LAPORAN KINERJA
LAPORAN KINERJA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN RIAU TAHUN 2020
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN RIAU
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
i
KEMENTERIAN PERTANIAN 2020
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja (LAKIN) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau (BPTP Riau) merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap akuntabilitas kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan.
Laporan ini untuk memenuhi amanat yang dituangkan dalam Perpres Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan PermenPAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja, bahwa setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara negara diwajibkan mempertanggung-jawabkan pelaksanaan tupoksi dan penggunaan sumberdaya.
BPTP Riau sabagai salah satu UPT Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.020/5/2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan, pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan berkontribusi dalam penyusunan laporan ini disampaikan terima kasih. Harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi BPTP Riau dalam perbaikan kinerja ke depan.
Kepala Balai,
Xx. Xxxxxxx, SP. X.Xx.
NIP. 19730307 199803 2 001
IKHTISAR EKSEKUTIF
Penyusunan LAKIN mengacu pada pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang sesungguhnya pada suatu periode atau pada saat pengukuran dilakukan dengan suatu pembanding tertentu, misalnya, dibandingkan dengan rencana, standar atau benchmark tertentu. Sedangkan evaluasi berupaya lebih jauh untuk menemukan penjelasan-penjelasan atas outcome yang diobservasi dan memahami logika- logika di dalam intervensi publik. Sistem pengukuran kinerja yang didesain dengan baik, sering diidentifikasikan sebagai salah satu bentuk dari evaluasi.
Pada Tahun Anggaran 2020, BPTP Riau telah menetapkan 6 sasaran strategis yang dicapai melalui satu program prioritas, yaitu: Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian, untuk mendukung Program Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yaitu Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan. Enam sasaran tersebut adalah 1). Tersedianya teknologi inovasi pertanian spesifik lokasi, 2). Terdiseminasi teknologi inovasi pertanian ke pengguna, 3). Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi, 4).Tersedianya benih sebar padi, 5). Terjalinnya Kerjasama Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 6). Tersedianya benih buah tropika dan sub tropika
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BPTP Riau mengawalinya dengan perencanaan, yaitu dengan menyusun penggunaan sarana, sumber daya manusia, melalui suatu proses, menghasilkan suatu teknologi dan memberikan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat. Oleh karena itu faktor yang dapat dinilai dari tahapan ini adalah dalam bentuk kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan sampai dengan dampaknya bagi pengguna. Adapun kriteria keberhasilannya dilihat dari realisasi terhadap target, sasaran kegiatan yang dilaksanakan, serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan. Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan, yaitu
(1) sangat berhasil: capaian >100%; (2) berhasil: capaian 80-100%; (3) cukup berhasil: capaian 60-79%; dan (4) tidak berhasil: capaian 0-59%.
Dari evaluasi pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan menunjukkan bahwa kinerja BPTP Riau selama tahun 2020 secara umum menunjukkan hasil yang relatif telah mencapai keberhasilan dari sasaran yang ditargetkan pada tahun tersebut dengan nilai 170,37 %. Hal ini dapat dicapai karena kegiatan yang dilaksanakan berjalan secara bersinergi dan didukung oleh anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut.
DAFTAR ISI
Hal
1.2. Tugas, Fungsi dan Organisasi BPTP Riau 2
2.6. Perjanjian Kinerja Tahun 2020 12
3.1.1. Capaian Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2020 14
3.1.2. Pengukuran Capaian Kinerja TA 2020 dengan Target Renstra 44
3.1.3. Keberhasilan, Kendala dan Langkah Antisipasi 45
3.2. Akuntabilitas Keuangan 46
3.2.3. Hibah Langsung Luar Negeri 46
4.1. Ringkasan Capaian Kinerja 48
4.2. Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja 48
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Sasaran Strategis, Judul Kegiatan dan Alokasi Anggaran BPTP Riau
Tabel 2. Perjanjian Kinerja BPTP Riau Tahun 2020 12
Tabel 3. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Kegiatan BPTP Riau TA 2020 13
Tabel 4. Pencapaian Kinerja BPTP Riau Berdasarkan Perjanjian Kinerja TA
2020 .................................................................................................................. 15
Tabel 5. Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi 16
Tabel 6. Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi terdiseminasi ke pengguna 21
Tabel 7. Distribusi benih yang dihasilkan dari kegiatan Produksi Benih padi
Inpari IR Nutri Zinc (sampai tanggal 11 Desember 2020) 38
Tabel 8. Daftar Sekolah/Perguruan Tinggi yang Melaksanakan
Tabel 9. Pengukuran Capaian Kinerja TA 2020 dengan Target Renstra 44
Tabel 10. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Belanja TA. 2020 46
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau 4
Gambar 2. Proses Pengolahan Ampas Sagu Menjadi Bahan Pakan 18
Gambar 3. Keragaan tiga varietas pada umur panen di Desa Muara Kelantan, Siak 19
Gambar 4. Keragaan tanaman padi gogo pada fase vegetative dan generatif 20
Gambar 5. Panen Bersama Bupati Kampar pada Demplot Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Padi 22
Gambar 6. Redesign Alat Oven Kopra Skala Kelompoktani 23
Gambar 7. Alat pengering kopra skala kelompok tani 24
Gambar 8. Panen buah naga dan labu madu kegiatan tagrinov di halaman kantor 25
Gambar 9. Pendampingan Pekarangan Pangan Lestari di Kabupaten Kampar 25
Gambar 10. Calon Indukan Ayam KUB dan mesin penetas telur 27
Gambar 11. Distribusi DOC Ayam KUB dan Sekub kepada Peternak Pembesaran Ayam Kampung 27
Gambar 12. Acara Panen Bersama demplot Padi kegiatan Kaji Terap Inovasi Teknologi Pertanian di Kelompok Tani Benewah II kelurahan Baturijal Hilir seluas 2 ha Kecamatan Peranap Kabupaten INHU Provinsi Riau 29
Gambar 13. Demplot Uji Adaptasi Teknologi Jajar Legowo Super Spesifik Lokasi di WKBPP Peranap kegiatan temu tugas peneliti 30
Gambar 14. Koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Siak dan BPP Kecamatan Bunga Raya 32
Gambar 15. Umur Tanaman Padi 40 HST dan Panen Bersama dengan Kepala BPP, Penyuluh dan Kelompok Tani Desa Kemuning Muda, Kec. Bunga Raya 32
Gambar 16. Panen perdana cabai di Desa Langsat Permai, Kec. Bunga Raya 33
Gambar 17. Dokumentasi Sosialisasi, Koordinasi di Dinas Pertanian Kabupaten Indragiri Hilir 34
Gambar 18. Dokumentasi Pelaksanaan PRA di Kec. Batang Tuaka dan Enok, Kab. Indragiri Hilir 35
Gambar 19. Dokumentasi Kondisi Lahan Sawah (Minggu II April 2020) 36
Gambar 20. Dokumentasi Kondisi Tanaman Pasca Banjir (Minggu IV Mei 2020) 36
Gambar 21. Banjir di lokasi Desa Pangkalan Serik pada bulan Maret dan bulan April 38
Gambar 22. Pertanaman padi IR Nutri Zinc di Desa Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu 39
Gambar 23. Penandatangan Dokumen Kerjasama dengan Stakesholder 40
Gambar 24. Koordinasi di Dinas PTPH Provinsi Riau dan kunjungan ke IP2TP Kubang 42
Gambar 25. Benih batang bawah tanaman manggis di Desa Kualu Nenas, Kecamatan Tambang berumur dua bulan 43
Gambar 26. Koordinasi kegiatan dengan Balitbu 43
Gambar 27. Pelaksanaan sambung pucuk durian di IP2TP Kubang 44
Gambar 28. Kegiatan Palm-Cow BPTP Riau 2020 47
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peran penting terhadap ekonomi nasional, yang dapat dilihat dari kontribusi terhadap produk domestik bruto, penyerap tenaga kerja, neraca perdagangan, penyedia bahan pangan, bahan energi, pakan dan bahan baku industri,serta sumber pendapatan masyarakat di pedesaan. Program penelitian dan pengkajian dibidang pertanian mengacu pada tantangan tersebut sehingga diharapkan dapat mendukung program pembangunan pertanian di Kementerian Pertanian khususnya dan program pertanian di Indonesia pada umumnya.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau adalah unit pelaksana teknis di bidang pengkajian teknologi pertanian spesifik lokasi yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh kepada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor. Sebagai unit pelaksana teknis di tingkat provinsi dalam bidang penelitian dan pengembangan pertanian, BPTP Riau senantiasa melaksanakan tugasnya sebagai instansi pemerintah dan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara akan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan berdasarkan suatu perencanaan strategis yang telah ditetapkan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN).
LAKIN BPTP Riau merupakan alat umpan balik dalam pengambilan keputusan bagi lembaga, dan sebagai bahan evaluasi untuk melakukan tindakan-tindakan yang dianggap perlu guna mengarahkan arah pengkajian dan penelitian sesuai dengan tujuan dan sasaran balai. LAKIN BPTP Riau disusun mengacu pada Peraturan Presiden RI Perpres 29/2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), dan PermenpanRB No 53/2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan LAKIP berdasarkan PERMENPAN 29/2010 mengubah menjadi penyusunan LAKIN berdasarkan PERMENPAN 53/2014.
Fungsi LAKIN antara lain adalah sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif, sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi BPTP Riau menuju terwujudnya good governance, dan sebagai wujud transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat.
Penyusunan LAKIN mengacu pada pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang sesungguhnya pada suatu periode atau pada saat pengukuran dilakukan dengan suatu pembanding tertentu, misalnya, dibandingkan dengan rencana, standar atau benchmark tertentu. Sedangkan evaluasi berupaya lebih jauh untuk menemukan penjelasan-penjelasan atas outcome yang diobservasi dan memahami logika- logika di dalam intervensi publik. Sistem pengukuran kinerja yang didesain dengan baik, sering diidentifikasikan sebagai salah satu bentuk dari evaluasi.
Evaluasi untuk penilaian LAKIN meliputi 5 komponen yaitu adalah 1). perencanaan kinerja yang terdiri dari renstra, rencana kinerja tahunan, dan penetapan kinerja, 2). pengukuran kinerja, yang meliputi pemenuhan pengukuran, kualitas pengukuran, dan implementasi pengukuran, 3). pelaporan kinerja yang merupakan komponen ketiga, terdiri dari pemenuhan laporan, penyajian informasi kinerja, serta pemanfaatan informasi kinerja, 4). evaluasi kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi, dan 5). pencapaian kinerja terdiri dari kinerja yang dilaporkan (output dan outcome), dan kinerja lainnya.
