MODUL PEMBELAJARAN PROMOSI KESEHATAN
MODUL PEMBELAJARAN PROMOSI KESEHATAN
“Konsep Dalam Promosi Kesehatan”
Oleh :
Xxxxx Xxx Xxxxxxx, X.Xxx, Ns, X.Xxx
POLTEKKES KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Modul Pembelajaran mata kuliah Promosi Kesehatan Tahun 2019 adalah dokumen resmi dan digunakan pada kegiatan Pembelajaran Mahasiswa Keperawatan Jurusan Keperawatan di Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang,
Disahkan pada tanggal .......Januari 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia- Nya sehingga penyusunan Modul Pembelajaran Promosi Kesehatan dapat diselesaikan.
Penyusunan modul ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang atas arahan dan bimbingannya.
2. Ketua Jurusan Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penyusunan modul.
3. Rekan sejawat dosen di lingkungan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan modul ini.
Semoga penyusunan modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan dan pihak lain yang membutuhkan.
Malang, Januari 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover luar……………………………………………………………………. | i |
Cover dalam...................................................................................................... | ii |
Lembar Pengesahan ......................................................................................... | iii |
Kata pengantar.................................................................................................. | iv |
Daftar isi .......................................................................................................... | v |
BAB 1 MODEL PROMOSI KESEHATAN PENDAHULUAN .............................................................................. | 1 |
A. PENGERTIAN PROMOSI KESEHATN………………………… | 2 |
B. TUJUAN PROMOSI KESEHATAN………..……………………. | 3 |
C. PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN …………………… | 4 |
D. LATIHAN…………………………………………………………. | 6 |
E. DAFTAR PUSTAKA........................................................................ | 6 |
BAB 2 RUANG LINGKUP DAN SEJARAH PROMOSI KESEHATAN PENDAHULUAN ................................................................................ | 7 |
A. RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN………………….. | 8 |
B. SEJARAH PROMOSI KESEHATAN…………………………….. | 11 |
C. KONSEP PIAGAM OTTAWA …………………………………… | 13 |
D. LATIHAN…………………………………………………………. | 14 |
E. DAFTAR PUSTAKA....................................................................... | 14 |
BAB 3 MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN PENDAHULUAN…………………………………………………….. | 15 |
A. HEALTH BELIEF MODEL ........................................................… | 15 |
B. THEORY OF REASONED ACTION ............................................. | 25 |
C.TRANSTEORITICAL MODEL....................................................... | 30 |
D. MODEL TEORI SEBAB AKIBAT…………………………......... | 35 |
E. MODEL TRANSAKSIONAL STRESS DAN KOPING…………. | 35 |
F. LATIHAN……………………………………………………….... | 36 |
G. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... | 37 |
BAB 4 | SASARAN DAN STRATEGI PROMOSI KESEHATAN A. SASARAN PROMOSI KESEHATAN………………………… | 38 |
B. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN ....................................... | 39 | |
C. LATIHAN…………………………………………..………….. | 42 | |
D. DAFTAR PUSTAKA ................................................................... | 42 | |
BAB 5 | ETIKA PROMOSI KESEHATAN A. PENETAPAN SASARAN …………………………………….. | 44 |
B. XXXXXXX ETIK ............................................................................. | 45 | |
C. DAFTAR PUSTAKA .................................................................... | 49 | |
BAB 6 | PENGKAJUAN PROMOSI KESEHATAN A. MODEL PRECEDE-PROCEED……………………………….. | 50 |
B. DELAPAN FASE PRECEDE-PROCEED................................... | 45 | |
C. PELAYANAN KESEHATAN………………………………….. | 55 | |
D. KOMPONEN MODEL PRECEDE-PROCEED………………… | 59 | |
E. DAFTAR PUSTAKA................................................................... | 62 |
LATIHAN SOAL & JAWABAN……………………………………………. 63-83
BAB 1
KONSEP PROMOSI KESEHATAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa mampu memahami pengertian, tujuan da prinsip promosi kesehatan.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KUSUS
Setelah mempelajari pokok bahsan ini, mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan pengertian promosi kesehatan
b. Menjelaskan tujuan promosi kesehatan.
c. Menjelaskan prinsip-prinsip promosi kesehatan
PENDAHULUAN
Sebagin masyarakat mengatakan bahwa promosi kesehatan merupakan cara untuk mena suatu produk yang berhubungan dengan kesehatan, atau sama seperti penyulihan kesehatan. Nam semua tidak sepenuhnya salah bila dikaitkan dengan promosi kesehatan, karena promosi kes memiliki sejarah sampai saat ini.
Promosi kesehatan secara praktis adalah seni dan ilmu yang mensinergikan anatara keinginan manusia dengan kesehatan yang optimal, serta tujuan meningkatkan motivasi untuk kesehatan yang optimal dan mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal. Sedangkan kesehatan yang optimal adalah keseimbangan anatar kesehatan fisik, emosional, sosial, spiritual, dan intelektual. Perubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui kombinasi pengalaman yang meningkatkan kesadaran, motivasi, dan ketrampilan untuk praktik kesehatan yang positif.
A. PENGERTIAN PROMOSI KESEHATN
Promosi kesehatan adalah kombinasi antara upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan dan kondisi hidup yang dapat menguntungkan kesehatan seseorang, kelompok, atau komunitas (Green dan Kreuter, 2005). Sedangkan menurut WHO, promosi kesehatan adalah proses atau upaya pemberdayaan masyarakat untu dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan yang sehat seseorang perlu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986).
Sedangkan Keputusan Menteri Kesehatan No.11114/Menkes/SK/VIII/2005 mengatakan bahwa promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan factor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyrakat agar dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat yang sesuai dengan sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan.
proses pemberdayaan masyarakat
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya
lingkungan
Mempengaruhi
Sesuai sosial
budaya
Dari, oleh, untuk, dan bersama
Pembelajaran
Gambar. 1.1 Bagan Promosi Kesehatan
Definisi diatas lebih mengambarkan bahwa promosi kesehatan adalah gabungan antara pendidikan kesehatan yang didukung kebijakan public berwawasan kesehatan, gabungan kedua upaya ini akan memberdayakan masyarakat sehingga mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Dari penelitian-penelitian yang ada mengatakan bahwa kesadaran dan penegetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan namun praktik atau perilaku tentang kesehatan sangatlah rendah. Setelah dilakukan pengkajian oleh WHO dinegara berkembang ternyata factor pendukung atau sarana dan prasarana tidak mendukung untuk berperilaku hidup sehat. Oleh sebab itu WHO pada tahun 1980 menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tidak mampu mencapai tujuannya apabila hanya memfokuskan pada perubahan perilakunya, namun juga harus mencakup upaya perubahan lingkungan (fisik, sosial budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya).
Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran, peningkatan pengetahuan tentang kesehatan namun juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku.
B. TUJUAN PROMOSI KESEHATAN
Promosi kesehatan bertujuan sesuai dengan visi promosi kesehatan itu sendiri yaitu menciptakan atau membuat yang:
1. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya
2. Mampu (ability)memelihara dan meningkatkan kesehatannya
3. Memelihara kesehatan,berarti mau dan mampu mencegah penyakit
4. Melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan
5. Meningkatkan kesehatan, mau dan mampu meningkatkan kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan karena derajat kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat.
Dilihat dari visi tersebut sehingga tujuan promosi kesehatan dapat dilihat dari beberapa hal yaitu:
1. Tujuan promosi kesehatan menurut WHO
a. Tujuan umum
Mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan
b. Tujuan khusus
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi masyarakat
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri/kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.
2. Tujuan operasional
a. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan perubahan system dalam pelayanan kesehatan serta cara memanfaatkannya secara efisien dan efektif.
b. Agar klien atau masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan dan masyarakatnya
c. Agar orang melakukan langkah positif dalam mencegaha terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitas cacat karena penyakit.
d. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada system pelayanan kesehatan yang normal.
Sedangkan menurut Xxxxx, 1991 dalam Maulana (2009), tujuan promosi kesehatan ada 3 yaitu:
1. Tujuan program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi beruapa pernayataan tentang tujuan yang akan dicapai pada periode tertentu yang berhubungan dengan kesehatan. Tujuan ini juga bisa disebut tujuan jangka panjang.
2. Tujuan pendidikan
Pemebelajaran atau pendidikan yang harus dicapai agar tercapainya perilaku yang diinginkan. Tujuan ini juga bisa disebut tujuan menengah
3. Tujuan perilaku gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini disebut tujuan jangka pendek yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan.
C. PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN
Prinsip-prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for Health Promotion (1986) mengatakan bahwa ada tujuh prinsip pada promosi kesehatan adalah:
1. Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan seseorang untuk mendatkan control lebih besar atas keputusan dan tindkan yang mempengaruhi kesehatan mereka.
2. Partisipative (partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif dalam pengambilan keputusan.
3. Holistic (menyeluruh) yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi tersebut.
4. Equitable (kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil yang didapat oleh klien.
5. Intersectoral (antar sector) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instansi terkait lainnya atau organisasi.
6. Sustainable (berkelanjutan) yaotu memastikan bahwa hasil dari kegiatan promosi kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
7. Multi strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program kebijakan. Sedangkan menurut Xxxxxxx, 2009 prinsip-prinsip promosi kesehatan anatara lain sebagai berikut:
1. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias program intervensi dan turut terlibat dalam program tersebut.
2. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat dalam perencanan dan ilmplementasi intervensi.
3. Focus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat didefinisikan serta dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja.
4. Intervensi harus disusun sesuai dengan karateristik dan kebutuhan pekerja.
5. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan dan mengimplementasikan intervensi.
6. Evaluasi harus dilakukan.
7. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi maupun intervensipromosi kesehatan yang intensif dengan berorientasi pada perorangan dan kelompok
8. Intervensi harus bersifat continue serta didasarkan pada prinsip pemberdayaan dan atau model yang berorientasi pada masyarakat dengan menggunakan lebih dari satu metode.
D. LATIHAN
1. Jelaskan pengertian promosi kesehatan menurut pendapat anda
2. Jelaskan tujuan promosi kesehatan menurut pendapat anda.
3. Jelaskan prinsip-prinsip promosi kesehatan yang anda ketahui.
E. DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. (1997). Ddeklarasai Jakarta Tentang Promosi Kesehatan pada Abad 21. Jakarta:PPKM Depkes RI.
2. Xxxxx, L & Xxxxxxx, M.W, (2005). Health Promotion Planning, An Educational and Environmental Approach, Second Edition, Xxxxxxxx Publishing Company.
3. Xxxxxxx, Xxxx D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran.
4. Xxxxxxxxxxx, Xxxxxxxx.( 2003 ). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta
5. World Health Organization. (2000). Health Promotion. xxxx://xxx.xxx.xxx/xxxxxx- promotion.
BAB 2 TUJUANRINUSTARNUKGSIOLNIANL UGMKUMUP DAN SEJARAH PROMOSI KESEHATAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa mampu memahami ruang lingkup dan sejarah promosi kesehatan. TUJUAN INSTRUKSIONAL KUSUS Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa mampu a. Menyebutkan ruang lingkup promosi kesehatan b. Menjelaskan ruang lingkup dari beberapa ahli c. Menjelaskan sejarah promosi kesehatan. |
Pendahuluan Dalam sebuah penelitian ruang lingkup adalah sebuah pembatasan variable yang digunakan berapa banyak subjek yang akan diteliti, luas lokasi penelitian materi yang dikaji dan sebagianya. Kemudian ruang lingkup secara khusus digunakan untuk membatasi materi, misalnya ilmu psikologi memiliki ruang lingkup psikologi dasar, psikologi dewasa dan sebagainya begitu pula dengan ruang lingkup promosi kesehatan Menurut WHO apromosi kesehatan adalah suatu proses atau upaya pemberdayaan masyarakat untuk mencapai keadaan sehat yang optimal secara individu atau kelompok. Jadi ruang lingkup promosi kesehatan adalah suatu proses atau upaya pemberdayaan masyarakat untuk dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya dalam suatu batasan ilmu ataupun subjeknya. |
A. RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN
1. Ruang lingkup promosi kesehatan
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan antara lain adalah:
a. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (helth education) yang ditekankan pada perubahan atau perbaikan perilaku melalui peningakatan kesadaran, kemauan dan kemampuan
b. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial yang menekankan pada pengenalan produk atau jasa
c. Promosi kesehatan merupakan upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi yang ditekankan pada penyebaran informasi
d. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang menenkankan pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
e. Promosi kesehatan mencakupp uapaya advikasi dibidang kesehatan
Ruang lingkup promosi kesehatan menurut Xxxxxxxxxxx dapat dilhat dari beberapa dimensinya yaitu :
a. Ruang lingkup berdasarkan dimensi aspek pelayanan kesehatan Secara umum kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek yaitu
1) Promotif
2) Preventif
3) Kuratif
4) rehabilitative
Sedangkan menurut beberapa ahli membaginya menjadi 2 aspek yaitu
a. aspek promotif
sasarannya kelompok orang sehat. Derajat kesehatan adalah dinamis, meskipun seseorang sudah dalam keadaan sehat tetap perlu dibina atau ditingkatkan dalam kesehatan sehingga tidak terjadi penurunan kesehatan.
b. aspek preventif (pencegahan) serta kuratif (penyembuhan)
sasaran kelompok ini adalah orang berisiko tiggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit. Pada aspek ini upaya promosi kesehatan memiliki 3 cakupan atau upaya yaitu:
1) pencegahan tingkat pertama (primary prevention)
sasaran kelompok pada aspek ini adalah seseorang yang berisiko tinggi, contohnya adalah kelompok ibu hamil, obesitas, dan sebagainya. Tujuan upaya ini agar tidak jatuh sakit atau terkena penyakit.
2) Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para penderita penyakit kkronis, contohnya adalah
TBC, tekanan darah tinggi, dan sebagainya tujuan promosi kesehatan ini adalah agar penderita mampu mencegah terjadinya penyakit yang lebih parah lagi.
3) Pencegahan tingkat tiga (tertiary preventino)sasaran aspek ini adalah kelompok pasien yang baru saja sembuh dari sautu penyakit. Tujuannya agar mereka dapat pulih kembali dari penyakit agar tidak menimbulkan suatuu kecacatan.
c. Ruang lingkup berdasarkan dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan
Berdasarkan tempat atau tatanan pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat dibagai menjadi beberapa kelompok yaitu
1) Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga atau rumah tangga adalah unit terkesil dalam suatu masyarakat. Maka untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat dimulai dari masing- masing keluarga atau rumah tangga. Orang tua merupakan sasaran utama dalam melakukan promosi kesehatan, terutama seorang ibu, Karena ibu adalah peletak dasar perilaku kesehatan terutama pada anak-anaknya.
2) Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
Setelah keluarga adalah sekolah yang menjadi perpanjangan dari keluarga. Pada umumnya guru lebih dipatuhi oleh sebab itu akan sangat berpengaruh terhadapa perilaku sehat murid. Kunci utama dari pendidikan adalah seorang guru, oleh sebab itu seorang gutu harus dikondisikan melalui pelathian seminar, lokakarya, dan sebagainya.
3) Promosi kesehatan pada tatanan di tempat kerja
Lingkungan kerja yang sehat akan mendukung kesehatan pekerjanya sehingga dapat menghasilkan produktifitas yang optimal. Begitu sebalinya, ketika lingkungan kerja tidak sehat juga akan menimbulkan kurang produktifitasnya pekerja selain itu juga menurunkan derajat kesehatan para
pekerja. Oleh sebab itu sasaran dari promosi kesehatan dalam lingkungan ini adalah pemimping, direktur, pemillik atau manajer tempat kerja tersebut sehingga mereka peduli pada kesehatan para pekerjanya.
4) Promosi kesehatan ditempat umum
Tempat-tempat ini mencakup pasar, terminal bus, bandara, tempat perbelanjaan, tempat olahraga, dan sebagainya. Tempat umum yang sehat tidak hanya bersih tapi juga memiliki fasilitas kebersihan dan sanitasi, terutama WC umum dan dan sarana air bersih, serta tempat sampah.
Para pengelola tempat sampah adalah sasaran promosi kesehatan.
5) Fasilitas pelayanan kesehatan
Rumah sakit, puskesmas, poliklinik, rumah bersalin adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. Pimpinan dari fasilitas kesehatan inilah sebagai sasaran dari promosi kesehatan karena merekalah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pendidikan atau promosi kesehatan di institusinya. Sedangkan bagi karyawannya diperlukan pelatihan tentang promosi kesehatan.
d. Ruang lingkup berdasarkan tingkat pencegahan
Oleh karena masyarakat dalam berbagai kondisi, maka promosi kesehatan harus bersifat komprehensif. Maka upaya kesehatan menjadi 5 tingkat pencegahan dari Xxxxxxx and Clark (1967) :
1. Pencegahan primer yang terdiri dari:
a) Peningkatan derajat kesehatan
b) Perlindungan khusus
2. Pencegahan sekunder
a) Diagnosis dini dan pengobatan segera
b) Pembatasan cacat
3. Pencegahan tersier
a) Rehabilitasi
e. Ruang lingkup perilaku kesehatan
Menurut Xxxxxx menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga dominan. Konsep perilaku kesehatan ini pencabaran dari Xxxxxxxx Xxxxx. Hal ini dapat mengukur seberapa besar tingkatan perlaku kesehatan untuk dianalisis. Menurut Xxxxxx mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi 3 yaitu:
1. Pengetahuan kesehatan
2. Sikap terhadap kesehatan
3. Praktik kesehatan
B. SEJARAH PROMOSI KESEHATAN
Jika kita kembali pada masa lalu promosi kesehatan tidak terlepas oleh perkembangan sejarah kesehatan masyarakat kesehatan di Indonesia dan juga dipengaruhi oleh perkembangan promosi kesehatan internasional yang dimulai dari program pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) pada tahun 1975, pada tingkat internasional pada tahun 1978 Deklarasi Alma Ata tentang Primary Health Care sebagai sejarah awal mula promosi kesehatan (Departemen Kesehatan, 1997). Istilah Health Care atau promosi kesehatan sebenarnya dimulai sejak tahun 1986, ketika diselenggarakannya Konferensi Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, di Canada pada tahun 1986 saat dicanangkan “the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar promosi kesehatan. Tapi istilah tersebut yang cukup terkenal hanya penyuluhan kesehatan, selaian itu muncul pula istilah lain seperti komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE), social marketing (pemasaran sosial) dan mobilisasi sosial. Kemudian sejarah Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Sebelum tahun 1965
Saat itu istilah masih dengan pendidikan kesehatan. Dalam program kesehatan, pendidikan kesehatan hanya sebagai pelengakap pelayanan kesehatan, terutama pada saat terjadi krisis seperti wabah penyakit, bencana, dan sebagainya. Sasarannya adalah individu walau sudah aktif di masyarakat. Sasaran program adalah perubahan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
b. Periode tahun 1965-1975
Pada periode ini sasaran program mulai perhatian kepada masyarakt. Saati itu juga dimulainya peningkatan tenaga professional melalui program Health Education Service, namun intervensi program banyak yang bersifat individual meskipun sudah mulai aktif
ke masyarakat. Sasarn program ini yaitu perubahan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
c. Periode tahun 1975-1985
Istilah mulai berubah menjadi penuluhan kesehatan. Pada tingkat kesehatan ada di Direktorat PKM. PKMD menjadi andalan program sebagai pendekatan Community Development. Saat itu mulai diperkenalkn dokter kecil pada program UKS di Sd. Depkes sudah mulai aktif memberdayakan dan mobilisasi masyarakat. Sasaran program adalah perubahan perilaku masyarakat tentang kesehatan. Pendidikan kesehatan pada era tahun 80-an menekankan pada pemberian informasi kesehatan melalui media dan teknologi pendidikan kepada masyarakat dengan harapan untuk masyarakat mau melakukan perilaku hidup sehat.
