PERJANJIAN
PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PERIODE I TAHUN ANGGARAN 2020
NOMOR: 538-Int-KLPPM/Untar/V/2020
Pada hari ini Senin tanggal Empat bulan Mei tahun Dua ribu duapuluh yang bertanda tangan dibawah ini:
1. Nama : Xxx Xxx Xxxx, Ph.D
Jabatan : Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Alamat : Xx. Xxxxxx X. Xxxxxx Xx. 0 Xxxxxxx Xxxxx 00000
selanjutnya disebut Pihak Pertama
2. Nama : Xxxxx Xxxxxxx, S.E., X.Xx., Ak., CA Jabatan : Dosen Tetap
Fakultas : Ekonomi
Alamat : Xx. Xxxxxxx Xxxxx Xxxxx, Xx. 0 Xxxxxxx Xxxxx 00000
Bertindak untuk diri sendiri dan atas nama anggota pelaksana Pengabdian Kepada Masyarakat:
a. Nama : Xxxxx Xxxxx Xxxx,S.E., X.Xx., Ak., CA Jabatan : Dosen Tetap
b. Nama : Xxxxxxx Xxxxx, S.E., M.M., Ak., C.A., CPA., CPMA., ACPA Jabatan : Dosen Tetap
selanjutnya disebut Pihak Kedua
Pihak Pertama dan Pihak Kedua sepakat mengadakan Perjanjian Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat sebagai berikut:
Pasal 1
(1). Pihak Pertama menugaskan Pihak Kedua untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat atas nama Universitas Tarumanagara dengan judul “Penerapan Sistem Internal Control sebagai Alat Untuk Meningkatkan Sistem Pelaporan Keuangan Dan Fungsi Internal Audit Di PT Felixindo Rubber Berkarya”
(2). Biaya pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas dibebankan kepada Pihak Pertama melalui anggaran Universitas Tarumanagara.
(3). Besaran biaya pelaksanaan yang diberikan kepada Pihak Kedua sebesar Rp 9.000.000 (Sembilan juta rupiah), diberikan dalam 2 (dua) tahap masing-masing sebesar 50%.
(4). Pencairan biaya pelaksaaan Tahap I akan diberikan setelah penandatangangan Perjanjian Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat.
(5). Pencairan biaya pelaksanaan Tahap II akan diberikan setelah Pihak Kedua melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, mengumpulkan laporan akhir, logbook, laporan pertanggungjawaban keuangan dan luaran/draf luaran.
(6). Rincian biaya pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) terlampir dalam Lampiran Rencana dan Rekapitulasi Penggunaan Biaya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam perjanjian ini.
Pasal 2
(1). Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat akan dilakukan oleh Pihak Kedua sesuai dengan proposal yang telah disetujui dan mendapatkan pembiayaan dari Pihak Pertama.
(2). Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam Periode I, terhitung sejak Januari-Juni Tahun 2020
Pasal 3
(1). Pihak Pertama mengadakan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh Pihak Kedua.
(2). Pihak Kedua diwajibkan mengikuti kegiatan monitoring dan evaluasi sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh Pihak Pertama.
(3). Sebelum pelaksanaan monitoring dan evaluasi, Pihak Kedua wajib mengisi lembar monitoring dan evaluasi serta melampirkan laporan kemajuan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dan logbook.
(4). Laporan Kemajuan disusun oleh Pihak Kedua sesuai dengan Panduan Pengabdian Kepada Masyarakat yang telah ditetapkan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
(5). Lembar monitoring dan evaluasi, laporan kemajuan dan logbook diserahkan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.
Pasal 4
(1). Pihak Kedua wajib mengumpulkan Laporan Akhir, Logbook, Laporan Pertanggungjawaban Keuangan, dan luaran/draf luaran.
(2). Laporan Akhir disusun oleh Pihak Kedua sesuai dengan Panduan Pengabdian Kepada Masyarakat yang telah ditetapkan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
(3). Logbook yang dikumpulkan memuat secara rinci tahapan kegiatan yang telah dilakukan oleh Pihak Kedua dalam pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat
(4). Laporan Pertanggungjawaban yang dikumpulkan Pihak Kedua memuat secara rinci penggunaan biaya pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat yang disertai dengan bukti-bukti.
(5). Luaran Pengabdian Kepada Masyarakat yang dikumpulkan kepada Pihak Kedua berupa luaran wajib dan luaran tambahan.
(6). Luaran wajib hasil Pengabdian Kepada Masyarakat berupa artikel ilmiah yang dipublikasikan di Senapenmas, jurnal ber-ISSN atau prosiding internasional.
(7). Luaran tambahan hasil Pengabdian Kepada Masyarakat berupa publikasi di media massa, HKI, dan luaran lainnya (Teknologi Tepat Guna, Model, Purwarupa (prototype), Karya Desain/Seni/Kriya/Bangunan dan Arsitektur), Produk Terstandarisasi, Produk Tersertifikasi, Buku ISBN, dan Video Kegiatan.
(8). Draft luaran wajib dibawa pada saat dilaksanakan Monitoring dan Evaluasi (Monev) PKM.
(9). Batas waktu pengumpulan Laporan Akhir, Logbook, Laporan Pertanggungjawaban Keuangan, dan luaran adalah Juni 2020
Pasal 5
(1). Apabila Pihak Kedua tidak mengumpulkan Laporan Akhir, Logbook, Laporan Pertanggungjawaban Keuangan, dan Luaran sesuai dengan batas akhir yang disepakati, maka Pihak Pertama akan memberikan sanksi.
(2). Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) proposal pengabdian kepada masyarakat pada periode berikutnya tidak akan diproses untuk mendapatkan pendanaan pembiayaan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Pasal 6
(1). Apabila terjadi perselisihan menyangkut pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah.
(2). Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, keputusan diserahkan kepada Pimpinan Universitas Tarumanagara.
(3). Keputusan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini bersifat final dan mengikat.
Demikian Perjanjian Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dibuat dengan sebenar- benarnya pada hari, tanggal dan bulan tersebut xxxxxx xxxxx xxxxxx 0 (xxxx), yang masing- masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Pihak Pertama
Jap Tji Beng, Ph.D.
Pihak Kedua
Xxxxx Xxxxxxx, S.E., X.Xx., Ak., CA
LAPORAN AKHIR
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT YANG DIAJUKAN
KE LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PENERAPAN SISTEM INTERNAL CONTROL SEBAGAI ALAT UNTUK MENINGKATKAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN DAN FUNGSI INTERNAL AUDIT DI PT FELIXINDO RUBBER BERKARYA
Disusun oleh:
Ketua Tim
Xxxxx Xxxxxxx, S.E., X.Xx., Ak., CA. (0327097505 / 10199017)
Anggota:
Xxxxx Xxxxx Xxxx, S.E., X.Xx., Ak., CA. (0327097502 / 10199015)
Xxxxxxx Xxxxx, S.E., M.M., Ak., C.A., CPA., CPMA., ACPA. (0316067002 / 10195010)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA
2020
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Periode 1/Tahun 2020
1. Judul : Penerapan Sistem Internal Control Sebagai Alat Untuk Meningkatkan Sistem Pelaporan Keuangan dan Fungsi Internal Audit di PT Felixindo Rubber Berkarya
2. Nama Mitra PKM : PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya
3. Ketua Tim PKM
a. Nama dan gelar : Xxxxx Xxxxxxx, S.E., X.Xx., Ak., CA.
b. NIDN/NIK : 0327097505 / 10199017
c. Jabatan/gol. : Lektor
d. Program studi : Akuntansi
e. Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
f. Bidang keahlian : Akuntansi Biaya dan Akuntansi Keuangan
g. Alamat kantor : Tanjung Duren Utara No. 1, Jakarta Barat
h. Nomor HP/Tlp 085608263478
4. Anggota Tim PKM (Dosen)
a. Jumlah anggota : Dosen 2 orang
b. Nama anggota 1/Keahlian : Xxxxx Xxxxx Xxxx, S.E., X.Xx., Ak., CA. / Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
c. Nama anggota 2/Keahlian : Xxxxxxx Xxxxx, S.E., M.M., Ak., C.A., CPA., CPMA., ACPA. / Audit, Sistem Informasi Akuntansi
5. Anggota Tim PKM (Mahasiswa) : Mahasiswa 1 orang
a. Nama mahasiswa dan NIM : Xxxxxxx Xxxxxxx (125180457)
6. Lokasi Kegiatan Mitra :
a. Wilayah mitra : Xx. Xxxx Xxxxxx Xx. 0, Xxxxxxxx Xxxxx
b. Kabupaten/kota : Bekasi
c. Provinsi : Bekasi
d. Jarak PT ke lokasi mitra : 24 km
7. Luaran yang dihasilkan : Modul, Poster, dan Publikasi
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : Xxxxxxx 0 (Xxxxxxx-Xxxx)
0. Xxxxx yang disetujui LPPM : Rp. 9.000.000
Xxxxxxx, 00 Xxxx 0000
Xxxxxxxxxx,
Xxxxx Xxxxxxxx Ekonomi dan Bisnis Ketua
Xx. Xxxxxxx Xxxxxxxxxxx, S.E., M.M., MBA. Xxxxx Xxxxxxx, S.E., X.Xx., Ak., CA. NIDN/NIK: 0301126203 / 10191025 NIDN/NIK: 0327097505 / 10199017
Menyetujui
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Jap Tji Beng, Ph.D NIDN/NIK: 0323085501/10381047
ii
RINGKASAN
PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya adalah perusahaan industri keluarga yang baru berkembang. Perusahaan memproduksi berbagai variasi produk karet untuk berbagai jenis industri. Permasalahan yang ditemukan saat survei pendahuluan pada tanggal 18 Januari 2020 adalah pemilik kurang fokus ke bidang administrasi, karyawan bagian administrasi yang kurang kompeten, belum digunakannya software akuntansi yang memadai, belum adanya pemisahan fungsi yang memadai, belum adanya kesadaran dari anggota organisasi akan pentingnya pengendalian, dan belum adanya fungsi internal audit pada perusahaan. Temuan ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal perusahaan masih lemah yang dapat mengakibatkan laporan keuangan menjadi tidak akurat, monitoring proses operasi tidak terpantau dengan baik, tujuan perusahaan ada yang tidak tercapai, aset perusahaan tidak aman, dan terjadi ketidakefisienan dalam kegiatan operasi perusahaan. Selanjutnya kami mempersiapkan materi mengenai internal control dan audit internal agar sistem pengendalian internal perusahaan dapat lebih baik sehingga kelemahan yang ditemukan dapat diminimalisir. Materi tersebut kami berikan sebanyak 3 kali pertemuan yang diadakan di PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya, yaitu setiap hari Sabtu pada tanggal: 15 Februari 2020, 22 Februari 2020, 29 Februari 2020 dan pertemuan ke-4 pada tanggal 7 Maret 2020 kami mengevaluasi penerapan dari pelatihan yang telah kami berikan sebelumnya. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa perusahaan telah mulai menerapkan sistem pengendalian internal dan juga membentuk fungsi internal audit. Selain itu, perusahaan juga telah mulai menggunakan software akuntansi. Kegiatan ini akan diakhiri dengan membuat modul dan publikasi sebagai luaran, juga menyusun laporan akhir maupun laporan keuangan atas kegiatan yang telah kami lakukan. Seluruh kegiatan ini dilakukan sejak bulan Januari sampai dengan bulan Agustus 2020.
