KATA PENGANTAR
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN GORONTALO
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN GORONTALO BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2018
KATA PENGANTAR
Penyusunan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Gorontalo) sebagai salah satu instansi pemerintah merupakan pertanggungjawaban terhadap akuntabilitas kinerjanya sesuai dengan tugas pokok, fungsi, dan kewenangan pengelolaan sumberdaya yang ditetapkan sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan Inpres No. 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah wajib menyusun LAKIP setiap akhir tahun anggaran. Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.020/2017 tanggal 22 Mei 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, dimana BPTP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan, pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Oleh karena itu, BPTP Gorontalo juga berkewajiban untuk melaporkan akuntabilitas kinerja BPTP secara keseluruhan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan berkontribusi dalam penyusunan laporan ini disampaikan terima kasih. Harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi BPTP Gorontalo dalam perbaikan kinerja ke depan.
Kepala Balai
Xx. Xx. Xxxxxxxx Xxxx, X.Xx
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi pada Tahun Anggaran 2018 dan alat kendali serta alat pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan pemerintahan. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPTP) Gorontalo Tahun 2015 merupakan LAKIP tahun pertama pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang merupakan tahun dimulainya pengukuran kinerja periode 2015-2019. LAKIP BPTP Gorontalo yang disusun sejalan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang ditindaklanjuti melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka hasil capaian kinerja pembangunan pertanian sepatutnya dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada publik melalui Laporan Kinerja.
Fungsi LAKIP antara lain adalah sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif, sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi BPTP Gorontalo menuju terwujudnya good governance, dan sebagai wujud transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah menerbitkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permen PAN dan RB) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah sebagai pengganti Permen PAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010, tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Dalam pelaksanaannya kinerja instansi suatu pemerintahan juga perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi merupakan suatu aplikasi penilaian yang sistematis terhadap konsep, desain, implementasi, dan manfaat aktivitas dan program dari suatu instansi pemerintah. Evaluasi juga dilakukan untuk menilai dan meningkatkan cara-cara dan kemampuan berinteraksi instansi pemerintah yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya. Evaluasi yang dilakukan untuk mengukur kinerja dari instansi pemerintah adalah Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Evaluasi ini merupakan perkembangan dari suatu riview atas kinerja organisasi dengan dukungan informasi dan pengumpulan data melalui riset terapan (applied research) sehingga hasil evaluasi akan lebih komprehensif untuk melihat organisasi dan kontribusinya pada peningkatan kinerja pemerintahan secara keseluruhan. Pola pendekatan yang demikian akan mendukung simpulan hasil evaluasi yang lebih menyeluruh
(makro) sehingga dapat menghindari resiko bias yang besar. Didalam penyusunan LAKIP mengacu pada Pengukuran Kinerja. Dalam pengukuran kinerja dilakukan pembandingan antara kinerja yang sesungguhnya pada suatu periode atau pada saat pengukuran dilakukan dengan suatu pembanding tertentu, misalnya, dibandingkan dengan rencana, standar, atau benchmark tertentu. Sedangkan evaluasi berupaya lebih jauh untuk menemukan penjelasan- penjelasan atas outcome yang diobservasi dan memahami logika-logika di dalam intervensi publik. Sistem pengukuran kinerja yang didesain dengan baik, sering diidentifikasikan sebagai salah satu bentuk dari evaluasi.
Menurut Xxxxx Xxxx (2004), Evaluasi dari kinerja suatu pekerjaan dapat dilaksanakan selama pelaksanaan program atau setelah program itu selesai dilaksanakan, tergantung dari tujuan evaluasi. Secara keseluruhan, evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja program yang dievaluasi melalui pembelajaran dari pengalaman yang diperoleh. Sementara itu evaluasi sumatif dilaksanakan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan atau evaluasi dari sesuatu program secara keseluruhan. Adapun LAKIP adalah suatu kegiatan evaluasi untuk menilai konsep dari suatu program serta desain dan manajemen. Dalam pelaksanaannya dilakukan evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi birokrasi dan berorientasi pada pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Menurut Xxxxx Xxxxxxxx, bahwa SAKIP merupakan integrasi dari sistem perencanaan, sistem penganggaran dan sistem pelaporan kinerja, yang selaras dengan pelaksanaan sistem akuntabilitas keuangan. Output akhir dari SAKIP adalah LAKIP, yang menggambarkan kinerja yang dicapai oleh suatu instansi pemerintah atas pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai APBN/APBD.
Evaluasi untuk penilaian LAKIP meliputi 5 komponen yaitu adalah perencanaan kinerja yang terdiri dari renstra, rencana kinerja tahunan, dan penetapan kinerja (bobot 35), pengukuran kinerja, yang meliputi pemenuhan pengukuran, kualitas pengukuran, dan implementasi pengukuran (bobot 20), pelaporan kinerja yang merupakan komponen ketiga, terdiri dari pemenuhan laporan, penyajian informasi kinerja, serta pemanfaatan informasi kinerja (bobot 15), evaluasi kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi dan pemanfaatan hasil evaluasi (bobot 10), dan pencapaian kinerja terdiri dari kinerja yang dilaporkan (output dan outcome), dan kinerja lainnya (bobot 20). Nilai tertinggi dari evaluasi LAKIP adalah AA (memuaskan) skor 85–100, sedangkan A (sangat baik) skor 75-85, B (baik) skor 65-75, CC (cukup baik) skor 50–65, C (agak kurang) skor 30–50, dan nilai D (kurang) skor 0-30.
1.2. Tugas, Fungsi dan Organisasi BPTP Gorontalo
Dalam rangka mempercepat alih teknologi pertanian, mendukung pembangunan pertanian daerah dan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pertanian di wilayah, telah dibentuk dan ditetapkan organisasi dan tata kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPTP), sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No.798/Kpts/T.210/12/94. Hal tersebut sangat sejalan dan bersifat antisipatif terhadap jiwa UU No. 22 dan UU No. 25 tahun 1999, bahwa desentralisasi perlu dilakukan dalam bidang penelitian dan pengembangan teknologi pertanian untuk akselerasi adopsi teknologi dan lebih mendekatkan pelayanan penelitian kepada masyarakat. Disamping itu, untuk menjaga kesinambungan penelitian, pengkajian, dan penyuluhan, BPTP dituntut dapat berperan sebagai jembatan antara sistem penelitian dan penyuluhan, maka keberadaan BPTP disetiap provinsi sangat diperlukan sebagai instansi pusat yang dapat menyediakan kebutuhan teknologi spesifik wilayah dan sekaligus dapat menginformasikan kepada para pengguna secara cepat. Hal ini terkait dengan keberadaan BPTP sebagai mitra kerja Balai Penelitian komoditas untuk melaksanakan penelitian strategis.
Seiring dengan arah kebijakan pembangunan daerah, pemerintah daerah telah menetapkan pertanian sebagai program unggulan Provinsi Gorontalo. Langkah tersebut memiliki makna yang sangat strategis bagi masyarakat Gorontalo, karena Provinsi Gorontalo memiliki kompetensi yang cukup baik dibidang pertanian, baik ditinjau dari potensi ketersediaan lahan yang masih luas dan dukungan sumberdaya manusia, maka untuk mewujudkan program ini dibutuhkan inovasi teknologi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi, produktivitas, dan pengembangan produk sehingga mampu memacu pertumbuhan, diversifikasi produk, transformasi produk, nilai tambah, dan daya saing. Inovasi teknologi dinilai vital dalam mendorong perluasan dan diversifikasi agribisnis yang dinamis, efisien dan berdaya saing tinggi.
Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.020/2017, seluruh BPTP termasuk BPTP Gorontalo mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Lebih lanjut Permentan tersebut menjelaskan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, BPTP menyelenggarakan fungsi: 1) Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi, dan laporan pengkajian
,perakitan, pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, (2) Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi tepat guna spesifik lokasi, (3) Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, (4) Pelaksanaan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, (5) Perakitan materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi,
(6) Penyiapan kerja sama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, (7) Pemberian pelayanan teknik pengkajian,
perakitan dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi, (8) Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan balai.
Diantara kedelapan fungsi tersebut pelaksanaan fungsi penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi dirasakan masih perlu ditingkatkan secara terus menerus dan berkelanjutan karena perannya yang sangat strategis untuk dalam menghasilkan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Teknologi spesifik lokasi adalah paket teknologi yang sesuai dengan kondisi biofisik wilayah yang memiliki nilai tambah ekonomi dan secara sosial diterima oleh masyarakat petani setempat, serta paket teknologi tersebut harus ramah lingkungan dan mendukung kebijakan Pemerintah Daerah setempat. Paket teknologi yang dimaksud merupakan integrasi beberapa komponen teknologi yang mampu memecahkan masalah petani
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA.