Namun kenyataannya, perubahan tersebut sangat lamban sehingga dampaknya terhadap perbaikan kesehatan sangat kecil. Dengan kata lain, peningkatan pengetahuan yang tinggi tidak diikuti dengan perubahan perilaku, sesuai hasil penelitian menunjukan bahwa 80% masyarakat tahu cara mencegah demam berdarah dengan melakukan 3M (mengurus, menutup, dan mengubur). Tetapi hanya 35%dari masyarakat yang benar hanya melakukan 3M tersebut. Oleh sebab itu agar pendidikan kesehatan tidak ada arti maka para ahli yang dimotori WHO, pada tahun 1984 merevitalisasi pendidikan kesehatan dengan menggunakan istilah promosi kesehatan. Promosi kesehatan tidak hanya merubah perilaku tersebut tapi juga merubah lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Selain itu promosi kesehatan lebih menekankan pada peningkatan kemampuan hidup sehat bukan hanya perilaku sehat saja.
d. Periode tahun 1985-1995
Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM) yang diberi tugas memberdayakan masyarakat. Direktoral PKM berubah menjadi Pusat PKM, yang bertugas meneybarkan informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial bidang kesehatan. Saat itu pulak PKMD menjadi Posyandu.
e. Periode 1995-sekarang
Istilah PKM menjadi promosi kesehatan, bukan saja pemberdayaan kearah mobilisasi massa yang menjadi tujuan, tapi juga sebagai kemitraan dan politik kesehatan (termasuk Advokasi). Pada tahun 1997 diadakan konvensi Internasional Promosi Kesehatan dengan tema “Health Promotion Towards The 21’st Century, Indonesian Policy for The
Future” dengan melahirkan ‘The Jakarta Declaration’. Berdasarkan piagam Ottawa (Ottwa Charter, 1986) sebagai hasil rumusan konferensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada. Mengatakan bahwa promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan agar masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Batasan promosi kesehatan ini memiliki 2 dimensi yaitu kemauan dan kemampuan. Jadi tujuan promosi kesehatan tersebut adalah memampukan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dia sendiri. Perubahan istilah promosi kesehatan tersebut tidak terlepas oleh perubahan di Internasional. Nama organisasi profesi internasional juga mengalami perubahan menjadi International Union For Health Promotion and education (IUHPE).
Deklarasi Jakarta merumuskan bahwa:
a. Promosi kesehatan adalah invetasi utama yang memberikan dampak pada determinan kesehatan, dan juga memberikan kesehatan terbesar pada masyarakat.
b. Promosi kesehatan memberikan hasil positif yang berbeda dibandingkan upaya lain dalam meningkatkan kesetaraan bagi masyarakat dalam kesehatan
c. Promosi kesehatan perlu disosialisasikan dan harus menjadi tanggung jawab lintas sector.
C. KONSEP PIAGAM OTTAWA
Piagam Ottawa ini merumuskan sebagai berikut:
1) Kebijakan berwawasan kesehatan . ditujukan kepada Policy Maker aagar mengeluarkan kebijakan public yang mendukung kesehatan.
2) Lingkungan yang mendukung. Ditujukan kepada para pengelola tempat umum termasuk pemerintah kota, agar menyediakan sarana prasaran yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat.
3) Reorientasi pelayanan kesehatan. Selama ini yang menjadi penyedia pelayanan kesehatan adlah pemerintah dan swasta sedangkan masyarakat adalah sebagai pengguna pelayanan kesehatan. Namun pemahaman ini harus diubah bahwa masyarakat bisa menjadi penyedia dalam batas tertentu melalui upaya pemberdayaaan.
4) Keterampilan individu. Kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan individu, keluarga dan kelompok tersebut.
5) Gerakan masyarakat. Adanya gerakan atau kegiatan di masyarakat yang mendukung agar terwujudnya perilaku yang kondusif dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
D. LATIHAN
1. Sebutkan ruang lingkup promosi kesehatan menurut Xxxxxxxxxxx.
2. Jelaskan ruang lingkup promosi kesehatan menurut beberapa ahli membaginya menjadi 2 aspek !
3. Jelaskan sejarah promosi kesehatan sesuai yang anda ketahui !
4. Jelaskan secara singkat rumusan piagam Ottawa !
E. DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. (1997). Ddeklarasai Jakarta Tentang Promosi Kesehatan pada Abad 21. Jakarta:PPKM Depkes RI.
2. Kementrian kesehatan RI. Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah Kesehatan PAnduan bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta.
3. Xxxxxxxxxxx, Xxxxxxxx.(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta
: Rineka Cipta.
4. Xxxxxxxxxxx, Xxxxxxxx. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan aplikasi.rineka Cipta : Jakarta.
5. Xxxxxxx, Xxxx D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran.
6. Xxxxxxx, Xxxxx.( 2007 ). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC
7. World Health Organization. (2000). Health Promotion. xxxx://xxx.xxx.xxx/xxxxxx-xxxxxxxxx
BAB 3 MODEL DAN NILAI
PROMOSI KESEHATAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mempelajar pokok bahasan ini, mahasiswa mampu memahami model dan nilai promosi kesehatan
TUJUAN INSTRUKSIONAL KUSUS
Setelah mempeljari pokok bahasan ini, mahahsiswa mampu :
1. Menjelaskan model dan nilai promosi kesehatan.
2. Menjelaskan dan mengaplikasikan kepada individu, keluarga dan masyarakat macam – macam model promosi kesehatan yang meliputi :
A. Model Keyakinan Kesehatan (Health Belief Model)
B. Teori Alasan Bertindak (Theory of Reasoned Action)
C. Model Berharap (Transteoritical Model)
Pendahuluan
Model adalah suatu kerangka kerja atau kerangka berfikir didalam menyelesaikan suatu keadaan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Sedangkan model-model dalam promosi kesehatan ini merupakan kerangka kerja atau kerangka berpikir didalam mempengaruhi orang lain agar sesuai dengan kaidah atau norma kesehatan yang diharapkan
Health Belief Model
A.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan Health Belief Model pada individu, keluarga dan masyarakat
TUJUAN INSTRUKSIONAL KUSUS
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan Health Belief Model :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Sejarah Health Belief Model
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi Health Belief Model
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Komponen Health Belief Model
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Kelebihan dan kekurangan Health Belief Model
5. Mahasiswa mampu mengaplikasikan Health Belief Model pada masyarakat
SEJARAH HEALTH BELIEF MODEL
Health belief model dikemukakan pertama kali oleh Xxxxxxxxxx 1966, kemudian disempurnakan oleh Xxxxxx, dkk 1970 dan 1980. Sejak tahun 1974, teori Health belief model telah menjadi perhatian para peneliti. Model teori ini merupakan formulasi konseptual untuk mengetahui persepsi individu apakah mereka menerima atau tidak tentang kesehatan mereka. Variabel yang dinilai meliputi keinginan individu untuk menghindari kesakitan, kepercayaan mereka bahwa terdapat usaha agar menghindari penyakit tersebut. Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan sehat atau health adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap secara jasmani, mental, dan sosial, dan tidak hanya sekedar terbebas dari suatu penyakit dan ketidakmampuan atau kecacatan, sedangkan menurut UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Belief dalam bahasa inggris artinya percaya atau keyakinan. Menurut peneliti belief adalah keyakinan terhadap sesuatu yang menimbulkan perilaku tertentu. Misalnya individu percaya bahwa belajar sebelum ujian akan berpengaruh terhadap nilai ujian. Jenis kepercayaan tersebut terkadang tanpa didukung teori
teori lain yang dapat dijelaskan secara logika.
Health belief model dikemukakan pertama kali oleh Xxxxxxxxxx 1966, kemudian disempurnakan oleh Xxxxxx, dkk 1970 dan 1980. Sejak tahun 1974, teori Health belief model telah menjadi perhatian para peneliti. Model teori ini merupakan formulasi konseptual untuk mengetahui persepsi individu apakah mereka menerima atau tidak tentang kesehatan mereka. Variabel yang dinilai meliputi keinginan individu untuk menghindari kesakitan, kepercayaan mereka bahwa terdapat usaha agar menghindari penyakit tersebut. Menurut World Health
Organization (WHO) yang dimaksud dengan sehat atau health adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap secara jasmani, mental, dan sosial, dan tidak hanya sekedar terbebas dari suatu penyakit dan ketidakmampuan atau kecacatan, sedangkan menurut UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Belief dalam bahasa inggris artinya percaya atau keyakinan. Menurut peneliti belief adalah keyakinan terhadap sesuatu yang menimbulkan perilaku tertentu. Misalnya individu percaya bahwa belajar sebelum ujian akan berpengaruh terhadap nilai ujian. Jenis kepercayaan tersebut terkadang tanpa didukung teori
teori lain yang dapat dijelaskan secara logika.
DEFINISI HEALTH BELIEF MODEL
Health belief model merupakan suatu konsep yang mengungkapkan alasan individu untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku sehat (Janz & Xxxxxx,1984).Health belief model juga dapat diartikan sebagai sebuah konstruk teoretismengenai kepercayaan individu dalam berperilaku sehat (Conner, 2005). Health belief model adalah suatu model yang digunakan untuk menggambarkan kepercayaan individu terhadap perilaku hidup sehat, sehingga individu akan melakukan perilaku sehat, perilaku sehat tersebut dapat berupa perilaku pencegahan maupun penggunaan fasilitas kesehatan.
Health belief model ini sering digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan preventif dan juga respon perilaku untuk pengobatan pasien dengan penyakit akut dan kronis.Namun akhir-akhir ini teori Health belief model digunakan sebagai prediksi berbagai perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.Konsep utama dari health belief model adalah perilaku sehat ditentukan oleh kepercaaan individu atau presepsi tentang penyakit dan sarana yang tersedia untuk menghindari terjadinya suatu penyakit. Health belief model (HBM) pada awalnya dikembangkan pada tahun 1950an Oleh sekelompok psikolog sosial di Pelayanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat, dalam usaha untuk menjelaskan kegagalan secara luas partisipasi masyarakat dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Kemudian, model diperluas untuk melihat respon masyarakat terhadap gejala-gejala penyakit dan bagaimana perilaku mereka terhadap penyakit yang didiagnosa,terutama berhubungan dengan pemenuhan penanganan medis. Oleh karena itu, lebih dari tiga dekade, model ini telah menjadi salah satu model yang paling berpengaruh dan secara luas menggunakan pendekatan psikososial untuk menjelaskan hubungan antara perilaku dengan kesehatan.
Dari pengertian-pengertian mengenai health belief model yang sudah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa health belief model adalah model yang menspesifikasikan bagaimana individu secara kognitif menunjukkan perilaku sehat maupun usaha untuk menuju sehat atau penyembuhan suatu penyakit. Health belief model ini didasari oleh keyakinan atau kepercayaan individu tentang perilaku sehat maupun pengobatan tertentu yang bisa membuat diri individu tersebut sehat ataupun sembuh.
Health belief model ini awalnya dikonsep oleh Xxxxxxxxxx (1974) kemudian dikaji lebih lanjut oleh Xxxxxx dkk (1974) health belief model dikembangkan untuk memahami sejumlah faktor psikologis berbasis keyakinan didalam pengambilan keputusan terkait kesehatan dan perilaku sehat. Seperti model lain (teori perilaku terencana dan teori tindakan rasional), health belief model adalah model nilai-ekspektansi. Individu mempresentasikan penindaklanjutan perilaku berdasarkan keyakinan individu yang dapat diprediksi dan menghasilkan sebuah perilaku, sehingga dapat meneliti nilai yang melekat pada hasil perilaku.
Dipertengahan 20a-an para peneliti kesehatan di AS mulai menyoroti bagaimana cara paling efektif melakukan intervensi pendidikan kesehatan. Para peneliti ini tertarik untuk mengidentifikasi factor-faktor yang dapat memprediksi keputusan untuk melakukan perilaku sehat. Health belief model ini berfokus pada presepsi, ancaman dan evaluasi perilaku terkait kesehatan sebagai aspek primer untuk memahamii bagaimana seseorang mempresentasikan tindakan sehat (Strecher dan Xxxxxxxxxx, 1997).
KOMPONEN HEALTH BELIEF MODEL
Perkembangan dari HBM tumbuh pesat dengan sukses yang terbatas pada berbagai program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di tahun 1950-an. Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada empat variabel kunci dua tambahan yang baru-baru ini diungkapkan para ahli yang terlibat didalam tindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakan melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut. Di mana komponen-komponennya disebutkan di bawah ini. Konstruksi pembentuk Health Belief Model antara lain:
a. Perceived susceptibility atau kerentanan yang dirasakan konstruk tentang resiko atau kerentanan (susceptibility) personal, Hal ini mengacu pada persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko dari kondisi kesehatannya. Di dalam kasus penyakit secara medis, dimensi
tersebut meliputi penerimaan terhadap hasil diagnosa, perkiraan pribadi terhadap adanya resusceptibilily (timbul kepekaan kembali), dan susceptibilily (kepekaan) terhadap penyakit secara umum.
b. Perceived severity atau kesriuasan yang dirasa.Perasaan mengenai keseriusan terhadap suatu penyakit, meliputi kegiatan evaluasi terhadap konsekuensi klinis dan medis (sebagai contoh, kematian, cacat, dan sakit) dan konsekuensi sosial yang mungkin terjadi (seperti efek pada pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan sosial). Banyak ahli yang menggabungkan kedua komponen diatas sebagai ancaman yang dirasakan (perceived threat).
c. Perceived benefits, manfaat yang dirasakan. Penerimaan susceptibility sesorang terhadap suatu kondisi yang dipercaya dapat menimbulkan keseriusan (perceived threat) adalah mendorong untuk menghasilkan suatu kekuatan yang mendukung kearah perubahan perilaku. Ini tergantung pada kepercayaan seseorang terhadap efektivitas dari berbagai upaya yang tersedia dalammengurangi ancaman penyakit, atau keuntungan-keuntungan yang dirasakan (perceived benefit) dalam mengambil upaya-upaya kesehatan tersebut. Ketika seorang memperlihatkan suatu kepercayaan terhadap adanya kepekaan (susceptibility) dan keparahan (severity), sering tidak diharapkan untuk menerima apapun upaya kesehatan yang direkomendasikan kecuali jika upaya tersebut dirasa manjur dan cocok.
d. Perceived barriers atau hambatan yang dirasakan untuk berubah, atau apabila individu menghadapi rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Sebagai tambahan untuk empat keyakinan (belief) atau persepsi. Aspek-aspek negatif yang potensial dalam suatu upaya kesehatan (seperti: ketidakpastian, efek samping), atau penghalang yang dirasakan (seperti: khawatir tidak cocok, tidak senang, gugup), yang mungkin berperan sebagai halangan untuk merekomendasikan suatu perilaku.
e. Perceived threat. Kerentanan sebagai penentu awal bagaimana seseorang mengakui bahwa perilaku mereka dapat menyebabkan penyakit tertentu. Ancaman merupakan seberapa besar kemungkinan suatu penyakit dapat berkembang f. Modifying variable. Empat konstruksi persepsi dimodifikasi dari variabel lainnya, seperti budaya, tingkat pendidikan, pengalaman, ketrampilan, dan motivasi. Karakteristik individu yang mempengaruhi persepsi individu. Pengalaman masa lalu dapat meningkatkan atau menurunkan persepsi keparahan. Modifying variable yang lain yaitu motivasi (Xxxxx dan Xxxxxxxx, 2010).
f. Likelihood of action. Setelah menyadari potensi untuk mengembangkan penyakit, jika perilaku tidak berubah maka penting untuk menurunkan manfaat dan hambatan untuk mengambil keputusan dan menentukan apakah itu sangat berharga.
g. Cues to action suatu perilaku dipengaruhi oleh suatu hal yang menjadi isyarat bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku. (Xxxxxx dkk, 1997 dalam Conner & Xxxxxx, 2003). Isyarat-isyarat yang berupa faktorfaktor eksternal maupun internal, misalnya pesan- pesan pada media massa, nasihat atau anjuran kawan atau anggota keluarga lain, aspek sosiodemografis misalnya tingkat pendidikan, lingkungan tempat tinggal, pengasuhan dan pengawasan orang tua, pergaulan dengan teman, agama, suku, keadaan ekonomi, sosial, dan budaya, self-efficacy yaitu keyakinan seseorang bahwa dia mempunyai kemampuan untuk melakukan atau menampilkan suatu perilaku tertentu.
Health belief model dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor
demografis (Xxxxxxxxxx, 1974 dalam Conner & Xxxxxx, 2003), karakteristik psikologis (Xxxxxx & Xxxxxx, 2003), dan juga dipengaruhi oleh structural variable, contohnya adalah ilmu pengetahuan (Xxxxxxxx, 1994). Faktor demografis yang mempengaruhi health belief model individu adalah kelas sosial ekonomi. Individu yang berasal dari kelas sosial ekonomi menengah kebawah memiliki pengetahuan yang kurang tentang faktor yang menjadi penyebab suatu penyakit (Xxxxxxx & Leff, 1987 dalam Xxxxxxxx, 1994). Faktor demografis (Xxxxxxxxxx, 1974 dalam Conner & Xxxxxx, 2003), karakteristik psikologis (Xxxxxx & Xxxxxx, 2003), dan structural variable (Xxxxxxxx, 1994), pada akhirnya mempengaruhi health belief model pada individu yang mengalami fraktur. Edukasi merupakan faktor yang penting sehingga mempengaruhi health belief model individu. Karakteristik psikololgis merupakan faktor yang mempengaruhi health belief model individu.