Kata kunci: Internal control, Internal audit
PRAKATA
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah terlaksananya kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di PT Felixindo Rubber Berkarya yang terletak di Xx. Xxxx Xxxxxx Xx. 0, Xxxxxxxx Xxxxx. Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini para dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tarumanagara memberikan pelatihan mengenai penerapan sistem internal control sebagai alat untuk meningkatkan sistem pelaporan keuangan dan fungsi internal audit di PT Felixindo Rubber Berkarya.
Untuk tahap awal sebelum diberikan pelatihan, akan dilakukan survei pendahuluan untuk mengetahui apa permasalahan yang dihadapi oleh mitra. Selanjutnya, disiapkan modul mengenai penerapan sistem internal control sebagai alat untuk meningkatkan sistem pelaporan keuangan dan fungsi internal audit. Modul ini diharapkan akan mempermudah perusahaan memahami penerapan sistem internal control dan fungsi internal audit.
Kami menyadari bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan ini masih jauh dari sempurna. Untuk ini setiap kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami hingga terselenggaranya kegiatan ini, yaitu: Rektor Universitas Tarumanagara, LPPM Universitas Tarumanagara, Dekan serta segenap pimpinan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tarumanagara, PT Felixindo Rubber Berkarya, dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Jakarta, 21 Juli 2020 Xxx Xxxxxxxxx
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL. . . . . . . . i HALAMAN PENGESAHAN. . . . . . . ii
RINGKASAN. . . . . . . . . iii
PRAKATA. . . . . . . . . . iv
DAFTAR ISI. . . . . . . . . . v
DAFTAR LAMPIRAN. . . . . . . . vi
BAB I PENDAHULUAN. . . . . . . . 1
1.1 Analisis Situasi. . . . . . . . 1
1.2 Permasalahan Mitra. . . . . . . 2
BAB II SOLUSI PERMASALAHAN DAN LUARAN. . . . 6
2.1 Solusi Permasalahan. . . . . . . 6
2.2 Luaran Kegiatan PKM. . . . . . . 8
BAB III METODE PELAKSANAAN. . . . . . 9
3.1 Langkah-Langkah/Tahapan Pelaksanaan. . . . 9
3.2 Partisipasi Mitra dalam Kegiatan PKM. . . . . 9
3.3 Kepakaran dan Pembagian Tugas Tim. . . . . 9
BAB IV HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI. . . . 12
4.1 Hasil Yang Dicapai. . . . . . . 12
4.2 Luaran Yang Dicapai. . . . . . . 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. . . . . . 15
5.1 Kesimpulan. . . . . . . . 15
DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . 16
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Materi Yang Disampaikan Ke Mitra Lampiran 2. Foto
Lampiran 3. Luaran Wajib: Draft Artikel
Lampiran 4. Daftar Hadir Sosialisasi Kegiatan PKM Lampiran 5. Daftar Hadir Pelatih
Lampiran 6. Daftar Hadir Peserta Lampiran 7. Kuesioner
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya adalah sebuah perusahaan keluarga yang berdiri sejak tahun 2000. Perusahaan didirikan oleh Xxxxx Xxxxx Xxxxxxx dengan modal yang relatif kecil yaitu kurang dari Rp 50.000.000. Pada awal berdiri, perusahaan hanya memiliki workshop yang berlokasi di daerah Kapuk Raya. Luas workshop saat itu hanya seluas 300 m2. Saat itu perusahaan hanya memiliki satu mesin produksi karet yang sangat sederhana. Jumlah karyawan perusahaan hanya berjumlah lima orang dan semuanya di bidang produksi.
Pada masa awal berdiri semua karyawan terfokus pada bidang produksi. Tujuan perusahaan saat itu adalah bagaimana cara untuk mendapatkan order. Order pertama diterima dari sahabat dekat Xxxxx Xxxxx yaitu order untuk membuat alas karet untuk penyanggah kursi sofa. Sejak itu perusahaan hanya menerima pesanan dari industri furniture untuk membuat karet penyanggah untuk produk furniture seperti alas karet untuk meja, kursi, dan lemari.
Pesanan ini sebagian besar diperoleh dari kerabat dan para kenalan dari owner perusahaan yaitu Xxxxx Xxxxx Xxxxxxx. Oleh karena mutu produk yang dihasilkan cukup memuaskan para pelanggan maka mulailah beberapa pabrik lain memesan barang dari perusahaan. Perusahaan mulai menerima pesanan dari industri lain selain industri furniture. Seiring dengan berjalannya waktu, pesanan mulai banyak dan produksi yang semula hanya dilakukan dengan menggunakan satu mesin produksi mulai berkembang. Perusahaan mulai menambah beberapa mesin baru untuk melayani order yang mulai berdatangan.
Beberapa tahun belakangan ini perusahaan berkembang cukup pesat seiring dengan perkembangan industri mesin-mesin pabrik dan juga perkembangan industri otomotif. Perusahaan mulai menerima berbagai macam order untuk berbagai variasi produk karet yang digunakan untuk berbagai jenis industri. Dengan semakin banyaknya order yang diterima oleh perusahaan maka perusahaan mulai memperluas tempat industrinya dan memindahkan lokasi produksinya ke daerah Bekasi.
Saat ini perusahaan telah memproduksi berbagai jenis barang-barang karet untuk keperluan industri, otomotif, dan rumah tangga seperti karet bellows, karet ebonit, karet expansion joint, karet fender, karet lining, karet O ring, karet karpet, karet kaki meja, dan karet komponen audio. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, perusahaan mulai merasakan
adanya ketertinggalan dalam bidang administrasi terutama yang berkaitan dengan laporan keuangan dan internal control perusahaan.
1.2 Permasalahan Mitra
Setelah dilakukan survey ke PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang terkait dengan pelaporan keuangan dan internal control perusahaan. Dalam mengidentifikasikan masalah-masalah ini akan dikaitkan dengan konsep internal control dan konsep COSO (Committe On Sponsoring Organization, 2013) yang ada. Masalah-masalah yang dapat teridentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Pemilik kurang fokus ke bidang administrasi.
Dari hasil survey dan wawancara dengan pemilik dan karyawan dapat kami identifikasikan bahwa fokus pemilik dalam menjalankan perusahaan ini sangat terfokus pada bagaimana cara untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan yang ada. Pemilik kurang memperhatikan aspek administrasi dan laporan karena pertama latar belakang pemilik bukan administrasi dan juga menganggap bahwa itu bukan bidangnya dan sudah diserahkan ke bagian administrasi untuk menanganinya.
Hal ini juga berakibat membuat pandangan karyawan bahwa administrasi tidak penting dan yang penting adalah bagaimana menghasilkan penjualan yang sebesar mungkin. Sesuai dengan konsep COSO (2013) dimana salah satu elemen penting COSO adalah lingkungan pengendalian dan monitoring. Lingkungan pengendalian yang baik akan mengakibatkan elemen lain dalam COSO menjadi lebih baik sehingga proses monitoring proses operasi dapat dipantau dengan baik dan tepat.
b. Karyawan bagian administrasi yang kurang kompeten.
Jika dilihat dari sejarah berdirinya perusahaan dimana awalnya perusahaan hanya workshop kecil yang menerima order hanya dari kerabat dekat, hal ini mengakibatkan proses rekruitmen karyawan administrasi tidak melalui proses rekruitmen yang seharusnya. Sebagian besar karyawan diterima bekerja hanya karena unsur relasi dan kenalan tanpa memperhatikan faktor kompetensi yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi ditemukan bahwa hampir sebagian besar karyawan administrasi (akuntansi, finance, budget, dan administrasi) tidak mempunyai pengetahuan yang cukup terkait dengan pekerjaan mereka. Para karyawan administrasi ini melakukan pekerjaan secara rutin terus menerus sepanjang tahun tanpa adanya peningkatan pengetahuan. Dalam konsep internal control (COSO, 2013) dijelaskan bahwa salah satu
syarat atau elemen tercapainya tujuan internal control yang baik adalah adalah karyawan yang cakap dan kompeten.
Dengan adanya karyawan yang kompeten akan sangat membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Seperti diketahui, karyawan adalah aset perusahaan yang sangat berperan dalam menunjang keberhasilan suatu perusahaan. Sebaik apapun sarana dan prasarana perusahaan, jika tidak ada karyawan yang kompeten maka kemungkinan besar perusahaan akan gagal dalam mencapai tujuannya. Jadi unsur karyawan ini merupakan unsur yang fatal bagi perusahaan.
c. Belum digunakannya software akuntansi yang memadai.
Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa proses penyusunan laporan keuangan hanya menggunakan program Excel yang kurang memadai untuk menangani seluruh transaksi keuangan perusahaan. Hal ini mengakibatkan laporan keuangan selalu terbit terlambat dan efeknya pengambilan keputusan menjadi tidak tepat dan akurat. Selain keterlambatan laporan keuangan, hasil ketepatan angka yang ada di dalam laporan keuanganpun menjadi dipertanyakan. Angka di laporan keuangan menjadi diragukan kebenarannya.
Jaman sekarang dimana semakin banyaknya transaksi dan variasi dari transaksi yang semakin bervariasi mengakibatkan diperlukannya suatu software untuk mencatat transaksi perusahaan yang terjadi. Tidak adanya alat bantu program akuntansi ini mengakibatkan pekerjaan menjadi sangat lambat dan kemungkinan timbulnya human error semakin besar dan banyak. Dengan adanya suatu sistem informasi akuntansi yang memadai, yang cocok untuk perusahaan mengakibatkan proses penyusunan laporan keuangan menjadi lebih cepat dan risiko human error menjadi kecil.
d. Belum adanya pemisahan fungsi yang memadai.
Fungsi-fungsi yang ada di dalam perusahaan tidak dipisahkan. Beberapa fungsi yang secara teori harus dipisahkan ternyata tidak dipisahkan. Beberapa fungsi yang dirangkap antara lain: perangkapan fungsi antara fungsi akuntansi dan keuangan, adanya perangkapan fungsi antara fungsi penjualan dan otorisasi transaksi penjualan, adanya perangkapan fungsi antara fungsi gudang dan fungsi pencatatan gudang, adanya perangkapan fungsi antara fungsi keuangan dengan pembelian.
Perangkapan fungsi ini akan mengakibatkan tujuan dasar internal control (Xxxxxxxx, et al., 2015) yaitu: keamanan aset perusahaan, keandalan informasi akuntansi, mendorong efisensi dan ditaatinya kebijakan dan peraturan yang ada tidak dapat tercapai. Secara teori fungsi- fungsi yang ada di dalam perusahaan dapat dibagi menjadi lima fungsi dasar yaitu fungsi otorisasi, fungsi pengawasan, fungsi pencatatan, fungsi pelaksanaan, dan fungsi
penyimpanan. Kelima fungsi tersebut sedapat mungkin tidak digabung atau dirangkap. Perangkapan fungsi yang ada dapat melemahkan accounting control perusahaan yaitu: Laporan keuangan perusahaan tidak dapat dipercaya kebenarannya dan juga aset perusahaan dapat hilang.
Selain accounting control, hal ini juga akan menyebabkan lemahnya administrative control yaitu timbul ketidakefisienan dan kebijakan yang telah ada tidak ditaati. Pada perusahaan ini banyak sekali terdapat perangkapan fungsi yang tidak disadari oleh perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena masih banyaknya karyawan yang masih memiliki hubungan saudara dengan pemilik sehingga perusahaan menganggap hal ini bukan merupakan masalah yang serius. Prinsip internal control tidak memandang siapa orang yang menduduki jabatan tersebut tetapi lebih ditekankan pada fungsi yang tidak boleh digabungkan tanpa melihat siapa personilnya.
e. Belum adanya kesadaran dari anggota organisasi akan pentingnya pengendalian.