2.1. Visi dan Misi
Visi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Badan Litbang Pertanian (BPTP) Gorontalo merupakan bagian integral dari visi pertanian dan pedesaan 2020; ruh, visi, dan misi pembangunan pertanian 2015–2019; visi dan misi Badan Litbang Pertanian 2015 – 2019; serta visi dan misi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) yang dirumuskan untuk menggali dan menyampaikan persepsi yang sama mengenai masa depan pembangunan pertanian dan pedesaan. Persepsi tersebut diwujudkan dalam bentuk komitmen jajaran BPTP Gorontalo dalam merealisasikan tujuannnya. Oleh karena itu, dalam mengemban tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi di Provinsi Gorontalo, maka BPTP Gorontalo harus mempunyai visi yang bersifat futuristik dan mampu menjadi akselerator kegiatan penelitian pengkajian dan perakitan teknologi pertanian spesifik lokasi. Berdasarkan hal tersebut, BPTP Gorontalo menetapkan Visi yaitu “Menjadi lembaga penelitian, pengkajian dan pengembangan inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi yang unggul dan berkelanjutan dalam mendukung program strategis Kementrian Pertanian dan pembangunan agropolitan Provinsi Gorontalo”. Sedangkan misi BPTP Gorontalo merupakan pernyataan mengenai garis besar kiprah utama BPTP dalam mewujudkan visi tersebut. Untuk itu, BPTP Gorontalo menetapkan Misi sebagai berikut :
1. Menghasilkan dan mengembangkan teknologi pertanian Spesifik Lokasi Provinsi Gorontalo yang memliki scientific and impact recognition dengan produktivitas dan efisiensi tinggi.
2. Mewujudkan BPTP Gorontalo sebagai institusi yang mengedepankan transparansi, profesionalisme dan akuntabilitas.
2.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan :
Sesuai mandat Badan Litbang Pertanian kepada BPTP Gorontalo untuk melakukan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian teapt guna spesifik lokasi maka tujuan BPTP Gorontalo adalah:
1. Menyediakan teknologo inovasi pertanian spesifik lokasi yang produktifdan efisien serta ramah lingkungan yang siap dimanfaatkan oleh stakeholder (pengguna).
2. Mewujudkan akuntabilitas dan profesionalisme dalam pelayanan jasa dan informasi teknologi spesifik lokasi ke pengguna.
Sasaran :
1. Tersedianya varietas unggul baru, adaptif dan berdaya saing memanfaatkan teknologi.
2. Tersedia dan termanfaatkannya hasil kajian dan pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi.
3. Tersedianya data dan informasi sumberdaya pertanian (lahan, air, iklim dan sumberdaya genetik).
4. Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Pertanian, kelembagaan dan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian
5. Meningkatnya kualitas layanan public BPTP Gorontalo.
6. Tersedianya sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi.
2.3. Indikator Keberhasilan Capaian kinerja
Indikator yang digunakan dalam mengukur keberhasilan capaian kinerja kegiatan yang dilakukan BPTP Gorontalo adalah : masukan, keluaran, dan hasil. Masukan merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output. Masukan yang digunakan dalam kegiatan BPTP Gorontalo adalah dana dan sumber daya manusia (SDM) atau peneliti/penyuluh yang melaksanakan kegiatan serta inovasi teknologi yang digunakan dalam pelaksanaan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian. Keluaran adalah produk yang merupakan hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan atau program. Keluaran yang dihasilkan oleh BPTP Gorontalo umumnya berupa program/rencana, informasi/bahan diseminasi, database, rumusan, paket teknologi maupun rekomendasi kebijakan yang akan disampaikan ke stakeholder (Badan Litbang Pertanian, Dinas terkait dan petani). Hasil merupakan segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Setiap kegiatan yang akan dilakukan jika diharapkan menghasilkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Hasil kegiatan dan pengkajian BPTP Gorontalo umumnya dirasakan langsung oleh petani, penyuluh atau stakeholder di daerah.
Dalam menjabarkan tugas pokok dan fungsinya, program BPTP Gorontalo yang dilaksanakan dalam kurun waktu 2015 – 2019 dengan satu program yaitu: Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio- Industri Berkelanjutan.
Untuk mengimplementasikan mandatnya, selanjutnya program tersebut dijabarkan dalam beberapa kegiatan utama dan indikator, yaitu :
1. Pengkajian teknologi pengembangan usaha tani tanaman pangan spesifik lokasi dengan indikator jumlah teknologi pengembangan usaha tani spesifik lokasi.
2. Menyediakan model pengembangan pertanian bioindustri berkelanjutan dengan indikator utama jumlah model pengembangan pertanian bioindustri berkelanjutan.
3. Mendiseminasikan Teknologi ke pengguna dengan indikator utama jumlah teknologi yang terdiseminasi ke pengguna.
4. Menyediakan benih Sumber dengan indikator utama jumlah produksi benih sumber.
5. Menganalisis kebijakan pembangunan pertanian komoditas prioritas di Provinsi Gorontalo dengan indikator utama jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah.
6. Penguatan dan peningkatan manajemen operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi dengan indikator kinerja sinergi operasional serta menguat dan meningkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi.
7. Terdapat sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi
2.4. Rencana Kinerja Tahun 2018
Sesuai dengan anggaran yang telah dialokasikan dalam Rencana Kinerja Anggaran Kementrian dan Lembaga (RKA-KL) pada tahun 2018, BPTP Gorontalo telah mengimplementasikan Program Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian melalui beberapa kegiatan utama, yaitu :
Tabel 1. Rencana Kinerja BPTP Gorontalo Tahun 2018
No | Sasaran Strategis | Indikator Kinerja | Target (2018) |
1. | Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi | Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas strategis | 3 Teknologi |
Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas lainnya | |||
2. | Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri | Jumlah Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi | 2 Model |
3. | Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi | Jumlah teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna | 7 Teknologi |
Jumlah teknologi komoditas lainnya yang terdiseminasi ke pengguna | |||
4. | Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan | Jumlah Produksi Benih Sumber | Padi : 26 ton Jagung : 12,7 ton Jagung : 3 ton |
5. | Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian | Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian | 1 Rekomendasi |
6. | Tersedianya sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi | Jumlah aksesi sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi | 5 Aksesi |
7. | Dihasilkannya sinergi layanan internal pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi | Jumlah layanan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian | 6 Layanan |
Selanjutnya masing-masing kegiatan utama tersebut akan dicapai melalui beberapa judul kegiatan. Judul kegiatan dan alokasi anggarannya untuk rencana kinerja tahun 2018.
Tabel 2. Alokasi anggaran kegiatan utama
Kegiatan | Anggaran (Rp) | |
Kegiatan Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian | 15,249,083,000 | |
1. | Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi | 385,000,000 |
2. | Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri | 130,000,000 |
3. | Jumlah Teknologi yang Terdiseminasi ke Pengguna | 1,449,060,000 |
4. | Jumlah Rekomendasi Kebijakan | 75,000,000 |
5. | Jumlah Produksi Benih Sumber | 534,220,000 |
6. | Jumlah Layanan Internal | 4,989,237,000 |
7. | Jumlah Sumberdaya Genetik yang Terkonservasi dan Terdokumentasi | 75,000,000 |
II.4. Perjanjian Kinerja
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo terus berupaya meningkatkan akuntabilitas kinerja yang meliputi efisiensi masukan (input), kualitas perencanaan dan pelaksanaan (proses), keluaran (output), dan outcome. Sejalan dengan kebijakan perencanaan yang ditetapkan dengan melihat kebutuhan stakeholder (bottom up) serta program di level pusat (top down), maka umpan balik (feedback) yang diperoleh dari proses perencanaan
dan operasionalisasi program/kegiatan di BPTP Gorontalo disesuaikan dengan tuntutan dan dinamika yang ada serta alokasi penganggaran yang tertuang dalam DIPA. Dengan demikian, Rencana Kinerja yang telah ditetapkan kemudian disahkan menjadi kontrak BPTP Gorontalo untuk Tahun 2018 melalui Penetapan Kinerja Tahunan, yang merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan dan dasar evaluasi.