Beberapa faktor Health belief model berbasis kognitif (seperti keyakinan dan sikap) dan berkaitan dengan proses berfikir yang terlibat dalam pengambilan keputusan individu dalam menentukan cara sehat individu. Dalam kajian psikologi kesehatan, persepsi individu dalam melakukan atau memilih perilaku sehat dikaji dalam teori Health belief model (HBM). Hasil penelitianSundstorm (2015) menjelaskan bahwa perilaku berubah berdasarkan persepsi terhadap susceptibility, severity, benefits, barrier, self efficacy dan cues to action.
Teori Health belief model menghipotesiskan terdapat hubungan aksi dengan faktor berikut:
1. Motivasi yang cukup kuat untuk mencapai kondisi yang sehat.
2. Kepercayaan bahwa seseorang dapat menderita penyakit serius dan dapat menimbulkan sekuele.
3. Kepercayaan bahwa terdapat usaha untuk menghindari penyakit tersebut walaupun hal tersebut berhubungan dengan financial.
Health belief model juga dapat menjelaskan tentang perilaku pencegahan pada individu. Hal ini menjelaskan mengapa terdapat individu yang mau mengambil tindakan pencegahan, mengikuti skrining, dan mengontrol penyakit yang ada.Perilaku responden juga dapat ditinjau dari pendekatan modelling dan operant conditioning, sehingga perilaku berubah karena konsekuensinya (Xxxxxxxx, 1994). Modelling dilakukan dengan cara memperhatikan perilaku orang lain (Bandura, 1969), melakukan observasi dan melakukan modelling terhadap urutan perilaku dapat merubah perilaku hidup sehat secara efektif (Sarson dkk, 1991).
Model ini menjelaskan dan memperediksi kemungkinan terjadinya perubahanperilaku yang dihubunngkan dengan pola keyakinan (belief) atau perasaan(perceived) tertentu.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN HEALTH BELIEF MODEL
Berikut ini kelebihan dan kelemahan dari Health Belief Model (HBM) dibandingkan dengan teori perilaku kesehatan yang lain (Subagiyo, 2014):
1. Kelebihan Health Belief Model
a. HBM mudah digunakan.
b. HBM adalah bentuk intervensi praktis untuk peneliti dan perawat kesehatan khususnya yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit (misalnya screening, imunisasi, vaksinasi).
c. HBM adalah analisator perilaku yang beresiko terhadap kesehatan.
2. Kelemahan Health Belief Model
a. Xxxxxxxxxx berpendapat bahwa model HBM mungkin lebih berlaku untuk masyarakat kelas menengah saja.
b. Subagiyo (2014) menyatakan dalam penelitian sebelumnya, item kuesioner.
c. HBM tidak random dan dapat dengan mudah dibaca oleh responden sehingga validasinya diragukan.
d. Penelitian cross sectional untuk memperjelas hubuungan perilaku dan keyakinan seseorang.
APLIKASI DAN PENERAPAN HEALTH BELIEF MODEL
Xxxxxx & Xxxxxx (2003) mengungkapkan bahwa Healh Belief model telah banyak digunakan untuk memahami perilaku sehat, beberapa hal yang bisa diidentifikasi dengan HBM diantaranya :
1. Perilaku sehat yang bersifat preventif termasuk promosi kesehatan (contoh diet olahraga) dan resiko kesehatan
2. Perilaku saat sakit, kepatuhan menaati rekomendasi medis
3. Pengunaan klinis.
Perilaku seperti berhenti merokok, mengonsumsi alkohol, penggunaan kondom dalam mencegah HIV, makan makanan sehat, dan beberpa contoh aplikasi studi terdahulu yang menggunakan health belief model. (Xxxxxx & Xxxxxx, 2003). Lebih lanjut, health belief model juga dioperasionalkan ke dalam konstruk-konstruk yang kemudian disusun menjadi kuisioner, health belief model yang bisa digunakan untuk memprediksi sebab munculnya perilaku sehat, bisa menjadi dasar untuk menentukan intervensi yang tepat. Penggunaan video, home interview, workshop, card reminder, serta instruksi, praktk dan follow up adalah beberapa intervensi yang menjadikan HBM sebagai dasar berpikir (Xxxxxx & Norman, 2003).
Ada pun contoh penerapan yang bisa dilakukan berdasarkan pada health belief model salah satunya untuk mengidentifikasi penyebab munculnya perilaku preventif penyakit kanker leher rahim pada wanita
1. Preceive Susceptibility
Wanita di Indonesia mendapatkan informasi bahwa jumlah penderita kanker leher rahim sangat tinggi sehingga individu ikut merasa menjadi bagian dari kelompok beresiko menderita kanker leher rahim.
2. Anticipated severity
Individu memikirkan dampak yang harus ditanggung oleh penderita kanker leher rahim yang bisa menyebabkan kematian, sehingga muncul presepsi kanker leher rahim adalah penyakit serius yang berbahaya.
3. Perceive benefit
Wanita mencari alternatif cara untuk mencegah terjadinya kanker leher rahim dengan melakukan tes pap secara berkala karena tes ini diyakini bermanfaat sebagi deteksi dini kanker leher rahim. Wanita juga meyakini bahwa deteksi dini akan bermanfaat untuk memudahkan upaya penyembuhan apabila terdapat kanker.
4. Perceived barrier
Wanita enggan melakukan tes pap karena malu, takut, khawatir merasa sakit, serta biaya yang mahal
5. Motivating factors
Misalnya wanita yang lebih berpendidikan dan lebih memahami tes pap, tidak merasa khawatir untuk menjalani tes tersebut karena mengetahui bahwa tes itu aman dilakukan selama ditangani oleh ahlinya. Ini menjadikan individu yakin untuk berperilaku memeriksakan diri ke dokter dan bersedia melakukan tes pap.
6. Cues to action
Wanita yang mendapatkan dukungan dari suami dan menyaksikan iklan layanan masyarakat tentang pentingnya kesehatan alat reproduksi akan lebih positf menyikapi tes pap.
7. Self Efficacy
Wanit meyakini bahwa dirinya mampu mengikuti tes pap.
Health belief model (model kepercayaan kesehatan) model ini merupakan fungsi dari pengetahuan maupun sikap. Secara khusus model ini menerangkan bahwa persepsi sesorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat mengetahui keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya (Xxxxxxxxxx,1974, 1977).
Menurut Xxxxxx perilaku ditentukan oleh apakah seseorang:
1. Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu
2. Menganggap bahwa masalah seirius
3. Meyakini efektivitas tujuan pengobatan dan pencegahan
4. Tidak mahal
5. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan Menurut Health belief model perilaku dapaaata ditentukan oleh:
1. Percaya bahwa mereka rentan terhadap penyakit tertetu
2. Tingkat keseriusan masalah
3. Meyakini keefektifitasan tujuan oengobatan dan pencegahan
4. Tidak mahal
5. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan.
Teori ini menganggap bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Model ini mrupakan model kognitif yang memepunyai arti proses kognitif yang dapat dipengaruhi oleh informasi dan lingkungan.
Menurut dari Xxxx X.X Xxxxxxx, 2009 di teori HBM kemungngkinan seseorang melakukan tindakan pencegahan dipengaruhi secara langsung dari hasil dua keyakinan atau penilaian kesehatan antara lain segabai berikut:
1. Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived thrat of injury or illness)
Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berfikir bahwa penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Penilaian tentang anacaman yang dirasakan pada hal-hal berikut :
a) Ketidakkebalan yang dirasakan. Individu mungkin dapat menciptkan masalah kesehatannya sendiri sesuai dengan kondisi.
b) Keseriusan yang dirasakan (perceived severity). Mengevaluasi keseriusan penyakit tersebut muncul dari akibat ulah individu tersebut atau penyakit dibiarkan tidak ditangani.
2. Keuntungan dan kerugian. Pertimbangan anatara keuntungan dan kerugian perilaku sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan atau tidak.
3. Petunjuk berperilaku juga diduga tepat untuk memulai proses perilaku yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol. Hal ini berupa informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan.
Sedangkan kelemahan dari model ini terdapat 4 kelemahan (Xxxx X. X. Xxxxxxx, 2009) yaitu:
1. Teori ini lebih didasarkan penelitian terapan dalam permasalahan pendidikan kesehatan daripada penelitian akademis.
2. Teori ini dirasakan pada beberapa asumsi yang dapat diragukan, seperti pemikiran bahwa setiap pilihan perilaku selalu dirasakan pertimbangan rasional. Selain rasionalnya diragukan, teori ini juga tidak memberikan spesifik yang tepat terhadap kondisi ketika individu membuat pertimbangan tertentu.
3. Teori ini hanya memperhatikan keyakinan kesehatan. Namun pada kenyataannya orang dapat mempertimbangkan tentang perilaku yang tidak berhubungan dengan kesehatan tapi masih memengaruhi kesehatan.
Theory of Reasoned Action (TRA)
B.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan Theory of Reasoned Action pada individu, keluarga dan masyarakat
TUJUAN INSTRUKSIONAL KUSUS
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan Theory of Reasoned Action :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi Theory of Reasoned Action
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Komponen Theory of Reasoned Action
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Keuntungan dan Xxxxxxxan Theory of Reasoned Action
4. Mahasiswa mampu mengaplikasikan Theory of Reasoned pada masyarakat.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Keuntungan dan Xxxxxxxan Theory of Reasoned Action
6. Mahasiswa mampu mengaplikasikan Theory of Reasoned pada masyarakat.
DEFINISI TRA
Model ini memakai pendekatan kognitif (pengetahuan), tetapi memiliki keuntungan lebih dibandingkan HBM. Teori kehendak perilaku merupakan teori perilaku manusia
secara umum. Sebenarnya, teori ini digunakan dalam berbagai perilaku mannusia, khususnya berkaitan dengan masalah sosio-psikologis, kemudian berkembang dan banyak digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan.
Teori ini menghubungkan antara keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak (intention), dan perilaku, artinya, jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut. Namun, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan kehendak). Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting.
Kehendak (intensi) ditentukan oleh sikap dan norma subjektif. Kompinen sikap merupakan hasil pertimbangan untung-rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior), dan pentingnya konsekuensi-konsekuensi bagi individu (evaluation regarding the outcome). Di lain pihak, komponen norma subjektif atau sosial mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut. Contohnya, orang tua memiliki harapan tentang keikutsertaan pada program imunisasi bagi anak- anaknya. Mereka percaya imunisasi dapat melindungi serangan pemyakit (keuntungan), tetapi juga menyebabkan rasa sakit atau tidak enak badan (kerugian). Orang tua akan mempertimbangkan mana yang paling penting, perlindungan anak atau tangisan anak, atau mungkin panas. Jika orang yang dianggap penting (kelompok refrensi) setuju (atau sebatas menasihati) dan orang tua ingin mengikuti petunjuk tersebut, terdapat kecenderungan positif untuk berperilaku. Pertanyaanya, atas dasar apa seseorang mempunyai keyakinan dan mengevaluasi perilaku dan norma sosial? Respons terhadap pertanyaan itu harus mencakup peran variabel eksternal, seperti variabel demografi, jenis kelamin, dan usia yang tidak muncul dalam teori ini. Menurut Xxxxxxxx (1989), variabel ini bukannya penting, tetapi efeknya pada intensi dianggap diperantai sikap, norma subjektif, dan berat relatif dari komponen-komponen ini.
Menurut TRA, “ keyakinan kesehatan ” (seperti digambarkan dalam HBM) yang meliputi konsep ketidak kebalan (mudak terjangkit penyakit), keseriusan dan keuntungan atau keriguian, sebgai variabel yang secara langsung, dapat penting atau tidak, mempengaruhi perilaku. Contohnya, TRA memandang presepsi kekebalan akan memengaruhi perilaku jika hal itu memengaruhi sikap atau norma subjektif, dan jika pengaruh komponen ini merupakan penentu intensi
KOMPONEN TRA
1. Behaviour Belief
mengacu pada keyakinan seseorang terhadap perilaku tertentu, disini seseorang akan mempertimbangkan untungatau rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior), disampingitu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi – konsekuensiyang akan terjadi bagi individu bila ia melakukan perilaku tersebut (evaluation regarding of the outcome)
2. Normative Belief
mencerminkan dampak keyakinan normatif, disini mencerminkan dampak dari norma– norma subyektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimanadan apa yang dipikirkan orang–orang yang dianggap penting oleh individu (referent persons) dan motivasi seseorang untuk mengikuti perilaku tersebut (seberapa penting kita menerima saran atau anjurandari pasangan anda ?).
3. Attitude towards the behaviour
sikap adalah fungsi dari kepercayaantentang konsekuensi perilaku atau keyakinan normatif, persepsi terhadap konsekuensi suatu perilaku dan penilaian terhadap perilakutersebut. Sikap juga berarti perasaan umum yang menyatakankeberkenaan atau ketidakberkenaan seseorang terhadap suatu objek yang mendorong tanggapannya. Faktor sikap merupakan point penentu perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh perubahan sikapseseorang dalam menghadapi sesuatu. Perubahan sikap tersebutdapat berbentuk penerimaan ataupun sebaliknya, penolakan.
4. Importance Norms
norma–norma penting atau norma–norma yang berlaku di masyarakat, adalah pengaruh faktor sosial budaya yang berlaku di masyarakat dimana seseorang itu tinggal. Unsur – unsur sosial budaya yang dimaksud seperti “gengsi” yang juga dapatmembawa seseorang untuk mengikuti atau meninggalkan sebuah perilaku.
5. Subjective Norms
norma subjektif atau norma yang dianut seseorang(keluarga). Dorongan anggota keluarga, termasuk kawan terdekat juga mempengaruhi agar seseorang dapat menerima perilakutertentu, yang kemudian diikuti dengan saran, nasehat dan motivasidari keluarga atau kawan. Kemampuan anggota keluarga atau kawanterdekat mempengaruhi seorang individu untuk berperilaku sepertiyang mereka harapkan diperoleh dari pengalaman, pengetahuan dan penilaian individu tersebut terhadap
perilaku tertentu dankeyakinannya melihat keberhasilan orang lain berperilaku sepertiyang disarankan.
6. Behavioural Intention
niat ditentukan oleh sikap, norma pentingdalam masyarakat dan norma subjektif. Komponen pertamamengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut (outcome of behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan pentingnyakonsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu(evaluation regarding of the outcome). Komponen keduamencerminkan dampak dari norma-norma subjektif dan norma sosialyang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana danapa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut.
7. Behaviour
perilaku adalah sebuah tindakan yang telah dipilihseseorang untuk ditampilkan berdasarkan atas niat yang sudahterbentuk. Perilaku merupakan transisi niat atau kehendak ke dalamaction/ tindakan.
KEUNTUNGAN TRA
Teori ini memberikan pegangan untuk menganalisis komponen perilaku dalam item yang operasional. Fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan berada dalam kendali seseorang, artinya perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasi secara tidak jelas. Tuntutan ini memerlukan pertimbangan mengenai perbedaan tindakan (action), sasaran (target), konteks dan perbedaan waktu serta komponen model sendiri termasuk intensi, sikap, norma subjektif, dan keyakinan.
Konsep penting dalam TRA adalah fokus perhatian (salince). Hal ini berarti, sebelum mengembangkan intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dan kelompok referensi yang penting bagi perilaku populasi. Dengan demikian, harus diketahui nilai dan norma kelompok sosial yang diselidiki (yang penting bukan budaya itu sendiri, tetapi cara budaya memengaruhi) sikap, intensi dan perilaku). Contohnya, terdapat nilai dan norma di masyarakat bahwa diare bukan suati penyakit, tetapi sebagai hal yang alami dari tumbuh kembang anak. Hal tersebut berarti masyarajat memandang diare bukan fokus perhatian yang penting. Contoh lain, fokus perhatian perilaku sosial dan pencegahan AIDS tidak akan sama antara kelompok homoseksual dan kelompok lain tentang penggunaan
kondom. Kelompok homoseksual percaya kondom dapat mencegah mereka terkena AIDS, tetapi bagi kelompok lain pengguna kondom justru akan menyebarluaskan perilaku seksual.
KELEMAHAN TRA
Kelemahan TRA adalah bahwa kehendak dan perilaku hanya berkorelasi sedang, intensi tidak selalu menuju pada perilaku itu sendiri, terdapat hambatan-hambatan yang mencampuri atau memengaruhi intensi dan perilaku (Van Oost, 1991 dalam Smet, 1994). Selain itu, TRA tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan perilaku dan mengabaikan akibat-akibat jelas dari variabel eksternal (variabel demografi, gender, usia, dan keyakinan kesehatan) terhadap pemenuhan intensi perilaku.
Meskipun demikian, kelebihan TRA dibandingkan HBM adalah bahwa pengaruh TRA berhubungan dengan norma subjektif. Menurut TRA, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda. Hal ini berarti keputusan seseorang untuk melakukan suatu tindakan tidak dibatasi pertimbangan- pertimbangan kesehatan.
APLIKASI TRA
Theory if reasoned action (TRA) merupakan model untuk meramalkan perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berlainan, seperti pengaturan penggunaan substansi tertentu (merokok, alkohol, dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan makan, pencegahan AIDS dan penggunaan kondm, perilaku merokok, penggunaan alkohol, penggunaan alat kontrasepsi, latihan kebugaran (fitness) dan praktik olahraga. Norma subjektif menjadi perhatian penelitian (mengenai) dukungan sosial dan analisis jaringan sosial. TRA juga banyak digunakan untuk memenuhi persyaratan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), seperti tindakan keselamatan dalam pertambangan batubara, absenteeism karyawan, dan perilaku konsumen.
Berdasarkan sudut pandang yang berbeda, usulan-usulan untuk meningkatkan penggunaan praktis (Smet, 1994) adalah sebagai berikut.
1. Beberapa peniliti tidak menggunakan model secara komplet, tetapi hanya untuk memahami dan menerangkan perilaku, model lain lebih disukai karena perubahan perilaku memerlukan pengambilan keputusan secara pasti, atau paling tidak, TRA
digunakanan sebagai pelengkap model sebelumnya (HBM). Sebagai contoh, setelah tahap perubahan perilaku dan pemeliharaan perilaku, digunakan model lain, seperti model dari McGuire dan Xxxxxx.
2. Konsep representasi mental dari kesakitan, kontrol yang dirasakan, dukungan sosial, self-efficacy, ketidak berdayaan yang dipelajari, dianggap sebagai variabel atau teori sosial kognitif perantara yang menawarkan lebih banyak kesempatan untuk menerangkan hubungan kesehatan dengan hasil kesehatan (health outcome).