Tidak adanya tone at the top mengakibatkan tidak adanya kesadaran dari para anggota perusahaan akan pentingnya pengendalian (internal control). Para karyawan menganggap internal control merupakan suatu hal asing yang akan menyusahkan mereka, yang akan membuat birokrasi bertambah. Hal ini juga didukung oleh sikap manajemen yang acuh tak acuh terhadap internal control perusahaan. Hal ini mengakibatkan lemahnya internal control yang ada di perusahaan dan kembali efek fatalnya adalah tujuan internal control di atas tidak akan tercapai.
Sesuai dengan konsep COSO (2013), salah satu unsur dasar dalam COSO adalah tone at the top (lingkungan pengendalian). Dengan adanya tone at the top ini mengakibatkan semua anggota organisasi akan taat dan tunduk terhadap internal control yang ada karena pemimpin memberikan contoh dalam semua tindakan dan perbuatannya untuk mentaati internal control yang ada.
f. Belum adanya fungsi internal audit pada perusahaan.
Fungsi internal audit di dalam perusahaan tidak ada dan juga perusahaan belum pernah melakukan external audit selama ini. Hal ini mengakibatkan laporan keuangan yang dihasilkan selama ini tidak dijamin kewajaran dan keakuratannya. Yang dimaksud disini bukan berarti semua perusahaan harus ada bagian internal audit tetapi yang dimaksud disini adalah fungsi internal audit yang harus ada.
Fungsi internal audit adalah semacam fungsi konsultan yang harus ada dalam perusahaan untuk memperbaiki proses operasi perusahaan yang kurang baik. Selain itu internal audit
juga berfungsi untuk mengawasi proses pembuatan laporan keuangan sehingga hasil laporan keuangan dapat lebih dipertanggungjawabkan.
BAB II
SOLUSI PERMASALAHAN DAN LUARAN
2.1 Solusi Permasalahan
Untuk mengatasi kelemahan yang kami temukan dalam survey pendahuluan, maka kami akan memberikan pelatihan mengenai penerapan sistem pengendalian internal dan audit internal. Dengan pelatihan ini diharapkan semua pihak di PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya dapat memahami bahwa dengan tidak ditaatinya pengendalian internal dapat menyebabkan tidak akuratnya laporan keuangan yang pada akhirnya dapat membahayakan kelangsungan hidup perusahaan serta tidak berjalannya fungsi audit internal. Dengan berakhirnya pelatihan yang kami berikan diharapkan perusahaan dapat mengatasi kelemahan yang ada sehingga laporan keuangannya menjadi lebih akurat serta berfungsinya audit internal.
a. Pemilik kurang fokus ke bidang administrasi.
COSO (2013) menyatakan bahwa lingkungan pengendalian merupakan salah satu elemen yang penting dalam pengendalian internal. Lingkungan pengendalian mencakup standar, proses, dan struktur yang menjadi landasan terselenggaranya pengendalian internal di dalam organisasi secara menyeluruh. Lingkungan pengendalian tercermin dari suasana dan kesan yang diciptakan dewan komisaris dan manajemen puncak mengenai pentingnya pengendalian internal dan standar perilaku yang diharapkan.
Dengan adanya pelatihan yang kami berikan, diharapkan pemilik tidak hanya berfokus pada cara untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan yang ada melainkan juga dapat memahami pentingnya administrasi. Dengan demikian proses monitoring proses operasi dapat dipantau dengan baik dan tepat.
b. Karyawan bagian administrasi yang kurang kompeten.
Apabila karyawan bagian administrasi kurang kompeten maka keberhasilan suatu perusahaan akan terhambat. Untuk ini, diharapkan setelah pelatihan yang kami berikan maka perusahaan dapat merekrut karyawan sesuai dengan kompetensinya, jadi tidak lagi melihat pada unsur relasi dan kenalan. Dengan adanya karyawan yang kompeten, maka perusahaan akan lebih mudah untuk mencapai tujuannya.
c. Belum digunakannya software akuntansi yang memadai.
Kelemahan ini menyebabkan laporan keuangan selalu terbit terlambat dan efeknya pengambilan keputusan menjadi tidak tepat dan akurat. Selain itu, laporan keuangan pun dapat menjadi tidak akurat. Dengan adanya pelatihan yang kami berikan, diharapkan perusahaan akan tertarik untuk menggunakan software akuntansi, seperti: ACL, accurate,
Zahir ataupun software akuntansi lainnya guna mempermudah penyusunan laporan keuangan dan dapat dipercayanya laporan keuangan untuk pengambilan keputusan perusahaan.
d. Belum adanya pemisahan fungsi yang memadai.
COSO (2013) menyatakan bahwa aktivitas-aktivitas pengendalian mencakup tindakan- tindakan yang ditetapkan melalui satu set kebijakan dan prosedur (misalnya prosedur operasi standar atau SOP) untuk membantu memastikan dilaksanakannya arahan manajemen dalam rangka meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan. Aktivitas-aktivitas pengendalian dilaksanakan pada semua tingkatan entitas, pada berbagai tahap proses bisnis, dan dalam setting atau konteks teknologi yang digunakan. Pembagian tugas harus erat terkait dengan dengan proses pemilihan dan pengembangan aktivitas pengendalian. Dengan adanya pembagian tugas yang berarti adanya pemisahan fungsi maka tujuan dari internal control akan tercapai, yaitu aset perusahaan menjadi aman, keandalan informasi akuntansi, mendorong efisensi, dan ditaatinya kebijakan dan peraturan yang ada.
e. Belum adanya kesadaran dari anggota organisasi akan pentingnya pengendalian.
Dengan adanya pelatihan mengenai internal control maka diharapkan mulai dari tingkat pimpinan sampai dengan karyawan tingkat bawah akan taat dan tunduk terhadap internal control yang ada. Hal ini akan mengakibatkan tujuan perusahaan akan tercapai. Apabila pemimpin memberikan contoh dalam semua tindakan dan perbuatannya untuk mentaati internal control yang ada maka karyawan pasti juga akan meneladani tindakan yang dilakukan oleh pimpinan.
f. Belum adanya fungsi internal audit pada perusahaan.
Agoes (2012) menyatakan bahwa audit operasional/manajemen adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Elder, et al. (2011) yaitu: suatu pemeriksaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Dari pelatihan yang diberikan maka pimpinan akan menyadari bahwa fungsi internal audit dibutuhkan di dalam suatu perusahaan, sehingga diharapkan perusahaan dapat membentuk internal audit dan mengefektifkan fungsi ini guna mengefisiensikan kegiatan operasi perusahaan.
2.2 Luaran Kegiatan PKM
No | Jenis Luaran | Keterangan |
Luaran Wajib | ||
1 | Publikasi ilmiah pada jurnal ber ISSN atau | - |
2 | Prosiding dalam Temu ilmiah: Senapenmas dan Research Week | Draft artikel dan Poster |
Luaran Tambahan (boleh ada) | ||
1 | Publikasi di jurnal Internasional | - |
2 | Publikasi di media massa | - |
3 | Hak Kekayaan Intelektual (HKI) | - |
4 | Teknologi Tepat Guna (TTG) | - |
5 | Model/purwarupa/karya desain | - |
6 | Buku ber ISBN | - |
7 | Video kegiatan | - |
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 Langkah-Langkah/Tahapan Pelaksanaan
Berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh Mitra, maka kami para dosen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tarumanagara menawarkan solusi yaitu memberikan pelatihan mengenai pengendalian internal yang merupakan alat untuk meningkatkan pelaporan sistem keuangan dan fungsi internal audit. Metode yang digunakan adalah:
1. Pertama-tama akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai teori atau konsep yang terkait dengan sistem pengendalian internal dan pemeriksaan internal.
2. Selanjutnya kami akan membimbing penerapan pengendalian internal dan pemeriksaan internal di PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya sehingga masalah perusahaan dapat diatasi.
3.2 Partisipasi Mitra dalam Kegiatan PKM
Mitra akan menyediakan tempat dan memberikan jadwal untuk disesuaikan dengan jadwal kami. Selain itu, Xxxxx juga diminta untuk menentukan jumlah personil yang akan diberikan pelatihan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama. Kami berharap dengan adanya partisipasi dari Mitra, maka kelemahan dari Mitra dapat diatasi.
3.3 Kepakaran dan Pembagian Tugas Tim
Kami, tim dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tarumanagara, adalah dosen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mengajar selama belasan tahun. Kami juga menguasai dan memiliki pengalaman mengajar mata kuliah akuntansi. Xxxxx Xxxxxxx memiliki kepakaran dalam bidang akuntansi keuangan dan akuntansi biaya. Xxxxx Xxxxx Xxxx memiliki kepakaran dalam bidang akuntansi keuangan, akuntansi biaya, dan akuntansi manajemen. Xxxxxxx Xxxxx memiliki kepakaran dalam bidang audit dan sistem informasi akuntansi.
Xxxxx dari masing-masing anggota adalah sebagai berikut: Ketua: Xxxxx Xxxxxxx, bertugas:
1. Mencari Mitra yang bersedia untuk menerima kami dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat.
2. Melakukan survei kepada Xxxxx untuk mengetahui permasalahan apa yang mereka hadapi, terkait dengan akuntansi yang sesuai dengan akuntansi yang sesuai dengan bidang kami.
3. Mencari solusi untuk mengatasi permasalahan Mitra.
4. Berkomunikasi dengan Mitra untuk kelancaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
5. Mengkoordinir pembuatan proposal yang ditujukan ke LPPM.
6. Menyerahkan proposal ke LPPM.
7. Mengkoordinir pembuatan materi yang akan diberikan kepada Xxxxx.
8. Mengkoordinir persiapan awal pembekalan kepada Xxxxx.
9. Mengkoordinir pembelian perlengkapan yang akan digunakan di lokasi Mitra maupun yang akan digunakan dalam pelaporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
10. Mengkoordinir persiapan akhir pembekalan kepada Xxxxx.
11. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pembekalan di Xxxxx sesuai dengan jadwal kegiatan.
12. Mengkoordinir pembuatan laporan kemajuan untuk monitoring dan evaluasi.
13. Menyerahkan laporan kemajuan ke LPPM sekaligus hadir saat pelaksanaan monitoring dan evaluasi.
14. Mengkoordinir pembuatan modul, laporan akhir, dan laporan pertanggungjawaban keuangan.
15. Menyerahkan laporan akhir untuk ditandatangani oleh Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara.
16. Menyerahkan modul, laporan akhir, laporan pertanggungjawaban keuangan, logbook, maupun CD yang berisi laporan akhir dan laporan pertanggungjawaban keuangan ke LPPM.
17. Mengkoordinir pembuatan paper, yang akan diseminarkan di Senapenmas ataupun forum lainnya.
18. Mengkoordinir pembuatan poster untuk diikutsertakan di acara Research Week. Anggota 1: Xxxxx Xxxxx Xxxx, bertugas:
1. Melakukan survei kepada Xxxxx untuk mengetahui permasalahan apa yang mereka hadapi, terkait dengan akuntansi yang sesuai dengan bidang kami.
2. Membantu ketua membuat proposal.
3. Membantu ketua untuk membuat materi pembekalan.
4. Memperbanyak materi pembekalan yang akan diberikan kepada Xxxxx.
5. Bersama dengan anggota 2 memberikan pembekalan kepada Xxxxx.
6. Membuat daftar perlengkapan apa saja yang diperlukan saat pelaksanaan dan untuk pelaporan kegiatan sekaligus melakukan pembelian perlengkapan tersebut.