1.2. Tugas, Fungsi dan Organisasi BPTP Riau
BPTP Riau terbentuk sejak tahun 1994, adapun tugas pokok BPTP seperti termuat dalam Peraturan Menteri Pertanian nomor 19/Permentan/OT.020/5/2017tanggal 22 Mei 2017, yaitu melaksanakan pengkajian, perakitan, pengembangan, dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Secara terinci, fungsi BPTP, adalah: a). Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi, laporan pengkajian, perakitan, pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, b). Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, c). Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, d). Pelaksanaan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, e). Perakitan
materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, f). Pelaksanaan bimbingan teknis materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, g). Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, h). Pemberian pelayanan teknik pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, dan i). Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan,rumah tangga dan perlengkapan Balai.
Struktur organisasi BPTP Riau berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.020/5/2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanianterdiri dari:
a. Kepala
b. Subbagian Tata Usaha
x. Xxxxx Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian
d. Kelompok Jabatan Fungsional
Tugas dan fungsi masing-masing unit organisasi tersebut adalah :
1. Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat, dan rumah tangga.
2. Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian
Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, pemantauan, evaluasi pelaporan, dan penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana teknis pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi
3. Kelompok Jabatan Fungsional.
a. Kelompok Jabatan Fungsional Peneliti
- Melakukan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi
- Melakukan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi
- Melakukan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi
- Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh
- Melakukan perakitan materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi
- Melakukan bimbingan teknis materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi
- Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
sampai dengan 31 Desember 2020, BPTP Riau memiliki sumberdaya manusia sebanyak 65 orang, yang terbagi kedalam 3 kelompok, yaitu struktural, fungsional khusus dan fungsional umum. Berdasarkan hal tersebut terdapat 3
pegawai pejabat struktural, 42 pegawai fungsional khusus dan 20 pegawai fungsional umum. Pegawai fungsional khusus terdiri dari peneliti (23 orang), Penyuluh (13 orang), teknisi litkayasa (8 orang), dan pranata komputer (1 orang).
II. PERENCANAAN KINERJA
BPTP Riau merupakan salah satu unit pelaksana teknis Eselon 3 Balitbangtan, yang secara hirarkis merupakan functional unit Balitbangtan. Berdasarkan hierarchical strategic plan, maka BBP2TP menyusun Rencana Aksi dari Visi, Misi, Kebijakan, dan Program Balitbangtan, yang selanjutnya pada tataran rencana strategis BPTP/UPT (functional unit) dituangkan menjadi Rencana Operasional. Oleh karena itu, visi, misi, kebijakan, stretegi, dan program Balitbangtan 2020-2024 mengacu pada Visi dan Misi Kementerian Pertanian, yang selanjutnya akan menjadi visi, misi, kebijakan, strategi, dan program seluruh satuan kerja Balitbangtan, termasuk BBP2TP dan BPTP Riau.
2.1. Visi
“Menjadi lembaga pengkajian inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi terkemuka di Indonesia”
2.2. Misi
1. Menghasilkan dan mendiseminasikan inovasi pertanian spesifik lokasi
2. Mengembangkan jejaring kerjasama
3. Memberikan pelayanan prima pengkajian dan informasi teknologi spesifik lokasi
4. Mengembangkan sumberdaya manusia yang profesional dan mandiri
2.3. Tujuan
BPTP Riau adalah unit pelaksana teknis di bidang pengkajian teknologi pertanian spesifik lokasi, yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Balitbangtan, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinir oleh Kepala BBP2TP. Oleh karena itu BPTP Riau memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja yang telah dilaksanakan atas pelaksanaan DIPA tahun 2020. Dengan demikian tujuan penyusunan LAKIN BPTP Riau adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan gambaran kinerja BPTP Riau selama tahun 2020
2. Untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi BPTP Riau dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
3. Untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, dan
4. Sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi pemerintah dan dalam rangka perwujudan good governance.
2.4. Xxxxxx dan Sasaran
BPTP Riau mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan, pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
Fungsi
1. Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi, dan laporan pengkajian, perakitan, pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
2. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi tepat guna spesifik lokasi;
3. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
4. Pelaksanaan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
5. Perakitan materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
6. Pelaksanaan bimbingan teknis materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian spesifik lokasi;
7. Penyiapan kerja sama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
8. Pemberian pelayanan teknik pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi;
9. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan BPTP.
Sasaran
Sasaran strategis BPTP Riau adalah:
1. Tersedianya teknologi inovasi pertanian spesifik lokasi
2. Terdiseminasi teknologi inovasi pertanian ke pengguna
3. Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi
4. Tersedianya benih sebar padi
5. Terjalinnya kerjasama pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian
6. Tersedianya benih buah tropika dan sub tropika
2.5. Kegiatan
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, program/kegiatan BPTP Riau selanjutnya dijabarkan dalam beberapa sasaran strategis yaitu :
Sasaran 1: Tersedianya teknologi inovasi pertanian spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui penyempurnaan sistem dan perbaikan fokus kegiatan pengkajian yang didasarkan pada kebutuhan pengguna (petani dan pelaku usaha agribisnis lainnya), potensi sumberdaya wilayah, dan mendukung kegiatan strategis Kementan. Penyempurnaan sistem pengkajian mencakup metode pelaksanaan pengkajian serta monitoring dan evaluasi. Strategi ini diwujudkan ke dalam3 (tiga) sub kegiatan yaitu: a). Kajian Formulasi Pakan Ternak Unggas Berbasis Sumber Daya Lokal, b). Pengkajian Teknologi Budidaya dan Pengembangan Kebun Induk Kopi Liberoid, c). Kajian Adaptif VUB Padi Spesifik Lokasi di Provinsi Riau
Sasaran 2: Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan kuantitas dan atau kualitas informasi, media dan lembaga diseminasi inovasi pertanian. Strategi ini diwujudkan ke dalam 11 (sebelas) sub kegiatan yaitu: 1). Pameran, diseminasi hasil litkaji, dan publikasi inovasi pertanian, 2). Pendampingan Pengembangan Kawasan Padi, 3). Pendampingan Pengembangan kawasan perkebunan, 4). Pendampingan pengembangan kawasan agribisnis hortikultura, 5). Pengelolaan Tagrinov, 6). Pendampingan Gerakan Petani Milenial, 7) Pemetaan potensi sumberdaya pertanian wilayah di provinsi Riau, 8).
Pendampingan pelaksanaan program dan kegiatan utama Kementerian, 9). Pendampingan UPSUS SIWAB di Provinsi Riau, 10). Unit pembibitan ayam skala rumah tangga, 11). Unit inti plasma pembibitan ayam skala rumah tangga di Provinsi Riau, 12). Pengelolaan Sumber Daya Genetik di Provinsi Riau, 13). Penerapan inovasi Teknologi Pertanian untuk peningkatan IP, 14). Peningkatan Kapasitas Penyuluh Daerah 15). Kaji Terap lnovasi Teknologi Pertanian, 16). Temu Tugas Peneliti dan Penyuluh Balitbangtan dan Penyuluh Daerah
Sasaran 3: Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut dilakukan dengan melaksanakan pengkajian tentang perakitan model pengembangan SAPIRA berbasis pertanian pertanian bio-industri melalui kegiatan Pengembangan Kawasan pertanian berbasis inovasi (padi dan cabai) dan perakitan model pengembangan inovasi pertanian bio-industri di perbatasan dengan kegiatan Dukungan inovasi teknologi di daerah perbatasan.
Sasaran 4: Tersedianya benih sebar padi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah produksi benih sebar padi sejumlah 19 ton. Strategi ini diwujudkan dalam 2 (dua) kegiatan yaitu Produksi benih sebar padi dan produksi benih padi biofortifikasi yakni produksi benih padi inpari IR Nutri Zinc .
Sasaran 5: Terlaksananya kerjasama pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah penjaringan kerjasama dengan stakesholder seperti instansi pemerintah, swasta, perguruan tinggi maupun sekolah
Sasaran 6: Tersedianya benih buah tropika dan sub tropika
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah produksi benih sebar buah tropika dan sub tropika dengan kegiatan Perbenihan Manggis dalam Mendukung Pengembangan Buah Tropika di Provinsi Riau (2.000 batang) dan
Perbenihan Durian dalam Mendukung Pengembangan Buah Tropika di Provinsi Riau (470 Batang).
Selain enam sasaran di atas BPTP Riau pada tahun 2020 juga melakukan kegiatan layanan manajemen pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian, yaitu:
1. Penyusunan rencana program dan penyusunan rencana anggaran
2. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
3. Pengelolaan keuangan
4. Pelayanan umum dan perlengkapan
5. Pelayanan humas dan protokoler
6. Koordinasi dan sinkronisasi manajen Balitbangtan
7. Pengelolaan Kebun Percobaan
Selanjutnya program tersebut akan dicapai melalui beberapa kegiatan. Adapun masing-masing judul kegiatan dan alokasi anggarannya untuk rencana kinerja tahun 2020, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sasaran Strategis, Judul Kegiatan dan Alokasi Anggaran BPTP Riau TA.