3. Untuk memperbaiki HMB dan TRA, dapat digunakan konsep self- efficacy.
Contoh aplikasi dari TRA dalam analisa beberapa faktor yangg berhubungan dengan niat mahasiswa pengguna NAPZA suntik untuk berkunjung ke klinik Voluntary Counseling dan Testing (VCT). Seorang pengguna NAPZA suntik percaya bahwa berkunjung ke klinik VCT memberikan manfaat bagi orang yang beresiko HIV & AIDS seperti mendapat informasi tentang pengguna NAPZA suntik yang aman (Keuntungan), tetapi juga akan dijauhi teman-teman sesama penguna NAPZA suntik (Kerugian). Pengguna NAPZA suntik akan mempertimbangkan mana yang paling paling penting diantara keduanya. Kemudian ia juga akan mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi setelah melakukan VCT dan dinyatakan HIV positif, ia tidak diperbolehkan untuk bekerja meskipun mampu untuk bekerja. Nilai dan norma dilingkungan masyarakat tidak mendeskrinas pengguna NAPZA sutik setelah berkunjun keklinik VCT. Orang yang dianggap penting (teman sesama pengguna NAPZA suntik yang telah berkunjung ke klinik VCT) setuju (atau sebatas menasihati) untuk berkunjung ke klinik VCT dan pengguna NAPZA suntik termotivasi untuk patuh mengikuti petunjuk tersebut, maka terdapat kecenderungan positif berniat untuk berkunjung ke klinik VCT. Deskripsi diatas dapat dilihat pada bagan Belief, Attitude, Intentiion, Behaviour.
Transteoritical Model
C.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mempelajari pokokbahasan ini, mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan Transteoritical Model pada individu, keluarga dan masyarakat
TUJUAN INSTRUKSIONAL KUSUS
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan Transteoritical Model :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi Transteoritical Model
2. Mahasiswa mampu menjelaskam tahap Transteoritical Models
3. Mahasiswa mampu menjelaskan kelebihan dan kekurangan Transteoritical Model
4. Mahasiswa mampu Mengaplikasikan Transteoritical Models pada masyarakat
DEFINISI TRANSTEORITICAL MODEL
Adalah perubahan perilaku atas kesiapan individu untuk memiliki tindakan yang lebih sehat, memberikan target strategi, atau proses perubahan untuk memandu individu untuk berperilaku sehat melalui tahapan perubahan dan pemeliharaan kesehatan. Model ini menjelaskan bagaimana individu memodifikasi perilaku yang menjadi masalah dan memperoleh perilaku positif. Transteoritical model adalah model yang fokus pada pembuatan keputusan oleh individu. Asumsi dasar model ini adalah pada dasarnya individu tidak dapat merubah perilaku dalam waktu yang singkat, terutama pada perilaku yang menjadi kebiasaan sehari-hari. Terdapat lima tahapan menuju perubahan bagi individu : pre-contemplation, conteplation, preparation, action, dan maintanance.
Model transteoritcal merupakan model biopsikososial yang integratif, mengenai perubahan perilaku yang disengaja. Tidak seperti model ataupun teori perilaku lainnya yang eklusif hanya terfokus pada dimensi tertentu, seperti pengaruh sosial atau biologi.
Model ini juga berupaya menyatukan dan mengintergrasikan konstruksi kunci dari beberapa teori menjadi suatu model perubahan perilaku yang komperhensif agar dapat digunakan dalam beragam perilaku, populasi dan keadaan (pengobatan, upaya pencegahan, atau upaya pembuat kebijakan).
The transteoritical model menurut xxxxxxxxx (1983) adalah suatu model yang integratif tentang perubahan perilaku. Kunci pembangun dari teori lain yang terintegrasi. Model ini menguraikan bagaimana orang-orang memodifikasi perilaku masalah atau memperoleh suatu perilaku yang positif dari perubahan perilaku tersebut.
Model ini adalah suatu perubahan yang disengaja untuk mengambil suatu keputusan dari individu tersebut. Model melibatkan emosi, pengamatan dan perilaku, melibatkan pula suatu kepercayaan diri.
Model ini dikembangkan dari pengalaman dalam pelaksanaan program yang berhubungan dengan perilaku merokok dan pemakaian obat-obatan terlarang. Program ini meneliti perubahan sebagai suatu proses dan mengakui bahwa tiap orang memiliki tingkat kesediaan atau motivasi yang berbeda untuk berubah. Tranteoritical model mengemukakan enam tahap (stage) terpisah. Melalui tahap-tahap ini, seseorang dapat berubah ke arah perilaku sehat jangka panjang yang positif.
Enam tahap tersebut adalah :
1. Pra kontemplasi/Perenunn (belum menyatakan / belum siap untuk berubah)
2. Kontemplasi (mempertimbangkan untuk berubah)
3. Persiapan (komitmen yang serius untuk berubah)
4. Aksi (perubahan di mulai)
5. Pemeliharaan (mempertahankan perubahan)
TAHAPAN PERUBAHAN TRANSTEORITICAL MODEL
• Pra perenungan (Precintemplation)
Pada tahap ini seseorang tidak peduli untuk melakukan aksi terhadap masa depan yang dapat diperkirakan. Pengukuran biasanya diukur dalam enam bulan berikutnya. Rasa ketidak pedilian ini terjadi disebabkan oleh kurang taunya mengenai konsekuensi suatu perilaku
• Perenungan (Contemplation)
Pada tahap ini seseorang peduli untuk berubah pada enam bulan berikutnya. Individu lebih peduli dalam kemungkinan perubahan. Akan tetapi, seringkali peduli terhadap konsekuensi secara akut.
• Persiapan (Preparation)
Pada tahap ini seseorang peduli melakukan aksi dengan secepatnta di masa mendatang. Pengukuran dilakukan biasanya pada bulan berikutnya. Seseorang pada tahap ini secara khusus melakukan beberapa aksi yang signifikan pada tahun sebelumnya.
• Aksi (Action)
Tahap dimana seseorang telah melakukan modifikasi sesifik pada gaya hidupnya selama enam bulan terakhir. Pada tahap ini aksi sudah dapat diamati. Dalam tranteoritical model, aksinya hanya ada sekali dari lima tahap dan tidak semua memodifikasi perilaku disebut aksi.
• Pemeliharaan (Maintanance)
Pada tahap ini seseorang berupaya mencegah munculnya perilaku yang tidak diinginkan. Akan tetapi seringkali seseorang tidak menerapkan proses perubahan aksinya.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TRANSTEORITICAL MODEL
The Transtheoretical model (TTM) berhasil mengintegrasikan beberapa teori terdahulunya tentang modifikasi perilaku dengan lebih lengkap dan kompleks. pola yang digunakan berbentuk pola umum, sehingga teori ini sangat fleksibel untuk diterapkan di segala perubahan perilaku. Otomatis, teori ini dapat digunakan oleh berbagai kalangan dan dapat digunakan untuk perubahan perilaku apapun. The Transtheoretical model(TTM) melakukan perubahan perilaku secara bertahap sehingga individu yang berkaitan tidak langsung berubah secara drastis. Hal ini berdampak lebih baik agar perilaku sebelumnya ketika re-lapsing dapat diminimalkan.
Sedangkan kekurangan dari The Transtheoretical model(TTM) adalah teori ini berasumsi bahwa individu akan dapat memodifikasi perilakunya dalam jangka waktu kurang lebih 6 (enam) bulan. Namun, belum ada pembuktian empiris yang menjelaskan bahwa rentang waktu selama 6 (enam) bulan tersebut adalah waktu yang cukup untuk pengubahan suatu perilaku. Selain itu, teori ini juga tidak menjelaskan pengaruh dari faktor lain yang sebenarnya turut andil dalam perubahan perilaku seseorang.
APLIKASI TRANSTEORITICAL MODEL
Model ini sebelumnya telah diterapkan dalam berbagai masalah perilaku. Berhenti merokok, olahraga, diet, rendah lemak, pengujian randon, penyalahgunaan alkohol, mengontrol berat badan, penggunaan kondom untuk perlindungan HIV, perubahan organisasi, penggunaan tabir surya untuk mencegah kanker kulit, penyalahgunaan obat, keputusan medis, skrinning mamografi, dan manajemen stres. Salah satunya contoh yang akan dijelaskan secara rinci adalah merokok.
1. Pra Kontemplasi : Perokok cenderung menghindari membaca, berbicara atau berpikir tentang bahaya rokok.
2. Kontemplasi : Orang tersebut (Perokok) sudah mulai mengetahui atau menyadari bahwa perilaku yang ia miliki adalah sebuah masalah dan mulai melihat keuntungan dan kerugian yang bisa ditimbulkan jika ia tetap melakukan perilaku tersebut.
3. Persiapan : Orang tersebut sudah mulai memiliki keinginan untuk melakukan perubahan perilaku dan mungkin ia mulai dari sesuatu yang kecil, seperti perlahan- lahan mengurangi jumlah rokok yang biasanya dihabiskan
4. Aksi : Perokok sudah memulai untuk tidak merokok lagi
5. Pemeliharaan : Perokok mempertahankan untuk tidak merokok lagi walaupun kadang terdapat godaan.
Aplikasi teoritical model juga dapat dilakukan pada program diet seseorang dengan tahapan- tahapanya adalah :
1. Pra kontemplasi : awalnya orang yang memiliki bentuk tubuh kurang ideal dan memiliki permasalahan tubuh menghindari segala promosi program diet. Bahkan, terkesan tidak percaya dengan segala program diet yang ada.
2. Kontemplasi : orang tersebut sudah memulai mengetahui atau menyadari bahwa perilaku yang ia miliki adalah sebuah masalah dan mulai melihat keuntungan dan kerugian yang bisa ditimbulkan jika ia tetap melakukan perilaku tersebut.
3. Persiapan : orang tersebut sudah memulai memiliki keinginan untuk melakukan perubahan perilaku dan mungkin ia mulai dari sesuatu yang kecil, seperti perlahan- lahan membenahi pola makan dan melakukan olahraga meski belum rutin.
4. Aksi : pemilik tubuh yang kurang ideal sudah memulai untuk mengatur pola makan dan melakukan olahraga rutin.
5. Pemeliharaan : orang tersebut mempertahankan untuk tetap mengatur pola makan yang baik dan olahraga ketat, bahkan mungkin sampai menghitung kadar kandungan yang ada di tiap makanan
Secara garis besar model ini dalam tahap aksi dam pemeliharaan seseorang dapat kembali kepola perilaku sebelumnya, hal ini karena individu mempertimbangkan untung dan rugi perubahan suatu perilaku sebelum melangkah dari tahap satu ketahap berikutnya (M Ridwan, 2009)
Model ini menerangkan serta mengukur perilaku kesehatan dengan tidak bergantung pada perangkap pada teori tertentu. Pada model ini ada empat tahap independen yaitu
1. Prekontemplasi merupakan seseorang belum memikirkan suatu pemikiran atau mengubah suatu perilaku sama sekali.
2. Kontemplasi merupakan seseorang benar benar memikirkan suatu perilaku atau tindakan tapi belum siap melakukannya.
3. Aksi merupakan seseorang telah membuat modifikasi terbuka dalam gaya hidupnya
4. Pemeliharaan yaitu seseorang berupaya mencegah akan terjadi kekambuhan lagi.
Model Teori Sebab Akibat
D.
Teori adalah serangkaian bagian atau variable, definisi dan dalil yang saling berhubungan secara umum teori ini merupakan analisis hubungan anatar fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta. Pada teori ini, apa yang dilakukan pasti memiliki penyebabnya. Pengetahuin teori sebab akibat ini dapat mendorong seseorang untuk bertindak hati-hati dan focus terhadap akibat. Teori ilmiah dari berbagai teori ilmiah dari berbagai ilmu secara umum bergantung pada sebab akibat (kautalitas). Kautalitas terkait dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip pertama: prinsip kausalitas mengasiscayakan setiap kondisi (akibat) pasti mempunyai sebab.
2. Prinsip kedua: menjelaskan bahwa akibat tidak mungkin terpisah dari sebab, jika ada sebab maka ada akibat dan begitu sebaliknya.
3. Prinsip ketiga: hokum keselarasan anatar sebab dan akibat yang menganiscayakan setiap himpunan secara esensial harus selaras dengan sebab dan akibat di alam.
Model Transaksional Stress dan Koping
E.
Stress adalah suatu keadaan atau kondisi tubuh yang terganggu karena tekanan psikologi. Biasanya stress dikaitkan bukan dengan penyakit fisik melainkan penyakit kejiwaan. Banyak hal yang memicu stress seperti rasa khawatir, kesal, keletihan, frustasi, perasaan tertekan, kesedihan, dan lain-lain.
Stressor adalah keadaan yang diakibatkan oleh lingkungan internal ataupun eksternal sehingga mempengaruhi tindakan kesejahteraan dan membutuhkan kesehatan fisik maupun psikologi untuk mengembalikan keseimbangan (Lazarus & Xxxxx, 1997). Koping meliputi perilaku kognitif dan upaya mengurangi atau menghilangkan stress terkait kondisi dan tekanan emosional. Ada 2 cara untuk menghadapi stress yaitu dengan cara respon berfokus pada masalah yaitu berfokus pada peristiwa eksternal dan cara yang kedua respon berfokus pada emosi iatu diarahkan pada reaksi emosional dan peristiwa dan cenderung digunakan untuk menangani masalh-masalah yang tidak terkendali.
Model ini adalah suatu kerangka kerja untuk mengevaluasi proses mengatasi peristiwa stress. Pengalaman stress ditafsirkan sebagai transaksi dengan lingkungannya. Transaksi ini tergantung pada dampak dari stressor eksternal.penilaian pertama orang tentang stressor dan penilaian kedua sumber daya sosial atau bauada sekitarnya. Ketika seseorang dihadapkan dengan stressor, seseorang mengevaluasi potensi ancaman atau disebut dengan penilaian primer yaitu penilaian seseorang tentang makna dari suatu peristiwa sebagai stress, positif, terkendali, menantang atau tidak relevan. Penilaian kedua adlah evaluasi pengendalian stressor dan sumber daya yang dimiliki untuk menghadapinya.
Aplikasi model ini digunakan untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengaruh stress pada orang tidak semua sama. Stress dapat menyebabkan penyakit pengalaman negative. Factor yang terpenting dalam mengatasi stress adalah apakah hal itu memengaruhi dan bagaimana orang mencari perawatan medis atau dukungan sosail pada orang professional. Untuk mengatasi stress, strategi masalah berfokus pada koping, emosi yang berfokus koping, dan makna berbasis koping dapat digunakan sebab penelitian yang memfasilitasi atau menghambat praktik gaya hidup (Glanz, dkk, 2002).
F. LATIHAN
1. Jelaskan model dan nilai promosi kesehatan menurut pendapat anda !
2. Ada berapa model promosi kesehatan yang anda ketahui, jelaskan secara singkat !
3. Apa kelebihan dan kekurangan Health belief model ?
4. Sebutkan tahapan Model transteoritik!
5. Sebutkan prinsip teori sebab akibat !
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Xxxxxxx, Xxxxx.( 2007 ). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC
2. Xxxxxxx, Xxxx D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran.
3. M. Ridwan. 2009. Promosi Kesehatan dalam Rangka Perilaku. Jurnal Kesehatan “Metro Sai Wawai” Volume II No.2 Edisi Desember 2009, ISSN:1977
4. World Health Organization. (2000). Health Promotion. xxxx://xxx.xxx.xxx/xxxxxx- promotion
BAB 4 SASARAN DAN STRATEGI
PROMOSI KESEHATAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mempelajar pokok bahasan ini, mahasiswa mampu memahami sasaran promosi kesehatan dan strategi promosi kesehatan.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahahsiswa mampu menjelaskan sasaran promosi kesehatan dan strategi promosi kesehatan.
A. SASARAN PROMOSI KESEHATAN
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal 3 jenis sasaran promosi kesehatan yaitu:
1. Sasaran primer
Sasraan primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien, individu sehat dan keluarga rumah tangga sebagai komponen dari masyarakat. Misalnya adalah ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA, dansebagainya. Mereka diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Merubah perilaku pasien atau individu memang bukanlah susah, perubahan perilaku perlu adanya dukungan oleh system nilai dan morma-norma sosial serta norma-norma hokum yang dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun formal.
Sumber daya atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS yang dapat diupayakan oleh mereka yang menyediakan atua yang bertanggung jawab, teruatama pada perangkt pemerintahan dan dunia usaha.
2. Sasaran sekunder
Sasaran ini seperti tokoh agama, tokoh masyarakat tokoh adat, dan sebagainya. Tokoh masyarakat adalah yang berpengaruh dalam lingkungannnya sehingga tokoh agama dapat memberikan pendidikan kesehatannnya kepada masyarakatnya. Mereka diharapkan dapat turut
serta dalam upaya meingkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga dengan cara berperan sebagai panutan dalam mempraktikan PHBS. Ikut menyebarluaskan tentang PHBS dapat menciptakan suasana yang kondusif dan dapat menekan kelompok untuk mempercepat terbentuknya PHBS.
3. Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau kebijakan suatu daerah adalah sasarn tersier, dengan kebijakan yang dikeluarkan akan berpengaruh pada kesehatan suatu kelompok atau masyarakat umum sekitarnya. Mereka dihrapkan turut serta dalam upaya meingkatkan PHBS dengan cara:
a. Memberlakukan kebijakan atau perundang-undangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat.
b. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS dikalangan pasien individu sehat dan keluarga pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.
B. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
Menurut rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan yaitu:
1. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan (empowerment). Berasal dari kata “power” yang artinya kekuasaan atau keberdayaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan orang lain mau menjalankan apa yang kita inginkan. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kuasaan berkaitan dengan peraruh atau control. Sehingga pemberdayaan adalah sebuah konsep yang menggerakan masyarakat agar berdaya dalam mengendalikan factor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, dalam konsep masyarakat disini masyarakatlah yang proaktif dalam mengendalikan factor-faktor kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat secara umum lebih efektif jika dilakukan melalui program pendampingan masyarakat, karena penglibatan masyarakat sejak perencanaan, (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (Actuating), dan evaluasi atau pengawasan (controlling) program dapat dilakukan secara optimal (Xxxxx, 2000).
Dalam mengupayakan agar klien tahu dan sadar kuncinya adalah pppada keberhasilan membuat klien memahami suatu masalah dengan klien berpendapat
bahwa suatu masalah itu masalah baginya dan masalah bagi masyarakatnya. Selama klien tidak menyadari bahwa sesuatu masalah tersebut tidak bermasalah atau mengganggu maka klien tidak akan bersedia menerima informasi apa pun lebih lanjut.