7. Bersama dengan ketua membuat laporan kemajuan dan hadir saat pelaksanaan monitoring
dan evaluasi.
8. Bersama dengan ketua membuat modul, laporan akhir, dan paper.
Anggota 2: Xxxxxxx Xxxxx, bertugas:
1. Melakukan survei kepada Xxxxx untuk mengetahui permasalahan apa yang mereka hadapi, terkait dengan akuntansi yang sesuai dengan bidang kami.
2. Membantu ketua membuat proposal.
3. Membantu ketua untuk membuat materi pembekalan.
4. Bersama dengan anggota 1 memberikan pembekalan kepada Xxxxx.
5. Menyiapkan konsumsi saat pelaksanaan.
6. Mendokumentasikan pelaksanaan pembekalan kepada Xxxxx.
7. Bersama dengan ketua membuat laporan kemajuan dan hadir saat pelaksanaan monitoring
dan evaluasi.
8. Bersama dengan ketua membuat modul, laporan pertanggungjawaban keuangan, dan poster.
Mahasiswa: Xxxxxxx Xxxxxxx, bertugas:
1. Membantu menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan selama kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
2. Membagikan materi kepada Mitra.
3. Mengedarkan daftar kehadiran kepada Mitra saat pembekalan dilakukan.
4. Membantu mendokumentasikan kegiatan pembekalan.
5. Membagikan konsumsi saat pelaksanaan kegiatan pembekalan.
BAB IV
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
4.1 Hasil Yang Dicapai
Sebelum memberikan pelatihan, tim dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tarumanagara mengadakan sosialisasi terlebih dahulu ke PT Felixindo Rubber Berkarya pada hari Sabtu tanggal 18 Januari 2020. Setelah mengadakan sosialisasi, kami menyusun materi yang akan diberikan kepada peserta pelatihan dan mempersiapkan semua perlengkapan yang akan digunakan saat pelatihan.
Pelatihan mengenai penerapan sistem pengendalian internal dan fungsi internal audit dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada hari Sabtu tanggal 15 Februari 2020, hari Sabtu tanggal 22 Februari 2020, dan pada hari Sabtu tanggal 29 Februari 2020. Pelatihan ini diakhiri dengan melakukan evaluasi atas penerapan sistem pengendalian internal, yang diadakan pada hari Sabtu tanggal 7 Maret 2020.
Saat pelatihan hari pertama, yaitu, 15 Februari 2020 kami menerangkan mengenai definisi, tujuan dan prinsip yang digunakan di dalam sistem pengendalian internal. Sepanjang hari tersebut, para peserta pelatihan sangat antusias dalam mengikuti pelatihan yang terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan terkait dengan pekerjaan mereka.
Pelatihan kedua dilakukan pada tanggal 22 Februari 2020, kami menjelaskan mengenai internal audit yang seharusnya ada di perusahaan. Bagaimana melakukan audit internal, laporan apa saja yang dihasilkan, dan keguanaan dari laporan audit internal bagi perusahaan. Pada hari kedua ini, juga banyak pertanyaan yang diajukan kepada kami terkait dengan materi audit internal.
Pada tanggal 29 Februari 2020, kami meminta kepada perusahaan dan peserta pelatihan untuk mencoba menerapkan sistem pengendalian internal dan membentuk fungsi audit internal, berdasarkan penjelasan yang telah kami berikan selama 2 pertemuan yang sebelumnya. Pada pertemuan kali ini, kami membantu para karyawan agar dapat menerapkan sistem pengendalian internal dalam pekerjaan yang akan mereka lakukan sehari-harinya. Kami juga membantu perusahaan untuk membentuk dan fungsi audit internal agar kegiatan operasi perusahaan dapat lebih efisien.
Pelatihan yang terakhir kami lakukan pada tanggal 7 Maret 2020 dengan melakukan evaluasi atas penerapan sistem pengendalian internal yang telah dilakukan perusahaan sejak pertemuan terakhir sampai dengan tanggal 7 Maret 2020. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa perusahaan sudah tidak melakukan perangkapan fungsi, memberikan pelatihan kepada
karyawan dan mulai menggunakan software akuntansi. Hal ini menunjukkan pelatihan yang kami berikan memberikan manfaat bagi perusahaan walaupun baru sebagian saja prinsip dari sistem pengendalian internal yang diterapkan oleh perusahaan mengingat baru 1 minggu berlalu sejak perusahaan menerapkan sistem pengendalian internal. Kami menyadari bahwa penerapan sistem pengendalian internal membutuhkan waktu yang lama agar setiap personel yang ada di perusahaan memahami pentingnya sistem pengendalian internal.
Selain melakukan evaluasi, kami juga mmberikan kuesioner untuk diisi oleh para peserta pelatihan. Hasil kuesioner yang diisi menunjukkan bahwa mereka sangat menghargai pelatihan yang kami berikan. Mereka juga bersedia untuk menerima pelatihan kembali di masa mendatang. Berikut adalah foto kegiatan yang dilakukan selama melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat:
Gambar 4.1. Kegiatan Pelatihan
Hasil yang dicapai dari kegiatan PKM yang telah dilakukan adalah para karyawan di PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya sudah dapat menerapkan sistem pengendalian internal dan fungsi internal audit di perusahaan sehingga tujuan pengendalian internal dapat tercapai dimana salah satunya adalah makin akuratnya laporan keuangan perusahaan dan kegiatan operasi perusahaan dapat lebih efisien dengan berfungsinya internal audit. Luaran yang dicapai adalah modul dimana modul ini diharapkan bisa membantu PT Felixindo Rubber Berkarya untuk memahami manfaat penerapan sistem pengendalian internal dan fungsi internal audit di perusahaan sehingga dapat meningkatkan keakuratan laporan keuangan dan berfungsinya internal audit.
4.2 Luaran Yang Dicapai
Kegiatan yang dilakukan di PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya akan dirangkum dalam bentuk paper, dimana paper tersebut akan diseminarkan dalam Senapenmas atau forum lainnya. Selain itu juga akan dibuat poster mengenai kegiatan pengabdian kepada masyarakat untuk disertakan di Research Week yang diadakan oleh Universitas Tarumanagara.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tujuan dari pelatihan ini adalah agar PT Felixindo Rubber Berkarya dapat menerapkan sistem pengendalian internal dan fungsi internal audit di perusahaan sehingga tujuan pengendalian internal dapat tercapai dimana salah satunya adalah makin akuratnya laporan keuangan perusahaan dan kegiatan operasi perusahaan dapat lebih efisien dengan berfungsinya internal audit.
Berdasarkan survey yang dilakukan diperoleh informasi bahwa di PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya terdapat beberapa masalah yang terkait dengan pelaporan keuangan dan internal control perusahaan. Oleh karena itu pelatihan mengenai materi tersebut diberikan sebanyak tiga kali dan sekali melakukan evaluasi atas penerapan sistem pengendalian internal dan fungsi internal audit di perusahaan. Di akhir pelatihan kuesioner disebarkan untuk diisi oleh PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya untuk mengetahui kesan PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya terhadap pelatihan yang telah diberikan. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya dapat memahami manfaat penerapan sistem pengendalian internal dan fungsi internal audit di perusahaan.
XXXXXX XXXXXXX
0. COSO. 2013. Internal Control-Integrated Framework. xxx.xxxx.xxx
2. Xxxxxxxx, Xxxxx J., Xxxx D. Xxxxxx, xxx Xxxxxx X. Kieso. 2015. Financial Accounting. IFRS Edition. Third Edition. United States of America: Xxxx Xxxxx & Sons, Inc.
3. Agoes, S. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Buku 1. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
4. Xxxxx, X. X., M. S. Xxxxxxx, X. X. Xxxxx, dan A. A. Xxxxx. 2011. Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Materi yang disampaikan ke Mitra
MODUL PKM
“PENERAPAN SISTEM INTERNAL CONTROL SEBAGAI ALAT UNTUK MENINGKATKAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN DAN
FUNGSI INTERNAL AUDIT DI PT FELIXINDO RUBBER BERKARYA”
I. Pengendalian internal: definisi, komponen, dan prinsip
Pengendalian internal, sebagian ada yang menyebut pengendalian intern atau pengawasan internal, adalah istilah yang diserap dari internal controls. Istilah tersebut merujuk pada proses di dalam entitas (organisasi, termasuk perusahaan), dipengaruhi oleh dewan komisaris (atau dewan pengawas serupa), manajemen, dan personel lainnya, dirancang untuk memberikan jaminan yang layak agar entitas mencapai tujuan-tujuannya. Tujuan-tujuan entitas dikelompokkan menjadi tiga kategori (COSO, 2013):
1. Efektivitas dan efisiensi operasi.
2. Keandalan atau reliabilitas pelaporan keuangan.
3. Kepatuhan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Berikut adalah rumusan asli definisi pengendalian internal menurut COSO (2013): Internal control is a process, effected by an entity’s board of directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives relating to operations, reporting, and compliance.
Pengendalian internal seharusnya memainkan peran penting dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan serta melindungi aset organisasi, baik yang berwujud (misalnya, persediaan, aset tetap, dan kas) maupun yang tidak berwujud (misalnya reputasi, hak atas kekayaan intelektual, dan merek dagang).
Kerangka dan pedoman implementasi pengendalian internal digagas oleh organisasi yang berbasis di Amerika Serikat, yaitu Committee of Sponsoring Organizations of the Xxxxxxxx Commission (COSO). Meskipun demikian, kerangka dan pedoman implementasi pengendalian internal rumusan COSO diadopsi secara luas di berbagai negara, baik di sektor publik maupun sektor swasta.
Sebagai contoh, di Indonesia terdapat Peraturan Pemerintah RI No. 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. BAPEPAM-LK (sekarang OJK) juga menerbitkan Peraturan Bapepam-LK No.IX.I.7 dan Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-496/BL/2008 tentang Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam Unit Audit Internal. Auditor juga
diharuskan untuk memahami desain dan implementasi pengendalian internal yang diterapkan oleh perusahaan yang diaudit.
Pada tingkatan konsep atau gagasan, pengendalian internal erat terkait dengan akuntansi. Satu dari tiga kategori tujuan entitas dalam definisi pengendalian internal di atas adalah mengenai keandalan atau reliabilitas pelaporan keuangan. Dengan alasan itulah, Xxxxxxxx, Xxxxxx, dan Kieso (2015) membahas konsep pengendalian internal yang dijadikan satu bab dengan pembahasan tentang kas yang merupakan aset yang perusahaan paling berisiko.
Apakah komponen pengendalian internal?
Kerangka pengendalian internal COSO (2013) menetapkan lima komponen pengendalian internal, yang terdiri atas:
Gambar 1. COSO Cube
1. Suasana atau lingkungan pengendalian (control environment)
Lingkungan pengendalian mencakup standar, proses, dan struktur yang menjadi landasan terselenggaranya pengendalian internal di dalam organisasi secara menyeluruh. Lingkungan pengendalian tercermin dari suasana dan kesan yang diciptakan dewan komisaris dan manajemen puncak mengenai pentingnya pengendalian internal dan standar perilaku yang diharapkan. Manajemen mempertegas harapan atau ekspektasi itu pada berbagai tingkatan organisasi. Sub-komponen lingkungan pengendalian mencakup integritas dan nilai etika yang dianut organisasi; parameter-parameter yang menjadikan dewan komisaris mampu melaksanakan tanggung jawab tata kelola; struktur organisasi serta pembagian wewenang dan
tanggung jawab; proses untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompeten; serta kejelasan ukuran kinerja, insentif, dan imbalan untuk mendorong akuntabilitas kinerja. Lingkungan pengendalian berdampak luas terhadap sistem pengendalian internal secara keseluruhan.