2020
NO | Sasaran Strategis | Judul Kegiatan | Alokasi Anggaran (Rp. 000) |
1 | Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi | 1. Kajian Formulasi Pakan Ternak Unggas Berbasis Sumber Daya Lokal 2. Pengkajian Teknologi Budidaya dan Pengembangan Kebun Induk Kopi Liberoid 3. Kajian Adaptif VUB Padi Spesifik Lokasi di Provinsi Riau a. Kajian Adaptif VUB Padi Sawah Spesifik Lokasi di Provinsi Riau b. Kajian Adaptif VUB Padi Gogo Spesifik Lokasi di Provinsi Riau | 28.985 45.520 109.839 |
NO | Sasaran Strategis | Judul Kegiatan | Alokasi Anggaran (Rp. 000) |
2 | Terdiseminasi teknologi inovasi pertanian ke pengguna | 1. Pameran, diseminasi hasil litkaji, dan publikasi inovasi pertanian 2. Pendampingan Pengembangan Kawasan Padi 3. Pendampingan Pengembangan kawasan perkebunan 4. Pendampingan pengembangan kawasan agribisnis hortikultura, 5. Pengelolaan Tagrinov 6. Pendampingan Gerakan Petani Milenial, 7. Pemetaan potensi sumberdaya pertanian wilayah di provinsi Riau 8. Pendampingan pelaksanaan program dan kegiatan utama Kementerian, 9. Pendampingan UPSUS SIWAB di Provinsi Riau, 10. Unit pembibitan ayam skala rumah tangga 11. Unit inti plasma pembibitan ayam skala rumah tangga di Provinsi Riau 12. Pengelolaan Sumber Daya Genetik di Provinsi Riau, 13. Penerapan inovasi Teknologi Pertanian untuk peningkatan IP 14. Peningkatan Kapasitas Penyuluh Daerah 1 15. Kaji Terap lnovasi Teknologi Pertanian 16. Temu Tugas Peneliti dan Penyuluh Balitbangtan dan Penyuluh Daerah | 6.998 46.872 26.560 9.000 93.493 23.400 1.000 60.091 11.530 26.700 38.740 16.344 35.335 77.031 |
4 | Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi | 1. Pengembangan Kawasan pertanian berbasis inovasi (padi dan cabai) 2. Dukungan inovasi teknologi di daerah perbatasan | 102.682 34.873 |
5 | Terlaksananya kerjasama pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian | 1. Kerjasama Pengkajian Teknologi Pertanian 2. Improving Smallholder Beef Supply And Livelihoods Through Cattle-Palm System Integration In Indonesia | 15.763 234.056 |
6 | Tersedianya benih buah tropika dan sub tropika | 1. Perbenihan Manggis dalam Mendukung Pengembangan Buah Tropika di Provinsi Riau 2. Perbenihan Durian dalam Mendukung Pengembangan Buah Tropika di Provinsi Riau | 11.820 4.700 |
2.6. Perjanjian Kinerja Tahun 2020
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, pada tahun 2020 BPTP Riau memilik perjanjian kinerja seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Perjanjian Kinerja BPTP Riau Tahun 2020
No. | Sasaran | Indikator Kinerja | Target |
1. | Dimanfaatkannya Teknologi dan Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi | 1. Jumlah hasil pengkajian dan pengembanganPertani an Spesifik Lokasi yang dimanfaatkan (kumulatif 5 tahun terakhir) (Jumlah) | 16 |
2. Rasio hasil pengkajian (output akhir) Spesifik Lokasi terhadap seluruh output hasil pengkajian spesifik lokasi yang dilaksanakan pada tahun berjalan (persen) | 95 | ||
2. | Terselenggaranya Birokrasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang efektif dan efisien, dan berorientasi pada layanan prima | Nilai Pembangunan Zona Integritas (ZI) menuju WBK/WBBM Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau (Nilai) | 70 |
3. | Terkelolanya Anggaran Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang Akuntabel dan Berkualitas | Nilai Kinerja Anggaran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau (berdasarkan regulasi yang berlaku) (Nilai) | 90 |
III. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Kinerja
Pada Tahun Anggaran 2020, BPTP Riau telah menetapkan 6 sasaran strategis (Tabel 1) yang dicapai melalui satu program prioritas, yaitu: Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian, untuk mendukung Program Balitbangtan yaitu Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan. Keenam sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan indikator kinerja kegiatan seperti yang terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Kegiatan BPTP Riau TA 2020
NO | SASARAN PROGRAM | INDIKATOR KINERJA | TARGET |
1 | Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi | Jumlah teknologi spesifik lokasi | 1 teknologi |
2 | Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi | Jumlah teknologi spesifik lokasi terdiseminasi ke pengguna | 3 teknologi |
3 | Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi | Jumlah model pertanian | 2 model |
4 | Tersedianya benih sebar padi | Jumlah produksi benih sumber | 19 ton |
5 | Terjalinnya kerjasama pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian | Dokumen Kerjasama | 1 dokumen kerjasama |
6 | Tersedianya benih buah tropika dan sub tropika | Jumlah batang benih | 2.470 batang |
Jumlah teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan oleh BPTP Riau selama tahun 2020 tersebut mendukung terciptanya scientific base Balitbangtan. Demikian pula halnya untuk output teknologi yang didiseminasikan kepada stakeholder merupakan impact base dari hasil kegiatan pengkajian yang telah dilakukan. Dengan demikian capaian kinerja yang telah dihasilkan oleh BPTP Riau selama tahun 2020 tersebut mengarah kepada spirit Badan Litbang yaitu “Science-Innovation-Network”. Disamping itu, keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan tidak terlepas dari telah diterapkannya Sistem Pengendalian
Intern (SPI) lingkup BPTP Riau. Mekanisme monitoring dan evaluasi kegiatan dilakukan melalui rapat bulanan penanggung jawab kegiatan, pelaporan bulanan masing-masing kegiatan, seminar tengah tahun/evaluasi tengah tahun dan uji petik kegiatan ke lokasi, serta seminar akhir tahun. Sedangkan realisasi keuangan dipantau menggunakan program i-monev berbasis web yang diupdate setiap minggu serta penerapan Permenkeu No.249/2011 setiap bulannya untuk seluruh kegiatan di BPTP Riau.
3.1.1. Capaian Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2020
Pengukuran kinerja terhadap keberhasilan instansi pemerintah dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil aktual yang dicapai dengan sasaran dan tujuan strategis. Pengukuran kinerja juga didefinisikan sebagai suatu metode untuk menilai kemajuan yang selalu dicapai dibandingkan dengan tujuan yang selalu ditetapkan. Pengukuran keberhasilan kinerja suatu Instansi Pemerintah diperlukan indikator sebagai tolok ukur pengukuran. Pengertian indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Sesuatu yang dapat dijadikan indikator kinerja yang berlaku untuk semua kelompok kinerja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1). Spesifik dan jelas, 2). dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, 3). harus relevan, 4). dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat dan dampak, 5). harus fleksibel dan sensitive, dan 6). efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisis. Secara umum indikator kinerja memiliki beberapa fungsi yaitu 1). dapat memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan 2). membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja unit kerja.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BPTP Riau mengawalinya dengan perencanaan, yaitu dengan menyusun penggunaan sarana, sumber daya manusia, melalui suatu proses, menghasilkan suatu teknologi dan memberikan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat. Oleh karena itu faktor yang dapat dinilai dari tahapan ini adalah dalam bentuk kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan sampai dengan dampaknya bagi pengguna. Adapun kriteria
keberhasilannya dilihat dari realisasi terhadap target, sasaran kegiatan yang dilaksanakan, serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan. Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan, yaitu
(1) sangat berhasil: capaian >100%; (2) berhasil: capaian 80-100%; (3) cukup berhasil: capaian 60-79%; dan (4) tidak berhasil: capaian 0-59%.
Tabel 4. Pencapaian Kinerja BPTP Riau Berdasarkan Perjanjian Kinerja TA 2020
NO | SASARAN PROGRAM | INDIKATOR KINERJA | TARGET | CAPAIAN | PERSEN TASE |
1 | Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi | Jumlah teknologi spesifik lokasi | 1 teknologi | 3 Teknologi | 300 % |
2 | Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi | Jumlah teknologi spesifik lokasi terdiseminasi ke pengguna | 3 teknologi | 6 Teknologi | 200 % |
3 | Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi | Jumlah model pertanian | 2 model | 0 model | 0 |
4 | Tersedianya benih untuk percepatan diseminasi VUB | Jumlah produksi benih sumber | 19 ton | 6,5 ton | 34,21 % |
5 | Terjalinnya Kerjasama Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian | Dokumen kerjasama | 1 dokumen | 5 dokumen | 500 % |
6 | Tersedianya benih buah Tropika dan sub tropika | Jumlah batang benih | 2.470 batang | 470 Batang | 19,03% |
Tabel diatas menunjukkan bahwa kinerja BPTP Riau secara keseluruhan selama tahun 2020 menunjukkan hasil yang relatif telah mencapai keberhasilan dari sasaran yang ditargetkan pada tahun tersebut. Hal ini dapat dicapai karena kegiatan yang dilaksanakan berjalan secara bersinergi dan didukung oleh anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut.
Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2020 BPTP Riau, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sasaran 1 : | Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi |
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja sebagai berikut
Indikator Kinerja | Target | Realisasi | % |
Jumlah inovasi teknologi spesifik lokasi | 1 teknologi | 3 teknologi | 300 |
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2020 telah tercapai sebesar 300%, atau terealisasi 3 teknologi dari target 1 teknologi. Sehingga dapat dikatakan berhasil. Adapun rincian kegiatan ini sebagai berikut:
Tabel 5. Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi
No | Jenis Teknologi | Jumlah Teknologi |
1 | Kajian Formulasi Pakan Ternak Unggas Berbasis Sumber Daya Lokal | 1 |
2 | Kajian Adaptif VUB Padi Sawah Spesifik Lokasi di Provinsi Riau | 1 |
3 | Kajian Adaptif VUB Padi Gogo Spesifik Lokasi di Provinsi Riau | 1 |
Total | 3 |
a. Kajian Formulasi Pakan Ternak Unggas Berbasis Sumber Daya Lokal
Pengkajian ini merupakan kegiatan lanjutan yang telah dilaksanakan pada tahun 2019. Kegiatan pada tahun 2019, difokuskan pada penggalian potensi ketersediaan bahan pakan berbasis sumberdaya lokal, penyusunan formulasi ransum untuk ayam berbasis sumberdaya lokal dan analisis nutrisi formulasi ransum tersebut. Hasil kegiatan pada tahun tersebut adalah terdapat potensi ketersediaan ampas sagu dan kulit kopi dari industri pengolahan di Kab. Kepulauan Meranti masing –masing sekitar 100.000 ton/th dan 300 ton/th. Pengkayaan ampas sagu dengan teknologi fermentasi meningkatkan nutrisi bahan yaitu protein kasar (PK) dari 1,4% menjadi 7,6% dan penggunaan ampas sagu dalam ransum ayam disarankan <40% dari total ransum.
Untuk mengetahui produktivitas ayam kampung petelur dengan pemberian pakan berbasis sumberdaya lokal, pada tahun 2020 dilakukan
kegiatan lanjutan berupa pengolahan ampas sagu dengan cara fermentasi dan pemberian pakan berbasis ampas sagu untuk ayam kampung petelur.
Bahan pakan yang akan ditingkatkan nutrisinya adalah ampas sagu melalui teknologi fermentasi. Pengkayaan bahan pakan dilakukan berdasarkan Zurriyati (1995), dengan sedikit modifikasi sesuai kondisi di lapangan.
Langkah awal sebelum bahan baku difermentasi, dilakukan penimbangan guna menentukan jumlah mineral dan urea yang akan ditambahkan didalam substrat. Bahan baku diusahakan agak basah dengan kadar air sekitar 30%. Selanjutnya substrat dikukus dalam dandang selama 30 menit. Setelah substrat mencapai suhu kamar, ditambahkan ragi tempe 0,5%, urea 0,8% dan mineral 1,2%.