Tabel 3. Penetapan Kinerja BPTP Gorontalo Tahun 2018
No. | Sasaran | Indikator kinerja | Kegiatan Utama | Target |
1. | Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi | Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas strategis | Teknologi pengembangan usaha tani tanaman pangan spesifik lokasi | 2 Teknologi |
2. | Tersedianya model pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri | Jumlah model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi | Model pengembangan pertanian bioindustri berkelanjutan | 2 Model |
3. | Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi | Jumlah teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna | Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna | 7 Teknologi |
4. | Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan | Jumlah produksi benih sumber | Unit pengelola Benih Sumber | Padi : 26 ton Jagung : 12,5 Ton Komposit : 3 ton |
5. | Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung disentralisasi rencana aksi (Decentralized Action Plan/DAP) | Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah | Analisis kebijakan pembangunan pertanian komoditas prioritas di Provinsi Gorontalo. | 1 Rekomendasi |
6. | Tersedianya sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi | Jumlah aksesi sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi | Sumber daya genetic yang terkonversi dan terdokumentasi | 5 aksesi |
7. | Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi | Jumlah dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian | Manajemen | 6 layanan/12 bulan |
Mencermati Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja Tahunan (PKT) Tahun 2018, dapat dikatakan rencana kinerja tahunan sudah dapat terpenuhi dalam penetapan kinerja tahun 2018. Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas strategis sebanyak 2 teknologi, Jumlah model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi 2 Model, Jumlah teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna 7 Teknologi, Jumlah produksi benih sumber padi dan jagung 41 ton, Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah 1 Rekomendasi, Jumlah aksesi sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi sebanyak 5 aksesi. Jumlah dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian 6 layanan selama 12 bulan.
III. AKUNTABILITAS KINERJA
2.5. Akuntabilitas BPTP Gorontalo
Tahun anggaran 2018, BPTP Gorontalo telah menetapkan tujuh sasaran strategis yang akan dicapai yaitu: (1) Tersedianya teknologi spesifik lokasi (2) Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri, (3) Terdesiminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi,
(4) Tersedianya benih sumber untk mendukug sistem perbenihan, (5) Dihasilkan rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi (Decentralized Action Plan/DAP), (6) Didokumentasikannya sumber daya genetik lokal Provinsi Gorontalo sebanyak 5 aksesi; (7) Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi.
Ketujuh sasaran tersebut dicapai melalui satu kegiatan prioritas, yaitu Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian, untuk mendukung Program Badan Litbang yaitu Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan. Selanjutnya, ketujuh sasaran tersebut diukur dengan indikator kinerja output berupa: 1) jumlah teknologi pertanian spesifik lokasi; 2) Jumlah model pengembangan inovasi teknologi bioindustri; 3) Jumlah teknologi komoditas strategis yang terdesiminasi kepada pengguna; 4) Jumlah produksi benih sumber; 5) Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah; 6) Jumlah aksesi sumber daya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi; 7) Jumlah Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian.
Jumlah Teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan oleh BPTP Gorontalo selama tahun 2018 tersebut mendukung terciptanya Scientific Base Badan Litbang. Demikian pula halnya untuk output teknologi yang didiseminasikan kepada stakeholder merupakan Impact Base dari hasil kegiatan pengkajian yang telah dilakukan. Dengan demikian capaian kinerja yang telah dihasilkan oleh BPTP Gorontalo selama Tahun 2016 tersebut mengarah kepada spirit Badan Litbang yaitu “Xxxxxxx.Xxxxxxxxxx.Xxxxxxx.”
2.6. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2018
Pengukuran kinerja terhadap keberhasilan Instansi Pemerintah dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil aktual yang dicapai dengan sasaran dan tujuan strategis. Pengukuran kinerja juga didifinisikan sebagai suatu metode untuk menilai kemajuan yang selalu dicapai dibandingkan dengan tujuan yang selalu ditetapkan. Pengukuran keberhasilan kinerja suatu Instansi Pemerintah diperlukan indikator sebagai tolok ukur pengukuran. Pengertian indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Sesuatu yang dapat dijadikan indikator kinerja yang berlaku untuk semua kelompok kinerja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (1)
Spesifik dan jelas, (2) dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, (3) harus relevan, (4) dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat dan dampak, (5) harus fleksibel dan sensitif dan (6) efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisis. Secara umum indikator kinerja memiliki beberapa fungsi yaitu (1) dapat memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan (2) membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja unit kerja.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BPTP Gorontalo diawali dengan perencanaan melalui suatu proses untuk menghasilkan suatu teknologi dan memberikan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat. Oleh karena itu faktor yang dapat dinilai dari tahapan ini adalah dalam bentuk kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan sampai dengan dampaknya bagi pengguna. Adapun kriteria keberhasilannya dilihat dari realisasi terhadap target, sasaran kegiatan yang dilaksanakan, serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan. Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan, yaitu (1) sangat berhasil: capaian >100 persen; (2) berhasil: capaian 80-100 persen; (3) cukup berhasil: capaian 60-79 persen; dan (4) tidak berhasil: capaian 0-59 persen.
Pengukuran tingkat capaian kinerja BPTP Gorontalo dilakukan dengan membandingkan antara target indikator kinerja sasaran pada Tahun 2018 dengan realisasinya dan dilakukan di akhir tahun. Realisasi yang dibandingkan terhadap target indikator kinerja sasaran sampai akhir tahun 2018 menunjukkan bahwa target sasaran kegiatan tahun 2018 telah dapat dicapai dengan hasil baik. Hasil ini diperkuat oleh adanya dokumen pendukung yang disampaikan masing- masing Penanggung Jawab Kegiatan Kepada Kepala BPTP terkait perkembangan capaian IKU disertai hasil monitoring dan evaluasi tim Monev BPTP secara selektif untuk memastikan seberapa jauh tercapainya target setiap kegiatan. Metode yang dilakukan untuk memantau capaian output adalah melalui pelaporan berkala capaian kinerja setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang dihadapi. Sehingga dengan demikian diharapkan bila tidak tercapainya target suatu indikator dapat diantisipasi sejak awal. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut terangkum sebagaimana tabel berikut:
Tabel 4. Sasaran, Indikator Kinerja, Target dan Capaian BPTP Gorontalo Tahun 2018
No. | Sasaran | Indikator kinerja | Kegiatan Utama | Target |
1. | Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi | Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas strategis | Teknologi pengembangan usaha tani tanaman pangan spesifik lokasi | 2 Teknologi |
2. | Tersedianya model pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri | Jumlah model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi | Model pengembangan pertanian bioindustri berkelanjutan | 2 Model |
3. | Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi | Jumlah teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna | Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna | 7 Teknologi |
4. | Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan | Jumlah produksi benih sumber | Unit pengelola Benih Sumber | Padi : 26 ton Jagung : 12,5 Ton Komposit : 3 ton |
5. | Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung disentralisasi rencana aksi (Decentralized Action Plan/DAP) | Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah | Analisis kebijakan pembangunan pertanian komoditas prioritas di Provinsi Gorontalo. | 1 Rekomendasi |
6. | Tersedianya sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi | Jumlah aksesi sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi | Sumber daya genetic yang terkonversi dan terdokumentasi | 5 aksesi |
7. | Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi | Jumlah dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian | Manajemen | 6 layanan/12 bulan |
Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa kinerja BPTP Gorontalo selama periode tahun 2018 secara umum menunjukkan hasil yang baik, dimana telah mencapai keberhasilan dari sasaran yang ditargetkan pada tahun tersebut. Hal ini dapat dicapai karena kegiatan yang dilaksanakan berjalan secara bersinergi dan didukung oleh anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut. Demikian pula halnya untuk kegiatan penyediaan benih sumber yang realisasinya lebih besar dibandingkan targetnya, hal ini didukung oleh tim yang solid dan pendanaan yang cukup. Selain itu, kesiapan dan kelengkapan dokumen perencanaan yang tepat waktu, intensifnya kegiatan pertemuan Tim Penanggung Jawab Kegiatan untuk memantau capaian pelaksanaan kegiatan, Input substansi teknis dari para narasumber dalam pertemuan yang relevan dengan sifat dan jenis kegiatan, Kesiapan dan kerjasama yang sinergis antara sumberdaya manusia (peneliti, penyuluh, litkayasa, dan tenaga administrasi), dan dukungan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai turut mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan.
2.7. Analisis Capaian Kinerja
Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2018 BPTP Gorontalo dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sasaran 1 : | Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi |
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja sebagai berikut:
Indikator Kinerja | Target | Realisasi | % |
Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi komoditas strategis | 3 | 3 | 100 |
Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi komoditas strategis lainnya | 0 | 0 | 0 |
Teknologi | Teknologi | 100 |
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2017 telah tercapai sebesar 100 persen, atau terealisasi 3 teknologi dari target 3 teknologi. Sehingga dapat dikatakan berhasil. Adapun rincian output serta outcome yang telah dicapai dari kegiatan ini diuraikan sebagai berikut:
Tabel 5. Rekapitulasi Teknologi Spesifik Lokasi
No. | Kategori | Jumlah Teknologi |
Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas strategis | ||
1 | Kajian Adaptasi Paket Teknologi PROLIGA Bawang Merah Spesifik Lokasi | 1 |
2 | Perakitan Teknologi Sistem Itegrasi Tanaman Kakao dan Ternak Sapi | 1 |
3 | Kajian Pengelolaan Lahan Kering Berwawasan Lingkungan di Provinsi Gorontalo | 1 |
Total | 3 |
Kajian Adaptasi Paket Teknologi PROLIGA Bawang Merah Spesifik Lokasi
Pada tahun 2018 BPTP Gorontalo menghasilkan teknologi adaptasi paket teknologi PROLIGA bawang merah spesifik lokasi di Provinsi Gorontalo
Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi outcame sebagai berikut :
Paket teknologi Proliga bawang merah merupakan teknologi yang menjadi inovasi terkini, terbaik dan menjadi terobosan baru dalam peningkatan produksi. Dalam hal produksi, paket teknologi Proliga dapat meningkatkan hasil hingga 2 sampai 3 kali dari hasil produksi paket teknologi budidaya bawang merah sesuai rekomendasi. Namun belum pernah dilakukan pengkajian spesifik lokasi di Gorontalo sehingga hal ini belum teruji, tersosialisasi dan teradopsi ditingkat lapangan, yang sebenarnya mempunyai potensi untuk dikembangkan. Kajian dilaksanakan di Desa Ilomangga Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo, pada Bulan Maret sampai Agustus 2018. Seluruh pengkajian dilaksanakan pada lahan petani seluas 0,75 ha dengan melibatkan 3 petani, dimana masing-masing petani menanam bawang merah seluas 0,25 ha.