2. Penilaian risiko (risk assessment)
COSO merumuskan definisi risiko sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang akan berdampak merugikan bagi pencapaian tujuan. Risiko yang dihadapi organisasi bisa bersifat internal (berasal dari dalam) ataupun eksternal (bersumber dari luar). Penilaian risiko adalah proses dinamis dan berulang (iteratif) untuk mengenali (identifikasi) dan menilai (analisis) risiko atas pencapaian tujuan. Risiko yang teridentifikasi selanjutnya dibandingkan dengan tingkat toleransi risiko yang telah ditetapkan. Dengan demikian, penilaian risiko menjadi landasan bagi pengelolaan atau manajemen risiko. Salah satu prakondisi bagi penilaian risiko adalah penetapan tujuan- tujuan yang saling terkait pada berbagai tingkatan entitas. Manajemen harus menetapkan tujuan dalam kategori operasi, pelaporan keuangan, dan kepatuhan dengan jelas sehingga risko-risiko terkait bisa diidentifikasi dan dianalisis. Manajemen juga harus mempertimbangkan kesesuaian tujuan dengan entitas. Penilaian risiko mengharuskan manajemen untuk mempertimbangkan dampak perubahan lingkungan eksternal serta perubahan model bisnis entitas itu sendiri yang berpotensi mengakibatkan pengendalian internal yang ada tidak efektif lagi.
3. Aktivitas pengendalian (control activities)
Aktivitas-aktivitas pengendalian mencakup tindakan-tindakan yang ditetapkan melalui satu set kebijakan dan prosedur (misalnya prosedur operasi standar atau SOP) untuk membantu memastikan dilaksanakannya arahan manajemen dalam rangka meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan. Aktivitas-aktivitas pengendalian dilaksanakan pada semua tingkatan entitas, pada berbagai tahap proses bisnis, dan dalam setting atau konteks teknologi yang digunakan. Aktivitas pengendalian ada yang bersifat preventif atau detektif, Aktivitas pengendalian juga bisa manual atau otomatis, contohnya adalah aktivitas otorisasi dan persetujuan, verifikasi, rekonsiliasi, dan evaluasi kinerja. Pembagian tugas harus erat terkait dengan dengan proses pemilihan dan pengembangan aktivitas pengendalian. Jika pembagian tugas dianggap tidak praktis, manajemen harus memilih dan mengembangkan alternatif aktivitas pengendalian.
4. Informasi dan komunikasi (information and communication) Entitas memerlukan informasi demi terselenggaranya tanggung jawab pengendalian internal yang mendukung pencapaian tujuan. Manajemen harus memperoleh, menghasilkan, dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas, baik yang berasal dari sumber internal maupun eksternal, untuk mendukung komponen- komponen pengendalian internal lainnya berfungsi sebagaimana mestinya. Komunikasi sebagaimana yang dimaksud dalam kerangka pengendalian internal COSO adalah proses iteratif dan berkelanjutan untuk memperoleh, membagikan, dan menyediakan informasi. Komunikasi internal harus menjadi sarana diseminasi informasi di dalam organisasi, baik dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, maupun lintas fungsi.
5. Pemantauan (monitoring)
Pemantauan mencakup evaluasi berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau kombinasi dari keduanya yang dimaksudkan untuk memastikan tiap-tiap komponen pengendalian internal ada dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Prinsip-prinsip pengendalian internal
Kerangka pengendalian internal COSO (2013) menyatakan 17 prinsip yang merepresentasikan konsep-konsep fundamental yang terkait dengan tiap-tiap komponen pengendalian internal. Prinsip-prinsip pengendalian internal dirumuskan langsung dari komponen pengendalian internal, sehingga entitas akan mencapai pengendalian internal secara efektif dengan menerapkan semua prinsip. Semua prinsip pengendalian internal terkait dengan tujuan-tujuan entitas, baik dalam kategori operasi, pelaporan keuangan, maupun kepatuhan.
Berikut adalah prinsip-prinsip pengendalian internal dimaksud:
Lingkungan pengendalian
1. Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika.
2. Dewan komisaris (atau dewan pengawas) menunjukkan independensi dari manajemen dan melaksanakan pengawasan atas pengembangan dan pelaksanaan pengendalian internal.
3. Di bawah pengawasan dewan komisaris (atau dewan pengawas), manajemen menetapkan struktur organisasi, garis pelaporan, serta wewenang dan tanggung jawab yang tepat sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
4. Organisasi menunjukkan komitmen dalam merekrut, mengembangkan, dan mempertahankan individu-individu yang kompeten sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
5. Organisasi memberikan dukungan bagi individu-individu yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengendalian internal sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Penilaian risiko
6. Organisasi menetapkan tujuan-tujuan yang jelas agar identifikasi dan penilaian risiko terkait tujuan-tujuan itu bisa dilakukan.
7. Organisasi melakukan identifikasi risiko atas pencapaian tujuan entitas secara menyeluruh dan dan melaksanakan analisis risiko sebagai landasan untuk menetapkan manajemen risiko.
8. Organisasi mempertimbangkan potensi kecurangan (fraud) dalam melakukan penilaian risiko atas pencapaian tujuan.
9. Organisasi melakukan identifikasi dan penilaian atas perubahan-perubahan yang mungkin berdampak signifikan terhadap sistem pengendalian internal.
Aktivitas pengendalian
10. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas-aktivitas pengendalian yang yang akan memberikan kontribusi dalam meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan hingga mencapai tingkat toleransi risiko yang bisa diterima.
11. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas-aktivitas pengendalian umum atas teknologi pendukung pencapaian tujuan.
12. Organisasi memberlakukan aktivitas-aktivitas pengendalian melalui kebijakan yang menetapkan apa yang diharapkan dan melalui prosedur yang menjabarkan kebijakan menjadi tindakan.
Informasi dan komunikasi
13. Organisasi memperoleh atau menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas untuk mendukung komponen-komponen pengendalian internal lain berfungsi sebagaimana mestinya.
14. Organisasi melakukan komunikasi informasi secara internal, termasuk tujuan dan tanggung jawab pengendalian internal, yang diperlukan untuk mendukung pengendalian internal berfungsi sebagaimana mestinya.
15. Organisasi menjalin komunikasi dengan pihak-pihak eksternal terkait hal-hal yang mempengaruhi berfungsinya komponen-komponen pengendalian internal lainnya.
Monitoring Activities
16. Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi, baik yang dilakukan secara terus-menerus (berkelanjutan) maupun yang dilakukan secara terpisah untuk memastikan apakah komponen-komponen pengendalian internal ada dan berfungsi.
17. Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kelemahan-kelemahan pengendalian internal secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan korektif, termasuk manajemen puncak dan dewan komisaris (atau dewan pengawas serupa), sebagaimana mestinya.
Prinsip-prinsip pengendalian internal di atas bisa digunakan oleh perusahaan mikro kecil dan menengah agar perusahaan mikro kecil dan menengah dapat lebih dipercaya dan bankable.
II. Audit
Organisasi, baik perusahaan maupun pemerintah, biasanya memiliki unit audit internal yang menjadi penopang terselenggaranya pengendalian internal dan bertanggung jawab langsung kepada manajer puncak atau dewan pengawas. Jika pengendalian internal suatu perusahaan lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar (Agoes, 2012). Untuk dapat memastikan apakah tujuan dari sistem pengendalian internal telah tercapai atau belum maka perusahaan dapat melakukan audit: operasional, ketaatan, dan atas kewajaran laporan keuangan.
Hubungan Sistem Pengendalian Internal dan Audit
Berikut disajikan tabel 1 mengenai hubungan antara sistem pengendalian internal dan
audit:
Tabel 1. Hubungan antara sistem pengendalian internal dan audit
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL | JENIS DAN RUANG LINGKUP AUDIT | |
Alat Manajemen | ||
untuk membangun dan memastikan | untuk menilai | |
Efektivitas dan efisiensi operasi organisasi | 1 | Audit Operasional/Manajemen |
Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku | 2 | Audit Ketaatan/Kepatuhan |
Keandalan dari laporan keuangan | 3 | Audit atas Kewajaran Laporan Keuangan |
Sumber: COSO, 2013 dan Agoes, 2012
Audit Operasional (Audit Manajemen)
Agoes (2012) menyatakan bahwa audit operasional/manajemen adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Elder dkk (2011) yaitu: suatu pemeriksaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi.
Tahapan Audit
Tahapan dalam melakukan audit adalah sebagai berikut: (Elder dkk, 2011 dan Agoes, 2017)
1. Persiapan Audit:
a. Penentuan sasaran: ruang lingkup dan lokasi pemeriksaan,
b. Penentuan susunan/komposisi tim pemeriksa, yang jumlah dan kompetensinya disesuaikan dengan beban kerja yang telah teridentifikasi,
c. Penyusunan Program Kerja, termasuk pengumpulan dan penelaahan informasi umum mencakup ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
d. Pengumpulan dan penelaahan data dan informasi umum tentang unit yang diaudit, serta kebijaksaan dan ketentuan yang berlaku,
e. Penentuan waktu pemeriksaan.
2. Pelaksanaan Audit:
a. Pembicaraan pendahuluan dengan (bagian) Manajemen Pelaksana yang akan diperiksa,
b. Pelaksanaan langkah kerja yang tersebut dalam Program Kerja Pemeriksaan,
c. Penuangan hasil pelaksanaan langkah kerja pemeriksaan ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan,
d. Pembicaraan temuan hasil pemeriksaan untuk memperoleh komentar dan tanggapan dari Manajemen Pelaksana yang diperiksa.
3. Pelaporan Audit:
a. Mereview Kertas Kerja Pemeriksaan,
b. Menyusun konsep Laporan Hasil Pemeriksaan berdasarkan materi dalam Kertas Kerja Pemeriksaan yang telah direview,
c. Membicarakan konsep laporan hasil pemeriksaan dengan Manajemen Pelaksana yang diperiksa.
Laporan Hasil Pemeriksaan ini antara lain bertujuan agar temuan, kesimpulan, rekomendasi dan komentar hasil pemeriksaan dapat dikomunikasikan secara resmi kepada Manajemen Pelaksana untuk mendapatkan tindak lanjut atas rekomendasi tersebut.
4. Tindak Lanjut Audit:
a. Memantau pelaksanaan tindak lanjut,
b. Menegaskan kembali rekomendasi dalam hal tindak lanjut yang diusulkan belum/tidak dilaksanakan.
Tujuan Audit Operasional
Tujuan audit operasional menurut Agoes dan Xxxxxxx (2009) adalah untuk mengetahui informasi mengenai:
1. Tingkat ekonomis, efisiensi dan efektifitas strategis, kebijakan dan prosedur dalam pencapaian tujuan Organisasi yang telah ditetapkan,
2. Efektifitas struktur pengendalian internal Manajemen Pelaksana dalam mendorong peningkatan tingkat ekonomis, efisiensi dan efektifitas Organisasi.