Substrat yang telah diinokulasikan dengan ragi tempe serta urea dan mineral, ditempatkan dalam tray fermentasi dan ditutup. Selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang hingga tumbuh kapang. Proses pertumbuhannya diawali dengan terlihat adanya hifa, miselium dan spora dipermukaan substrat. Jika telah terbentuk spora putih diseluruh permukaan substrat, dilakukan pemanenan, dikeringkan dan digiling. Selanjutnya bahan hasil fermentasi siap digunakan didalam penyusunan ransum.
Pengkayaan bahan pakan berupa ampas sagu, juga dibuat berdasarkan Xxxxxxx et al. (2011) yang di modifikasi sesuai kondisi di lapangan. Pada fermentasi cara kedua ini disebut silase ampas sagu. Bahan yang dibutuhkan adalah ampas sagu, molasses 5%, starbio 0,5%, urea 0,8% dan mineral mix 1,2
%. Semua bahan dicampur rata dan dimasukkan didalam drum, dipadatkan, ditutup rapat dan disimpan dalam tempat yang teduh. Fermentasi berlangsung selama 3 minggu. Setelah selesai, produk, dikeringkan, digiling dan siap digunakan.
Pemberian pakan berbasis ampas sagu untuk ternak ayam kampung (KUB) dibedakan atas 3 perlakuan. Tiap perlakuan dilaksanakan oleh 1 orang peternak kooperator. Komposisi bahan pakan penyusun ransum masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 1. Tiap perlakuan ransum diberikan pada 10 ekor ayam (8 ekor betina dan 2 ekor jantan). Sehingga total ayam KUB yang digunakan adalah 30 ekor ( 24 ekor betina dan 6 ekor jantan) umur 5 bulan. Ternak ayam dipelihara dalam kandang panggung yang disekat. Tiap bagian diisi
4 ayam betina dan 1 ayam jantan .Pemberian pakan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore. Jumlah pemberian pakan sekitar 100gr/ekor/hari.
Gambar 2. Proses Pengolahan Ampas Sagu Menjadi Bahan Pakan
b. Kajian Adaptif VUB Padi Sawah Spesifik Lokasi di Provinsi Riau
Pengkajian dilaksanakan di sawah gambut (1 ha) dan alluvial kadar besi tinggi (3 ha) di Kecamatan Sei Mandau Kabupaten Siak, agroekosistem sawah rawa bukaan baru di Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar (2 ha). Kajian dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2020 selama 1 musim tanam.
Bahan yang digunakan adalah: padi sawah berdaya hasil tinggi yaitu Inpari 30, 33, 43, 45, Mantap; padi rawa/pasang surut: Inpara 5, 9, 10, Inpara Pelalawan, Bono Pelalawan, dan Mendol Pelalawan; amelioran, pupuk kandang/kompos, kapur pertanian, Urea, TSP, KCl, ZnSO4, CUSO4, pupuk hayati, biodekomposer, dan pestisida. Alat yang diperlukan adalah pH meter, bagan warna daun (BWD), grain moisture tester, cangkul, garu, babat, sabit, gembor, sprayer, alat mesin pertanian seperti alat tanam (transplanter) dan alat panen (harvester).
Untuk mencapai hasil yang tinggi di lahan gambut, budidaya padi perlu memperhatikan beberapa hal, seperti: pengolahan tanah, persemaian,
ameliorasi, penanaman, penataan air, pemupukan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman.
Kajian adaptasi VUB dirancang menggunakan rancangan acak kelompok tiga ulangan, dengan perlakuan 10 varietas. Setiap petak berukuran 50 m x 10
m. Total luas lahan percobaan adalah 5.000 m2. Lahan lainnya seluas 1,5 ha dirancang untuk perbenihan Inpari 43, Inpari 45, Inpara 10 dan Inpara Pelalawan.
Hasil kajian menunjukkan bahwa Inpari 43 beradaptasi baik pada lingkungan suboptimal yang diperbaiki dengan rata-rata hasil 5,63 ton/ha. Inpara Pelalawan beradaptasi baik pada alluvial dan gambut tetapi tidak toleran rendaman/banjir dengan rata-rata hasil 5,73 ton/ha. Ditemukan varietas dengan mekanisme membentuk stolon dan tanpa stolon dengan rumpun membesar pada kondisi pasca rendaman.
Gambar 3. Keragaan tiga varietas pada umur panen di Desa Muara Kelantan, Siak
c. Kajian Adaptif VUB Padi Gogo Spesifik Lokasi di Provinsi Riau
Pengkajian dilaksanakan di Desa Harapan Baru, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau pada Kelompok Tani Karya Makmur.
Rancangan yang digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 5 kali ulangan.
Bahan yang digunakan adalah: Varietas unggul padi gogo antara lain varietas Inpago 8, 9, 10, 11, 12, rindang 1, amelioran, pupuk kandang/kompos, kapur pertanian, sekam padi pupuk buatan, pupuk hayati, biodekomposer, dan pestisida. Dosis pemupukan yang diaplikasikan adalah Urea 175 kg/ha, SP-36
100 kg/ha, KCL 100 kg/ha dan pupuk organik sebanyak 2 ton/ha. Sepertiga pupuk urea, seluruh pupuk SP-36 dan KCL diberikan pada saat tanam secara tugal disamping lobang tanam, sedangkan sisa pupuk urea lainnya diberikan pada umur 3 dan 7 minggu setelah tanam dengan cara sebar. Alat yang diperlukan adalah pH meter, grain moisture tester, cangkul, garu, babat, sabit, gembor, sprayer, alat mesin pertanian seperti alat tanam (transplanter) dan alat panen (harvester).
Dari hasil kajian Varietas unggul baru padi gogo Inpago 8 dengan penerapan teknologi jarwo super mampu beradaptasi dengan lingkungan tanah ultisol dengan tingkat produksi 5,92 ton/ha dan disukai oleh masyarakat.
Gambar 4. Keragaan tanaman padi gogo pada fase vegetative
dan generative
Sasaran 2 : | Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi |
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui jumlah teknologi spesifik lokasi terdiseminasi ke pengguna. Adapun pencapaian indikator kinerja adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja | Target | Realisasi | % |
Jumlah teknologi spesifik lokasi terdiseminasi ke pengguna | 3 teknologi | 6 teknologi | 200 |
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2020 telah tercapai sebesar 200 persen, atau terealisasi 6 teknologi dari target 3 teknologi. Sehingga dapat dikatakan berhasil. Adapun rincian kegiatan ini sebagai berikut:
Tabel 6. Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi terdiseminasi ke pengguna
No | Jenis Teknologi | Jumlah Teknologi |
1 | Pendampingan Pengembangan Kawasan Padi | 1 |
2 | Pendampingan pengembangan kawasan perkebunan | 1 |
3 | Pengelolaan Tagrinov | 1 |
4 | Unit Inti Plasma Pembibitan Ayam Skala Rumah Tangga di Provinsi Riau | 1 |
5 | Kaji Terap lnovasi Teknologi Pertanian | 1 |
6 | Temu Tugas Peneliti dan Penyuluh Balitbangtan dan Penyuluh Daerah | 1 |
Total | 6 |
a. Pendampingan Pengembangan Kawasan Padi
Beberapa pendekatan yang dilaksanakan untuk melakukan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan padi adalah:
a. Menjalin koordinasi dan sinkronisasi yang sinergis dengan dinas/instansi terkait dalam suatu kawasan khususnya kawasan padi
b. Pendampingan, pembinaan dan pengawalan teknologi Jarwo Super Padi yang diterapkan dalam pengembangan kawasan padi. Pendampingan ini mengutamakan petani yang mau menggunakan inovasi untuk menyelesaikan masalah, bersifat partisipatif, koordinatif dan tujuannya dapat terukur (melalui kuisioner).
Sesuai dengan tujuan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan padi, maka teknik diseminasi yang dilakukan adalah membuat demplot percontohan teknologi Jarwo Super padi pada daerah yang termasuk pengembangan kawasan padi di Provinsi Riau dengan luasan sekitar 2 ha. Selain itu juga dilakukan pertemuan dalam bentuk panen bersama untuk memperkenalkan teknologi Jarwo Super padi.
Kegiatan pendampingan ini dilaksanakan di 2 (dua) desa yaitu Desa Empat Balai dan Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar yang merupakan salah satu lokasi pengembangan kawasan tanaman pangan di Provinsi Riau dari bulan Januari sampai dengan Desember 2020.
Dari hasil pendampingan teknologi yang telah dilakukan yaitu dengan memperkenalkan beberapa komponen Jarwo Super padi, komponen yang paling cepat dikenal dan diadopsi petani adalah varietas unggul. Sedangkan pemanfaatan mesin dan alat pertanian (transplanter dan combine harvester) masih sangat terbatas. Petani masih memanfaatkan alat panen tradisional yang telah digunakan turun menurun.
Teknologi Jarwo Super padi mampu meningkatkan produksi padi di Desa Empat Balai dari 4,2 ton/ha menjadi 4,75 ton/ha (peningkatan sekitar 13%), dan di Desa Pulau Jambu dari 4,2 ton/ha menjadi 4,55 ton/ha (peningkatan sekitar 8%).
Sinkronisasi program dengan dinas/instansi dalam pengembangan kawasan padi sudah dapat dilaksanakan walaupun belum secara keseluruhan.
Gambar 5. Panen Bersama Bupati Kampar pada Demplot Kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Padi
b. Pendampingan Pengembangan Kawasan Perkebunan.
Kegiatan pendampingan kawasan perkebunan telah dilaksanakan di Kelompok Tani Priatim Desa Pulau Indah Kecamatan Kempas Kabupaten Indragiri Hilir. Pendampingan kawasan perkebunan komoditas kelapa ini telah dilaksanakan selama 3 tahun secara berturut turut dan tahun 2020 merupakan tahun ke 4 yang akan dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan Desember 2020.
Inovasi teknologi pada kegiatan ini yakni meredesign alat teknologi pengeringan kopra skala kelompok tani dengan kapasitas olah 1800-2100 butir/periode proses yang menggunakan panas buatan untuk peningkatan mutu kopra. Alat pengering kopra dengan sistem oven dengan komponen utama meliputi lubang pemasukan bahan bakar, ruang pembakaran, ruang pengeringan, plat besi perambat panas, rak pengeringan dan tempat peletakan belahan kelapa yang akan dikeringkan, corong pengeluaran asap sisa pembakaran.