Daerah Kabupaten Gorontalo merupakan sentra produksi bawang merah di Provinsi Gorontalo dengan persentase luasan tanam bawang merah sebesar 41% dari total luasan tanam bawang merah gorontalo (BPS, 2017). Kabupaten Gorontalo terletak antara 00.24" - 10.02 Lintang Utara (LU) dan 121².59" - 123°.32 Bujur Timur (BT), dengan rata-rata suhu berkisar 26°C-28,6°C, kelembapan 72,7%-84,5%, ketinggian 7-78 meter dari permukaan laut (dpl) (BPS, 2017). Karakteristik lingkungan tersebut sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman bawang merah yakni suhu 25°C-30°C, kelembapan udara berkisar 80%-90%, cocok untuk dataran rendah 0-900 m dpl (Samadi dan Cahyono, 2005) sehingga cocok untuk pengembangan bawang merah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa paket teknologi umbi proliga memiliki pertumbuhan terbaik dari semua variabel pengamatan yang diamati. Pertumbuhan stage awal memperlihatkan pertumbuhan yang baik sejak 3 mst hingga 7 mst. Peningkatan pertumbuhan yang baik ini terjadi pada semua perlakuan. Baiknya pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh teknis budidaya yang sesuai dan input teknologi diantaranya, kesesuaian jarak tanam, dosis pemupukan serta kebutuhan air yang cukup. Baiknya pertumbuhan ini dilihat dari pertumbuhan daun tanaman pada bibit umbi serta tegaknya daun pada bibit asal TSS. Walaupun tinggi tanaman memperlihatkan pertumbuhan yang baik pada semua perlakuan, namun tidak terjadi pemecahan atau penambahan jumlah anakan/umbi pada saat tanaman berumur 14 hst hingga 21 hst khusus pada bibit asal biji.
Petani bawang dilokasi penelitian sebagian besar masih menggunakan benih turunan sebagai bahan tanaman bawang merah. Keterbatasan benih unggul di Gorontalo membuat petani melakukan seleksi dari hasil panen atau membeli dari tempat lain yang merupakan hasil turunan. Berdasarkan hasil responden petani menilai bahwa teknologi proliga TSS belum memberikan keuntungan langsung kepada mereka. Sebagian besar petani belum banyak menerapkan langsung teknologi tersebut, hanya 3 orang kooperator yang bekerjasama untuk menerapkan secara langsung teknologi tersebut. Petani cenderung masih ragu-ragu dalam menilai teknologi TSS dapat segera meningkatkan hasil produksi.
Perakitan Teknologi Sistem Integrasi Tanaman Kakao dan Ternak Sapi
Pada tahun 2018 BPTP Gorontalo menghasilkan paket teknologi sistem integrasi tanaman kakao dan ternak sapi.
Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi outcame sebagai berikut :
Sistem usahatani integrasi kakao dan sapi cukup berpotensi dikembangkan di Gorontalo. Kedua komoditas tersebut diharapkan dapat saling melengkapi. Kotoran yang dihasilkan ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang yang dapat memperbaiki struktur tanah dan sumber nutrisi bagi tanaman. Sebaliknya komoditas kakao dapat menyediakan sumber pakan bagi ternak melalui
pemanfaatan limbah kakao maupun sumber hijauan yang berasal dari tanaman naungan seperti gamal. Pada kenyataanya hal tersebut masih sangat jarang dilakukan pada peternak yang ada di Gorontalo. Pengkajian integrasi kakao-sapi diharapkan memiliki dampak berkembangnya agribisnis komoditas kakao dan sapi potong di Provinsi Gorontalo yang diiringi peningkatan kesejahteraan. Pada aspek ekologi, model integrasi kakao-sapi diharapkan dapat meningkatkan indikator pertanian berkelanjutan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kramat, Kecamatan Mananggu, Kabupaten Boalemo. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.828 ,75 km2 atau 14% dari luas wilayah Provinsi Gorontalo.
Karakteristik petani-peternak di Kecamatan Mananggu adalah berusia produktif dengan umur rata-rata sebesar 39,5 tahun, pendidikan yang ditempuh rata-rata adalah lulusan SMP dan usahatani kakao merupakan usaha sampingan. Karakteristik budidaya kakao menunjukan bahwa klon yang digunakan adalah S1, S2, M45 dan lokal, dengan luas lahan sebesar 0,84 Ha, dosis pemupukan urea sebanyak 332 kg/ha/tahun dan NPK sebanyak 260 kg/ha/tahun dan produktivitas yang dicapai adalah 836 kg/ha/tahun Pembuatan pakan formula berbasis limbah kakao dbuat dengan menambahkan limbah kakao dengan 20% daun lamtoro (hijauan protei tinggi) dan 10 dedak padi. Jumlah yang diberikan dapat mencapai 4 kg/ekor/hari.
Sapi yang digemukkan rata-rata sebanyak 3 ekor. Bangsa sapi yang dipelihara adalah sapi bali dan ongole. Pakan yang diberikan hijauan dan dedak. Potensi pengolahan kotoran selama 6 bulan untuk 3 ekor sapi bisa mencapai 12,4 ton. Sementara itu limbah kakao di Kecamatan Mananggu dapay mencapai 378 ST. Usaha penggemukan sapi selama menghasilkan pendapatan sebesar Rp 11,552.571 yang berasal dari penjualan sapi dan pupuk kandang. Usaha ini secara finansial layak diusahakan karena memiliki nilai RC rasio sebesar 1.22.
Pupuk kandang dibuat dengan mencampur kotoran ternak dengan bahan organik sisa pakan atau jerami dilahan sebanyak 10-20% lalu ditambahkan mikroba sebanyak 2.5% dari total berat bahan. Teknologi integrasi kakao-sapi untuk komponen intensifikasi kakao umumnya telah diterapkan oleh petani namun untuk pengolahan limbah kakao dan kotoran sapi belum banyak dilakukan oleh petani/peternak. Integrasi kakao-sapi memiliki nilai indeks keberlanjutan diatas 60% atau cukup berkelanjutan pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
Kajian Pengelolaan Lahan Kering Berwawasan Lingkungan di Provinsi Gorontalo
Pada tahun 2018 BPTP Gorontalo menghasilkan teknologi kajian pengelolaan lahan kering berwawasan lingkungan di Provinsi Gorontalo.
Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi outcame sebagai berikut :
Umumnya lahan kering mempunyai beberapa masalah seperti tingkat kesuburan yang rendah, rendahnya pengetahuan petani dalam hal konservasi dan rehabilitasi lahan; pengelolaan lahan kering yang tidak mengikuti kaedah- kaedah konservasi. Konservasi lahan kering merupakan suatu bentuk
pengelolaan lahan yang berupaya untuk melestarikan dan memperbaiki kelas kemampuan lahan. Luas lahan kering di Gorontalo saat ini mencapai 48.479 ha umumnya mempunyai fisiographi lahan berlereng.
Pengkajian dilaksanakan di Desa Libungo, Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan hasil kajian, pengelolaan lahan kering di desa Libungo, Kecamatan Suwawa Selatan perlu lebih ditekankan pada prinsip pertanian konservasi, dimana rekomendasi teknologi spesifik lokasi yang dapat diaplikasikan adalah sistem pertanaman lorong (alley cropping), dimana Serai Wangi, Nenas dan Lamtoro Taramba digunakan sebagai tanaman pagarnya yang berfungsi untuk menahan laju aliran permukaan yang mengakibatkan erosi, sedangkan tanaman lorongnya Jagung dan Cabai.