Perubahan dari tahu menjadi mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi. Disini dapat dikemukakan fakta yang berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai panutan, bila klien sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, bisa jadi akan terhalangi oleh ekonomi, dalam hal ini dapat dilakukan bantuan secara langsung pada yang bersangkutan. Namun dalam berpaktrik seringkali mengajak ke dalam proses pemberdayaan kelompok atau masyarakat melalui pengorganisasian masyarakat. Tidak jarang kelompok ini masih juga memerlukan bantuan dari luar seperti pemerintahan atau dermawan. Disinilah letak sinkronisasi promosi kesehatan dengan program kesehatan yang didukungnya dan program-prorgam sector lainnya yang berkaitan.
Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan dan teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dibidang kesehatan dan LSM ini harus digalangkan kerjasamanya baik antara mereka maupun antara mereka dengan pemerintahan. Untuk memperkuat proses pemberdayaan khususnya dalam upaya meingkatkan para individu perlu digunakan bina suasana,
2. Bina suasana
Bina suasana adalah upaya mencipatakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan melakukan atau terdorong untuk melakukan dimanapun lingkungannya akan menyutujuinya atau mendukung perilaku tersebut. terdapat 3 bina suasana yaitu
a. Bina suasana individu
Bina suasana dilakukan oleh individu-individu tokok masyarakat. Dalam hal ini tokok masyarakat menjadi individu panutan dalam perilaku yang sedang diperkenalkan
b. Bina suasana kelompok
Bina suasana kelompok dilakukan oleh kelompok dalam masyarakat seperti pengurus RT/RW, majlis pengajian, perkumpulan seni, organisasi profesi, organisasi wanita dan sebaginya. Dalam kategori ini kelompok tersebut menjadi kelompok yang peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya.
c. Bina suasana public
Bina suasan ini dilakukan oleh masyarakat umum melaui pengembangan kemitraan dan pemanfaatan media komunikasi, seperti radio, televise, Koran, majalah, situs internet dan lain-lain sehingga dapat tercipta pendapat umum.
3. Advokasi
Advokasi adalah kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan dan penetuan kebijakan dalam bidang kesehatan maupun sector lain diluarbkesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan, sehingga mereka akan memberikan keputusan yang dapat menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum (Xxxxx Xxxxx Xxxxxxx, Xxxxx Xxxxxxxxx, 2007).
Advokasi kesehatan adalah pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil keputusan agar mendapatkan dukungan secara maksimal, kemudahan perlindungan pada upaya kesehatan (Depkes, 2004).
Tujuan advokasi ini adalah untuk mendorong dan memperkuat suatu perubahan dalam kebijakan, program atau legalisasi. Sedangkan fungsi advokasi adalah untuk mempromosikan suatu perbahan dalam kebijakan program atau peraturan dan mendapatkan dukungan dari pihak lain.
Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melaui advokasi jarang diperoleh di waktu singkat. Ada beberapa tahap yaitu:
a. Mengetahui atau menyadari masalah
b. Tertarik untuk ikut mengatasi masalah
c. Peduli terhadap pemecahan masalah
d. Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternative pemecahan masalah
e. Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
4. Kemitraan
Kemitraan harus digalangkan dalam rangka pemberdayaan maupun bina suasan dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan. Dengan begitu kemitraan perlu digalangkan antar individu, keluarga, pejabat atau pemerintahan yang terkait dengan urursan kesehatan. Kemitraan harus dilandaskan oleh :
a. Kesetaraan
Kesetaraan berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkis. Semua diawali dengan kesedian menerima bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang sama. Keadaan ini diciptakan apabila semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan yaitu hubungan yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama.
b. Keterbukaan
Dalam setiap langkah diperlukan kejujuran dari semua pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai dengan alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-nutupi
c. Saling menguntungkan
Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan adanaya keuntungan yang didapat oleh semua pihak. PHBS dan semua kegiatan hharus dapat dirumuskan keuntungan bagi semua pihak
C. Latihan
1. Jelaskan menurut pengetahuan anda sasaran promosi kesehatan !
2. Jelaskan menurut pengetahuan anda strategi promosi kesehatan !
3. Jelaskan menurut pengetahuan anda penggalangan pemberdayaan masyarakat!
D. DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. (2001). Promosi kesehatan didaerah bermasalah kesehatan. Puspromkes Kemenkes RI. Jakarta.)
2. Xxxxxxx, X.X. (2007). Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
3. Departemen Kesehatan RI. (2004). Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan, Pusat Promkes, Jakarta.
4. World Health Organization. (2000). Health Promotion. xxxx://xxx.xxx.xxx/xxxxxx-xxxxxxxxx
5. xxxx://xxx.xxxxxx.xxx/xxx/00000000/Xxxxxxx-Xxxxxxxx-Xxxxxxx-Xxxxxxxxx-
Jadi didownload pada tanggal 03 November 2012
BAB 5
ETIKA PROMOSI KESEHATAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mempelajari pokokbahasan ini, mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan pengkajian promosi kesehatan menurut Model Precede–Proceed pada masyarakat
TUJUAN INSTRUKSIONAL KUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahahsiswa mampu menjelaskan etika promosi kesehatan.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan. Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global sebagai akibat dari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan lingkungan. Kelima, Demokratisasi.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK denganinformasi tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif danpreventif.
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
A. Penetapan Sasaran
a) Sasaran primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empow-erment).
b) Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyaraka tsebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat
sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support).
c) Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat, maupun daerahadalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan-kebijakan atau keputusanyang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaranprimer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalandengan strategi advokasi.
B. PRINSIP ETIK
Pada tahun 2002, American Public Health Association secara resmi mengadopsi dua belas prinsip praktek kode etik untuk umum. Dua belas prinsip yang diuraikan:
1. Kesehatan masyarakat terutama harus membahas penyebab dasar penyakit dan persyaratan untuk kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah hasil kesehatan yang merugikan.
2. Kesehatan masyarakat harus mencapai kesehatan masyarakat dengan cara yang menghormati hak- hak individu dalam masyarakat.
3. Kebijakan kesehatan masyarakat, program, dan prioritas harus dikembangkan dan dievaluasi melalui proses yang menjamin kesempatan untuk masukan dari anggota masyarakat.
4. Kesehatan masyarakat harus mengadvokasi dan bekerja untuk pemberdayaan dari pemuda anggota masyarakat, yang bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya dasar dan kondisi diperlukan untuk kesehatan dapat diakses oleh semua.
5. Kesehatan masyarakat harus mencari informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan kebijakan yang efektif dan program yang melindungi dan mempromosikan kesehatan.
6. Institusi kesehatan umum harus menyediakan masyarakat dengan informasi yang mereka miliki yang diperlukan untuk keputusan tentang kebijakan atau program-program dan harus mendapatkan persetujuan masyarakat untuk pelaksanaannya.
7. Lembaga kesehatan publik harus bertindak secara tepat waktu pada informasi yang mereka miliki dalam sumber daya dan mandat yang diberikan kepada mereka oleh masyarakat.
8. Program kesehatan umum dan kebijakan harus menggabungkan berbagai pendekatan yang mengantisipasi dan menghormati nilai-nilai yang beragam, keyakinan, dan budaya dalam masyarakat.
9. Program kesehatan umum dan kebijakan harus dilaksanakan dengan cara yang paling meningkatkan lingkungan fisik dan sosial.
10. Lembaga kesehatan publik harus melindungi kerahasiaan informasi yang dapat membawa kerugian bagi individu atau komunitas jika dibuat publik. Pengecualian harus dibenarkan
11. Atas dasar kemungkinan tinggi membahayakan signifikan terhadap individu atau orang lain.
12. Lembaga kesehatan publik harus memastikan kompetensi profesional karyawan mereka. Institusi kesehatan umum dan karyawan mereka harus terlibat dalam kolaborasi dan afiliasi dengan cara yang membangun kepercayaan publik dan efektivitas lembaga.
2.2 Praktik Promosi Kesehatan
Upaya promosi kesehatan merupakan tanggung jawab kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan semata, melainkan juga lintas sektor, masyarakat dan dunia usaha. Promosi kesehatan perlu didukung oleh semua pihak yang berkepentingan.
Rancangan program promosi kesehatan oleh bidan adalah memfokuskan bagaimana program kemitraan pelayanan persalinan terpadu dapat membantu peningkatan upaya keselamatan ibu dengan menjalin kemitraan dengan lintas sektoral yang terkait. Kemitraan mengandung arti saling bertukar pengetahuan,
Sumberdaya dan komitmen untuk mencapai tujuan bersama. Untuk itu diperlukan sikap saling menghargai dan keterbukaan tentang semua hal kemitraan dengan wanita. Pendekatan partisipasif ini melibatkan kaum ibu mampu mengenali dan menentukan prioritas masalah kesehatan ibu, menyusun rencana pemecahan masalah bersama pemerintah setempat dan melaksanakannya. Beberapa kegiatannya adalah pelatihan dukun bayi, pendidikan dan pelatihan kaum wanita dan pria tentang persalinan yang aman dirumah serta tentang keluarga berencana, mengembangkan persiapan rujukan ke rumah sakit dan mengembangkan materi informasi tentang kesehatan reproduksi.
Kemitraan dengan masyarakat dan dukun bayi. Pelatihan petugas dalamn upaya keselamatan ibu tidaklah lengkap tanpa penyuluhan dan motivasi terhadap keluarga, masyarakat dan dukun bayi.
Kemitraan dengan bidan. Perlu dilakukan dengan asosiasi kebidanan (IBI) dalam mendukung pelayanan kesehatan reproduksi. Melalui asosiasi ini diharapkan para bidan mengikuti program pelatihan kesehatan reproduksi yang mencakup penanganan kegawatan obstetri, pencegahan infeksi dan keluarga berencana. Perhatian utama organisasi ini adalah memaksimalkan kebijakan dan dukungan teknis yang lestari dalam menjaga kualitas pelayanan kesehatan ibu Implikasi program keselamatan ibu mencakup hal berikut:
a. Menjamin kehadiran tenaga kesehatan pada setiap persalinan
b. Memperluas akses terhadap pelayanan kebidanan ditingkat masyarakat
c. Meningkatkan akses terhadap pelayanan obstetri esensial, termasuk pelayanan gawat darurat
d. Menyediakan pelayanan terpadu kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana dan pelayanan pasca aborsi
Menjamin kesinambungan pelayanan yang berhubungan dengan sarana rujukan dan didukung oleh bahan habis pakai, alat, obat dan transportasi yang memadai
2.3 Pertimbangan-pertimbangan Etis
Pertimbangan-pertimbangan etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yakni :
a. Promotor kesehatan tidak akan secara sengaja menunda pelayanan atau informasi, dilihat dari status pengetahuan sekarang yang dapat memberikan manfaat kepada klien, mereka berusaha mengikuti perkembangan promosi kesehatan
b. Promotor kesehatan akan menghargai kerahasiaan informasi yang dapat mereka akses kecuali atas permintaan hokum dan demi kepentingan klien
c. Promotor kesehatan harus tidak melakukan kegiatan promosi kesehatan yang tidak kompoten bisa kerjakan.
2.4 Pendekatan Promosi Kesehatan
1. Pendekatan Medik
Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yangdidefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit
jantung.Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan,mungkin dengan metode persuasive maupun paternalistic. Sebagai contoh, memberitahuorang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkanklinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk dilakukan screening takanandarah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari tindakan pencegahan medic dantanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat kepastian bahwa pasien patuh padaprosedur yang dianjurkan.
2. Pendekatan Perubahan Perilaku
Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup “ sehat “. Contohnya antara lain mengajarkanorang bagaimana menghentikan merokok, pendidikan tentang minum alcohol “wajar “,mendorong orang untuk melakukan latihan olahraga, memelihara gigi, makan makananyang baik dan seterusnya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup “sehat “merupakan hal paling baik bagi kliennya dan akanmelihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk mendorong sebanyak mungkin oranguntuk mengadopsi gaya hidup sehat yang menguntungkan.
3. Pendekatan Edukasional
Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan pengetahuandan pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang ditetapkan atasdasar informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri. Bantuan dalammelaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi praktek kesehatan baru dapatpula ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah, misalnya menekankanmembantu murid mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak hanya memperolehpengetahuannya. orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan memberi arti tinggibagi proses pendidikan, akan menghargai hal individu untuk memilih perilaku merekasendiri, dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka mengangkat bersamapersoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap menjadi hal yang paling baik bagiklien mereka.
4. Pendekatan Berpusat Pada Klien
Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu merekamengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat keputusandan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka. Peran promotorkesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu orang mengidentifikasikepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan serta ketrampilan yangmereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri kliendilihat sebagai central dari tujuan ini. Klien dihargai sama yang mempunyaipengetahuan, ketrampilan dan kemampuan berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan kesehatan mereka sendiri.
5. Pendekatan Perubahan Sosial
Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada lingkunganfisik, social dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk keadaanyang sehat. Contohnya adalah mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan perilakuindividu-individunya. Orang- orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilaipenting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat, mempunyai komitmen padapenempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai tingkat dan pada pentingnyapembentukan lingkungan yang sehat daripada pembentukan kehidupan individu- individuorang yang tinggal di tempat itu
C. DAFTAR PUSTAKA
1. Novita Yesidkk, 2011, Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan, Jakarta, Salemba Medika. WHO.1992 Pendidikan Kesehatan, Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar, Bandung; Penerbit ITB dan Penerbit Udayana.
2. Xxxxxxx, Xxxxx Xxxxx. 2011. Promosi Kesehatan Untuk
3. Kebidanan. Jakarta: Xxxxxxx Xxxxx
4. Xxxxxxxxxxx, Xxxxxxxx. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.
BAB 6
PENGKAJIAN PROMOSI KESEHATAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mempelajari pokokbahasan ini, mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan pengkajian promosi kesehatan menurut Model Precede–Proceed pada masyarakat
TUJUAN INSTRUKSIONAL KUSUS
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan pengkajian promkes menurut model Precede-Proceed kepada individu, keluarga dan masyarakat yang meliputi :
A. Definisi Model Precede–Proceed
B. Fase-fase Pengkajian Promkes menurut Model Precede–Proceed
C. Pelayanan Kesehatan
D. Komponen Model Procede-Proceed
DEFINISI MODEL PRECEDE-PROCEED
A.
Dikutip dari Xxxxxxx pada tahun 2010 bahwa pendekatan terkenal untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam program promosi kesehatan adalah model Precede-Proceed yang dikemukakan oleh Xxxxx dan Kreuter pada tahun 1999. Bagian Precede (Predisposising, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation) pada model (fase 1–4) berfokus pada perencanaan program dan bagian procede (Policy, Regulatory Organizational Construct in Ediucational and Environmental Development) (fase 5–8) berfokus pada pelaksanaan dan evaluasi. Delapan fase dari model pedoman perencanaan dalam membuat program promosi kesehatan, dimulaidengan keluaran yang lebih umum dan berubah menjadi keluaran yang lebih spesifik. Pada akhirnya, membuat program, menghantarkan program dan mengevaluasi program. (Gambar 3. Menampilkan model Precede-Proceed untuk
perencanaan program kesehatan dan evaluasi; tanda panah menunjukan jalur utama kegiatan menuju masukan program dan determinan kesehatan untuk hasil).
Perilaku kesehatan dianggap sebagai dipengaruhi oleh faktor-faktor individu maupun lingkungan, dan karena itu memiliki dua bagian yang berbeda
Pertama PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling, Constructs in, Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation).
Kedua PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational, Enviromental, Development). Salah satu yang paling baik untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program promosi kesehatan adalah model Precede- Proceed.
Precede bagian dari fase (1- 4) berfokus pada perencanaan program, dan bagian Proceed fase (5-8) berfokus pada implementasi dan evaluasi.Delapan fase dari model panduan dalam menciptakan program promosi kesehatan, dimulai dengan hasil yang lebih umum dan pindah ke hasil yang lebih spesifik.Secara bertahap, proses mengarah ke penciptaan sebuah program, pemberian program, dan evaluasi program (Xxxxxxx, 2010).
XXXXXXXX PROCEDE PROCEED
DELAPAN FASE PROCEDE-PROCEED (Xxxxxxx, 2010)
B.
Fase 1:
Penilaian Sosial Dalam fase ini, program menyoroti kualitas dari hasil keluaran—secara spesifik, indikator utama sosial dari kesehatan dalam populasi spesifik (contohnya derajat kemiskinan, rata-rata kriminalitas, ketidakhadiran, atau tingkat pendidikan yang rendah) yang berefek kepada kesehatan dan kualitas hidup.Sebagai contoh, pada pekerjaan industriyang kumuh dan berbahaya dengan rata-rata kecelakaan yang tinggi, sedikitnya pelayanan kesehatan, dan keterbatasan kesediaan makanan diluar pedangang keliling, pekerja mungkin merasa tidak aman dan menjadi tidak sehat selama kondisi bekerja.
Fase 2:
Penilaian Epidemiologi Dalam fase kedua, setelah spesifik masalah sosial yang berkaitan dengan buruknya kualitas kehidupan dalam fase pertama, program mengidentifikasi mana masalah kesehatan atau faktor lain yang berperan dalam perburukan kualitas hidup. Masalah kesehatan akan dianalisis berdasarkan dua faktor: pentingnya dalam artian bagaimana hubungannya dengan masalah kesehatan untuk mengidentifikasi indikator sosial dalam penilaian sosial dan bagaimana menerima untuk merubah masalah kesehatan yang ada. Xxxxxxx
prioritas utama maslah kesehatan stabil, identifikasi dari determinan yang mengarah pada munculnya masalah kesehatan. Detailnya, adalah apa faktor lingkungan, faktor prilaku, dan indikator genetik yang mengarah kepada permasalahan kesehatan yang spesifik? Kepentingan yang sama dan analisis perubahan akan menampilkan identifikasi faktor mana yang menjadi target dalam program promosi kesehatan. Melanjutankan dari contoh sisi pekerjaan, program akan mengumpulkan data masalah kesehatan dalam populasi yang akan mengarahkan kepada ketidakpedulian, seperti obesitas, penyakit hati, kanker, dan penyakit menular. Setelah penyakit diurutkan berdasarkan kepentingan dan kemampuan untuk diubah, perencana akan memilih salah satu masalah kesehatan. Langkah selanjutnya dalam penilaian ini adalah akan mengidentifikasi penyebab utama dari penyakit tersebut, seperti faktor lingkungan (contohnya racun, kondisi kerja yang penuh tekanan, atau kondisi pekerjaan yang tidak terkontrol), faktor prilaku (contohnya sedikitnya aktivitas fisik, diet yang buruk, merokok, atau konsumsi alkohol), dan faktor genetik (contohnya riwayat keluarga). Pentingnya dan perubahan data akan dianalisis, dan kemudian satu atau beberapa dari faktor resiko ini akan dipilih menjadi fokus. Untuk melengkapi fase ini, tujuan status kesehatan, perilakuobjektif, dan lingkungan objek akan disusun.