Keterangan :
1. Pintu pemasukan bahan bakar
2. Lantai ruang pembakaran
3. Plat besi penyimpan panas
4. Lubang pengaliran udara keruang pengeringan
5. Pipa pembuangan air
6. Rak pengeringan
7. Dinding ruang pengeringan bagian atas
8. Pipa pembuangan asap
9. Arah pembuangan asap sisa pembakaran
10. Wadah penampung bahan bakar
11. Dinding ruang pembakaran bagian bawah.
Gambar 6. Redesign Alat Oven Kopra Skala Kelompoktani
Gambar 7. Alat pengering kopra skala kelompok tani
c. Pengelolaan Tagrinov
Taman Agro Inovasi adalah pengembangan beragam teknologi unggulan Balitbangtan pada satu hamparan yang kompak dan strategis di sekitar UK/UPT, sekaligus sumber stok benih/bibit yang didisplay sebagai lokasi kunjungan calon pengguna teknologi. Untuk kelengkapannya sebagai media pembelajaran bagi calon pengguna teknologi, dapat dilengkapi dengan pelayanan pustaka serta arena pelatihan
Kegiatan ini dilaksanakan dengan pendekatan display untuk menampilkan inovasi teknologi pertanian dalam berbagai sektor melalui sistem diseminasi multi chanel (SDMC) dan mengembangkan jejaring kerjasama bersama stakeholder. Display teknologi berdesign taman ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memasyarakatkan hasil litkaji kepada masyarakat dan stakeholder lainnya. Untuk memudahkan masyarakat memperoleh akses teknologi, juga disediakan tempat untuk konsultasi mengenai inovasi teknologi yang didisplaykan dengan harapan dapat membantu petani untuk mengambil keputusan terhadap jenis usahatani yang diusahakan.
Ruang lingkup kegiatan terdiri atas pengelolaan Taman Agro Inovasi di kantor BPTP, pengelolaan Kebun Bibit Induk (KBI), serta pendampingan pelaksanaan KRPL di Kabupaten/Kota.
Kegiatan Tagrinov dilaksanakan di halaman kantor BPTP Riau, sedangkan untuk pendampingan pengembangan KRPL pada beberapa kabupaten/kota dikoordinasikan dengan Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan Januari s/d Desember 2020.
Gambar 8. Panen buah naga dan labu madu kegiatan tagrinov di halaman kantor
Diseminasi kegiatan tagrinov dilaksanakan melalui kunjungan, pendampingan, publikasi melalui website video dan media sosial. Mendampingi kegiatan pemanfaatan pekarangan dilaksanakan di Kabupaten Kampar.
Gambar 9. Pendampingan Pekarangan Pangan Lestari di Kabupaten Kampar
d. Unit Inti Plasma Pembibitan Ayam Skala Rumah Tangga di Provinsi Riau
Kegiatan pengembangan unit inti plasma dibangun guna memenuhi kebutuhan DOC final stock pada tingkat peternak plasma. Tahapan yang dilakukan dimulai sejak penentuan unit inti sebagai pengelola pembibitan. Setiap tahapan akan dilakukan pendekatan terintegrasi sehingga diharapkan usahatani pembibitan ayam dapat berkesinambungan.
Kegiatan perbanyakan bibit (DOC) merupakan salah satu teknik diseminasi untuk memperbanyak produksi pembibitan ayam KUB sehingga lebih mudah dan cepat terdiseminasikan kepada peternak. Ruang lingkup perbanyakan bibit (DOC) final stock di unit inti meliputi ruang lingkup sebagai berikut:
- Penentuan lokasi unit inti pembibitan untuk dijadikan sebagai tempat budidaya peternak pembibit ayam KUB dan ayam SenSi
- Seluruh proses budidaya pembibitan yang akan berlangsung harus mengacu kepada standar pengelolaan pembibitan ayam KUB
- Penyediaan fasilitas kandang dan penyediaan peralatan kandang untuk pemeliharaan 250 ayam KUB betina dan 50 ayam SenSi pejantan hingga memasuki masa produksi telur dan dikawinsilangkan untuk menghasilkan telur tetas.
- Penyediaan pakan, vaksin, obat dan desinfektan untuk melakukan budidaya ayam hingga ayam indukan berproduksi
Pendampingan teknis pemeliharaan dilakukan sebagai bentuk pembinaan dan pengawalan oleh BPTP terhadap peternak yang ditunjuk agar dapat melaksanakan konsep dan teknis peternakan ayam lokal sehingga sesuai dengan SOP produksi yang baik.
Agar kegiatan pembibitan dan budidaya berkesinambungan maka peternak/kelompok peternak tersebut akan disiapkan menjadi pembibit ayam lokal kedepannya. Pendampingan juga dilakukan untuk menjaga mekanisme perkawinan ayam lokal, sehingga sesuai dengan arahan dari tim BPTP.
Monitoring secara reguler bulanan dilakukan. Materi monitoring berisi catatan pertumbuhan, produksi, reproduksi, kematian, jumlah dan jenis pakan yang diberikan sesuai dengan umur ternak, pemasaran (apabila sudah dilakukan). Monitoring dilakukan oleh tim dari BPTP. Khusus untuk perbanyakan bibit (DOC) pada unit inti strata 2 ada beberapa acuan standar produksi yang menjadi patokan sebagai berikut:
- Ratio jantan dan betina adalah 1 : 5
- Program vaksinasi sesuai rekomendasi
- Pemberian obat-obatan dan vitamin sesuai kebutuhan
- Persentase induk betina bertelur atau hen day >40%
- Bobot telur yang akan ditetaskan >35 gram
- Persentase fertilitas telur tetas >80%
- Daya tetas telur >80%
- Tingkat Kematian DOC <1%
Standar produksi tersebut menjadi angka rujukan untuk menentukan tingkat keberhasilan pembibitan ayam KUB strata 2. Angka standar produksi
tersebut diharapkan dapat tercapai ataupun mendekati nilai tersebut dengan bimbingan dan pengawalan yang dilakukan oleh tim BPTP dalam pelaksanaan seluruh kegiatan pembibitan tersebut.
Monitoring dan evaluasi terbatas di kelompok kooperator binaan dilaksanakan tim BPTP. Hubungan terintegrasi sistem produksi dalam pengembangan ayam KUB membentuk siklus produksi berkelanjutan.
Gambar 10. Calon Indukan Ayam KUBdan mesin penetas telur
Gambar 11. Distribusi DOC Ayam KUB dan Sekub kepada Peternak Pembesaran Ayam Kampung
e. Kaji Terap Inovasi Teknologi Pertanian
Percepatan dan perluasan diseminasi teknologi inovasi perlu dilakukan secara berkesinambungan baik kuantitas maupun kualitasnya, sehingga dapat menjangkau sasaran yang lebih luas. Terkait dengan hal tersebut, maka salah satu elemen kegiatan peningkatan komunikasi, koordinasi dan diseminasi hasil inovasi teknologi Balitbangtan yaitu melalui kegiatan Kaji Terap Inovasi Teknologi Pertanian yang spesifik lokasi, dalam bentuk demplot Tekonologi Jarwo Super di lahan sawah tadah hujan, mendukung program Konstratani
Pelaksanaan Demplot kaji terap ini dilakukan sebanyak 1 unit seluas 2 ha, yaitu di kelompok tani Benewah II di Kelurahan Baturijal Hilir Kecamatan Peranap kabupaten Indaragiri Hulu (Inhu) tepatnya di wilayah binaan BPP Peranap yang merupakan unit percontohan untuk pembelajaran bagi penyuluh beberapa BPP dan petani di kawasan hamparan yang telah dilaksanakan mulai dari bulan Februari-Desember 2020. Kaji Terap yang akan dilakukan adalah Tekonologi Jarwo Super di lahan sawah tadah hujan mendukung program Konstratani. Diharapkan hasil pelaksanaan kaji terap dapat disebarluaskan di wilayah binaan penyuluh (WKPP) dan dapat meningkatkan kapasitas, kapabilitas penyuluh pertanian daerah kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu (INHU) Provinsi Riau.
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode demplot merupakan salah satu bentuk bimtek yang dapat digunakan sebagai wahana diseminasi teknologi dan pembelajaran bagi penyuluh daerah terkait dengan teknologi inovasi yang diintroduksikan. Kegiatan demplot terbukti secara nyata mampu mendorong partisipasi penyuluh daerah untuk aktif dalam kegiatan demplot. Hal ini ditunjukkan dari bertambahnya tingkat pemahaman petani yang lebih tinggi setelah dilaksanakannya demplot, meningkatnya kapasitas, kapabilitas penyuluh pertanian. Dismaping itu, kegiatan ini dapat mempercepat arus informasi dan hilirisasi inovasi teknologi pertanian hasil litkaji komoditas strategis Kementerian Pertanian dan komoditas unggulan daerah khususnya teknologi Jarwo Super di lahan sawah tadah hujan di kecamatan Peranap kabupaten Indragiri Hulu (INHU) Provinsi Riau; serta didapatkannya umpan balik dalam penyempurnaan inovasi dan metode evaluasi.
Kelurahan Baturijal Hilir seluas 2 ha Kecamatan Peranap Kabupaten INHU Provinsi Riau
f. Temu Tugas Peneliti dan Penyuluh Balitbangtan dan Penyuluh Daerah
Kegiatan Temu Tugas peneliti dan penyuluh merupakan salah satu upaya membantu dalam menyediakan pilihan-pilihan informasi teknologi agar mereka dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dilapangan. Terkait dengan informasi yang diberikan pada sasaran, maka kegiatan Temu tugas dilakukan dengan pendekatan kelompok atau group approach (penyuluh dan peneliti) sehingga diharapkan peserta lebih proaktif dan dapat bekerjasama dalam menentukan teknologi inovasi yang akan diintroduksikan kepada petani. Diharapkan dari kegiatan ini terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar penyuluh dan peneliti sehingga dapat dihasilkan teknologi yang adaptif spesifik lokasi yang akan disuluhkan kepada petani pengguna teknologi.
Kegiatan Temu Tugas peneliti dan penyuluh dilakukan dengan metode Paparan materi, diskusi dan praktek. Sedangkan untuk uji adaptasi teknologi spesifik lokasi menggunakan metode demplot.
Kegiatan Temu Tugas dilaksanakan di BPTP Riau dengan kegiatan merancang dan menentukan uji adaptasi teknologi spesifik yang akan dilakukan pada demplot di BPP Kostratani. Waktu pelaksanaan bulan Januari 2020.
Selanjutnya dilaksanakan demplot uji adaptasi teknologi spesifik lokasi pada dua BPP Kostratani. Lokasi demplot uji adaptasi teknologi spesifik lokasi adalah WKBPP Kostratani atau non Kostratani berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pertanian Kabupaten sebanyak 2 unit yaitu di WKBPP Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu seluas 5 ha dan di WKBPP Sei Mandau , Kabupaten Siak seluas 5 ha. Uji Adaptasi teknologi spesifik lokasi yang diterapkan adalah Teknologi Jajar Legowo Super Padi. Tujuannya adalah agar terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap penyuluh daerah terhadap teknologi yang diintroduksikan serta untuk mendapatkan umpan balik aplikasi teknologi sehingga diperoleh teknologi yang telah disempurnakan dan adaptif spesifik lokasi. Waktu pelaksanaan bulan April 2020. Untuk meningkatkan kemampuan penyuluh dalam melakukan evaluasi penyuluhan terkait dengan teknologi adaptasi, maka dilakukan Temu Tugas peneliti dan penyuluh di BPTP Riau pada bulan Juli 2020.