Agoes dan Xxxxxxx (2009) lebih lanjut menjelaskan bahwa ekonomi merupakan rasio antara input yang direncanakan dengan input aktual dalam satuan unit biaya. Efisensi merupakan rasio antara input aktual dengan output aktual sedangkan efisiensi merupakan rasio antara output aktual dengan output yang direncanakan. Berikut disajikan hubungan antara efisensi, efektifitas, dan ekonomi:
efisiens
ACTUAL OUTPUT
ACTUAL INPUT
PLANNED OUTPUT
PLANNED INPUT
economic
scale
efektivitas
Gambar 2. Hubungan antara Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas
Pemeriksaan terhadap Internal Control
Umumnya, pemeriksaan terhadap internal control perusahaan dapat dilakukan dengan pendekatan (Agoes, 2012):
• Menelaah buku pedoman atau manual sistem dan kemudian mengujinya dengan pelaksanaan kegiatan/program yang dipilih.
• Mengamati secara langsung dengan menelusuri tindakan dan proses sebenarnya yang dilaksanakan dari awal sampai akhir (walkthrough).
• Membuat kesimpulan sementara.
Unsur manajemen yang penting dalam pemeriksaan atas operasional manajemen, antara lain (Agoes, 2012 dan Elder dkk, 2011):
ORGANISASI | Struktur Organisasi adalah alat untuk menyusun sumber daya organisasi, yaitu orang dan aset lain menjadi kelompok-kelompok kecil yang produktif. Kelompok-kelompok ini akan berinteraksi dan menentukan keberhasilan organisasi. Bentuk struktur organisasi amat mempengaruh perilaku organisasi, sehingga akan mempengaruhi juga alat-alat pengendalian yang dibutuhkan. Bentukan struktur dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan operasi organisasi. Pemeriksa perlu menguji kecocokan bentuk Struktur Organisasi terutama dengan memperhatikan pemisahan fungsi. Jika ternyata struktur yang tersusun terlalu kecil sehingga tidak memungkinkan pemisahan secara tegas fungsi-fungsi tersebut, maka harus dikompensasi dengan pengendalian tambahan, misalnya dengan cara memperkecil satuan transaksi, atau penambahan frekuensi supervisi. |
PERSONALIA | Penyusunan Struktur yang tepat saja belum dapat menjamin produktivitas unit yang diaudit. Persyaratan kompetensi personil yang mengisi struktur juga harus sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab yang telah ditetapkan. Tugas wewenang dan tanggung jawab hendaknya diberikan kepada pegawai yang mampu melaksanakan. Pegawai tersebut hendaknya diangkat menurut kualifikasi yang dibutuhkan atau yang dapat dilatih untuk melaksanakan tugas dengan baik dan disertai sistem pengawasan pegawai yang memadai. |
KEBIJAKAN | Pengelolaan organisasi tidak dapat dilakukan dengan suatu rumusan umum, namun biasanya bersifat unik khusus bagi Organisasi tersebut. Proses memilih metode dan cara yang dianggap cocok oleh manajemen ini yang disebut sebagai penetapan kebijakan. Kebijakan akan berfungsi sebagai alat untuk mengatur mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan dalam pengelolaan Organisasi. |
PERENCANAAN | Perencanaan adalah penetapan di muka apa yang akan dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Perencanaan yang dilakukan secara benar, akan mampu digunakan sebagai panduan pelaksanaan kerja, alat untuk menyamakan persepsi di antara para pelaksana, motivator bagi para manajer, dan sekaligus patokan bagi evaluasi kinerja. Rencana bisa berupa uraian kualitatif, tetapi akan lebih berarti jika dijabarkan dalam paparan kuantitatif. Paparan kuantitatif dari suatu rencana, biasa disusun dalam bentuk anggaran. Dalam proses perencanaan dikenal berbagai jenis anggaran yang masing- masing mempunyai kelebihan dan kegunaan yang spesifik sebagai alat perencanaan. Menurut metode penyusunannya, perencanaan dan penganggaran dapat disusun secara top-down, dimana akan dihasilkan rencana yang bersifat visioner namun terkadang tidak cukup mengakomodasi kondisi lapangan, atau kebalikannya yaitu metode bottom-up yang akan lebih mudah dilaksanakan, tetapi mungkin berwawasan lebih sempit sehingga kurang mendorong terjadinya lompatan-lompatan kinerja Organisasi. Organisasi didorong untuk memadukan kedua metode tersebut dalam suatu proses perencanaan yang partisipatif. |
PENCATATAN | Pencatatan dibutuhkan untuk mengatasi keterbatasan personil manajemen untuk mengolah dan menyimpan informasi. Setiap kegiatan harus dicatat dengan teliti, diklarifikasikan dengan tepat dan dapat diandalkan sehingga dapat menjamin pengendalian yang cukup atas harta milik dan kewajiban organisasi. Secara lebih spesifik terhadap pengendalian harta dan kewajiban milik Organisasi terdapat pencatatan melalui sistem akuntansi. |
PELAPORAN | Sistem pelaporan hendaknya disusun agar penanggung jawab operasi dapat memperoleh informasi yang mutakhir dan cukup mengenai apa yang terjadi, sehingga yang bersangkutan dapat mengambil keputusan dan tindakan yang diperlukan. Beberapa karakteristik laporan yang memuaskan antara lain: dapat dimengerti oleh pemakainya, diterbitkan tepat waktu, menyajikan informasi umpan balik yang dapat digunakan untuk menghindarkan |
kesalahan yang sama, menyajikan informasi yang dapat digunakan untuk memprediksi kejadian sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan, dapat diyakini kebenarannya dan menghasilkan manfaat yang lebih besar dari pada biaya penyusunannya. |
Audit Kepatuhan (Audit Ketaatan)
Menurut Xxxxx (2011) dan Agoes (2012) pemeriksaan atas kepatuhan/ketaatan (compliance audit) merupakan pemeriksaan untuk mengetahui:
1. Kepatuhan Manajemen Pelaksana terhadap persyaratan perundangan, peraturan, ketentuan, kontrak atau hibah tertentu; baik bersifat keuangan maupun non keuangan; dan
2. Efektivitas struktur pengendalian internal Manajemen Pelaksana dalam menjamin kepatuhan terhadap persyaratan tertentu di atas.
Tipe pemeriksaan terhadap kepatuhan akan sangat bervariasi berdasarkan sifat persyarat kepatuhan. Pemeriksa harus mampu mendeteksi kecurangan dan kekeliruan yang terjadi terkait dengan kepatuhan atas prasyarat yang berlaku. Pemeriksa harus mampu membedakan kecurangan dan kekeliruan yang terjadi, dengan menilai apakah tindakan yang merugikan tersebut dilakukan secara sengaja atau tidak disengaja.
Risiko Audit Kepatuhan
Agoes (2012) menjelaskan bahwa terdapat 3 risiko audit kepatuhan, yaitu: Risiko Bawaan, Risiko Pengendalian, dan Risiko Deteksi. Risiko bawaan adalah risiko dapat terjadinya ketidakpatuhan yang material terhadap persyaratan tertentu, dengan anggapan tidak ada kebijakan pengendalian internal yang terkait. Faktor yang relevan dipertimbangkan adalah:
• Kompleksitas persyaratan kepatuhan tertentu,
• Panjangnya jangka waktu persyaratan kepatuhan tertentu,
• Pengalaman dan track record kepatuhan manajemen sebelumnya,
• Akibat potensial dari ketidakpatuhan.
Risiko pengendalian adalah risiko dapat terjadinya ketidakpatuhan yang material yang tidak dapat dicegah atau dideteksi tepat waktu dengan kebijakan pengendalian internal yang terkait. Faktor yang relevan dipertimbangkan adalah:
• Pemahaman memadai tentang sistem pengendalian internal manajemen,
• Identifikasi tipe ketidakpatuhan,
• Desain pengujian ketidakpatuhan material.
Risiko deteksi adalah risiko prosedur yang dilaksanakan oleh Pemeriksa dimana Pemeriksa berkesimpulan bahwa tidak terdapat ketidakpatuhan, padahal kenyataannya ketidakpatuhan tersebut terjadi. Faktor yang relevan dipertimbangkan adalah:
• Pemahaman tentang persyaratan tertentu,
• Bukti pengujian yang cukup,
• Peristiwa sebelum dan sesudah periode pemeriksaan.
Audit Kewajaran Laporan Keuangan
Pengujian oleh Pemeriksa harus dilakukan untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran penyajian laporan keuangan oleh Manajemen Pelaksana (Agoes, 2012).
Kertas Kerja Pemeriksaan
Menurut Elder dkk (2011) dan Agoes (2012), kertas kerja pemeriksaan adalah dokumen pemeriksaan yang memuat data catatan pembuktian yang dikumpulkan oleh Pemeriksa selama berlangsungnya pemeriksaan mulai dari tahap persiapan sampai dengan tahap pelaporan, baik yang diperoleh dari Manajemen Pelaksana maupun dari pihak lain, termasuk juga hasil analisa Pemeriksa sendiri, dengan tujuan utama sebagai berikut:
• Menyimpan segala informasi penting yang diperoleh melalui wawancara, review, instruksi, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk analisa berbagai unsur pengendalian dan proses pemeriksaan transaksi.
• Mengidentifikasi dan mendokumentasikan himpunan temuan-temuan kelemahan, penyimpangan, ketidakpatuhan dan ketidakteraturan sebagai pendukung eksistensi dan luasnya kondisi yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan.
• Membantu pengendalian pelaksanaan pemeriksaan agar dapat berjalan dengan tertib. Dengan Kertas Kerja Pemeriksaan dapat diketahui apa yang telah dilakukan Pemeriksa, apa yang sedang dikerjakan dan pekerjaan apa yang belum/tidak dilaksanakan serta alasannya.
• Memberikan dukungan pembuktian dalam pembicaraan hasil pemeriksaan dengan Manajemen Pelaksana sebagai pihak yang diaudit, termasuk alat untuk mempertahankan pendapat dan saran internal. Juga memberikan dukungan pembuktian bagi laporan hasil pemeriksaan.
• Memberikan alat bagi supervisor/ketua tim pemeriksaan untuk mereview hasil pemeriksaan, serta menjadi dasar untuk menilai kemampuan teknis, keahlian, kecermatan dan ketelitian serta kerapian kerja anggota Pemeriksa yang bersangkutan.
• Menjadi pedoman dan bahan referensi untuk pemeriksaan pada periode berikutnya, sehingga pengulangan pekerjaan tidak terjadi dan review dapat dilakukan lebih dini.
Sebagai bahan dokumentasi, kertas kerja pemeriksaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• harus memuat data penting yang lengkap, kompeten dan relevan, secara singkat dan padat.
• harus memiliki bentuk formal yang konsisten dan merupakan catatan pelaksanaan kerja yang benar-benar bermanfaat dengan tujuan yang jelas.
• harus sistematis dan rapi sehingga mudah dibaca dan dapat diikuti dengan seksama.
• harus bebas dari segala macam kesalahan fakta, perhitungan, pendapat dan kesimpulan serta tidak membiarkan adanya hal-hal yang meragukan atau pertanyaan yang tak terjawab.
• harus disusun dengan menghindarkan pekerjaan menyalin dan tidak membuat daftar dan jadwal yang tidak perlu dilakukan sendiri oleh Pemeriksa.
• harus memuat identifikasi yang jelas mengenai unit yang diaudit, masalah yang diaudit, periode yang diaudit, nama dan tanggal serta paraf Pemeriksa, dan petugas yang mereview, dan nomor indeksnya.