Fase 3:
Penilaian Pendidikan dan Ekologis
Fokus dalam fase 3 berganti menjadi faktor mediasi yang membantu atau menghindarkan sebuah lingkungan positif atau prilaku positif. Faktor-faktor ini dikelompokan kedalam tiga kategori: faktor-faktor predisposisi, faktor-faktor pemungkin dan faktor-faktor penguat (Green &Kreuter,2005).Faktor-faktorpredisposisi adalah yang dapat mendukung atau mengurangi untuk memotivasi perubahan, seperti sikap dan pengetahuan.Faktor-faktor pemungkin adalah yang dapat medukung atau mengurangi dari perubahan, seperti sumber daya atau keahlian.Faktor-faktor penguat yang dapat membantu melanjutkan motivasi dan merubah dengan memberikan umpan balik atau penghargaan.Faktor-faktor ini dianalisis berdasarkan pentingnya, perubahan, dan kemungkinan (adalah, seberapa banyak faktor yang mungkin dapat dimasukan dalam sebuah program).Faktor-faktor kemudian dipilih untuk disajikan sebagai dasar untuk pengembangan program, dan keobjektifitasan pendidikan yang telah disusun.
Fase 4:
Administrasi & Penilaian Kebijakan& Keselarasan Intervensi Fokus utama dalam administrasi dan penilaian kebijakan dan keselarasan intervensi dalam fase ke empat adalah pemastian
kenyatan, unuk meyakinkan bahwa ini ada dalam aturan (sekolah, tempat kerja, organisasi pelayanan kesehatan, atau komunitas) semua dukungan yang memungkinkan, pendanaan, kepribadian, fasilitas, kebijakan dan sumber daya lainnya akan ditampilkan untuk mengembangkan dan pelaksanaan program. Pada contoh tempat kerja sebelumnya, sisi kebijakan dan prosedur akan diulas, diperbaiki, dibentuk dan dilaksanakan. Seperti poin ini, ada penilaian pada sisi untuk menjelaskan tepatnya apa hal yang diperlukan untuk menjalankan program dengan baik sebagaimana dikemukakan tingkat pendanaan, kebutuhan ruang (mungkin sebuah kelas, sebuah tempat kebugaran, perubahan ruangan, atau shower yang diperlukan, sebagai contoh), dan beberapa barang dan juga untuk memeriksa detail kaitan penyebaran program, seperi bagaimana untuk merekruit dan menjaga partisipasi dalam program.
Fase 5:
Implementasi atau Pelaksanaan Penyampaianprogram terjadi selama fase 5.Juga, proses evaluasi (fase 6), yang mana dalam fase evaluasi yang pertama, terjadi dengan simultas dengan pelaksanaan program.
Fase 6:
Proses Evaluasi Proses evaluasi adalah sebuah evalusi yang formatif, sesuatu yang muncul selama pelaksanaan program. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan baik data kuantitatif dan kualitatif untuk mengakses kemungkinan dalam program sebagaimana untuk meyakinkan penyampaian program yang berkualitas. Sebagai contoh, kehadiran partisipan, dan perilaku selama berjalannya program akan dikumpulkan, sebagaimana sebuah penilaian sebagaimana baiknya rencana yang tertulis (menjelaskan isi dari yang telah disampaikan, bagaimana itu akan disampaikan, dan seberapa banyak waktu yang dialokasikan) menyelaraskan dengan penyampaian sebenarnya dari pelajaran (apa isi yang sebenarnya yang telah disampaikan, bagaimana itu disampaikan, dan seberapa banyak waktu yang diperlukan untuk menyampaikan itu). Pencapaian pendidikan dari tujuan juga diukur dalam fase ini.
Fase 7:
Pengaruh Evaluasi Fokus dalam fase ini adalah evaluasi sumatif, yang diukur setelah program selesai, untuk mencari tahu pengaruh interfensi dalam prilaku atau lingkungan. Waktunya akan bervariasi mulai dari sesegera mungkin setelah selesai dari menyelesaikan aktivitas intervensi sampai beberapa tahun kemudian
Fase 8:
Hasil atau Keluaran Evaluasi Fokus dari fase evualusi terakhir sama dengan fokus ketika semua proses berjalan – indikator evaluasi dalam kualitas hidup dan derajat kesehatan.
PELAYANAN KESEHATAN
C.
Pengertian Setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat.Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak macamnya (Depkes, 2009). Semua ini ditentukan oleh:
• Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara bersama- sama dalam suatu organisasi.
• Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi dari padanya.
Menurut Xxxxxxxx dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua, yaitu :
• Pelayanan kedokteran: Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utama untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasaran terutama untuk perseorangan dan keluarga.
• Pelayanan kesehatan masyarakat: Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat (public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama dalam suatu organisasi.
Tujuan utamanya adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk kelompok dan masyarakat. Hak atas kesehatan mengandung dua unsur penting yaitu unsur kebebasan mengontrol tubuh sendiri, termasuk kemampuan untuk mengambil segala keputusan yang berakibat pada kesehatan seseorang
dan unsur ketersediaan akses pelayanan kesehatan yang juga mencakup berbagai program pencegahan dan informasi kesehatan yang memadai.Dengan demikian setidaknya ada empat elemen yang harus dipenuhi oleh pemerintah untuk menjamin pemenuhan hak atas kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Ketersediaan (Availibility): Fasilitas pelayanan dan program harus disediakan oleh negara dengan jumlah yang memadai.
2. Dapat diakses (Accessibility):
• Tidak diskriminatif (non-discrimination)
• Dapat diakses secara fisik (Physical accessibility)
• Dapat diakses secara ekonomi (Economic accessibility)
• Hak untuk mencari, menerima informasi dan ide-ide yang berkaitan dengan kesehatan (Information accessibility)
3. Dapat diterima (Acceptability): termasuk dihargai, penegakan kode etik, penyesuaian budaya pada pelayanan kesehatan.
4. Kualitas (Quality): pelayanan yang berkualitas baik, tenaga medis yang memadai.
1. Ketersediaan Fasilitas Menurut Xxxxx Xxxxxxxx Xxxxx, perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor pemungkin yang salah satunya berupa ketersediaan fasilitas Menurut teori model penggunaan pelayanan kesehatan oleh Xxxxxxxx (1979) yang didasarkan pada tipe model sistem kesehatan.Perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas di suatu tempat pelayanan kesehatan. Perilaku seseorang dalam mendapatkan pelayanan kesehatan juga dipengaruhi oleh mutu pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk menilai kualitas suatu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa aspek.Pendekatan kualitas pelayanan kesehatan dapat ditinjau dari beberapa aspek, salah satunya adalah struktur.Struktur adalah sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia dan sumber daya lainnya di fasilitas kesehatan(Wijono,1997). Tim kerja dari organisasi kesehatan dunia atau WHO (1984) menyebutkan perilaku kesehatan seseorang karena adanya 4 alasan pokok: pemikiran dan perasaan (thought and feeling), sikap, sumbersumber daya, culture. Sumber daya di sini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya.Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat.Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi juga dapat berpengaruh sebaliknya.
Fasilitas yang baik akan mempengaruhi sikap dan perilaku pasien, pembentukan fasilitas yang benar akan menciptakan perasaan sehat, aman, dan nyaman.Setiap fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial mempunyai pandangan yang mungkin menambahi atau mengurangi kepuasan pasien dan penampilan kerja (Xxxxxx, 1997).
2. Jaminan Persalinan (Jampersal) Jampersal adalah jaminan pembiayaan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pemeriksaan nifas, termasuk pelayanan KB setelah persalinan dan pemeriksaan bayi baru lahir yang biayanya dijamin oleh pemerintah.Sedangkan untuk klaim, dapat diajukan sepanjang memenuhi ketentuan yang diatur dalam Permenkes No 631 Tahun 2011 tentang Juknis (Petunjuk Teknis) Jampersal yang meliputi:
• Dokumen klaim yang lengkap
• Pelayanan diberikan di fasilitas kesehatan yang telah ditentukan
• Klien tidak dijamin oleh pihak/asuransi lain
• Telah diverifikasi oleh Tim Pengelola Kabupaten/Kota
Jampersal merupakan salah satu terobosan yang ditempuh pemerintah dalam usaha menurunkan AKI dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada 2007 menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.Jampersal dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pelayanan tersedia di fasilitas kesehatan pemerintah seperti Puskesmas,Puskesmas Pembantu, Poskesdes, Rumah Sakit.Juga di fasilitas kesehatan swasta seperti praktik swasta, klinik swasta, bidan praktik swasta, klinik bersalin atau rumah sakit swasta yang yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Sasaran Jampersal adalah Ibu hamil dan nifas yang belum memiliki jaminan pembiayaan persalinan (setelah melahirkan sampai 42 hari), serta bayi baru lahir(0-28 hari).Untuk mendapatkan pelayanan jampersal,cukup dengan menunjukkan kartu identitas diri (Kemenkes, 2011). Pelayanan Jampersal untuk ibu hamil terdiri dari:
• Pemeriksaan kehamilan; Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanandarah, pemeriksaan status gizi,pemeriksaan janin, pemberian tablet tambah darah, pemberian imunisasi tetanus toksoid, konsuntasi kesehatan ibu hamil, tanda bahaya, persiapan persalinan, nasihat kebutuhan gizi, KB, pemberian ASI eksklusif dan perawatan bayi baru lahir.Jika ada penyulit/komplikasi, akan dirujuk untuk mendapatkanpemeriksaan dan pelayanan lenih lanjut.
• Pelayanan Jampersal untuk ibu bersalin dan bayi baru lahir; Persalinan normal, perawatan bayi baru lahir normal termasuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD), imunisasi bayi baru lahir, pemberian kapsul vitamin A pada ibu, konsultasi menyusu dini dan rawat gabung. Jika ada penyulit/komplikasi, akan dirujuk untuk mendapatkanpemeriksaan dan pelayanan lebih lanjut.
• Pelayanan Jampersal untuk ibu nifas dan bayi baru lahir ; Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan nifas, pemberian kapsul vitamin A pada ibu, pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir, pelayanan KB pasca melahirkan pada masa nifas, nasihat kebutuhan gizi, KB, pemberiasn ASI eksklsif dan perawatan bayi baru lahir.Jikaada penyulit/komplikasi, akan dirujuk untuk mendapatkanpemeriksaan dan pelayanan lenih lanjut.
3. Keterjangkauan Lokasi Akses terhadap pelayanan (Acsess to Services) meliputi akses geografis.Termasuk dalam kompetensi teknis yang dapat memepengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan pada seseorang. Salah satu pertimbangan pasien dalam menentukan sikap untuk mendapatkan pelayanan kesehatan adalah jarak yang ditempuh dari tempat tinggal pasien sampai ke tempat sumber perawatan. Lokasi pelayanan kesehatan yang berada di lingkungan sosial ekonomi rendah biasanya yang berkunjungjuga dari masyarakat miskin, karena orang berpenghasilan tinggi tidak akan datang ke lingkungan miskin untuk perawatan medis (Xxxxxx, 1984; Harmesta dan Xxxxxxxxxxx, 1995).Lokasi adalah yang paling diperhatikan bagi pencari pelayanan kesehatan karena jarak yang dekat akan mempengaruhi bagi pencari pelayanan kesehatan untuk berkunjung.Suatu studi mengatakan bahwa alasan yang penting untuk memilih rumah sakit adalah yang dekat dengan lokasi.
4. Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan keterampilam melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan( UU Nomor 23 Tahun 1992) tenaga kesehatan yang diatur dalam Pasal 2 ayat (2) sampai dengan ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan terdiri dari:
• Tenaga medis terdiri dari dokter dan doktergigi;
• Tenaga keperawatan terdiri dari perawat dan bidan;
• Tenaga kefarmasian terdiri dari apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker;
• Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian;
• Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien;
• Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan
• Terapis wicara;
• Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi dan perekam medis.
KOMPONEN MODEL PRECEDE-PROCEED
D.
Sejak tahun 2006 Departemen Kesehatan RI meluncurkan program Desa Siaga sebagai program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan. Desa Siaga adalah suatu kondisi masyarakat desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampu- an serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawat-daruratan kesehatan secara mandiri. Untuk pencapain tujuan tersebut membutuhkan perencanaan program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan berbasis penilaian kebutuhan masyarakat. Intervensi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan menurut Xxxxxxx dan Barclay (2009) difokuskan untuk meningkatkan dukungan masyarakat pada program kesehatan. Perubahan perilaku dan sikap diperlukan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup.
Meskipun terdapat banyak model perencanaan program kesehatan, penelitian Xxxxx dan Xxxxxxx (2004) menunjukkan bahwa model PRECEDE-PROCEED paling berguna secara praktis dalam perencanaan dan pengembangan program pemberdaya- an masyarakat bidang kesehatan. Menurut Xxxxx dan Kreuter (2005) model PRECEDE-PROCEED sebagai model perencanaan program kesehatan berbasis penilaian kebutuhan masyarakat ditujukan untuk perubahan perilaku. Yang penting untuk model perencanaan PRECEDE-PROCEED adalah peran teori dalam menciptakan sebuah kerangka pikir konseptual yang mengarahkan pembentukan intervensi dan evaluasi. Namun menurut Xxxxxxx dan Xxxxxxx (2009) model tersebut gagal untuk mengidentifikasi faktor peng- hambat dalam penilaian pendidikan dan ekologi pada tahap perencanaan.
Komponen PRECEDE memung- kinkan peneliti untuk bekerja kebelak- ang dari tujuan akhir (distal outcomes) untuk membuat blueprint (perencanaan) guna mengarahkan pada
penyusunan strategi intervensi. Komponen PROCEED dapat menghasilkan evalua- si termasuk efikasi (keunggulan) metodologi penelitian. Model PRECEDE-PROCEED terdiri dari sembilan langkah, yaitu langkah diagnostik untuk perencanaan program kesehatan (Tahap 1- 5), implementasi (Tahap 6), dan evaluasi (Tahap 7-9). PRECEDE (bagian diagnosa) berakhir pada tahap 5. Selanjutnya PROCEED meliputi implementasi (tahap 6) dan evaluasi (Tahap 7, 8, dan 9). Menurut model PRECEDE-PROCEED penilaian kebutuhan mencakup identifikasi masalah kesehatan (Tahap 1 dan Tahap 2), faktor risiko perilaku dan lingkungan (Tahap 3), faktor yang mempengaruhi perilaku (Tahap 4) serta sumber daya, kebijakan, organisasi dan manajemen (Tahap 5).
Menurut Xxxxxx et al. (1998) penilaian kebutuhan kesehatan adalah metode sistematis untuk mengidentifikasi kebutuhan kesehatan dan pelayanan kesehatan populasi serta membuat perubahan untuk memenuhi kebutuhan. Kegiatan ini mencakup metode epidemiologi dan pendekatan kualitatif untuk menentukan prioritas program kesehatan dengan meng- gabungkan tinjauan klinis, efek-tivitas biaya dan perspektif masyarakat. Penilaian kebutuhan kesehatan menyediakan peluang untuk: (1) menggambarkan pola penyakit pada populasi lokal dan perbedaannya dengan pola penyakit di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun nasional; (2) menganalisis kebutuhan dan prioritas masalah kesehatan penduduk setempat; (3) mengkaji daerah yang tidak terpenuhi kebutuhan kesehatannya dan menyediakan seperangkat tujuan untuk memenuhi kebutuhan; (4) memutuskan secara rasional penggunaan sumber daya untuk meningkatkan kesehatan populasi lokal dengan cara yang paling efektif dan efisien; serta (5) mempengaruhi kebijakan, kerjasama lintas sektor serta prioritas penelitian dan pengembangan. Penilaian kebutuhan kesehatan dapat memfasilitasi partisipasi masya- rakat dalam program kesehatan, meng- hindari pemborosan sumber daya yang terbatas dan memberikan dasar untuk analisis program. Mengingat adanya keterbatasan sumber daya yang tersedia untuk program kesehatan, penilaian kebutuhan kesehatan meru- pakan salah satu pertimbangan penting dalam perencanaan program pem- berdayaan masyarakat bidang kesehat- an pertanyaan perencanaan adalah untuk memahami apa yang diinginkan masyarakat dan apa yang benar-benar diperlukan (Li et al. 2009).
Menurut Xxxxxx et al. (1998) penilaian kebutuhan masyarakat adalah penting dalam perencanaan dan penyediaan layanan kesehatan setempat. Jika penilaian kebutuhan ini diabaikan maka ada bahaya pendekat- an top-down untuk menyediakan layanan kesehatan. Selanjutnya menurut Xxxxx dan Kreuter (2005) keberhasilan program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan memerlukan pemahaman menyeluruh terhadap kebutuhan kesehatan masyarakat, partisipasi aktif masyarak- at, penggunaan sumber daya lokal yang ada,
keikutsertaan stakeholders lokal dan penggabungan beberapa strategi intervensi. Penilaian kebutuhan kesehatan menggambarkan masalah kesehatan populasi dan menentukan prioritas, serta menilai efektivitas penggunaan sumberdaya. Upaya ini memastikan bahwa pelayanan kesehatan menggunakan sumber daya untuk meningkatkan kesehatan populasi dengan cara yang paling efisien (Xxxxxx et al. 1998). Dalam melakukan penilaian kebutuhan masyarakat perlu mengikutsertakan stakeholders. Menurut data yang diunduh dari WHO, keikutsertaan stakeholders membantu anggota masyarakat dan para pengambil keputusan dalam memaha- mi masalah kesehatan komunitas dan mengidentifikasi strategi program kesehatan. Partisipasi masyarakat dan pembuat kebijakan tingkat lokal berperan dalam memfasilitasi akses, kepercayaan dan pelaksanaan program kesehatan potensial.
Glanz dan Xxxxxxx (2002)menyampaikan, cara terbaik merancang program untuk mencapai perubahan perilaku kesehatan adalah memahami mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan dan apa yang memotivasi mereka untuk berubah. Selanjutnya Xxxxx dan Kreuter (2005) menegaskan bahwa alasan perilaku dapat diklasifikasikan ke dalam faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factors). Selanjutnya strategi intervensi lebih responsif dapat dikembangkan untuk masing-masing faktor. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai- nilai dan persepsi yang memfasilitasi atau menghambat perilaku kesehatan
WHO (1998)menjelaskan, perubahan sikap dan perilaku diperlukan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan. Model perubahan perilaku pada tingkat komunitas menurut teori peng- organisasian komunitas (Xxxxxxx dan Tropman, 1987) mencakup tiga model, yaitu: (1) model perencanaan sosial (social planning model), (2) model aksi sosial (social action model), dan (3) model pengembangan lokal (the locality development model). Model pengem- bangan lokal sejalan dengan pemberdayaan masyarakat yang berasumsi bahwa perubahan dalam masyarakat dapat dilakukan melalui partisipasi aktif masyarakat lokal, pengembangan potensi dan sumber- daya lokal, berupaya menumbuhkan motivasi, perencanaan, dan tindakan melalui partisipasi warga masyarakat setempat.