Sasaran 3 : | Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi |
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja sebagai berikut:
Indikator Kinerja | Target | Realisasi | % |
Jumlah model pertanian | 2 model | 0model | 0 |
a. Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Inovasi (Padi dan Cabai)
Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Inovasi dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dan dengan tetap memperhatikan aspek pengelolaan sumberdaya dan lingkungan sehingga mampu mendukung pertumbuhan secara berkelanjutan kegiatan ini berfungsi sebagai: a) pengembangan inovasi bidang pertanian dan peternakan yang telah dikaji untuk diterapkan dalam skala ekonomi; b) tempat pelatihan, pemagangan, pusat diseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke masyarakat luas, berskala pengembangan dan berwawasan agribisnis hulu-hilir yang bersifat spesifik lokasi dengan kegiatannya meliputi: penerapan teknologi pra produksi, produksi, panen, pasca panen, pengolahan hasil, dan pemasaran.
Pengembangan kawasan pertanian berbasis inovasi dikoordinasikan oleh BPTP Riau dan didukung oleh Pemerintah Daerah serta kelembagaan terkait setempat merupakan wahana penerapan inovasi teknologi langsung di area kawasan lahan pertanian milik masyarakat, dengan pendampingan intensif dari para peneliti dan penyuluh agar petani dapat lebih terampil untuk menerapkan teknologi yang dintroduksikan.
Untuk lebih aplikasinya kegiatan yang akan dilakukan maka disusun metode pelaksanaannya. Pengambilan data skunder dan data primer, pengambilan data skunder dilakukan melalui dinas terkait seperti BPS, Laporan dinas pertanian dan peternakan, dinas perdagangan, perindustrian, peternakan dan instansi terkait lainnya. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara survey terstruktur dan secara PRA ke kelompok tani maupun ke gabungan kelompok tani. Penerapan inovasi teknologi dengan cara pembuatan demplot baik pada tanaman cabai maupun padi.
Pengembangan kawasan pertanian berbasis inovasi padi dan cabai diimplementasikan melalui pendekatan kelompok tani sampai ke Gapoktan. Sasaran untuk tahun pertama diusahakan masing-masing komoditas pada 1 gapoktan, untuk tahun kedua lebih dari 1 gapoktan. Pengembangan kawasan pertanian berbasis inovasi akan dilaksanakan selama tiga tahun dengan tahapan penumbuhan, pengembangan dan kemandirian.
Kegiatan dilaksanakan dari bulan Januari – Desember 2020 di Desa Kemuning Muda dan Langsat Permai, Kecamatan Bunga Raya, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Demplot tanaman padi yang dilakukan di Desa Kemuning Muda Kecamatan Bunga Raya, Kabupaten Siak dengan luas 5 ha, menghasilkan produktivitas sebanyak 4,699 t– 6,799 t/ha. Hasil analisis ekonomi tanaman padi di desa Kemuning Muda petani mendapatkan keuntungan sebanyak lebih dari 9 juta rupiah dengan Dengan R/C ratio lebih dari 1. Break even point harga adalah Rp. 2092 – Rp. 2958,-
Demplot tanaman cabai yang dilakukan di desa Langsat Permai Kecamatan Bunga Raya, Kabupaten Siak seluas 0,5 ha menghaslkan produktisi 3,165 t/0,5 ha – 4,5 t/0,5 ha. Hasil analisis ekonomi tanaman cabai di desa Langsat Permai petani mendapatkan keuntungan sebanyak lebih dari 62.500.000– 112.500.000 Rupiah dengan Dengan B/C ratio lebih dari 2,71 dengan Break even point harga adalah Rp.14.000 – Rp.21.000,-/kg cabai segar
Gambar 14. Koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Siak dan BPP Kecamatan Bunga Raya
Gambar 16. Panen perdana cabai di Desa Langsat Permai, Kec. Bunga Raya
b. Dukungan Inovasi Teknologi di Daerah Perbatasan
Pengkajian ”Dukungan Inovasi Teknologi Pertanian Daerah Perbatasan” pada tahun 2020 ini dilaksanakan di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Untuk Perancangan Model Lumbung Pangan Wilayah Perbatasan dengan pengambil kebijakan yang terkait dengan sektor pertanian terlebih dahulu dilakukan Sosialisasi dan dilanjutkan dengan identifikasi analisis potensi dan permasalahan pertanian oleh Xxx Xxneliti bersama-sama dengan penyuluh lapangan, tokoh formal dan informal tingkat kecamatan serta pelaku utama dan pelaku usaha yang terkait dengan kegiatan usahatani.
Hasil analisis tersebut akan disampaikan kembali kepada pejabat pengambil kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir dalam bentuk Foccus Group Discussion (FGD) untuk menghasikan Rancangan Model Lumbung Pangan Wilayah Perbatasan. Kegiatan FGD direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2021.
Berdasarkan hasil identifikasi wilayah dengan pendekatan partisipatif yang telah dilakukan untuk perancangan Lumbung Pangan Wilayah Perbatasan spesifik Kabupaten Indargiri Hilir dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :1). Kabupaten Indragiri Hilir merupakan wilayah dengan agroekosistem pasang surut terluas di Provinsi Riau memiliki beberapa komoditas pertanian yang telah diusahakan petani potensial sebagai komoditas lumbung pangan wilayah perbatasan yaitu komoditas kelapa dalam dan padi yang memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor, 2). Potensi wilayah kabupaten Indragiri Hilir yang bisa dikembangkan: Pemanfaatan lahan yang cukup luas
tersedia untuk pengembangan pertanian berbasis kawasan agribisnis di pedesaan; optimalisasi fungsi kelembagaan yang ada di desa untuk pelayanan masyarakat seperti seperti karang taruna, PKK, lembaga adat dan kelompok tani; perluasan sektor produksi perkebunan dari hulu sampai ke hilir yang dapat dikelola dalam skala bisnis oleh masyarakat seperti kelapa dalam dan pinang; tersedia instansi formal di desa seperti Dinas Pertanian dan Perkebunan kecamatan , PPL dan POPT serta pengawas benih tanaman. 3). Permasalahan yang dialami adalah: belum termanfaatkannya lahan secara optimal, terjadinya serangan hama dan penyakit; jaringan irigasi sekunder dan tersier kurang berfungsi karena pendangkalan dan tumbuhnya gulma; sulitnya pemasaran hasil produksi; belum optimal koordinasi dengan instansi daerah; belum terbentuk koperasi; SDM yang masih kurang. 4). Solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat: memberikan percontohan teknologi inovasi lokal spesifik kepada petani; revitalisasi jaringan irigasi yang berfungsi selain untu pengairan juga untuk mengangkut hasil usahatani; menjalin kemitraan dengan pemodal atau perusahaan dalam menampung hasil usahatani dengan azas saling menguntungkan; meningkatkan pengawalan dan pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat oleh istansi terkait; membentuk kelompok usaha bersama berbasis kawasan agrisbis dalam kelembagaan ekonomi petani; memberikan bimtek teknologi inovasi dan kelembagaan untuk menjadikan petani lebih profesioanal dalam mengelola usahataninya
Gambar 17. Dokumentasi Sosialisasi, Koordinasi di Dinas Pertanian Kabupaten Indragiri Hilir
Gambar 18. Dokumentasi Pelaksanaan PRA di Kec. Batang Tuaka dan Enok, Kab. Indragiri Hilir
Sasaran 4: | Tersedianya benih sebar padi |
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui jumlah produksi benih sumber. Adapun pencapaian indikator kinerja adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja | Target | Realisasi | % |
Jumlah benih sumber | 19 ton | 6,5 ton | 34,21 |
Benih sumber yang diproduksi pada tahun 2020 terdiri dari 2 (dua) kegiatan produksi benih benih yakni :
a. Produksi Benih Sebar Padi
Pada tahun 2020 berdasarkan revisi anggaran terakhir UPBS hanya mentargetkan produksi benih sebar sebanyak 6 ton. Varietas yang ditanam untuk produksi benih sebar padi tahun 2020 dilaksanakan di Desa Pangkalan Serik Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar sebanyak tiga varietas yaitu; Inpari 32 (0,75 ha), Inpari IR Nutri Zinc (0,75 ha) dan Batang Piaman (0,50 ha). Realisasi target tidak tercapai karena tanaman pada umur 3 hst mengalami kebanjiran yang agak lama, sehingga mengakibatkan tanaman rusak dan fuso. Akibat dari musibah banjir ini target produksi sebanyak 6 ton benih sebar tidak tercapai.
Gambar 19. Dokumentasi Kondisi Lahan Sawah (Minggu II April 2020)
Gambar 20. Dokumentasi Kondisi Tanaman Pasca Banjir (Minggu IV Mei 2020)
Sedangkan kegiatan pendistribusian benih pada tahun 2020 berasal dari stok benih kegiatan 2019 sebanyak 1.033 kg sudah disebarkan ke beberapa kabupaten di Provinsi Riau yaitu Kabupaten Siak, Bengkalis, Kuansing dan Kampar
Semua masalah atau kendala yang terjadi di lapangan akan terus diupayakan perbaikan sistem kerjasama dan penentuan lokasi yang sangat menentukan keberhasilan pengelolaan kegiatan perbenihan kedepan. Kelengkapan fasilitas produksi dan prosesing benih akan kita upayakan perbaikan perbaikan bagi yang sudah rusak termasuk membenahi gudang penyimpanan dan kelengkapan fasilitas didalamnya.
b. Produksi Benih Padi Inpari IR Nutri zinc
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) tahun 2017 mengeluarkan data bahwa pemerintah telah menerbitkan daftar 100 kabupaten dengan permasalahan stunting yang perlu segera ada penanganan. Permasalahan stunting di Provinsi Riau yang menjadi prioritas penanganan
adalah Kabupaten Rokan Hulu. Pemerintah telah berupaya mengatasi masalah kekurangan gizi yaitu dengan fortifikasi, namun hal itu tidak cukup menyelesaikan masalah, sehingga pada tahun 2018 Balitbangtan, Kementerian Pertanian berkolaborasi dengan IRRI dan Harvest Plus turut berkontribusi nyata dalam mengatasi stunting, salah satunya dengan melepas padi dengan kandungan Zn tinggi dengan nama Inpari IR Nutri Zinc.
