modern Ar-Ridho dalam membentuk karakter disiplin santri dalam disiplin bahasa, ibadah, dan belajar.
1) Santri mampu hidup teratur dan terarah.
Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh informan , CLHW 04.4 Ustadz PPM Ar-Ridho, (14/3/20) menyatakan bahwa :