Xxxxxx (1999) menguraikan lima tahapan adopsi inovasi sebagai model perubahan perilaku komunitas yaitu: (1) tahap pengetahuan, terjadi ketika individu memperoleh inovasi dan beberapa pengertian keuntungan dari kegunaan inovasi, (2) tahap persuasi, terjadi ketika individu membentuk sikap menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap inovasi, (3) tahapan keputusan, terjadi ketika individu menggunakan kegiatan yang mengarahkan untuk memilih, menerima atau menolak inovasi, (4) tahap implementasi, terjadi ketika individu mengambil inovasi untuk digunakan, dan (5) tahap penegasan, terjadi ketika individu meminta
penguatan dari keputusan inovasi yang dibuat, tetapi ia dapat melakukan kebalikan atas keputusan sebelumnya jika mendapatkan inovasi yang bertentangan.
Xxxxxx dan Verrinder (2005) menyatakan, proses partisipasi dalam perubahan perilaku adalah sama pentingnya dengan hasil. Sistem Kesehatan Nasional (2012) menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
E.
1. Xxxxx, Xxxxxxxxx. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2007.
2. Departemen Kesehatan RI 2012. Sistem Kesehatan Nasiona. Jakarta.
3. Xxxxxx, Xxxxxx. A, et al, Komunikasi Untuk Kesehatan dan Perubahan Perilaku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1996.
4. Green LW dan Kreuter MW 2005. Health Program Planning: An Educational and Ecological Approach, 4th Edition. McGraw-Hill, New York.
5. Xxxx, Xxxxxxx X. Social Psychology : An Introduction. Xxxxxxxx Xxxx. 1995
6. Xxxxxxx, Xxxx D. J. Promosi Kesehatan, EGC. Jakarta. 2009
7. Xxxxx, Xxxx. Health Psychology. Open University Press. Buckingham. Philadelphia. 1996
8. Xxxxxxxxx, X. X., & Xxxxxxx, W. F. (n.d.). The Transtheoretical Model of Health Behaviour Change. American Journal of Health Promotion, 1997.
9. Xxxxx, Xxxx. Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 1995
10. Sulaeman ES 2013. Model Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan. Surakarta. UNS PRESS ISBN 978-979- 000-000-0 xxx.xxxxxxxx.xxx.xx.xx
11. Velicer, W. F, Xxxxxxxxx, X. X., Xxxx, X. X., Xxxxxx, X. X., & Xxxxxxx, C. A. (1998). Smoking cessation and stress management: Applications of the Transtheoretical Model of behavior change. Homeostasis, 38, 216-233
LATIHAN SOAL & JAWABAN
PETUNJUK SOAL :
Jawablah Soal-Soal Dibawah Ini Dengan Satu Jawaban Yang Paling Benar!
1 | Berikut adalah Visi Kementrian Kesehatan RI 2010-1024 A. Melindungi kesehatan masyarakat B. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat C. Menciptakan tata kelola kepemimpinan yang baik D. Menjamin ketersediaan & pemerataan sumberdaya kesehatan E. Masyarakat yang sehat yang mandiri dan berkeadilan ANSWER: E |
2 | Kebanyakan masyarakat Indonesia memanfatkan layanan kesehatan ketika sakit saja, jika dilihat dari Promosi kesehatan hal yang demikian masyarakat disebut berparadigma: A. Kuratif B. Promotif C. Preventif D. Sehat E. Sakit ANSWER: E |
3 | Masih sedikit masyarakat Indonesia yang memanfatkan layanan kesehatan ketika sehat, jika dipandang dari sudut Promosi kesehatan hal yang demikian masyarakat disebut berparadigma: A. Kuratif B. Promotif C. Preventif D. Sehat E. Sakit ANSWER: E |
4 | Jika ditelusuri melalui natural history of disease & stage of disease prevention, Health promotion termasuk pencegahan: A. Alamiah B. Spesifik C. Tersier D. Skunder E. Primer ANSWER: E |
5 | Berdasarkan sejarah alamiah penyakit dan tingkat pencegahan penyakit, promosi kesehatan lebih tepat dilakukan pada tingkat. A. Stage of susceptibility |
B. Stage of presymtomatic desease C. Clinical horizon D. Stage of clinical disease E. Stage of disability ANSWER: A | |
6 | Dari Primary prevention berikut, manakah yang termasuk promosi kesehatan: A. Immunisasi B. Penjernihan air minum C. Pencegahan kecelakaan D. Senam Osteoporosis E. Pendidikan kesehatan ANSWER: E |
7 | Dilihat perkembangannya, konsep promosi kesehatan pengembangan dari: A. Pendidikan kesehatan B. Deklarasi Alma Ata C. Piagam Ottawa D. PHBS E. UKBM ANSWER: A |
8 | "Perilaku sehat pilar visi Indonesia sehat 2010-2014", hal ini merupakan: A. Keadaan promosi kesehatan Indonesia B. Kegiatan promosi kesehatan Indonesia C. Keberhasilan promosi kesehatan Indonesia D. Ancaman promosi kesehatan Indonesia E. Isu strategi promosi kesehatan Indonesia ANSWER: A |
9 | Terjadinya "Dehumanisasi pelayanan kesehatan" merupakan: A. Keadaan promosi kesehatan Indonesia B. Kegiatan promosi kesehatan Indonesia C. Keberhasilan promosi kesehatan Indonesia D. Ancaman promosi kesehatan Indonesia E. Isu strategi promosi kesehatan Indonesia ANSWER: D |
10 | Berikut Bukan prinsip promosi kesehatan pada individu: A. Berikan materi yang tepat dan khusus B. Susunlah informasi dalam beberapa bagian C. Katakanlah hal yang penting pada permulaan D. Gunakan istilah khusus, kata dan kalimat panjang E. Dapatkan umpan balik untuk meyakinkan mereka mengerti ANSWER: D |
11 | Membina swasana dan lingkungan kondusif bagi terciptanya PHBS masyarakat merupakan: A. Visi promosi kesehatan |
B. Misi promosi kesehatan C. Keberhasilan promosi kesehatan D. Sasaran promosi kesehatan E. Program promosi kesehatan ANSWER: B | |
12 | Memberdayakan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat melalui pengorganisasian dan pemberdayaan masyarakat adalah: A. Visi promosi kesehatan B. Misi promosi kesehatan C. Keberhasilan promosi kesehatan D. Sasaran promosi kesehatan E. Program promosi kesehatan ANSWER: B |
13 | Berikut bukan termasuk prinsip promosi kesehatan yang efektif: A. Sampaikan hal-hal yang tidak diketahui B. Organisasikan bahan-bahan dengan baik C. Variasi cara penyampaian (libatkan semua indra) D. Upaya keterlibatan masyarakat tidak harus maksimum E. Pastikan relevansi dan identifikasi tujuan secara realistik ANSWER: D |
14 | Yang termasuk tujuan advokasi pada prinsip promosi kesehatan masyarakat: A. Meyakinkan B. Layak C. Relevan D. Dukungan kebijakan E. Prioritas tinggi ANSWER: D |
15 | Berikut kegiatan advokasi pada prinsip promosi kesehatan masyarakat: A. Komitmen politik B. Dukungan system C. Dukungan kebijakan D. Dukungan masyarakat E. Lobi politik ANSWER: E |
16 | Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta masyarakat berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal merupakan: A. Sasaran PHBS B. Indikator PHBS C. Tatanan PHBS D. Definisi PHBS E. Tujuan PHBS ANSWER: E |
17 | Sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang/keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat adalah: A. Sasaran PHBS B. Indikator PHBS C. Tatanan PHBS D. Tujuan PHBS E. Definisi PHBS ANSWER: E |
18 | Berikut bukan termasuk tatanan PHBS: A. Rumah tangga B. Sekolah dan tempat kerja C. Tempat-tempat umum D. Fasilitas kesehatan E. Tokoh masyarakat dan tokoh agama ANSWER: E |
19 | Yang termasuk sasaran sekunder dari PHBS adalah: A. Rumah tangga B. Sekolah dan tempat kerja C. Tempat-tempat umum D. Fasilitas kesehatan E. Tokoh masyarakat dan tokoh agama ANSWER: E |
20 | Individu anggota masyarakat, kelompok dalam masyarakat secara keseluruhan diharapkan bisa mempraktekkan PHBS, hal demikian termasuk sasaran PHBS secara: A. Primer B. Skunder C. Tersier D. Mikrosier E. Makrosier ANSWER: A |
21 | Konsep pengembangan promosi kesehatan sejalan dengan perubahan paradigma Public health yaitu berubahnya: A. Gaya hidup, demografi, Kondisi kehidupan dan Lingkungan kehidupan B. Pola pengobatan masyarakat di Desa dan di Kota C. Pola pemulihan masyarakat di Desa dan di Kota D. Pola penyakit masyarakat di Desa dan di Kota E. Jaminan Layanan Kesehatan ANSWER: A |
22 | Prinsip kemitraan/bina swasana pada promosi kesehatan individu/masyarakat: A. Networking B. Advokasi C. Persamaan, Keterbukaan dan Saling menguntungkan D. Pemberdayaan masyarakat |
E. Azas Keadilan ANSWER: C | |
23 | Bukan Prinsip pemberdayaan masyarakat pada promosi kesehatan: A. Menggali kontribusi masyarakat B. Menjalin kemitraan dan desentralisasi C. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat D. Mengembangkan gotong royong masyarakat E. Menghargai dan membina ketergantungan masyarakat ANSWER: E |
24 | Pada prinsip promosi kesehatan masyarakat, peran petugas kesehatan sebagai: A. Fasilitator dan Motivator B. Eksekutor C. Narator D. Donator E. Menggali ketrampilan dan teknologi ANSWER: A |
25 | Dalam pemberdayaan masyarakat, partisipasi masyarakat pada promkes dapat berupa... Kecuali : A. Money B. Material C. Manpower D. Mind/Method E. Manipulative ANSWER: E |
26 | Kegiatan Promosi kesehatan berdasarkan piagam Ottawa dan masih eksis di Indonesia hingga saat ini adalah: A. Strategi masyarakat B. Pengobatan masyarakat C. Advokasi Bina suasana dan Gerakan masyarakat D. Perjuangan masyarakat E. Pengendalian masyarakat ANSWER: C |
27 | Untuk mewujudkan Visi Kementerian Kesehatan RI 2024, arah pengembangan tenaga kesehatan Indonesia sejalan dengan arah pengembangan upaya kesehatan yakni dari tenaga kuratif bergerak ke arah tenaga: A. BLU B. Kontrak C. Promotif dan Preventif D. Rehabilitatif E. Mobilitatif ANSWER: C |
28 | Meskipun telah lewat pembangunan Indonesia masih tetap diarahkan untuk mencapai Visi “Indonesia Sehat 2010” yakni; masa depan bangsa Indonesia yang… Kecuali : |
A. Hidup dalam lingkungan sehat B. Berperilaku hidup bersih dan sehat C. Mampu menjangkau layanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata D. Memiliki derajat kesehatan optimal E. Mendapatkan pengobatan prima ANSWER: E | |
29 | PHBS yang dicanangkan pemerintah RI dan harus dikerjakan oleh masyarakat Indonesia merupakan upaya: A. Promotif dan Preventif B. Rehabilitatif C. Kuratif D. Manipulatif E. Representatif ANSWER: A |
30 | BerIkut bukan indikator promosi kesehatan ber-PHBS di semua tempat-tempat umum (pasar, tempat ibadah, rumah makan dan terminal/stasiun): A. Menggunakan air bersih B. Tidak merokok di tempat umum C. Memberantas jentik nyamuk D. Tidak meludah sembarangan E. Menggosok gigi berlubang ANSWER: E |
31 | Strategi global promosi kesehatan diperkenalkan oleh WHO 1984, strategi pokok untuk mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan yaitu, kecuali : A. Advokasi B. Dukungan Sosial (Social Support) C. Gerakan Masyarakat (Empowerment) D. Biaya yang besar E. Jawaban A, B dan C ANSWER: D |
32 | Identifikasi masalah sosial dapat dilakukan dengan cara... A. Review Literatur B. Delphi method C. Nominal group proses D. Pelayanan data masyarakat E. Brain storming ANSWER: E |
33 | Yang bukan temasuk metode pelatihan dalam strategi pendidikan adalah.. A. Lokakarya B. Studi Kasus C. Sosiodrama D. Demonstrasi E. Pengembangan Masyarakat ANSWER: E |
34 | Dibawah ini yang termasuk metode pelatihan dalam kategori strategi pendidikan kesehatan adalah…… A. Diskusi kelompok kecil B. Sosiodrama C. Studi Kasus D. LKokakarya mini E. Aksi Sunjuk rasa ANSWER: E |
35 | Dalam proses belajar mengajar, alat dan metode pendidikan memegang peranan yang cukup penting. Hal -hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode/strategi pendidikan … A. Menyesuaikan dg tujuan pendidikan B. Importance C. Besarnya kelompok sasaran D. Dapat tidaknya untuk diubah (changeability) E. Semua jawaban diatas benar ANSWER: E |
36 | Bentuk kegiatan advokasi antara lain adalah sebagai berikut, kecuali : A. Lobi politik (political lobbying) B. Seminar dan atau persentasi C. Media D. Perkumpulan (asosiasi) peminat E. Dengan pemaksaan thdp perorangan ANSWER: E |
37 | Di bawah ini teknik – teknik media dalam metode komunikasi dikategori strategi pendidikan kesehatan, kecuali..... A. Media massa B. Alat bantu audio C. Media ceramah D. Televisi pendidikan E. Belajar terpogram ANSWER: C |
38 | Yang dimaksud dalam pertimbangan pemilihan strategi atau metode pendidikan, kecuali: A. Sesuaikan tujuan pendidikan B. Sesuaikan kemauan pihak yang belajar C. Sesuaikan kemampuan pengajar dan pelajar D. Tergantung besarnya kelompok sasaran E. Sesuaikan waktu dan fasilitas yang ada ANSWER: B |
39 | Keefektifan metode ceramah tergantung beberapa hal berikut, kecuali: A. Pembicara menguasai materi B. Mengombinasikan metode – metode variasi C. Memotivasi pendengar D. Dilakukan secara berulang ulang E. Menggunakan media atau alat peraga |
ANSWER: C | |
40 | Berikut merupakan pertimbangan pemilihan strategi atau metode pendidikan, kecuali: A. Tergantung jarak tempuh mencapai tempat pendidikan B. Sesuai dengan kemampuan pengajar dan pihak yang belajar C. Tergantung besarnya kelompok sasaran D. Sesuai waktu dan fasilitas yang ada E. Sesuai tujuan pendidikan ANSWER: A |
41 | Hal – hal yang perlu dikaji dalam merencanakan suatu evaluasi adalah A. Kapan evaluasi dilaksanakan B. Siapa yang akan melaksanakan C. Dimana dilaksanakan D. Cara evaluasi E. Apa yang dilaksanakan ANSWER: A |
42 | Di bawah ini merupakan pertimbangan pemilihan strategi atau metoda pendidikan, kecuali: A. Sesuaikan tujuan pendidikan B. Sesuaikan kasus yang ada C. Tergantung besarnya kelompok sasaran D. Sesuaikan waktu dan fasilitas yang ada E. Sesuaikan dengan kemampuan pengajar dan pihak yang belajar ANSWER: B |
43 | Perubahan perilaku secara sukarela dan batas cakupannya pada perilaku sehat secara langsung disebut: A. Health promotion B. Health education C. Health praktik D. Renval PKM E. Precede ANSWER: B |
44 | Yang termasuk lima tahap dalam menganilis perilaku adalah: kecuali A. Memilih target perilaku B. Mengembangkan penyebab perilaku C. Mencari masalah D. Melihat mudah tidaknya berubah perilaku E. Melihat penting tidaknya perilaku ANSWER: C |
45 | Salah satu syarat yang harus dipenuhi objective goal yang disebut dengan: A. Why B. What C. When D. Where |
E. How much ANSWER: B | |
46 | Sikap yang perlu ditampilkan oleh seorang petugas kesehatan dalam meberikan pelayanan yang bertanggung jawab dan profesional disebut: A. Etika B. Standart profesi X. Norma D. Sopan santun E. Adat ANSWER: A |
47 | Hal-hal yang berkaitan dengan sikap, tindak tanduk seseorang dalam menjalankan tugas profesinya disebut : A. Standart prosedur B. Kode etik profesi X. Kisi-kisi D. Norma E. Hukum Adat ANSWER: B |
48 | Salah satu prinsip utama etik adalah A. Hak asasi B. Bijaksana C. Kebebasan D. Keleluasaan E. Sama rata ANSWER: C |
49 | Tujuan pendekatan perubahan perilaku kesehatan adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat, sehingga mereka menjalani : A. Sikap gotong royong B. Sikap kekeluargaan C. Sikap rukun D. Gaya hidup hemat E. Gaya hidup sehat ANSWER: E |
50 | Contoh mengajarkan gaya hidup sehat pada individu, keluarga dan masyarakat adalah : A. Menghentikan merokok B. Budaya arisan/pengajian C. Pembentukan koperasi D. Pembentukan posyandu E. Pengembangan obat herbal ANSWER: A |
51 | Faktor predisposisi yang mempengaruhi perubahan perilaku seseorang adalah : A. Agama B. Pengetahuan |
C. Usia D. Jenis kelamin E. Pendidikan ANSWER: B | |
52 | Faktor yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang/masyarakat adalah : A. Gaya hidup B. Kebiasaan C. Kemauan D. Fasilitas, sarana E. Niat ANSWER: D |
53 | Faktor-faktor penguat / pendorong perubahan perilaku pada masyarakat adalah : A. dokter puskesmas B. Petugas kesehatan C. Tokoh masyarakat D. Xxxxx X. Bidan/perawat ANSWER: C |
54 | Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perialku seseorang / masyarakat hal ini sesuai dengan teori : A. WHO B. Snehandu C. Skiner D. Peplau E. Xxxxxxxx ANSWER: A |
55 | Perilaku seseorang dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek , hal ini sesuai dengan teori : A. WHO B. Snehandu C. Skiner D. Peplau X. Xxxxxxxx Xxxxx ANSWER: E |
56 | Berikut BUKAN Alasan meningkatkan kesehatan dan keamanan kerja : A. Meningkatkan moral kerja B. Meningkatkan produktifitas C. Menurunkan ketidakhadiran D. Meningkatkan kompensasi pekerja dan klaim asuransi X. Mempertahankan kepatuhan terhadap standar keamanan ANSWER: D |
57 | Berikut termasuk kondisi bahaya lingkungan pekerjaan yang tidak aman A. Jenis pekerjaan |
B. Kesehatan pekerja C. Pencahayaan kurang D. Pengalaman E. Usia dan jenis kelamin ANSWER: C | |