Pengembangan produk biofortifikasi (Inpari IR Nutri Zinc) mendukung program pengentasan stunting di Indonesia. Direktorat Serealia memberikan dukungan penuh untuk program pengentasan stunting melalui biofortifikasi, dengan berkoordinasi dengan dinas di masing-masing provinsi kantong stunting (9 provinsi), untuk mendukung budidaya padi biofortifikasi seluas total 10.000 ha. Untuk memenuhi kebutuhan benihnya yang mencapai 250 ton, maka Balitbangtan melalui BPTP di setiap provinsi telah siap melakukan produksi benih sebar dengan berkoordinasi dengan Dinas Provinsi maupun Kabupaten. Melalui Kegiatan Produksi Inpari IR Nutri Zinc, BPTP Riau mendapatkan tugas untuk memproduksi benih VUB Inpari IR Nutri Zinc sebanyak 27,5 ton, agar tercapai pengembangan penanaman seluas 1.100 Ha di Provinsi Riau. Namun karena Pandemi COVID 19 maka target penanaman Inpari IR Nutri Zinc di Provinsi Riau menjadi 182 ha dengan jumlah produksi menjadi 19 ton.
Lokasi produksi benih ditetapkan di Desa Pangkalan Serik, Kec. Siak Hulu, Kabupaten Kampar. Luas penanaman yang dilakukan untuk produksi benih ini adalah seluas 10 ha di Desa Pangkalan Serik, namun pada bulan April (saat umur pertanaman padi 30 hst) dan awal bulan Mei (umur pertanaman padi 50 hst), terjadi banjir di lahan persawahan. Antisipasi gagal panen dilakukan penambahan lokasi pertanaman di Desa Rambah Samo, Kec. Rambah, Baru, Kabupaten Rokan Hulu seluas 6 Ha.
Pada bulan April saat umur pertanaman padi 30 hst, terjadi banjir di lahan persawahan dan lahan tergenang lebih dari 10 hari, dan awal bulan Mei pada umur pertanaman padi 50 hst, terjadi lagi banjir dan lahan tergenang sekitar 10 hari.
Gambar 21. Banjir di lokasi Desa Pangkalan Serik pada bulan Maret dan bulan April
Lokasi kedua pertanaman padi IR Nutri Zinc di Kabupaten Desa Rambah Samo kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu. Sehubungan wabah Covid 19, kegiatan produksi benih ini hanya dilakukan pendampingan secara jarak jauh. Pemotongan anggaran yang terjadi pada bulan Mei 2020 menyebabkan pendampingan BPTP tidak dapat secara maksimal dilakukan.
Kegiatan produksi benih padi Inpari IR Nutri Zinc yang lulus Desa Rambah Baru adalah sebanyak 6,5 ton (kelas SS), dimana sebanyak 5,5 ton benih milik petani dan 1 ton milik BPTP Riau. Distribusi benih yang dihasilkan, selengkapnya disajikan pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7.Distribusi benih yang dihasilkan dari kegiatan Produksi Benih padi Inpari IR Nutri Zinc (sampai tanggal 11 Desember 2020)
No. | Lokasi | Produksi benih | Tonase (ton) | Distribusi | Keterangan |
1. | Kampar | Tidak ada | 0 | 0 | Tidak ada produksi |
2 | Rokan Hulu | -Milik Penangkar | 5,5 | 4.550 kg | keg. Distan Rohul |
100 kg | ditanam oleh petani Rohul dan Tapung | ||||
850 kg | Stok di Penangkar | ||||
-Milik BPTP Riau | 1,0 | 50 kg | Diseminasi Korem | ||
950 kg | Stok di BPTP | ||||
TOTAL | 6,5 |
Gambar 22. Pertanaman padi IR Nutri Zinc di Desa Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu
Sasaran 5: | Terlaksananya Kerjasama Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian |
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui jumlah dokumen kerjasama. Adapun pencapaian indikator kinerja adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja | Target | Realisasi | % |
Jumlah dokumen kerjasama | 1 dokumen | 5 dokumen | 500 |
Dalam rangka peningkatan kinerja pengkajian dan pemenuhan informasi teknologi diperlukan input kebutuhan teknologi dari stakesholder yang pelaksanaannya bisa dalam bentuk kegiatan kerjasama. Berdasarkan Xxxaturan Menteri Pertanian No. 06/Permentan /OT.140/2/2012 tentang Pedoman Kerjasama Penelitian dan Pengembangan Pertanian, tujuan kerjasama dalam negeri antara lain adalah untuk meningkatkan promosi dan mempercepat diseminasi/penyebarluasan inovasi teknologi pertanian dan meningkatkan peran serta mitra kerjasama dalam kegiatan penelitian, pengkajian dan pengembangan pertanian.Terkait dengan hal tersebut, BPTP Balitbangtan Riau mewujudkannya melalui penjaringan kerja sama penelitian atau pengkajian bersama, dan kerja sama dalam rangka pendayagunaan hasil inovasi teknologi pertanian.
Penjaringan kerjasama ini juga diperlukan oleh peneliti khususnya untuk tingkatan peneliti ahli madya dalam pemenuhan Hasil Kerja Minimal (HKM) untuk naik ke jenjang peneliti ahli utama sesuai dengan peraturan LIPI No 14 Tahun 2018 dengan persyaratan harus memperoleh dana kegiatan yangbersumber dari
eksternal instansi, sehingga harus bisa menjalin kerjasama dengan pihak luar instansi.
Pada tahun 2020 BPTP Riau berhasil menjalin 5 (lima) kegiatan kerjama yang menghasilkan 5 (lima) dokumen kegiatan kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta di Provinsi Riau. Kerjasama BPTP dengan beberapa instansi di Provinsi Riau tersebut antara lain :
1. Kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Perkumpulan Elang
2. Kerjasama dengan SMA IT Xxxx Xxxxxx 2
3. Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi
4. Kerjasama dengan Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau
5. Kerjasama dengan Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pelalawan
2020 juga berupa magang/Praktek Kerja Lapangan (PKL)/ Praktek Kerja Profesi (PKP) dari bebera sekolah /Perguruan Tinggi dengan data sebagai berikut :
Tabel 8. Daftar Sekolah/Perguruan Tinggi yang Melaksanakan Magang/PKL/PKP Tahun 2020
No | Nama Sekolah/Perguruan Tinggi | Jumlah siswa/mahasiswa | Jurusan |
1 | SMK Negeri Pertanian Terpadu Provinsi Riau | 2 | Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian |
2 | SMK Negeri 1 Kuok | 6 | Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian |
3 | Universitas Andalas | 4 | |
4 | SMK YABRI | 2 | Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian |
5 | SMK YAPIM | 2 | Akutansi |
6 | Universitas Islam Negeri | 2 | Ilmu Informatika |
7 | Universitas Islam Negeri | 3 | Ilmu Manajemen Ekonomi Sosial |
8 | Universitas Muhammadiyah Pekanbaru | 3 | Biologi |
9 | Universitas Lancang Kuning | 2 | Ilmu Perpustakaan |
10. | Universitas Lancang Kuning | 5 | Agribisnis |
11. | Universitas Islam Riau | 17 | Agribisnis |
12. | Universitas Riau | 11 | Agroteknologi |
13. | Instiper Yogyakarta | 4 | Budidaya Pertanian |
Total | 63 |
Sasaran 6: | Tersedianya benih buah Tropika dan sub tropika |
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator jumlah batang benih buah tropika dan sub tropika yang dihasilkandengan jumlah sebagai berikut:
Indikator Kinerja | Target | Realisasi | % |
Jumlah batang benih | 2.470 batang | 470 batang | 19,01 |
a. Perbenihan Manggis dalam Mendukung Pengembangan Buah Tropika di Provinsi Riau (2.000 batang)
Tersedianya benih manggis bermutu dalam jumlah yang cukup, waktu singkat dan harga terjangkau merupakan langkah awal dalam mencapai keberhasilan pengembangan usahatani manggis.
Kegiatan Perbenihan Manggis dalam Mendukung Pengembangan Buah Tropika di Provinsi Riau dilakukan di Kabupaten Kampar dari bulan Januari sampai dengan Desember 2020.
Kegiatan perbenihan tanaman manggis dilaksanakan dengan 3 (tiga) pendekatan: 1). Kegiatan perbenihan tanaman manggis, 2). Kegiatan bimbingan
teknis penangkar/perbenihan tanaman manggis, 3). Kegiatan kajian. Kegiatan perbenihan diawali dengan perbanyakan batang bawah tanaman manggis, batang bawah dirawat selama 2 (dua) tahun, penyambungan batang atas dan distribusi kepada masyarakat dilakukan pada tahun ketiga. Kegiatan bimbingan teknis dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan menguatkan kelembagaan perbenihan tanaman hortikultura khususnya kawasan tanaman manggis. Kegiatan kajian sederhana dilakukan untuk menghasilkan paket teknologi perbenihan tanaman manggis.
Pembibitan Pohon manggis dapat diperbanyak secara generatif melalui biji dan secara vegetatif hasil penyambungan pucuk dan susuan. Pohon yang ditanam dari biji baru berbunga pada umur 10 - 15 tahun sedangkan yang ditanam dari bibit hasil sambungan dapat berbunga pada umur 5 – 7tahun.
Target fisik output yang dicapai tahun ini adalah telah terdiseminasinya benih batang bawang tanaman manggis sebanyak 2000 batang yang belum disambung pucuk dan belum disertifikasi. Hal ini disebabkan karena menurut SOP perbenihan tanaman manggis, umur minimal benih batang bawah tanaman manggis siap disambung pucuk adalah umur 22-24 bulan, diameter batang mencapai 2-3 cm. Kegiatan penyambungan akan dilakukan tahun depan pada bulan September.
Gambar 24. Koordinasi di Dinas PTPH Provinsi Riau dan kunjungan ke IP2TP Kubang
Gambar 25. Benih batang bawah tanaman manggis di Desa Kualu Nenas,
Kecamatan Tambang berumur dua bulan
b. Perbenihan Durian dalam Mendukung Pengembangan Buah Tropika di Provinsi Riau (470 batang)
Kegiatan perbenihan durian ini dilaksanakan di IP2TP Kubang dari bulan Januari 2020 sampai dengan Desember 2020. Ruang lingkup dari kegiatan ini adalah memproduksi benih durian varietas unggul dengan mata tempel dari penangkar benih di Kabupaten Kampar.