Laporan Pemeriksaan
Berikut disajikan laporan pemeriksaan yang terdiri atas: (Agoes, 2017)
BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan harus menyajikan hal-hal yang penting secara jelas, teliti dan wajar dan minimal memuat:
a. Lingkup Pekerjaan. Sesuai dengan penugasan yang diterima dari Pengurus, bagian ini mendeskripsikan lingkup pemeriksaan yang dilakukan, dan auditable unit yang dipilih, jumlah personil yang diturunkan untuk melakukan pemeriksaan, estimasi waktu pengerjaan, dan metode yang digunakan.
b. Lingkungan Pengendalian Internal. Bagian ini mendeskripsikan secara umum tentang kondisi dan status lingkungan pengendalian internal Manajemen Pelaksana yang berjalan.
c. Temuan Pemeriksaan. Temuan seluruh jenis pemeriksaan yang ada diikhtisarkan ke dalam suatu tabel berdasarkan skala prioritasnya, disertai paparan keterangan yang dibutuhkan.
d. Kesimpulan Pemeriksaan dan Rekomendasi Umum. Kesimpulan berupa area yang membutuhkan perhatian khusus Manajemen Pelaksana diikuti rekomendasi umum yang diberikan oleh Pemeriksa.
BAB II LAPORAN PEMERIKSAAN
Overview atas keseluruhan pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan penugasan yang diterima, akan memuat:
a. Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan. Bagian ini menjelaskan tujuan dan lingkup pemeriksaan secara detal.
b. Pelaksanaan Pemeriksaan. Bagian ini menjelaskan secara umum mengenai program dan prosedur pemeriksaan masing-masing jenis pemeriksaan, termasuk tahapan dan realisasi jadwal pelaksanaan per masing-masing pemeriksaan. Jika terdapat hambatan pelaksanaan pemeriksaan yang signifikan, dapat dipaparkan secara khusus pada bagian ini.
BAB III TEMUAN, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bagian ini menjelaskan secara umum mengenai temuan, kesimpulan dan rekomendasi secara detil, yang diklasifikasikan ke dalam skala prioritas. Prioritas tersebut terdiri dari:
a. Prioritas Utama. Kelemahan signifikan yang dapat membahayakan pengendalian internal dan harus segera diatasi sebagai masalah yang mendesak. Jangka waktu perbaikan: segera.
b. Prioritas Menengah. Kelemahan pengendalian yang dapat mengganggu sistem pengendalian internal dan harus diatasi dalam waktu dekat. Jangka waktu perbaikan: maksimal dalam jangka waktu tiga bulan.
c. Prioritas Rendah. Kelemahan yang tidak berarti pada sistem pengendalian internal, akan tetapi harus diperbaiki oleh manajemen. Jangka waktu perbaikan: maksimal dalam jangka waktu enam bulan.
Daftar Pustaka
Agoes, S. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Buku
1. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
. 2017. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Buku
2. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
dan J. Xxxxxxx. 2009. Bunga Rampai Auditing. Jakarta: Salemba Empat. COSO. 2013. Internal Control-Integrated Framework. xxx.xxxx.xxx
Xxxxx, X. X., M. S. Xxxxxxx, X. X. Xxxxx, dan A. A. Xxxxx. 2011. Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Xxxxxxxx, Xxxxx J., Xxxx D. Xxxxxx, xxx Xxxxxx X. Kieso. 2015. Financial Accounting. IFRS Edition. Third Edition. United States of America: Xxxx Xxxxx & Sons, Inc.
Peraturan Pemerintah RI No. 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Peraturan Bapepam-LK No.IX.I.7 dan Keputusan Ketua Bapepam-LK No.Kep-496/BL/2008
tentang Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam Unit Audit Internal
LAMPIRAN 2
Foto
Foto saat Pelatihan sedang berlangsung
LAMPIRAN 3
Luaran Wajib: Draft Artikel
PENERAPAN SISTEM INTERNAL CONTROL DAN FUNGSI INTERNAL AUDIT DI PT FELIXINDO RUBBER BERKARYA
Merry Susanti1, Xxxxx Xxxxx Xxxx 2, dan Xxxxxxx Xxxxx 3
1Program Studi Akuntansi, Universitas Tarumanagara Jakarta Email:xxxxxx@xx.xxxxx.xx.xx
2 Program Studi Akuntansi, Universitas Tarumanagara Jakarta Email: xxxxxx@xx.xxxxx.xx.xx
3 Program Studi Akuntansi, Universitas Tarumanagara Jakarta Email: xxxxxxxx@ xx.xxxxx.xx.xx
ABSTRAK
PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya adalah perusahaan industri keluarga yang baru berkembang, yang terletak di Bekasi. Perusahaan memproduksi berbagai variasi produk karet untuk berbagai jenis industri. Permasalahan yang ditemukan saat survei pendahuluan adalah pemilik kurang fokus ke bidang administrasi, karyawan bagian administrasi yang kurang kompeten, belum digunakannya software akuntansi yang memadai, belum adanya pemisahan fungsi yang memadai, belum adanya kesadaran dari anggota organisasi akan pentingnya pengendalian, dan belum adanya fungsi internal audit pada perusahaan. Temuan ini menunjukkan bahwa tujuan sistem pengendalian internal belum tercapai yang terlihat dari masih lemahnya sistem pengendalian internal perusahaan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan laporan keuangan menjadi tidak akurat dan tidak wajar, serta aset perusahaan menjadi tidak aman. Dengan belum adanya fungsi internal audit dapat mengakibatkan kegiatan operasional perusahaan menjadi tidak efisien. Selanjutnya kami mempersiapkan materi mengenai internal control dan audit internal agar sistem pengendalian internal perusahaan dapat lebih baik sehingga kelemahan yang ditemukan dapat diminimalisir. Materi tersebut kami berikan sebanyak 4 kali pertemuan yang diadakan di PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya. Kegiatan ini akan diakhiri dengan membuat modul dan publikasi sebagai luaran, juga menyusun laporan akhir maupun laporan keuangan atas kegiatan yang telah kami lakukan. Seluruh kegiatan ini dilakukan sejak bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2020.
Kata kunci: PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya, Internal control, Audit internal
1. PENDAHULUAN
PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya adalah sebuah perusahaan keluarga yang berdiri sejak tahun 2000. Pada awal berdiri, perusahaan hanya memiliki workshop yang berlokasi di daerah Kapuk Raya. Saat itu perusahaan hanya memiliki satu mesin produksi karet yang sangat sederhana. Seiring dengan berjalannya waktu, pesanan mulai banyak dan produksi yang semula hanya dilakukan dengan menggunakan satu mesin produksi mulai berkembang. Perusahaan mulai menambah beberapa mesin baru untuk melayani order yang mulai berdatangan untuk berbagai variasi produk karet untuk berbagai jenis industri. Dengan semakin banyaknya order yang diterima oleh perusahaan maka perusahaan mulai memperluas tempat industrinya dan memindahkan lokasi produksinya ke daerah Bekasi. Saat ini perusahaan memproduksi barang-barang karet untuk keperluan industri, otomotif, dan rumah tangga seperti karet bellows, karet ebonit, karet expansion joint, karet fender, karet lining, karet O ring, karet karpet, karet kaki meja, dan karet komponen audio. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, perusahaan mulai merasakan adanya ketertinggalan dalam bidang administrasi terutama yang berkaitan dengan laporan keuangan dan internal control perusahaan.
Menurut XXXX (2013) pengendalian internal seharusnya memainkan peran penting dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan serta melindungi aset organisasi, baik yang berwujud (misalnya, persediaan, aset tetap, dan kas) maupun yang tidak berwujud
(misalnya reputasi, hak atas kekayaan intelektual, dan merek dagang). Kerangka dan pedoman implementasi pengendalian internal digagas oleh organisasi yang berbasis di Amerika Serikat, yaitu Committee of Sponsoring Organizations of the Xxxxxxxx Commission (COSO). Meskipun demikian, kerangka dan pedoman implementasi pengendalian internal rumusan COSO diadopsi secara luas di berbagai negara, baik di sektor publik maupun sektor swasta.
Setelah dilakukan survey ke PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang terkait dengan pelaporan keuangan dan internal control perusahaan. Masalah yang ditemukan, yaitu: pemilik kurang fokus ke bidang administrasi, karyawan bagian administrasi yang kurang kompeten, belum digunakannya software akuntansi yang memadai, belum adanya pemisahan fungsi yang memadai, belum adanya kesadaran dari anggota organisasi akan pentingnya pengendalian, dan belum adanya fungsi internal audit pada perusahaan. Semua masalah ini terkait dengan konsep internal control dan konsep COSO (Committe On Sponsoring Organization, 2013) yang ada.
Fokus pemilik dalam menjalankan perusahaan ini pada bagaimana cara untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan yang ada. Pemilik kurang memperhatikan aspek administrasi dan laporan karena pertama latar belakang pemilik bukan administrasi dan juga menganggap bahwa itu bukan bidangnya dan sudah diserahkan ke bagian administrasi untuk menanganinya. Hal ini juga berakibat membuat pandangan karyawan bahwa administrasi tidak penting dan yang penting adalah bagaimana menghasilkan penjualan yang sebesar mungkin. Sesuai dengan konsep COSO (2013) dimana salah satu elemen penting COSO adalah lingkungan pengendalian dan monitoring. Lingkungan pengendalian yang baik akan mengakibatkan elemen lain dalam COSO menjadi lebih baik sehingga proses monitoring proses operasi dapat dipantau dengan baik dan tepat.
Sebagian besar karyawan diterima bekerja hanya karena unsur relasi dan kenalan tanpa memperhatikan faktor kompetensi yang bersangkutan. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi ditemukan bahwa hampir sebagian besar karyawan administrasi (akuntansi, finance, budget, dan administrasi) tidak mempunyai pengetahuan yang cukup terkait dengan pekerjaan mereka. Para karyawan administrasi ini melakukan pekerjaan secara rutin terus menerus sepanjang tahun tanpa adanya peningkatan pengetahuan. Dalam konsep internal control (COSO, 2013) dijelaskan bahwa salah satu syarat atau elemen tercapainya tujuan internal control yang baik adalah adalah karyawan yang cakap dan kompeten. Dengan adanya karyawan yang kompeten akan sangat membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Seperti diketahui, karyawan adalah aset perusahaan yang sangat berperan dalam menunjang keberhasilan suatu perusahaan. Sebaik apapun sarana dan prasarana perusahaan, jika tidak ada karyawan yang kompeten maka kemungkinan besar perusahaan akan gagal dalam mencapai tujuannya. Jadi unsur karyawan ini merupakan unsur yang fatal bagi perusahaan.
Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa proses penyusunan laporan keuangan hanya menggunakan program Excel yang kurang memadai untuk menangani seluruh transaksi keuangan perusahaan. Hal ini mengakibatkan laporan keuangan selalu terbit terlambat dan efeknya pengambilan keputusan menjadi tidak tepat dan akurat. Selain keterlambatan laporan keuangan, hasil ketepatan angka yang ada di dalam laporan keuanganpun menjadi dipertanyakan. Angka di laporan keuangan menjadi diragukan kebenarannya. Jaman sekarang dimana semakin banyaknya transaksi dan variasi dari transaksi yang semakin bervariasi mengakibatkan diperlukannya suatu software untuk mencatat transaksi perusahaan yang terjadi. Tidak adanya alat bantu program akuntansi ini mengakibatkan pekerjaan menjadi sangat lambat dan kemungkinan timbulnya human error semakin besar dan banyak. Dengan adanya suatu sistem informasi akuntansi yang memadai, yang cocok untuk perusahaan mengakibatkan proses penyusunan laporan keuangan menjadi lebih cepat dan risiko human error menjadi kecil.