58 | Jenis promosi kesehatan di tempat kerja untuk program kesadaran (meningkatkan pengetahuan dan minat pekerja) kegiatannya dapat berupa: A. Henti merokok, olah raga teratur B. Penyediaan makanan rendah lemak C. Membuat selebaran, seminar, surat kabar D. Kelas aerobic di tempat kerja E. Screening kesehatan ANSWER: C |
59 | Jenis promosi kesehatan di tempat kerja untuk program perubahan perilaku (mengembangkan perilaku lebih sehat) kegiatannya dapat berupa: A. Screening kesehatan B. Kelas aerobic di tempat kerja C. Henti merokok, olah raga teratur D. Penyediaan makanan rendah lemak E. Membuat selebaran, seminar, surat kabar ANSWER: C |
60 | Pengetahuan diterima melalui pancaindra, semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu, semakin banyak & semakin jelas pengertian yang diperoleh, untuk itu dalam Promosi kesehatan diperlukan: A. Alat untuk mempertajam pancaindra B. Alat bantu untuk gangguan pancaindra C. Pancaindra yang banyak D. Alat peragaan pancaindra E. Media/alat bantu Pendidikan kesehatan ANSWER: E |
61 | Menurut teori Kerucut Xxxxx Xxxx prinsip media Promosi kesehatan adalah A. Semakin banyak kata-kata yang digunakan semakin mudah memahami materi B. Semakin banyak tulisan yang digunakan semakin mudah memahami materi C. Semakin banyak rekaman yang digunakan semakin mudah memahami materi D. Semakin banyak sandiwara yang digunakan semakin mudah memahami materi E. Semakin mendekati ke benda asli semakin mudah memahami materi ANSWER: E |
62 | Manfaat / faedah Alat bantu Pendidikan kesehatan: A. Menimbulkan minat tinggi bagi penyuluh kesehatan B. Mencapai dan merangsang penyuluh kesehatan lebih banyak C. Membantu mengatasi hambatan pemahaman penyuluh kesehatan D. Mendorong keinginan penyuluh kesehatan untuk mengetahui materi E. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan dan penerimaan informasi ANSWER: E |
63 | Berikut adalah macam Alat bantu Promosi kesehatan yang relatif lebih ideal: A. Alat bantu lihat (visual aids) B. Alat bantu dengar (audio aids) C. Alat bantu lihat-dengar (AVA) D. Alat bantu lihat-dengar-raba E. Alat bantu lihat-dengar-raba-rasa ANSWER: C |
64 | Agar alat bantu Xxxxxxx/Penkes dapat mencapai sasaran yang optimal, berikut adalah hal-hal Yang tidak perlu diketahui tentang sasaran Penkes (Pendidikan kesehatan): A. Pengetahuan dan pengalaman sasaran B. Kategori kelompok: umur, pendidikan, pekerjaan C. Minat dan perhatian oleh individu atau kelompok D. Adat istiadat, kebiasaan dan bahasa yang digunakan E. Pendapatan/penghasilan dan kekayaan yang dimiliki sasaran ANSWER: E |
65 | Berikut Bukan termasuk tujuan penggunaan alat peraga didalam Promkes adalah: A. Untuk menimbulkan perhatian B. Sebagai alat bantu dalam pelatihan C. Untuk mengingatkan pesan/informasi D. Untuk menjelaskan fakta, prosedur, tindakan E. Sebagai pelengkap agar materi lebih bergaya dan menarik ANSWER: E |
66 | Alat bantu Xxxxxxx yang dibuat sedapat mungkin dapat digunakan oleh: A. Petugas kesehatan B. Kader kesehatan C. Xxxx, toma, toga D. Pamong desa E. Semua jawaban benar ANSWER: E |
67 | Waktu menggunakan AVA pada Xxxxxxx hal berikut hendaknya tidak dilakukan: A. Senyum dan tunjukkan perhatian untuk mencari simpati B. Pandangan mata ke seluruh sasaran agar bisa kontrol C. Gaya bicara atau metode penyampai bervariasi D. Sertakan sasaran memegang/mencoba media E. Gunakan selingan humor sesering mungkin ANSWER: E |
68 | Yang bukan Diskripsi media Promkes/Penkes adalah A. Tema pesan dan Anatomi pesan B. Alasan pemilihan tema pesan dan Profil khalayak sasaran C. Waktu penyebarluasan/memasang media dan Alasan D. Tempat penyebaran media dan Alasannya E. Model atau gaya pesan yang digunakan ANSWER: E |
69 | Penyebab masalah kesehatan di tempat kerja/kecelakaan/penyakit akibat kerja: A. Kurangnya tindakan kuratif di tempat kerja B. Kurangnya fasilitas asesoris di tempat kerja C. Perilaku pekerja yang tidak memenuhi kesehatan D. Kurangnya tindakan rehabilitative di tempat kerja E. Kondisi lingkungan pekerjaan yang aman ANSWER: A |
70 | Yang termasuk sasaran sekunder dari PHBS adalah: A. Rumah tangga B. Sekolah dan tempat kerja C. Tempat-tempat umum D. Fasilitas kesehatan E. Tokoh masyarakat dan tokoh agama ANSWER: E |
71 | Tahapan dari Promosi Kesehatan dimulai dari pengkajian, yaitu.. A. Pengkajian secara kuantitatif B. Pengkajian secara kualitatif C. Pengkajian secara benar dan lengkap D. Pengkajian secara kualitatif dan kuantitatif E. Pengkajian berdasarkan kebutuhan promkes ANSWER: D |
72 | Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan dalam keperawatan dapat dilakukan melalui kegiatan berikut : A. Praktik kerja nyata /PKL B. Hasil belajar C. Kerja kelompok D. Observasi E. Studi kasus ANSWER: A |
73 | Tahap pertama dalam proses perencanaan promosi kesehatan adalah.... A. Analisa data B. Pengkajian C. Menentukan masalah D. Perencanaan E. Evaluasi ANSWER: B |
74 | Untuk memperoleh data kuantitatif dilakukan pengkajian data dengan cara..... A. Melalui sensus penduduk B. Melalui pengobatan massal C. Diskusi panel D. Diskusi kelompok terarah E. Survei cepat ANSWER: E |
75 | Tujuan akhir (out come) dari pengkajian penentuan kebutuhan promosi kesehatan melalui PRECEDE adalah A. Environment B. Health education C. Behavior and life style D. Health E. Quality of life ANSWER: E |
76 | Dilakukan secara bersama-sama dalam proses perencanaan, implementasi dan evaluasi promosi kesehatan: A. Epdemiological diagnosis B. Social Need Assesement C. PRECEDE - PROCEED D. PRECEDE E. PROCEED ANSWER: C |
78 | Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan dalam keperawatan dapat dilakukan melalui kegiatan berikut A. Praktik kerja nyata / PKL B. Hasil belajar C. Kerjasama D. Observasi E. Studi kasus ANSWER: A |
79 | Di bawah ini adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan munculnya kebutuhan promosi kesehatan A. Xxxxxx xxxxxx xxxxxx X. Kurang berpartisipasi C. Kurang beradaptasi D. Kurang pengetahuan E. Kurang solider ANSWER: D |
80 | Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap kebutuhan belajar klien. Salah satu contoh dari pengkajian fisik adalah... A. Bentuk kelompok belajar B. Bentuk sarana belajar C. Status mental D. Status keluarga E. Status perkawinan ANSWER: B |
81 | Upaya promosi kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan untuk memberikan pembelajaran dalam mengatasi masalah kurang pengetahuan tentang PHBS, dapat dilakukan dengan cara di bawah ini... A. Membentuk kelompok sanggar belajar B. Membentuk kelompok pengajian |
C. Menyediakan sarana MCK D. Memberikan edukasi tentang penyakit diare E. Memberikan contoh perilaku hidup bersih ANSWER: E | |
82 | Penilaian terhadap faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang atau masyarakat, merupakan cara identifikasi kebutuhan berdasarkan.... A. Diagnosis sosial B. Diagnosis epidemiologi X. Diagnosis perilaku dan lingkungan D. Diagnosis pendidikan dan organisasi E. Diagnosis administratif dan kebijakan ANSWER: B |
83 | Yang termasuk Diagnosis Lingkungan adalah sebagai berikut : A. Preventoive action B. Importance dan changeability factor lingkungan C. Compliance D. Self care E. Utilisasi ANSWER: B |
84 | Berikut adalah tahapan dalam promosi kesehatan, adalah sebagai berikut : A. Tahap pengkajian, Tahap diagnose, Tahap perencanaan, Tahap implementasi B. Tahap pengkajian,Tahap perencanaan, Tahap implementasi, Tahap evaluasi C. Tahap pengkajian,Tahap diagnose, Tahap perencanaan, Tahap evaluasi D. Tahap pengkajian,Tahap perencanaan, Tahap pelaksanaan, Tahap evaluasi E. Tahap diagnose, Tahap perencanaan, Tahap Implementasi, Tahap evaluasi ANSWER: B |
85 | Pengumpulan data pada tahap pengkajian meliputi 2 sumber,yaitu... A. Sumber primer dan sumber tersier B. Sumber sekunder dan sumber tersier C. Sumber primer dan sumber sekunder D. Semua jawaban salah E. Semua jawaban benar ANSWER: C |
86 | Perencanaan memiliki keuntungan supaya tujuan yang akan dicapai jelas oleh karena itu dalam tahap perencanaan memerlukan, kecuali... A. Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan B. Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai C. Penentuan diagnosa D. Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam pencapaian tujuan E. Evaluasi hasil ANSWER: B |
87 | Model keyakinan kesehatan (Health Belief Model) pertama kali ditemukan oleh ahli. |
A. Resenstock (1966) B. Fishbein (1989) C. Bandura (1977) D. Me Guile (1964) E. Proschiska (1983) ANSWER: A | |
88 | Model promosi kesehatan yang didasari oleh keyakinan atau kepercayaan individu tentang perilaku sehat maupun pengobatan yang bisa membuat diri individu tersebut sehat atau sembuh adalah : A. Model Keyakinan Kesehatan (Health Belief Model) B. Model Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) C. Model Berharap (Transteoritical Model) D. Model Pemahamana Sosial (Social Learning Theory) E. Model Stress Adaptasi (Stess Adaptation) ANSWER: A |
89 | Salah satu komponen Model Keyakinan Kesehatan (Health Belief Model) dimana individu adanya perasaan keseriusan terhadap suatu penyakit (misal kematian, cacat) termasuk pada komponen. A. Preceived Susceptibility B. Preceived Severity C. Preceived Benefits D. Preceived Baries E. Preceived Threat ANSWER: B |
90 | Kelebihan model keyakinan kesehatan ( Health Belief Model) salah satunya adalah A. Model keyakinan kesehatan untuk masyarakat kelas atas B. Model keyakinan hanya untuk individu resiko tinggi C. Model keyakinan kesehatan mudah digunakan D. Model keyakinan kesehatan sulit dibaca oleh responden X. Model keyakinan bersifta random ANSWER: C |
91 | Model Keyakinan kesehatan (Health Belief Model) telah banyak digunakan untuk memahami perilaku sehat. Hal-hal yang bisa diaplikasikan dalam HBM adalah A. Perilaku sehat yang bersifat preventif B. Perilaku sehat yang bersifat kuratif C. Perilaku sehat yang bersifat rehabilitatif D. Perilaku sehat yang bersifat evaluatif E. Perilaku sehat yang bersifat progresif ANSWER: A |
92 | Teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang yang berubah berdasarkan hasil dari keyakinan, sikap, kehendak dan perilaku dalam model promkes disebut. A. Model Keyakinan Kesehatan (Health Belief Model) B. Model Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) |
C. Model Berharap (Transteoritical Model) D. Model Pemahamana Sosial (Social Learning Theory) E. Model Stress Adaptasi (Stess Adaptation) ANSWER: B | |
93 | Model promosi kesehatan sebab akibat (Teori of Reasoned Action) dikemukakan A. Resenstock (1966) B. Fishbein (1989) C. Bandura (1977) D. Me Guile (1964) E. Proschiska (1983) ANSWER: B |
94 | Komponen perilaku menurut Model tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action ) A. Keyakinan terhadap perilaku, norma, sikap B. Kontampleksi, persiapan, pemeliharaan C. Respon, aksi, reaksi D. Pengkajian, perencanaan, diagnosa E. Xxxxxxxx, aksi, evaluasi ANSWER: A |
95 | Komponen dari perilaku menurut Model tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action) adalah norma subjektif yang di maksud norma subjektif adalah A. Keluarga & teman terdekat B. Petugas kesehatan C. Aparat masyarakat D. Aparat pemerintah E. Individu ANSWER: A |
96 | Aplikasi Theory of Reasoned Action dalam perilaku preventif dalam masyarakat meliputi : A. Merokok, alkohol, pencegahan AIDS, napza B. Kesling C. Jamban sehat D. Perumahan sehat E. Ternak sehat ANSWER: A |
97 | Model promosi kesehatan, dimana perubahan perilaku atas kesiapan individu untuk memiliki tindakan yang lebih sehat melalui 5 tahapan perubahan, model ini adalah : A. Model Keyakinan Kesehatan (Health Belief Model) B. Model Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) C. Model Berharap (Transteoritical Model) D. Model Pemahamana Sosial (Social Learning Theory) E. Model Stress Adaptasi (Stess Adaptation) ANSWER: C |
98 | Tahapan perubahan perilaku pada individu untuk dapat berubah ke arah perilaku sehat menurut Model berharap (Transteortical Model) adalah A. Aksi, reaksi, respon, tindakan B. Xxxxxxxx, aksi, self efficacy C. Perceive, susceptibility, severity, benefit D. Stimulus, respon, evaluasi E. Pra konstemplasi, kontemplasi, perisapan, aksi, pemeliharaan ANSWER: E |
99 | Pada tahapan perubahan model Transteoritikal model dimana seseorang tidak peduli untuk melakukan aksi terhadap masa depan yang dapat diperkirakan A. Pra kontemplasi B. Kontemplasi C. Persiapan D. Aksi E. Pemeliharaan ANSWER: A |
100 | Merupakan tahapan terakir tahap pada Model berharap ( Transteoritical model) dimana seseorang berupaya mencegah munculnya perilaku yang tidak diinginkan adalah A. Pra kontemplasi B. Kontemplasi C. Persaipan D. Aksi E. Pemeliharaan ANSWER: E |
101 | Strategi promosi kesehatan dengan sasaran individu/kelompok yang berpengaruh terhadap sasarn primer, bertujuan : A. Dukungan sosial B. Advokasi C. Mobilisasi D. Pemberdayaan masyarakat E. Bina sosial ANSWER: A |
102 | Tahap dimana seseorang melakukan aksi dengan modifikasi spesifik pada gaya hidupnya selama 6 bulan terakhir. Pada tahap ini pada teori Model berharap ( Transteoritical model) masuk dalam tahapan: A. Pra kontemplasi B. Kontemplasi C. Persaipan D. Aksi E. Pemeliharaan ANSWER: D |
103 | Deteksi dini dan imunisasi merupakan contoh upaya pendidikan kesehatan dalam ruang lingkup : A. Promotif |
B. Preventif C. Kuratif D. Rehabilitatif E. Edukatif ANSWER: B | |
104 | Menurut ruang lingkup pendidikan kesehatan berdasarkan tingkat pelayanan (Leavel& Clark), yang merupakan level 1 A. Promosi Kesehatan B. Perlindungan khusus C. Diagnosis dini dan pengobatan segera D. Pembatasan kecacatan E. Rehabilitasi ANSWER: A |
105 | Level/tingkat 3 menurut ruang lingkup pendidikan kesehatan berdasarkan tingkat pelayanan (Leavel& Clark) adalah : A. Promosi Kesehatan B. Perlindungan khusus C. Diagnosis dini dan pengobatan segera D. Pembatasan kecacatan E. Rehabilitasi ANSWER: C |
106 | Standart pendidikan ini dipengaruhi oleh faktor materi, lingkungan dan instrumen : A. Input B. Proses C. Output D. Out come E. Feedback ANSWER: B |
107 | Sasaran yang punya masalah diharapkan mau dan mampu Berperilaku hidup sehat, merupakan sasaran pendidikan kesehatan : A. Primer B. Sekunder C. Tertier D. Khusus E. Kelompok ANSWER: A |
108 | Dalam melaksanakan pendidikan kesehatan akan optimal bila dikakukan melalui tahap-tahap kerangka kerja dalam pengembangan pendidikan kesehatan . Merupakan tahap I adalah : A. Perencanaan dan pemilihan strategi B. Memilih sasaran dan metode/media C. Megembangkan materi dan uji coba D. Implementasi E. Menguji efektifitas |
ANSWER: A | |
109 | Mengembangkan materi dan uji coba dalam kerangka kerja dalam mengembangkan pendidikan kesehatan merupakan tahap : A. I B. II C. III D. IV E. V ANSWER: C |
110 | Pendidikan kesehatan diperlukan pada kelompok orang tua agar menyadari/melakukan hal baik yang mewariskan kesehatan yang baik pada keturunan mereka, hal ini merupakan peran pendidikan kesehatan dalam : A. Kesehatan masyarakat B. Lingkungan C. Faktor perilaku D. Faktor herediter E. faktor pelayanan kesehatan ANSWER: D |
111 | Peran ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan agar “Melek Kesehatan” (Healh literay), merupakan peran pendidikan kesehatan dalam : A. Kesehatan masyarakat B. Lingkungan C. Faktor perilaku D. Faktor herediter E. faktor pelayanan kesehatan ANSWER: C |
112 | Metode penyuluhan yang dilakukan dengan penuturan/penjelasan lisan secara langsung adalah : A. Seminar B. Wawancara C. Ceramah D. Diskusi kelompok E. Simulaso ANSWER: C |
113 | Media pembelajaran berupa buku kecil yang berisi tulisan /gambar atau keduanya disebut A. Leaflet B. Booklet C. Flyer D. Poster E. Billboard ANSWER: B |
114 | Media berupa papan besar (2x2 mtr) berisi tulisan dan atau gambar yang ditempatkan di pinggir jalan yang dapat dilihat oleh pengguna jalan : A. Spanduk B. Poster X. Xxxx xxxxx D. Buletin board E. Flyer ANSWER: C |
115 | Strategi promosi kesehatan dengan sasaran pengambil keputusan dari berbagai sektor yang terkat (sasaran tersier) bertujuan sebagai : A. Dukungan sosial B. Advokasi C. Mobilisasi D. Pemberdayaan masyarakat E. Bina sosial ANSWER: B |