Tanaman Jagung ditanam sebagi tanaman lorong di antara tanaman pagarnya yaitu serai wangi dan nenas, dimana jarak tanam Jagung adalah 70 x 20 cm yang barisannya mengikuti garis kontur, lubang antar baris dibuat zigzag dengan harapan dapat mengurangi laju aliran permukaan. Tanaman Jagung ditanam secara monokultur dengan memanfaatkan sumberdaya lahan dan air. Penyusunan pola tanam dibuat atas dasar pola sebaran curah hujan bulanan selama satu tahun. Tanaman Jagung yang kebutuhan airnya lebih sedikit ditanam pada awal musim hujan sebelum curah hujan mencapai 200 mm/bulan, tanaman pagarnya dapat diikutkan dalam pola tanam tersebut.
Untuk lebih memperkenalkan teknologi pertanian konservasi, diadakan sosialisasi dan bimbingan teknis kepada petani kooperator. Materi bimtek yang telah diajarkan ke petani adalah teknik pengelolaan lahan kering yang berwawasan lingkungan dan teknik konservasi tanah dan air yang disampaikan oleh peneliti BPTP dan Balai Konservasi SDA. Bimtek bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pertanian konservasi dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan. Bimbingan teknis diikuti oleh anggota kelompok tani, PPL dan Xxxxxxx di desa Libungo, Kec. Suwawa Selatan. Bimtek dilanjutkan dengan praktek di lapangan.
Sasaran 2 : | Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri |
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja sebagai berikut:
Indikator Kinerja | Target | Realisasi | % |
Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian | 2 | 2 | 100 |
Bioindustri | ||
Model | Model | 100 |
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2018 telah tercapai sebesar 100 persen, atau terealisasi 2 model dari target 2 model. Sehingga dapat dikatakan berhasil. Adapun rincian output serta outcome yang telah dicapai dari kegiatan ini diuraikan sebagai berikut:
Tabel 5. Rekapitulasi Model Pengembangan Pertanian Bio-industri
No. | Kategori | Jumlah Model |
1 | Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Integrasi Padi Dan Ternak Di Provinsi Gorontalo | 1 |
2 | Model Pengembangan Bioindustri Jagung Berkelanjutan Di Provinsi Gorontalo | 1 |
Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Integrasi Padi Dan Ternak Di Provinsi Gorontalo
Pada tahun 2018 BPTP Gorontalo menghasilkan 1 Model Pertanian Bioindustri Padi dan Ternak di Provinsi Gorontalo
Penjelasan capaian output untuk laporan tersebut beserta potensi outcame sebagai berikut :
Kegiatan teknis dilapangan berupa penciptaan model integrasi padi dengan ternak sapi. Pengkajian model sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi dilaksanakan mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Pengkajian dilakukan melalui survey, pengkajian lapangan, display, demplot, pelatihan, dan analisis laboratorium. Pengkajian dilaksanakan di Desa Harapan Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Lokasi ini merupakan sentra padi sawah dengan luasan lahan sawah mencapai seluas 603 ha.
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja dari tim bioindustri BBP2TP bahwa kegiatan model pengembangan pertanian bioindustri padi dengan sistem integrasi tanaman-ternak di provinsi gorontalo masuk dalam kategori B. Model Pertanian Bioindustri Padi Integrasi Tanaman-Ternak memiliki produk unggulan berupa beras organik, dimana produk-produk lain yang dihasilkan dalam model tersebut turut serta diimpelemntasikan dalam sistem budidaya padi organik ramah lingkungan seperti pupuk cair bioslurry, biodekomposer, agrimeth, biopestisida dan penanaman refugia.
Sistem pertanian bioindustri padi integrasi tanaman ternak telah terlihat memiliki daya ungkit yang cukup signifikan dalam membangun sistem usahatani berbasis zerowaste di Provinsi Gorontalo, untuk itu perlu terus diimpelentasikan
serta didukung dalam pelaksanaan pasca program Balitbangtan sehingga tidak akan ada keterputusan rantai sistem bioindustri yang telah terbangun. Kegiatan penguatan kelembagaan akan dilakukan pemantapan pemasaran dengan membangun jaringan pasar dengan petani organik dan akan membentuk forum paguyuban petani organik di provinsi gorontalo.
Berdasarkan data yang ada dapat dilihat bahwa hasil panen penerapan padi organik dilapangan sangat beragam. Hasil tertinggi yaitu pada varietas inpari 32 dan terendah pada varietas inpari 30. Hasil ini lebih rendah dari potensi Inpari 30 Ciherang Sub yaitu 7,6 ton/Ha, diduga disebabkan oleh perbedaan metode budidaya, hasil rata-rata seperti tertera di Deskripsi Varietas Inpari 30 Ciherang Sub akan dicapai pada metode budidaya dengan menggunakan pupuk anorganik serta obat-obatan, sementara metode budidaya yang dilakukan di lapang adalah dengan menggunakan sistem pertanian ramah lingkungan dimana tidak menggunakan pupuk anorganik serta obat-obatan, penggunaannya digantikan dengan bioslurry serta pestisida nabati.
Model Pengembangan Bioindustri Jagung Berkelanjutan Di Provinsi Gorontalo
Pada tahun 2018 BPTP Gorontalo menghasilkan 1 Model Pertanian Bioindustri Jagung Berkelanjutan Di Provinsi Gorontalo
Penjelasan capaian output untuk laporan tersebut beserta potensi outcame sebagai berikut :
Model pengembangan bioindustri jagung berkelanjutan dilaksanakan di Desa Dunggala Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah pembuatan pupuk organik padat, pupuk organik cair, budidaya perbenihan jagung dan pengolahan limbah jagung untuk pakan ternak.
Prinsip dasar pertanian bioindustri adalah pengelolaan usahatani pertanian nol limbah, mengurangi input baik untuk produksi maupun energy seminimal mungkin , pengolahan biomassa dan limbah menjadi bio-produk baru bernilai tinggi, pertanian ramah lingkungan serta pertanian sebagai kilang biologi (biorefinery) berbasis iptek maju penghasil pangan dan non pangan.
Sasaran 3 : | Terdesiminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi |
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja sebagai berikut:
Indikator Kinerja | Target | Realisasi | % |
Jumlah teknologi diseminasi yang diditribusikan ke pengguna | 7 Teknologi | 7 Teknologi | 100 |
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2018 telah tercapai sebesar 100 persen, atau terealisasi 7 teknologi yang didiseminasikan dari target 7 teknologi, sehingga masuk dalam kategori “berhasil”. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Rekapitulasi Teknologi Diseminasi Yang didistribusikan ke Pengguna
No | Jenis Teknologi Yang didesiminasikan | Jumlah Teknologi |
1 | Pendampingan kawasan pertanian tanaman pangan komoditas padi | 1 |
2 | Pendampingan kawasan pertanian tanaman pangan komoditas jagung | 1 |
3 | Publikasi hasil pengkajian pada pengguna | 1 |
4 | Pameran dan mobile library | 1 |
5 | Penguatan tagrimart dan dukungannya pada pengembangan kawasan RPL | 1 |
6 | Pendampingan dan dukungan teknologi UPSUS komoditas strategis kementan | 1 |
7 | Pendampingan Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB) | 1 |
TOTAL | 7 |
Pendampingan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Komoditas Padi
Pada tahun 2018 Pelaksanaan pendampingan kawasan pertanian nasional tanaman pangan dalam menyebaran inovasi teknologi dilakukan bersinergi dengan instansi terkait dan penerapan lapangan dengan metode percontohan, pendekatan individu dan kelompok, penyebaran media tercetak serta bimbingan teknis kepada petani dan petugas. Rekomendasi inovasi teknologi pada kawasan pendampingan pertanian nasional yaitu penggunaan VUB, pengolahan tanah sempurna, jajarlegowo atau tabela, penggunaan dekomposer, perlakuan benih dengan agrimeth, pemupukan berimbang menggunakan PUTS dan BWD, Pengendalian hama penyakit terpadu, Pemanfaatan alsintan pada pasca panen.
Bimtek dilakukan sebanyak tiga kali di Kabupaten Gorontalo dan Gorontalo Utara. Selain melaksanakan bimtek sebagai wujud pendampingan pada kawasan tanaman pangan komoditas padi dilakukan dengan menjadi narasumber dalam kegiatan pertanian. Beberapa kegiatan yang mengundang untuk menjadi narasumber dengan materi jajar legowo super :
1. Bimtek kaji terap jarwo super di desa hutabohu pd tgl 25 maret 2018
2. Rembug tani adaptasi teknologi spesifik lokasi pd tgl 16 juli 2018
3. Workshop penyelarasan kurikulum implementatif guru produktif tgl 21 juli 2018
4. Kegiatan evalusi desa mandiri pangan pada 19 juli 2018
5. Rapat dan singkronisasi data LTT mendukung UPSUS pd tgl 17 juli 2017
6. Rapat hambur benih di kecamatan Limboto barat pd tgl 24 juli 2018
7. Peningkatan kapasitas penyuluh daerah di kab. Pohuwato, Boalemo, Gorut, Kota gorontalo dan Bone bolango
Pendampingan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Komoditasi Jagung
Kegiatan pendampingan kawasan jagung oleh BPTP Balitbangtan Gorontalo pada tahun 2018 ini difokuskan pada satu kawasan jagung di salah satu Kabupaten di Gorontalo. Hasil identifikasi lokasi, ditetapkan lokasi display varietas jagung Balitbangtan dilaksanakan di Desa Haya-Haya, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. Untuk pelaksanaan bimbingan teknis, dilaksanakan di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo. Kegiatan pendampingan dilaksanakan selama satu tahun anggaran yaitu bulan Januari sampai Desember 2018.