Pelaksanaan kegiatan meliputi: Koordinasi dengan pihak terkait (Dinas Pertanian Kab. Kampar, BBI dan Balitbu); Penyiapan sarana dan prasarana perbenihan (benih, pupuk, pestisida, alat okulasi, seedbed, dll); produksi benih; benih siap tanam.
Sedangkan SOP produksi benih durian adalah : a). Batang bawah sehat, b). Varietas batang atas diregistrasi, c). Benih siap salur memiliki tinggi minimum 40 cm dari titik okulasi/60 cm dari leher akar.
Varietas yang digunakan ada 4 yaitu : Montong, Sijantung, Tembaga dan
Otong
Gambar 26. Koordinasi kegiatan dengan Balitbu
Gambar 27. Pelaksanaan sambung pucuk durian di IP2TP Kubang
3.1.2. Pengukuran Capaian Kinerja TA 2020 dengan Target Renstra
Hasil evaluasi pengukuran capaian kinerja BPTP Riau tahun 2020 dengan target renstra dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 9. Pengukuran Capaian Kinerja TA 2020 dengan Target Renstra
Sasaran | Indikator Kinerja Kegiatan | Target Renstra 2020 | Capaian 2020 |
Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi | Jumlah teknologi spesifik lokasi | 3 teknologi | 3 Teknologi |
Terdiseminasi teknologi inovasi pertanian ke pengguna | Jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna | 3 teknologi | 6 Teknologi |
Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi | Jumlah model -model Pengembangan Inovasi Pertanian spesifik lokasi | 2 model | 0 model |
Tersedianya benih sebar padi | Jumlah benih sumber tanaman | 36,50 ton | 6,5 ton |
Terjalinnya Kerjasama Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian | Jumlah dokumen kerjasama | 1 dokumen kerjasama | 5 dokumen kerjasama |
Tersedianya benih buah Tropika dan sub tropika | Jumlah batang benih tanaman tropis dan subtropis | 13.250batang | 470 batang |
Pada tahun 2020 terjadi perubakan sasaran strategis yang mendukung program penciptaan teknologi dan inovasi pertanian bio industri berkelanjutan antara lain dimana terjadi pengurangan sasaran pada yakni Terdokumentasinya Sumber Daya Genetik, tersedianya dukungan inovasi teknologi untuk
peningkatan IP kawasan pertanian, meningkatnya komunikasi koordinasi dan diseminasi hasil inovasi teknologi Balitbangtan namun terdapat pembahan sasaran yakni Tersedianya benih buah Tropika dan sub tropika.
3.1.3. Keberhasilan, Kendala dan Langkah Antisipasi
Selama tahun 2020 keberhasilan yang dicapaian oleh BPTP Riau antara lain disebabkan oleh kesiapan dan kelengkapan dokumen perencanaan yang tepat waktu; intensifnya kegiatan pertemuan masing-masing tim penanggungjawab; dan sumbangsih substansi teknis dari para narasumber dalam forum seminar proposal dan pertemuan lainnya.
BPTP Riau tahun 2020 secara umum menunjukkan hasil yang relatif telah mencapai keberhasilan sebagaimana telah ditetapkan pada perjanjian kinerja pada tahun 2020. Dalam pencapaian indikator kinerja pada tahun 2020 khususnya pada tersedianya benih sebar ada mengalami kendala tidak mencapai target yang telah ditetapkan yang disebabkan karena musibah banjir yang menggenangi lahan produksi, sehingga menyebabkan tanaman mati (puso) selain itu juga terjadi serangan hama penyakit tanaman. Output kegiatan tidak tercapai dikarenakan terjadinya pemotongan anggaran sehingga tidak bisa melanjutkan pertanaman pada musim tanam berikutnya.
Beberapa langkah antisipasi yang dilakukan oleh BPTP Riau kedepannya adalah dengan memilih lokasi yang tepat, bebas banjir dan mengatur jadwal tanam berdasarkan prediksi curah hujan dai BMKG serta membuat saluran drainase air jika air berlebih. Sedangkan untuk serangan hama diantisipasi dengan memilih varietas unggul yang tahan penyakit blas dan wereng, menanam serentak dengan masyarakat sekitar, mempersiapkan pestisida apabila populasi serangan hama sudah diatas ambang kendali.
Sasaran tersedianya model pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi tidak dapat memenuhi sesuai dengan target yang telah ditetapkan karena terhentinya kegiatan yang disebabkan adanya pemotongan anggaran. Untuk mendapatkan model pada kegiatan Dukungan inovasi teknologi perbatasan diperlukan kegiatan Forum Group Discussion (FGD) yang tidak terlaksana karena adanya pandemi covid-19. Sedangkan untuk kegiatan Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Inovasi (Padi dan Cabai) outputnya tidak tercapai dikarenakan
kegiatan ini ada 3 (tiga) tahapan, untuk mendapatkan model belum memenuhi di tahapan pertama ini.
Kegiatan perbenihan buah manggis tidak bisa mencapai output yakni 2000 batang benih buah dikarenakan batang bawah yang digunakan untuk entres/sambung pucuk belum memenuhi syarat lingkar batang sehingga belum bisa dilaksanakan penyambungan.
3.2. Akuntabilitas Keuangan
Dalam menjalankan tupoksinya, BPTP Riau didukung oleh sumber dana utama yang berasal dari dana APBN yang tertera dalam DIPA BPTP Riau dengan alokasi dana sebesar Rp. 9.452.079.000 yang digunakan untuk membiayai program utama Balai yang dilaksanakan pada tahun 2020 yaitu Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan.
3.2.1. Realisasi Keuangan
Jumlah anggaran yang terserap yaitu sebesar Rp. 9.242.842.588 atau 97.79%. Pagu dan realisasi anggaran Tahun 2020 berdasarkan jenis belanja, dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini.
Tabel 10. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Belanja TA. 2020
No | Uraian | pagu | Realisasi | % |
1 | Pegawai | 5.247.377.000 | 5.149.784.747 | 98,140 |
2 | belanja Operasional | 2.098.272.000 | 2.064.019.946 | 98,368 |
3 | Barang non operasional | 1.925.714.000 | 1.848.328.095 | 95,981 |
4 | Modal | 180.716.000 | 180.709.800 | 99,997 |
Total | 9.452.079.000 | 9.242.842.588 | 97,79 |
3.2.2. Pengelolaan PNBP
Realisasi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2020 sebesar Rp. 27.778.000,- atau mencapai 50,01% diatas pagu target yang telah ditentukan pada TA 2020 sebesar Rp. 46.695.000.-
3.2.3. Hibah Langsung Luar Negeri
Tahun 2020 BPTP Balitbangtan Riau mendapat Hibah langsung Luar Negri melalui kegiatan Improving Smallholder Beef Supply And Livelihoods Through Cattle-Palm System atau Meningkatkan Supply Daging Sapi Dan Kesejahteraan Perernak Rakyat Melalui Sistem Integrasi Sawit-Sapi di Indonesia.
Populasi sapi Indonesia berfluktuasi antara 12 dan 15 juta ekor selama bertahun-tahun, meskipun telah banyak program dan upaya dari Pemerintah untuk meningkatkan industri ini. Kebijakan pemerintah terkait Program Swasembada Daging Sapi berdampak pada pasokan lokal. Pemerintah Indonesia mendorong pelaksanaan integrasi sawit dengan sapi. Namun, banyak pihak perkebunan komersial yang melarang sapi untuk memasuki kebun sawit. Berbagai issu yang yang muncul ke permukaan adalah kekhawatiran akan adanya serangan penyakit pada tanaman sawit yaitu Ganoderma serta adanya pemadatan tanah akibat adanya penggembakaan sapi disekiar kebun sawit.
Peningkatan produktivitas kelapa sawit melalui integrasi sawit-sapi dapat mengurangi kebutuhan untuk pembebasan lahan lebih lanjut, peningkatan manajemen penggembalaan dapat mengurangi kebutuhan akan pestisida kimia dan pupuk. Tujuan dari penelitian integrasi sawit – sapi adalah Mengidentifikasi kendala dan peluang dalam upaya meningkatkan produktivitas dan keuntungan sapi dalam kaitannya dengan sistem integrasi dengan sawit. Lokasi kegiatan yaitu di Desa Pelambaian, Desa Muktisari dan Desa Gading Sari Kec Tapung Kab Kampar. Metode yang digunakan adalah pendekatan, koordinasi oleh puslitbang peternakan, dan melibatkan puslitbang perkebunan, BBLitvet. Dampak yang akan dilihat adalah produktivitas ternak, produktivitas sawit, sosial – ekonomi, Jamur Ganoderma. Hasil dari kegiatan System integrasi sawit-sapi adalah mengukur produktivitas ternak melalui kegiatan CE dengan melihat (Reproduksi, penyakit, PBB dan Hijauan pakan ternak), pertumbuhan jamur ganoderma tidak disebabkan oleh ternak sapid an pengendalian ganoderma dengan aplikasi agen hayati dalam pupuk organik, serta dampak pandemi covid-19 tidak mempengaruhi sistem Integrasi sawit-sapi
Gambar 28. Kegiatan Palm-Cow BPTP Riau 2020
IV. PENUTUP
4.1. Ringkasan Capaian Kinerja
Secara umum hasil analisis evaluasi kinerja dan capaian kinerja menunjukkan bahwa kinerja penelitian dan pengkajian BPTP Riau dan sasaran kumulatif tahun 2020 telah dicapai dengan “Sangat Baik” dengan skor 170,37%, namun beberapa kegiatan masih belum optimal. Sebagian indikator kinerja kegiatan penelitian BPTP tahun 2020 umumnya telah terealisasi sesuai target bahkan melebihi target atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Beberapa sasaran telah melebihi target yaitu tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi dan terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi dan terjalinnya kerjasama Pengembangan Teknologi Pertanian. Sedangkan sebagian indikator kinerja tidak dapat mencapai target yang telah ditetapkan karena adanya kebijakan pemotongan anggaran dan bencana alam. Sasaran tersebut antara lain tersedianya model pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi, tersedianya benih sebar padidan tersedianya benih buah Tropika dan sub tropika
Hasil evaluasi dan analisis terhadap capaian kinerja Satker BPTP Riau tahun 2020 Jumlah anggaran BPTP Riau pada TA. 2020 adalah 9.452.079.000yang terserap yaitu sebesar Rp. 9.032.097.300.
4.2. Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja
Untuk meningkatkan kinerja maka langkah-langkah yang bisa dilakukan antara lain :
1. Memilih lokasi yang tepat, bebas banjir dan mengatur jadwal tanam berdasarkan prediksi curah hujan dai BMKG
2. Penggunaan teknik budidaya yang tepat, penggunaan teknologi terbaru dan penggunaan input yang berkualitas