Pada perusahaan ini banyak sekali terdapat perangkapan fungsi yang tidak disadari oleh perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena masih banyaknya karyawan yang masih memiliki hubungan saudara dengan pemilik sehingga perusahaan menganggap hal ini bukan merupakan masalah yang serius. Beberapa fungsi yang dirangkap antara lain: perangkapan fungsi antara fungsi akuntansi dan keuangan, adanya perangkapan fungsi antara fungsi penjualan dan otorisasi transaksi penjualan, adanya perangkapan fungsi antara fungsi gudang dan fungsi pencatatan gudang, adanya perangkapan fungsi antara fungsi keuangan dengan pembelian. Perangkapan fungsi ini akan mengakibatkan tujuan dasar internal control (Xxxxxxxx, et al., 2015) yaitu: keamanan aset perusahaan, keandalan informasi akuntansi, mendorong efisensi dan ditaatinya kebijakan dan peraturan yang ada tidak dapat tercapai. Perangkapan fungsi yang ada dapat melemahkan accounting control perusahaan yaitu: Laporan keuangan perusahaan tidak dapat dipercaya kebenarannya dan juga aset perusahaan dapat hilang. Selain accounting control, hal ini juga akan menyebabkan lemahnya administrative control yaitu timbul ketidakefisienan dan kebijakan yang telah ada tidak ditaati. Prinsip internal control tidak memandang siapa orang yang menduduki jabatan tersebut tetapi lebih ditekankan pada fungsi yang tidak boleh digabungkan tanpa melihat siapa personilnya.
Tidak adanya tone at the top mengakibatkan tidak adanya kesadaran dari para anggota perusahaan akan pentingnya pengendalian (internal control). Para karyawan menganggap internal control merupakan suatu hal asing yang akan menyusahkan mereka, yang akan membuat birokrasi bertambah. Hal ini juga didukung oleh sikap manajemen yang acuh tak acuh terhadap internal control perusahaan. Hal ini mengakibatkan lemahnya internal control yang ada di perusahaan dan kembali efek fatalnya adalah tujuan internal control di atas tidak akan tercapai. Sesuai dengan konsep COSO (2013), salah satu unsur dasar dalam COSO adalah tone at the top (lingkungan pengendalian). Dengan adanya tone at the top ini mengakibatkan semua anggota organisasi akan taat dan tunduk terhadap internal control yang ada karena pemimpin memberikan contoh dalam semua tindakan dan perbuatannya untuk mentaati internal control yang ada.
Fungsi internal audit di dalam perusahaan tidak ada dan juga perusahaan belum pernah melakukan external audit selama ini. Hal ini mengakibatkan laporan keuangan yang dihasilkan selama ini tidak dijamin kewajaran dan keakuratannya. Yang dimaksud disini bukan berarti semua perusahaan harus ada bagian internal audit tetapi yang dimaksud disini adalah fungsi internal audit yang harus ada. Hal ini sesusai dengan pernyataan dari Agoes (2012) yaitu: Organisasi, baik perusahaan maupun pemerintah, biasanya memiliki unit audit internal yang menjadi penopang terselenggaranya pengendalian internal dan bertanggung jawab langsung kepada manajer puncak atau dewan pengawas. Jika pengendalian internal suatu perusahaan lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Elder dkk (2011) mendefinisikan audit internal sebagai suatu pemeriksaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Jadi, fungsi internal audit adalah semacam fungsi konsultan yang harus ada dalam perusahaan untuk memperbaiki proses operasi perusahaan yang kurang baik. Selain itu internal audit juga berfungsi untuk mengawasi proses pembuatan laporan keuangan sehingga hasil laporan keuangan dapat lebih dipertanggungjawabkan.
2. Metode Pelaksanaan PKM
Untuk mengatasi kelemahan yang kami temukan dalam survey pendahuluan, maka kami akan memberikan pelatihan mengenai penerapan sistem pengendalian internal dan audit internal. Dengan pelatihan ini diharapkan semua pihak di PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya dapat memahami bahwa dengan tidak ditaatinya pengendalian internal dapat menyebabkan tidak akuratnya laporan keuangan yang pada akhirnya dapat membahayakan kelangsungan hidup perusahaan serta tidak berjalannya fungsi audit internal.
Sesuai dengan kesepakatan maka pelatihan dilakukan pada hari Sabtu agar tidak terlalu mengganggu kegiatan operasi perusahaan. Kami juga meminta kepada perusahaan agar peserta pelatihan berkomitmen untuk hadir pada setiap pelatihan. Agar pelatihan dapat berjalan dengan lancar, maka kami menyusun materi dari buku audit, akuntansi dan kerangka kerja pengendalian internal. Materi tersebut akan kami bagikan kepada para peserta yang mengikuti pelatihan.
Pelatihan kami lakukan sebanyak 4 kali, yaitu pada tanggal 15, 22 dan 29 Februari serta 7 Maret 2020. Setelah teori mengenai sistem pengendalian internal dan audit internal telah diberikan, kami juga meminta agar perusahaan dapat langsung menerapkan sistem pengendalian internal dan membentuk fungsi audit internal sehingga kami dapat melakukan evaluasi atas sistem pengendalian internal yang baru diterapkan perusahaan. Selama pelatihan ini kami juga dibantu oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi, yaitu: Xxxxxxx Xxxxxxx.
3. Hasil dan Pembahasan
Pada hari pelatihan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati, tanggal 15 Februari 2020 kami datang ke PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya di Xx. Xxxx Xxxxxx Xx. 0, Xxxxxxxx Xxxxx. Setelah apra peserta pelatihan telah berkumpul, maka kami memberikan materi yang telah disusun sebelumnya. Selanjutnya kami menerangkan mengenai definisi, tujuan dan prinsip yang digunakan di dalam sistem pengendalian internal. Sepanjang hari tersebut, para peserta pelatihan sangat antusias dalam mengikuti pelatihan yang terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan terkait dengan pekerjaan mereka.
Pelatihan kedua dilakukan pada tanggal 15 Februari 2020, kami menjelaskan mengenai internal audit yang seharusnya ada di perusahaan. Bagaimana melakukan audit internal, laporan apa saja yang dihasilkan, dan keguanaan dari laporan audit internal bagi perusahaan. Pada hari kedua ini, juga banyak pertanyaan yang diajukan kepada kami terkait dengan materi audit internal.
Pada tanggal 22 Februari 2020, kami meminta kepada perusahaan dan peserta pelatihan untuk mencoba menerapkan sistem pengendalian internal dan membentuk fungsi audit internal, berdasarkan penjelasan yang telah kami berikan selama 2 kali pertemuan yang sebelumnya. Pada pertemuan ini, kami membantu para karyawan agar dapat menerapkan sistem pengendalian internal dalam pekerjaan yang akan mereka lakukan sehari-harinya. Kami juga membantu perusahaan untuk membentuk dan fungsi audit internal agar kegiatan operasi perusahaan dapat lebih efisien.
Pelatihan yang terakhir kami lakukan pada tanggal 7 Maret 2020 dengan melakukan evaluasi atas penerapan sistem pengendalian internal yang telah dilakukan perusahaan sejak pertemuan terakhir sampai dengan tanggal 7 Maret 2020. Hasil evaluasi yang kami lakukan ternyata menunjukkan bahwa perusahaan sudah tidak melakukan perangkapan fungsi, memberikan pelatihan kepada karyawan dan mulai menggunakan software akuntansi. Hal ini menunjukkan pelatihan yang kami berikan memberikan manfaat bagi perusahaan walaupun baru sebagian saja prinsip dari sistem pengendalian internal yang diterapkan oleh perusahaan mengingat baru 1 minggu berlalu sejak perusahaan menerapkan sistem pengendalian internal. Kami menyadari bahwa penerapan sistem pengendalian internal membutuhkan waktu yang lama agar setiap personel yang ada di perusahaan memahami pentingnya sistem pengendalian internal.
Selain melakukan evaluasi, kami juga mmberikan kuesioner untuk diisi oleh para peserta pelatihan. Hasil kuesioner yang diisi menunjukkan bahwa mereka sangat menghargai pelatihan yang kami berikan. Mereka juga bersedia untuk menerima pelatihan kembali di masa mendatang. Berikut adalah foto kegiatan PKM yang sedang berlangsung di PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya:
Gambar 1 Pelatihan sedang berlangsung
Hasil yang dicapai adalah para karyawan di PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya sudah dapat menerapkan sistem pengendalian internal dan fungsi internal audit di perusahaan sehingga tujuan pengendalian internal dapat tercapai dimana salah satunya adalah makin akuratnya laporan keuangan perusahaan dan kegiatan operasi perusahaan dapat lebih efisien dengan berfungsinya internal audit. Luaran yang dicapai adalah modul dimana modul ini diharapkan bisa membantu PT Felixindo Rubber Berkarya untuk memahami manfaat penerapan sistem pengendalian internal dan fungsi internal audit di perusahaan sehingga dapat meningkatkan keakuratan laporan keuangan dan berfungsinya internal audit.
Kegiatan yang dilakukan di PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya akan dirangkum dalam bentuk paper, dimana paper tersebut akan diseminarkan dalam Senapenmas atau forum lainnya. Selain itu juga akan dibuat poster mengenai kegiatan pengabdian kepada masyarakat untuk disertakan di Research Week yang diadakan oleh Universitas Tarumanagara.
4. Kesimpulan
Tujuan dari pelatihan ini adalah agar PT Felixindo Rubber Berkarya dapat menerapkan sistem pengendalian internal dan fungsi internal audit di perusahaan sehingga tujuan pengendalian internal dapat tercapai dimana salah satunya adalah makin akuratnya laporan keuangan perusahaan dan kegiatan operasi perusahaan dapat lebih efisien dengan berfungsinya internal audit.
Berdasarkan survey yang dilakukan diperoleh informasi bahwa di PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya terdapat beberapa masalah yang terkait dengan pelaporan keuangan dan internal control perusahaan. Oleh karena itu pelatihan mengenai materi tersebut diberikan sebanyak tiga kali dan sekali melakukan evaluasi atas penerapan sistem pengendalian internal dan fungsi internal audit di perusahaan. Di akhir pelatihan kuesioner disebarkan untuk diisi oleh PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya untuk mengetahui kesan PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya terhadap pelatihan yang telah diberikan. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa PT Xxxxxxxxx Xxxxxx Berkarya dapat memahami manfaat penerapan sistem pengendalian internal dan fungsi internal audit di perusahaan.
Ucapan Xxxxxx Xxxxx (Acknowledgement)
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami hingga terselenggaranya kegiatan ini, Rektor Universitas Tarumanagara, Direktur DPPM
Universitas Tarumanagara, Dekan dan segenap pimpinan Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Referensi
Agoes, S. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Buku
1. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
COSO. 2013. Internal Control-Integrated Framework. xxx.xxxx.xxx
Xxxxx, X. X., M. S. Xxxxxxx, X. X. Xxxxx, dan A. A. Xxxxx. 2011. Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Xxxxxxxx, Xxxxx J., Xxxx D. Xxxxxx, xxx Xxxxxx X. Kieso. 2015. Financial Accounting. IFRS Edition. Third Edition. United States of America: Xxxx Xxxxx & Sons, Inc.
LAMPIRAN 4
Daftar Hadir Sosialisasi Kegiatan PKM
LAMPIRAN 5
Daftar Hadir Pelatih
LAMPIRAN 6
Daftar Hadir Peserta
LAMPIRAN 7
Kuesioner