Produktivitas jagung varietas Badan Litbang Pertanian yang diintroduksikan di lokasi demfarm masih lebih tinggi dibandingkan dengan varietas petani eksisting, meskipun adanya keterbatasan air (curah hujan rendah). Peningkatan produktivitas ini menunjukkan efektivitas pelaksanaan pendampingan pengembangan kasawan jagung yang dilaksanakan oleh BPTP Gorontalo tahun 2018.
Publikasi Hasil Pengkajian pada Pengguna
Pada tahun 2018 Kegiatan Publikasi Hasil Kajian Kepada Pengguna dilakukan diantaranya melalui media cetak dan elektronik. Output publikasi tercetak terdiri dari buku teknis, poster, leaflet, Kaset DVD/Film tahun 2018. Media informasi dalam bentuk cetak dan elektronik dari semua judul telah terdistribusi sebagian besar. Sisa yang belum terdistribusi digunakan untuk stok cadangan di perpustakaan. Bentuk media informasi cetak yang paling banyak diminati pengguna adalah dalam bentuk buku teknis sehingga ke depan bisa menjadi pertimbangan untuk pilihan bentuk media cetak yang paling banyak untuk dicetak, walaupun semua bentuk media memiliki kelebihan dan kelemahan serta scope pengguna masing-masing.
Tabel 6. Hasil Publikasi Tercetak BPTP Balitbangtan Gorontalo TA. 2018
No. | Jenis Media | Judul | Eksemplar |
1 | Leaflet (2 Judul) | 1. Beternak Ayam Kampung Unggul Balitbangtan | 1000 |
2. Sistem Tanam Benih Langsung Mendukung Padi Sawah | 1000 | ||
3. Produksi Lipat Ganda Bawang Merah | 1000 | ||
Jumlah | 3000 | ||
2. | POSTER | 1. Teknologi Largo Super | 500 |
2. Teknologi Tumpang Sari | 500 | ||
Jumlah | 1000 | ||
3. | Video /DVD | 1. Profil Kegiatan Strategis BPTP Grontalo | 100 |
2. Teknik Pemeliharaan Ayam KUB | 100 | ||
Jumlah | 200 | ||
4. | Buku | 1. Teknologi Budidaya Ayam KUB/Sensi | 250 |
2. Teknologi Produksi Perbenihan Tanaman Perkebunan | 250 | ||
3. Juknis Tumpang Sari | 250 | ||
Jumlah |
Pameran dan Mobile Library
Tahun 2018, pameran dan mobile library yang dilaksanakan oleh BPTP Balitbangtan Gorontalo sebanyak 5 kali pameran/ekspose hasil litkaji, dan 5 kali kunjungan mobile library. Dalam pelaksanaannya, selain kegiatan ini dilakukan secara parsial (sendiri-sendiri), juga dilakukan secara bersama-sama dengan metode atau konsep Diseminasi Mobile yang mencakup ketiga sub kegiatan tersebut yaitu Penyebaran Materi Publikasi, Pameran hasil kajian, Mobile Library
dan ditambah dengan pelatihan teknis, demo-demo teknologi/praktek dan konsultasi teknologi. Diseminasi Mobile ini dilaksanakan yaitu di BP3K dan di lokasi acara ekspose atau temu lapang BPTP Gorontalo yang melibatkan penyuluh dan petani. Kegiatan diseminasi inovasi teknologi melalui pameran tahun 2018 yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7. Hasil pelaksanaan pameran yang telah diikuti selama tahun 2018.
No. | Kegiatan Pameran | Jenis inovasi teknologi yang dikenalkan | Tanggal dan Lokasi Pameran |
1 | Pameran dalam kegiatan Inovasi Teknologi dirangkaikan Tahrib Ramadhan 1439 H | - Pengenalan produk-produk olahan dari petani binaaan berupa pia jagung, stik jagung, kue kerawang, dan juga menyediakan olahan makanan jadi berupa jagung siram, tinutuan, ikan asap. | 07-09 Mei 2018 bertempat di Auditorium Balai Pascapanen Bogor, Jawa Barat. |
2 | Pameran hasil- hasil inovasi teknologi dalam mendukung Konferensi Kelapa Nasional | - Menampilkan display benih VUB kelapa lokal Gorontalo terdiri dari 3 vairetas yakni Molowahu, Kramat dan Panua, - Memperkenalkan produk olahan diproduksi oleh petani binaaan di Provinsi Gorontalo yakni kukis kelapa, gula-gula soba, bumbu instan kauh bugis khas Gorontalo, Nata de coco, Kopi Pinogu, dan Pia Gorontalo | 16-17 November 2018 |
Metode diseminasi mobile sangat diperlukan oleh penyuluh dan petani, karena mereka sangat membutuhkan materi-materi inovasi teknologi dan peningkatan pengetahuan untuk mendukung usahatani mereka.
Penguatan Tagrimart dan Dukungannya Pada Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari
Kegiatan Tagrimart dilaksanakan di Kantor BPTP Gorontalo, dan untuk KRPL dilaksanakan dilokasi rawan pangan dan gizi atau lokasi stunting yakni desa
Haya-Haya dan desa Huidu Utara Kec. Limboto Barat Kabupaten Gorontalo di Provinsi Gorontalo, pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Desember 2018.
Koordinasi dalam rangka penguatan tagrimart dan KBI dilaksanakan baik dengan peneliti dan penyuluh serta teknisi BPTP Gorontalo dalam hal penyediaan paket teknologi yang akan di display. Hasil koordinasi tersebut adalah dengan memperkenalkan beberapa varietas unggul sayuran, buah, dan teknologi unggulan lainnya Balitbangtan diantaranya Kangkung Sutera, Bayam Giti Hijau, Giti Merah, Kacang Panjang, Cabai Merah Besar, Pepaya Merah Delima, Semangka Xxxxxx Xxxx, Anggur Jestro AG45, Anggur Xxxxx Xxxxxxx, Anggur Probolinggo Super, paket teknologi anjuran budidaya, Pengendalian organisme pengganggu tanaman secara terpadu dengan border bunga refugia, perekat kuning, perkandangan ayam kampung unggul Balitbangtan.
Khusus untuk kinerja kelembagaan KRPL di kedua desa yaitu Haya-Haya dan Huidu Utara diawali dengan bimbingan teknis dengan fokus materi penguatan kelembagaan petani oleh penyuluh dan pelatihan budidaya pekarangan yang baik.
Teknologi Pendampingan dan Dukungan Teknologi UPSUS komoditas strategis Kementan
Pada tahun 2018 BPTP Gorontalo menghasilkan 1 Teknologi diseminasi yang didistribusikan ke pengguna mendukung komoditas strategis.
Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi outcame sebagai berikut :
Kegiatan Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan, dan Dukungan Teknologi UPSUS PJK menggunakan pendekatan partisipatif dan kerjasama antara peneliti, penyuluh dan kelompok tani serta stakeholder terkait, untuk peningkatan produksi dan produktivitas padi dalam pencapaian swasembada yang berkelanjutan. Kegiatan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di fokuskan pada pendampingan/penyuluhan serta inovasi teknologi kepada peani dan peternak. Kegiatan dilakukan melalui kerjasama antara peneliti, penyuluh, kelompok tani dan seluruh stakeholder yang terkait untuk peningkatan produksi dan produktivitas padi, jagung, kedalai dan daging sapi dalam pencapaian swasembada yang berkelanjutan. Lokasi kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo.
Kegiatan pendampingan UPSUS yang dilakukan oleh BPTP meliputi kegiatan demfarm padi dan jagung, pelaksanaan bimbingan teknis bagi petugas lapang dan petani, penyebaran informasi melalui berbagai media dan sebagai narasumber pada kegiatan bimbingan teknis, pelatihan maupun workshop.
Diseminasi teknologi yang dilakukan oleh BPTP dapat dilakukan dengan menyebarkan informasi dalam bentuk leaflet atau buku. Penyebaran media informasi tercetak tersebut dilakukan melalui berbagai cara seperti: melalui pameran, menyebarkan secara langsung, mobile library atau atas permintaan petani sendiri serta pengumpulan data LTT, LTJ, Gernen, Gerdal dan Sergab setiap minggu melalui LO masing-masing kabupaten.
Sasaran 4 : | Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan |
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja sebagai berikut:
Indikator Kinerja | Target | Realisasi | % |
Jumlah produksi benih sumber padi | 26.01 | 23.85 | 91.69% |
Jumlah produksi benih sumber jagung | 12,5 | 12,85 | 102,8% |
Jumlah produksi benih sumber jagung komposit | 3 | 2.63 | 87.66% |
Ton | Ton |
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2018 komoditas padi telah tercapai realisasi lebih rendah dari target yang ditetapkan, atau terealisasi hanya mencapai 91,69%. Adapun rincian output serta outcome yang telah dicapai dari kegiatan ini diuraikan sebagai berikut:
Tabel 11. Produksi Benih Padi 2018
Lokasi | Produksi | Keterangan | ||
Varietas | Kelas Benih | Jumlah | ||
Bone Bolango | Inpari 41 | ES | 820 | UPBS, Panen April 2018 |
Inpari 30 | ES | 1,200 | ||
Inpari 32 | ES | 560 | ||
Situ Bagendit | ES |
3,890 | ||||
Gorontalo Utara | Inpari 30 | ES | 1,180 | September, Pak Xxxxx xxx |
Gorontalo | Inpari 31 | ES | 1,400 | September, Kerjasama (Bu Farida) |
Gorontalo Utara | Inpari 31 | ES | 510 | September, Pak Mul |
Gorontalo Utara | Inpari 33 | ES | 1,300 | September, Pak Ami |
Gorontalo Utara | Inpari 33 | SS | 200 | September, Pak Ami |
Gorontalo | Inpari 40 | ES | 875 | September, Kerjasama (Xxx Xxxxxx) |
Gorontalo | Inpari 41 | ES | 4,000 | Kerjasama (Pak Juli), Di giling |
Gorontalo Utara | Inpari 42 | ES | 560 | September, Pak Mul |
Gorontalo Utara | Inpari 42 | SS | 200 | September, Pak Mul |
Bone Bolango | Situ Bagendit | ES | 3,270 | UPBS, Panen Oktober 2018 |
Rindang I | SS | 150 | ||
Rindang I | ES | 150 | ||
Rindang II | SS | 200 | ||
Rindang II | ES |
850 | ||||
Inpago 8 | ES | 1,275 | ||
Inpago 11 | ES | 770 | ||
Inpago 12 | ES | 120 | ||
Inpari 42 | ES | 370 | ||
JUMLAH | 23,850 |
Sumber : Data Primer UPBS, 2018
Produksi benih sebar dilakukan di 4 lokasi yaitu di Kecamatan Tilongkabila, Bone Bone Bolango, Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo dan Kecamatan Boliyohuto kabupaten Gorontalo, Kecamatan Gentuma, Kecamatan Poso. Produksi benih terbanyak adalah varietas Inpari 41 sebanyak 4.000 Kg, kemudian Situ Bagendit sebesar 3.890 Kg. Varietas Situ Bagendit banyak diminati oleh petani karena varietas ini diistilahkan varietas amphibi karena dapat hidup di dua kondisi yaitu lahan sawah dan lahan kering (padi gogo dan sawah).
Adapun rekap produksi benih per varietas dapat dilihat pada grafik berikut
Sedangkan untuk komoditas jagung hibrida dari target sebanyak 12,5 ton realisasi mencapai sebanyak 12,85 ton (102,8%). Varietas yang diproduksi adalah Bima 20 URI, yang tetuanya berasal dari balai Penelitian serealia (Balitsereal-Maros). Untuk varietas Hibrida Bima 20 URI tetua jantannya adalah Nei 9008 dan tetua betinanya adalah persilangan antara G180 x MR14.
Produksi benih jagung hibrida Bima 20 URI dilakukan sebanyak 2 kali tanam yaitu pada bulan April-Juni dan Oktober- Desember 2018. Terkait benih yang dapat di produksi per tahap, disajikan secara detail pada Tabel berikut:
Tabel 12. Produksi Benih Jagung Hibrida Bima-20 URI pada TA. 2018
No. | Produksi benih | Hasil benih (kg) | Keterangan |
1 | April – Mei | 4125 | |
2 | September - Nopember | 6225 | 4000 kg (masih prosesing) |
3 | Desember | 2500 | Prediksi hasil |
TO T A L | 12.850 |
Sumber : Data primer
Dari Tabel diatas, target produksi benih jagung hibrida dapat terealisasi. Masalah dan kendala yang dihadapi dalam memproduksi benih jagung hibrida:
(1) Penyesuaian waktu tanam (isolasi waktu) dengan petani disekitar yang menanam jagung varietas lain. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penyerbukan dengan varietas lain, agar benih yang dihasilkan murni dari segi genetik; (2) Keterbatasan air irigasi dan curah hujan, sehingga perlu dilakukan penanaman bertahap, agar dapat ditangani dengan baik.
Dalam produksi benih periode pertama mengalami keterbatasan air baik dari hujan maupun irigasi, sehingga pertanaman mengalami kekeringan dan seluas 1 ha mengalami fuso.
Benih jagung hibrida Bima-20 URI yang telah dihasilkan, kemudian di distribusikan secara hibah ke para pengguna (stakeholder). Petani dan kelompoktani yang diberikan adalah yang tidak termasuk dalam CPCL penerima bantuan benih jagung dari dinas provinsi/kabupaten. Hingga Desember 2018 telah didistribusikan sebanyak 1100 kg, dan selebihnya akan dilakukan distribusi pada musim tanam MK I tahun 2019.
Sementara untuk jagung komposit realisasi yang dicapai hanya mencapai sebesar 87,66% dari target sebanyak 3 ton benih jagung komposit. Berikut merupakan luas produksi perbenihan jagung komposit Provinsi Gorontalo.
Tabel 12. Produksi benih jagung komposit
Lokasi | Produksi | ||
Varietas | Kelas Benih | Jumlah | |
Bone Bolango | Srikandi Kuning | ES | 1.150 |
Bone Bolango | Bisma | SS | 205 |
Bone Bolango | Bisma | ES | 1.280 |
Total | 2.635 |
Target produksi jagung komposit sebesar 3.000 kg, sedangkan realisasinya mencapai 2.635 kg. Belum tercapainya target produksi diakibatkan musim kering pada saat pertanaman dilapangan sehingga pertumbuhan tidak maksimal. Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Adanya perubahan iklim sangat berdampak pada tanaman terutama pada jagung, hasil jagung akan menurun karena kenaikan suhu, pola curah hujan yang berubah sehingga tanaman akan mengalami cekaman kekeringan atau genangan.
Terjadi perubahan iklim dimana pada kondisi tertentu terjadi kekeringan yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang tidak maksimal. Selain kekeringan juga terjadi intensitas curah hujan yang cukup tinggi disaat
pertanaman memasuki fase generative. Fasilitas prosesing dan penyimpanan benih yang belum memadai membuat prosesing benih belum optimal sehingga berpeluang meningkatkan penurunan mutu fisik dan fisiologis benih dalam prosesing dan penyimpanan benih.
Sasaran 5 : | Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi |
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja sebagai berikut:
Indikator Kinerja | Target | Realisasi | % |
Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah | 1 Rekomendasi | 1 Rekomendasi | 100 |
Pada tahun 2018 BPTP Gorontalo menetapkan sasaran 1 berupa dihasilkan rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi.
Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi outcame sebagai berikut :
Kegiatan hasil analisis kebijakan pada tahun 2018 difokuskan pada Analisis kebijakan dampak program upsus Siwab terhadap peningkatan populasi ternak sapi di Provinsi Gorontalo. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dampak program upsus siwab terhadap peningkatan produksi sapi, mengetahui faktor- faktor yang memiliki hubungan terhadap peningkatan produksi sapi dan mengetahui strategi pelaksanaan program upsus siwab dalam meningkatkan produksi sapi. Metode penelitian menggunakan kuantitatif deskriptif dengan pendekatan Analisis Data Sekunder (ADS), kuesioner, analisis SWOT. Populasi penelitian ini adalah petani yang mengikuti program upsus siwab di Kabupaten Gorontalo, Gorontalo Utara dan Bone Bolango. Sampel yang diambil untuk seluruh kabupaten sebanyak sebanyak 106 orang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Di Provinsi Gorontalo secara umum sebagian besar masyarakat masih menerapkan pola peternakan rakyat. Usaha ternak yang dikembangkan rata-rata merupakan kegiatan yang dilakukan secara turun temurun dalam keluarga, sehingga usaha ternak merupakan kegiatan sambilan dalam masyarakat Gorontalo. Ternak sapi dianggap merupakan aset yang mudah untuk dijual secara cepat jika membutuhkan dana yang cukup besar. Kondisi ini diakibatkan masih rendahnya pendidikan dari masyarakat dan akses informasi yang masih terbatas terkait usaha peternakan. Sistem pemeliharaan yang dilakukan peternak di Provinsi Gorontalo sudah mengarah pada pemeliharaan secara intensif. Meskipun secara umum sistem ini belum banyak diterapkan tetapi dengan
masuknya transmigrasi dari jawa dan bali, sistem pemeliharaan yang dilakukan secara terus menerus di dalam kandang sudah mulai dilakukan.
Program upsus siwab memiliki dampak yang signifikan terhadap pelaksanaan inseminasi buatan, kebuntingan dan jumlah petugas lapangan. Dampak program sangat signifikan terlihat dari bertambahnya jumlah realisasi yang dikerjakan oleh masing-masing Kabupaten/Kota. Namun pada jumlah kelahiran sapi antara sebelum dan saat ada program masih belum memiliki dampak atau perubahan secara statistik.Jumlah kelahiran di tahun 2016 sebanyak 3.267 ekor dan pada tahun 2017 sebanyak 3.166 ekor. Strategi kebijakan yang dapat diambil berdasarkan analisis SWOT adalah strategi memaksimalkan kekuatan (S) dan peluang (O) yang dapat dilakukan untuk untuk memperbaiki kelemahan internal dari program upsus siwab dengan memanfaatkan peluang eksternal yang ada. Strategi yang dapat dilakukan adalah :
a. Mengoptimalkan dan mengembangkan kemampuan peternak dan petugas dalam memanfaatkan potensi dan peluang pasar yang terbuka untuk meningkatkan produktivitas serta mutu hasil peternakan (W1, W3, O1, O4, O6).
b. Meningkatkan pelayanan dan penyebaran informasi teknologi kepada masyarakat secara luas untuk mendukung program pemerintah (W2, O2, O3).
c. Penambahan biaya operasional bagi petugas dari pemerintah daerah untuk pendampingan program di masyarakat (W4, O2).
d. Menjalin kemitraan antara pemerintah, perbankan, koperasi dan swasta dalam penyediaan modal dan membuka peluang pasar yang belum terpenuhi (W5, O1, O2, O6).
e. Mengarahkan penerapan usaha peternakan dengan sistem budidaya yang baik dan peningkatan produktivitas sapi yang sesuai dengan kondisi sosial masyarakat gorontalo (W3, O4).
Sasaran 6 : | Dihasilkannya sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi |
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja sebagai berikut:
Indikator Kinerja | Target | Realisasi | % |
Jumlah sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi | 5 aksesi | 5 aksesi | 100 |
Tahun 2018 pemerintah provinsi Gorontalo dibantu oleh BPTP Balitbangtan Gorontalo telah melakukan koleksi dan karakterisasi serta melakukan pengusulan/pengajuan pendaftaran untuk didaftarkan sebagai
varietas lokal asal Provinsi Gorontalo. Pada kegiatan tahun 2018 difokuskan pada karakterisasi tanaman lokal potensial dan pengembangan aksesi tanaman lokal menjadi varietas lokal, serta kegiatan pemeliharaan konservasi beberapa koleksi tanaman pangan lokal.
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Desember 2018 di Kabupaten Gorontalo, Gorontalo Utara dan Boalemo (karakterisasiin situ) dan Kabupaten Bone Bolango (karakterisasi ex situ). Kegiatan ini merupakan kelanjutan peta jalan 2013-2017 yang diarahkan kepada pemanfaatan sumber daya genetik tanaman lokal sebagai varietas lokal.
Varietas tanaman yang akan didaftarkan terbagi atas dua, yaitu varietas plasmanutfah lokal dan varietas hasil pemuliaan Varietas yang akan didaftarkan dengan difasilitasi oleh BPTP Gorontalo termasuk dalam varietas plasma nutfah lokal, sehingga Bupati/Walikota atau Gubernur bertindak untuk dan atas nama serta mewakilikepentingan masyarakat pemilik Varietas Lokal di wilayahnya memberikan nama Varietas Lokal berdasarkan persyaratan penamaan Inventarisasi dan koleksi SDG dilakukan melalui survei di lokasi yang telah ditentukan berdasarkan zona agroekologi atau wilayah administrasi. SDG yang diinventaris dan dikoleksi berasal dari lahan pekarangan, luar pekarangan petani/ responden serta kebun koleksi milik perorangan, swasta maupun pemerintah. Pemilihan sampel petani/responden dilakukan secara stratifikasi. Karakterisasi tanaman dilakukan di lokasi survei (in situ)dan tanaman koleksi hasil inventarisasi tahun 2014 (ex situ). Koordinasi dengan Komda SDG Provinsi Gorontalo dilakukan dalam rangka rencana program pelestarian Sumber Daya Genetik lokal di Gorontalo.
Ada 5 varietas lokal yang didaftarkan ke PPVTPP (Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian) yaitu :
1. Kultivar padi ladang Pondha yang didaftarkan atas nama Bupati Gorontalo Utara dengan nama Padi Pondha HI2.
2. Kultivar padi ladang Maya yang didaftarkan atas nama Bupati Gorontalo Utara dengan nama Padi Maya HI 2.
3. Kultivar padi ladang Maraya yang didaftarkan atas nama Bupati Gorontalo Utara dengan nama padi ladang Maraya HI 2.
4. Kultivar padi ladang Sina yang didaftarkan atas nama Bupati Gorontalo Utara dengan nama padi ladang Sina HI 2.
5. Kultivar kacang panjang lokal yang didaftarkan atas nama Bupati Gorontalo Utara dengan nama kacang panjang HAYA T1.
Sasaran 7 : | Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi |
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja sebagai berikut:
Indikator Kinerja | Target | Realisasi | % |
Jumlah dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian | 6 layanan | 6 layanan | 100 |
Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian terdiri atas layanan pengadaan barang jasa, pengadaan bangunan, administrasi tata usaha dan keuangan, penyusunan program kerja dan rencana kerja, monitoring dan evaluasi kegiatan serta sinkronisasi kegiatan. Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2018 telah tercapai sebesar target yang ditetapkan, atau terealisasi 100% dari yang telah ditargetkan. Sehingga dapat dikatakan berhasil.
IV. Akuntabilitas Keuangan Lingkup BPTP Gorontalo
Pagu anggaran Satker BPTP Gorontalo 2019 dengan Nomor DIPA SP DIPA- 018.09.2.450856/2018 tanggal 5 Desember 2019 sebesar Rp. 00.000.000.000 Selama kurun waktu tersebut, revisi anggaran DIPA telah dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali. Pagu DIPA terakhir berdasarkan revisi DIPA per tanggal 2 Desember 2019 adalah sebesar Rp. 00.000.000.000, dimana belanja pegawai sebesar Rp 3.157.142.000,-; pagu belanja barang Rp 5.732.966.000,-; serta pagu belanja modal sebesar Rp 3.780.737.000,-.
Realisasi keseluruhan pagu anggaran adalah sebesar 95,80% atau Rp. 00.000.000.000,- dimana terdiri dari belanja pegawai sebesar Rp. 3.125.179.426,- belanja barang sebesar Rp. 5.632.553.467,- dan belanja modal sebesar Rp. 3.381.264.700,-.
Penutup
Secara umum hasil analisis evaluasi kinerja dan capaian kinerja menunjukkan bahwa kinerja kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo Tahun 2018 telah dicapai dengan cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh capaian indikator kinerja kegiatan penelitian BPTP Gorontalo tahun 2018, terutama indikator masukan (input) dan hasil (outcome), umumnya telah terealisasi sesuai dengan target atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, kegiatan yang direncanakan telah dapat dilaksanakan dengan cukup baik. Untuk indikator hasil, evaluasi secara umum menunjukkan bahwakegiatan BPTP Gorontalo memiliki hasil yang cukup baik bagi penggunanya. Demikian pula dengan capaian sasaran tahun 2018, baik yang mencakup keluaran kegiatan pengkajian maupun kegiatan diseminasi teknologi, juga menunjukkan kinerja yang baik. Meskipun demikian, ke depan masih diperlukan upaya peningkatan kinerja. Perbaikan kinerja dapat dilakukan salah satunya melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia serta kerja sama yang baik dengan instansi terkait lainnya, sehingga kualitas kegiatan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna, baik bagi pengambil kebijakan maupun petani, sebagai pengguna akhir paket teknologi yang dihasilkan selama ini.
Dalam pelaksanaan kegiatannya, BPTP Gorontalo juga menghadapi berbagai hambatan dan kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal. Hambatan internal yang dihadapi oleh BPTP Gorontalo terutama berkaitan dengan terbatasnya jumlah dan kualitas SDM yang dimiliki, baik dari sisi kualifikasi maupun bidang keahlian. Selain itu, perimbangan komposisi peneliti dengan penyuluh belum sesuai kebutuhan. Sedangkan hambatan/kendala eksternal yang dihadapi BPTP Gorontalo berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan.