FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA DENGAN SD MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
NASKAH PERJANJIAN KERJASAMA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA DENGAN
SD MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
Nomor : 180/PTM.63.R5/FKIP/U/2018 Nomor : 421/534/SDM/PLK/VIII/2018
Pada hari ini Senin tanggal Lima Belas bulan Januari tahun Dua Ribu Delapan Belas kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama : Dr. Xxxxxx, M.Pd NIP : 05.000.016
Jabatan : Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Alamat : Jl. RTA Milono Km.1,5 Palangka Raya
selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
2. Nama : Xxxxxx Xxxxxx K. S.Pd
NIP 197103031998012002
Jabatan : kepala SD Muhammadiyah Palangkaraya Alamat : Jl. Ulin no 27 Panarung Palangkaraya
selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
dengan terlebih dahulu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal berikut.
1. Bahwa SD Muhammadiyah Palangkaraya Palangkaraya adalah penyelenggara pendidikan tingkat menengah atas yang berada di dalam kota Palangka Raya.
2. Bahwa F K I P Universitas Muhammadiyah Palangkaraya merupakan salah satu lembaga penyelenggara pendidikan tinggi yang memiliki legalitas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Bahwa SD Muhammadiyah Palangkaraya dan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya sepakat untuk melakukan kerjasama dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.
Setelah memperhatikan hal-hal tersebut di atas, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat mengadakan perjanjian kerjasama, dengan ketentuan dan syarat- syarat sebagaimana diatur dalam pasal-pasal berikut.
Pasal 1 TUJUAN
1. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan di sekolah menengah atas melalaui program dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.
2. Mengembangkan pengetahuan, kompetensi serta wawasan guru, dosen serta mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya dalam dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.
Pasal 2 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup perjanjian kerjasama ini meliputi :
1. Pemanfaatan sarana di bidang pendidikan.
2. Pengembangan tenaga pendidik dan calon tenaga pendidik bagi para pihak.
3. Menjadikan FKIP UM Palangkaraya sebagai mitra dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah.
Pasal 3 BENTUK KERJASAMA
Kerjasama antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA dilaksanakan dalam bentuk sebagai berikut.
1. Pengembangan pengetahuan, kompetensi dan wawasan guru, dosen serta mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah.
2. Pertukaran data dan informasi tentang manajemen berbasis sekolah.
3. Peningkatan kualitas pembelajaran
4. Peningkatan kualitas SDM
5. Bentuk kerjasama lain yang disusun dan disepakati oleh kedua belah pihak.
Pasal 4 PELAKSANAAN KEGIATAN
Setiap kegiatan yang disepakati oleh kedua belah pihak akan dijabarkan dan dituangkan dalam kesepakatan pelaksanaan tersendiri yang disetujui dan disepakati secara bersama, dengan mengacu pada perjanjian kerjasama ini, serta sesuai dengan ketersediaan sumber daya dan fasilitas yang dimiliki kedua belah pihak.
Pasal 5 JANGKA WAKTU
1. Perjanjian kerjasama ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal ditandatanganinya naskah perjanjian kerjasama ini.
2. Perjanjian kerjasama ini dapat diakhiri sebelum masa berlaku yang dinyatakan dalam pasal 5 ayat 1, dan dapat diperpanjang atas kesepakatan kedua belah pihak, dengan ketentuan bahwa pihak yang mengakhiri atau memperpanjang perjanjian kerjasama ini harus memberitahukan maksud tersebut secara tertulis kepada pihak lainnya paling lambat 2 (dua) bulan sebelumnya.
3. Perjanjian kerjasama ini dapat berakhir atau batal dengan sendirinya apabila ada ketentuan perundangan atau kebijakan pemerintah yang tidak memungkinkan berlangsungnya kerjasama ini.
Pasal 6 PEMBIAYAAN
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat bahwa pembiayaan yang timbul akibat perjanjian kerjasama ini akan diatur dalam kesepakatan khusus yang lebih operasional dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku.
Pasal 7 LAIN-LAIN
1. Jika terjadi hal-hal yang menimbulkan perbedaan pendapat dalam perjanjian kerjasama ini, maka kedua belah pihak akan menyelesaikan sebaik-baiknya atas azas musyawarah dan mufakat,
2. Jika dalam pelaksanaan kerjasama ini terdapat kebijakan pemerintah dan atau peraturan lain yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam kerjasama ini, maka kedua belah pihak akan membicarakan dan menyepakatinya secara bersama,
3. Hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian kerjasama ini akan diatur dan ditetapkan kemudian dalam addendum (kesepakatan tambahan), dan atau amandemen yang disepakati oleh kedua belah pihak serta merupakan bagian tak terpisahkan dari kesepakatan kerjasama ini.
Pasal 8 PENUTUP
Perjanjian kerjasama ini dibuat dan ditandatangani di Palangka Raya sebagaimana waktu tersebut di atas dalam rangkap 2 (dua), yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Demikian perjanjian kerjasama ini dibuat dengan itikad baik, guna meningkatkan kualitas dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di lingkungan lembaga pendidikan di kedua belah pihak.
Pihak Pertama,
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
PELATIHAN KETARAMPILAN KOMUNKASI DAN KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU DI SD MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
Oleh
X. Xxxx Xxxxxxxx, M.Pd NIDN. 1111098801
Xxxx Xxxxxxxxx X.Xx XXXX. 1105108801
Dibiayai oleh Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Tahun Anggaran 2019 Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat Nomor 020.c/PTM63.R10/LP2M/2019 Tanggal 23 Mei 2019
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PLANGKARAYA
Desember 2019
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Pengabdian
Nama Ketua NIDN
Pangkat / Golongan Jabatan Fungsional Fakultas/Program Studi Nama Anggota Program studi Mahasiswa yang terlibat
Biaya
: Pelatihan Ketarampilan Komunkasi Dan Keterampilan Konseling Bagi Guru Di SD
: Muhammadiyah Palangkaraya
: X. Xxxx Xxxxxxxx, M.Pd
: 1111098801
: III/b
: Asisten Ahli
: FKIP / Bimbingan dan Konseling
: Xxxx Xxxxxxxxx, M.Pd
: PGSD
: Xxxxx Xxx Xxxx NIM: 17.21.018510
: Xxxx Xxxxxxxxxx NIM: 17.21.018512
: 10.000.000
• Pengabdian yang diusulkan sesuai dengan Rencana Induk Riset;
• Peengabdian yang diusulkan sesuai dengan bidang keilmuan PS;
• Pengabdian yang diusulkan melibatkan mahasiswa yang melakukan tugas akhir;
• Usulan Pengabdian telah dibukukan oleh prodi
X. Xxxx Xxxxxxxx, M.Pd NIK. 16.0204.008
Paraf Kaprodi BK
Palangkaraya, 10 Dsember 2019
Mengetahui
Dekan Ketua Pelaksana
Dr. Xxxxxx, M.Pd X. Xxxx Xxxxxxxx, M.Pd
NIK.05.000.016 NIK. 16.0204.008
Menyetujui
Kepala LP2M UM Palangkaraya
Xx. Xxxxx Xxxxxx Xxxxxxx, X.Xx., M.Pd. NIK. 12.0203.008
IDNETITAS DAN URAIAN UMUM
1. Judul Penelitian : Pelatihan Ketarampilan Komunikasi Dan
Keterampilan Konseling Bagi Guru SD Muhammadiyah Palangkaraya
2. Xxx Xxneliti (ketua dan Anggota)
Nama Ketua : X. Xxxx Xxxxxxxx, M Pd
NIDN 1111098801
Bidang Keahlian : BK/Konseling Alokasi Waktu : 32 Jam
Nama Anggota 1 : Xxxx Xxxxxxxxxx, M.Pd NIDN 1105108801
Bidang Keahlian : PGSD
Alokasi Waktu : 32 Jam
3. Objek
Objek pengabdian ini yaitu guru SD Muhammadiyah Palangkaraya
4. Masa pelaksanaan
Mulai : Bulan April tahun 2019 Berakhir : Bulan Juli tahun 2019
5. Lokasi Pengabdian
SD Muhammadiyah Palangkaraya
6. Instansi yang terlibat
SD Muhammadiyah Palangkaraya.
7. Target/Capaian
Guru memiliki Komunikasi komunikasi yang baik dan memiliki skil keterampiland asar konsleingyang baik dan bukti yang didapat yaitu berupa video dan foto dokumentasi
8. Kontribusi mendasar pada instansi atau persyarikatan (Uraikan tidak lebih dari 50 kata, penekanan diutamakan pada gagasan fundamental yang orisinil) Pengabdian ini akan memberikan wawasan dan ilmu bagi guru di SD Muhammadiyah Palangkaraya sehingga guru guru memiliki kemampuan Komunikasi dan keterampilan dasar konseling yang bagus dalam pemberian layanan di sekolah
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pegesahan......................................................................................
Identitas dan Uraian Umum..........................................................................
ii iii
Daftar Isi iv
BAB I Pendahuluan 1
BAB II Solusi Permasalahan 6
BAB III Metode Pelaksanaan 9
BAB IV Pelaksanaa Kegiatan 12
BAB V Hasil Capaian 15
BAB VI Kesimpulan 16
BAB VII Daftar Pustaka 17
Lampiran 19
BAB I PENDAHULUAN
Guru sebagai professional dituntut memiliki keterampilan Komunikasi. Tidak terkecuali bagi guru di sekolah dasar, mereka belum sepenuhnya memahami layanan konseling secara mendalam. Komunikasi dalam komunikasi konseling, bisa dilihat sebagai bagian kualitas pribadi guru BK. Dalam penyelenggaraan praktik konseling, Guru mengandalkan penggunaan sejumlah keterampilan, salah satunya yaitu kemampuan berkomunikasi yang merupakan keterampilan mikro konseling, di samping berbagai keterampilan lainnya (Xxxxxxx & Xxxxxxx, 2005). Menurut NelsonJones (2008) terdapat dua kategori utama keterampilan konseling yang harus dimiliki Guru sekolah yaitu keterampilan komunikasi dan bertindak, serta keterampilan pikiran. Keterampilan komunikasi dan bertindak melibatkan perilaku eksternal, dan keterampilan pikiran melibatkan perilaku internal Guru. Keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan utama yang harus dikuasai oleh Guru untuk penyelenggaraan praktik konseling. Pada prinsipnya, komunikasi merupakan hal yang paling esensial dalam kehidupan manusia, tidak hanya dalam proses konseling. Dengan komunikasi, individu mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan sosial dan mengembangkan kepribadiannya (Xxxxxxx, 2009). Guru di sekolah yang mengalami kegagalan dalam berkomunikasi menghambat terciptanya saling pengertian, kerja sama, toleransi, dan menghambat terlaksananya norma-norma sosial. Demikian juga apabila dikaitkan dengan konseling, kegagalan atau kesuksesan proses komunikasi berpengaruh besar terhadap perkembangan hubungan Guru dan konseli, serta pengembangan diri dan pengentasan permasalahan konseli. Oleh karena itu, Xxxx secara berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan tentang keterampilan komunikasi. Pemahaman yang mendalam Secara terminologi, istilah atau kata komunikasi berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio atau
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal mula kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang serupa. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dapat dianut secara sama (Mulyana 2010, 46). Komunikasi mempersoalkan media komunikasi terutama penggunaan bahasa dalam proses bimbingan dan konseling. komunikasi adalah sebuah alternatif untuk transmisi atau konsepsi informasi, di mana komunikasi dipahami sebagai sebuah proses pengiriman dan penerimaan pesan atau mentransfer informasi dari satu pikiran ke yang lain. Guru berkomunikasi dengan konseli dengan cara yang empatik sehingga keduanya dapat saling mermahami dan
menghormati. Komunikasi penciptaan hubungan positif antara Guru dan konseli dalam proses bimbingan dan konseling secara umum ditawarkan dengan model overview S-A-K-T-I, yaitu (1) Sambut, menjalin hubungan yang hangat dan saling percaya, dilanjutkan dengan strukturing, (2) Aktif mendengarkan, mengeksplorasi dan mengumpulkan data tentang perilaku, pikiran, perasaan, kelemahan, kekuatan dan lingkungan yang ditengarahi memunculkan problematika, (3) Keinginan yang dituju, merumuskan tujuan konseling (perubahan perilaku, pikiran atau perasaan) yang ingin dicapai, (4) Teknik dan kerja, tinjauan alternatif pemecahan, aplikasi teknik bimbingan dan konseling, intervensi (perilaku, pikiran & perasaan), dan (5) Implementasi, penegasan komitmen, Perumusan tindakan efektif, implementasi & tindakan nyata, evaluasi & tindak lanjut. Aspekaspek tersebut mengarah kepada asumsi filosofis pengembangan keilmuan Bimbingan dan Konseling yang melandasi teori dan praksis bimbingan dan konseling (Habsy, 2017). Komunikasi merambah ke segala bidang kajian, merasuk, menjadi bagian penting dan bersenyawa dengan bidang tersebut. Proses persenyawaan yang sangat unik, karena menghasilkan wujud yang akan tidak sama dengan lainnya, tergantung dengan bidang yang menjadi wadahnya. Komunikasi menembus banyak disiplin ilmu (Rahmat, 2000).
Sebagai sebuah gejala perilaku, komunikasi dipelajari dan diaplikasikan pada disiplin ilmu psikologi, sosiologi, antropologi, konseling dan lain sebagainya. Komunikasi yang juga dikenal sebagai Komunikasi merupakan ilmu pertama mengenai pernyataan antar manusia yang berkembang di Yunani dan Romawi kemudian berkembang pada dua arah, satu arah menuju ke Jerman menjadi Publizistikwissenschaft yang disingkat Publisistik dan arah kedua menuju ke Amerika Serikat yang berwujud menjadi Communication Science (Xxxxxxx, 2003). Lebih lanjut disebutkan, Komunikasi sendiri sampai sekarang masih dipraktikkan dalam segala bidang kehidupan, meskipun tidak dilandasi oleh hasil penelitian ilmu-ilmu baru. Dalam sejarahnya Komunikasi merupakan bentuk minat filsafat terhadap komunikasi yang dijual oleh kelompok Sophist kepada orang-orang Yunani (Rahmat, 2000). Secara etimologis perkataan komunikasi berasal dari Bahasa Latin yaitu communicare yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan (Xxxxxxx, 2009). Komunikasi berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan (Xxxxxxx, 2003). Dictionary of Behavioral Science menyajikan enam pengertian komunikasi (Rahmat, 2000). Keenam pengertian tersebut, yaitu: 1. Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara 2. Penyampaian atau penerimaan sinyal atau pesan oleh organisme 3. Pesan yang disampaikan 4. Proses yang dilakukan satu sistem untuk memengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan 5. Pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan
perubahan yang berkaitan dengan wilayah lain. 6. Pesan klien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi. B. Permasalahan Pada era sekarang, konseling mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Beberapa topik bahasan konseling yang menjadi tren terkini di
antaranya bagaimana menghadapi kekerasan, trauma dan krisis, perawatan terorganisir, kesejahteraan, keadilan sosial, teknologi, kepemimpinan dan identitas. Di samping itu, konseling juga berhubungan dengan kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, Xxxxxx, Xxxxxx, & Xxxxxx (Hariko, 2017) Konseling sebagai suatu proses, melibatkan hubungan antara satu individu dengan individu lain, yaitu Guru dan konseli merupakan aspek terpenting yang harus ditekankan dalam memahami profesi ini. Hubungan ini merupakan sebuah proses profesional yang melibatkan dua pihak yang secara bersama-sama dan bersinergi, berusaha mencapai suatu tujuan bersama. Konseling merupakan suatu tipe hubungan khusus antara Guru dengan orang yang membutuhkan bantuannya (konseli), yang dapat berbentuk hubungan tatap muka, melalui telepon, surat-menyurat, ataupun dengan bantuan alat elektronik yang memiliki tujuan tertentu (Xxxxxxx & Xxxxxxx, 2005). Kualitas hubungan antara Guru dan konseli tampaknya paling memungkinkan untuk menciptakan pertumbuhan hubungan antar keduanya (Xxxxx, 2015). Dalam penyelenggaraan praktik konseling, Guru mengandalkan penggunaan sejumlah keterampilan, salah satunya yaitu kemampuan berkomunikasi yang merupakan keterampilan mikro konseling, di samping berbagai keterampilan lainnya (Xxxxxxx & Xxxxxxx, 2005). Menurut NelsonJones (2008) terdapat dua kategori utama keterampilan konseling, yaitu keterampilan komunikasi dan bertindak, serta keterampilan pikiran. Keterampilan komunikasi dan bertindak melibatkan perilaku eksternal, dan keterampilan pikiran melibatkan perilaku internal Guru. Keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan utama yang harus dikuasai oleh Guru untuk penyelenggaraan praktik konseling. Xxxxxxx & Xxxxxx (Xxxxxx, 2017) Komunikasi merupakan hal yang esensial, berpengaruh dan bahkan seringkali menjadi faktor penentu dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan dasar dari eksistensi suatu masyarakat dan menentukan struktur masyarakat tersebut. Komunikasi merupakan mekanisme ataupun alat dalam pengoperan rangsangan dalam masyarakat. Dengan mekanisme komunikasi, individu dapat memberitahukan
dan menyebarkan apa yang dirasakan dan apa yang diinginkannya terhadap individu lain. Melalui komunikasi, individu mengembangkan diri dan membangun hubungan dengan individu lain ataupun kelompok. Hubungan individu dengan individu lain akan menentukan kualitas hidup individu tersebut yang dimoderatori oleh efektifitas komunikasi yang digunakannya. Xxxxx & Xxxx (Xxxxxxx & Xxxxxxx, 2013) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif ditandai dengan timbulnya lima hal, yaitu: 1. Pengertian, penerimaan yang cermat 2. Kesenangan,
hubungan yang hangat, akrab dan menyenangkan 3. Memengaruhi sikap, bersifat persuasive 4. Hubungan yang makin baik; 5. Xxxxxxxx, melahirkan tindakan yang dikehendaki. Yusup (Hariko, 2017) Beberapa fungsi umum komunikasi, yaitu terkait dengan fungsi informatif, edukatif, persuasif, dan rekreatif. Fungsi informatif mengacu pada memberi keterangan, data, atau fakta yang berguna dalam segala aspek kehidupan manusia. Di samping itu komunikasi juga berfungsi dalam mendidik masyarakat dalam mencapai kedewasaan. Secara persuasif komunikasi berfungsi sebagai alat untuk membujuk orang lain agar berperilaku sesuai dengan kehendak yang diinginan komunikator. Sedangkan fungsi hiburan dimaksudkan bahwa dengan komunikasi memungkinkan individu untuk menghibur individu lain. Sehubungan dengan fungsi komunikasi sebagai alat persuasi, kemampuan komunikasi dapat digunakan sebagai alat untuk membujuk atau mengarahkan orang lain (Maulana & Gumelar, 2013). Komunikasi melalui wujud bahasa dan tanda, memiliki kekuatan untuk memengaruhi dan mengajak orang lain sehingga mengikuti suatu gagasan, ajakan dan model tingkah laku yang ditampilkan oleh komunikator. Komunikasi sebagai alat persuasif merupakan fungsi yang sangat penting dalam hubungan interpersonal. Upaya agar orang lain mematuhi atau mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator, merupakan tujuan komunikasi yang paling umum dan paling sering digunakan (Xxxxxxxx, 2013).
Pemakaian keterampilan konseling oleh Guru dibagi menjadi lima tujuan berbeda (Xxxxxx-Xxxxx, 2008)., yaitu: 1. Supportive listening, memberi konseli perasaan dipahami dan diafirmasi; 2. Mengelola situasi bermasalah 3. Problem management 4. Mengubah keterampilan-keterampilan buruk konseli yang menciptakan masalah bagi konseli 5. Mewujudkan perubahan falsafah hidup Tentunya kelima tujuan keterampilan konseling ini diselenggarakan oleh Guru dengan media komunikasi, baik melalui bahasa verbal dalam wujud penyampaian kalimat dan/atau katakata ataupun melalui isyarat tubuh atau bahasa nonverbal. Kedua jenis keterampilan komunikasi ini mendasari hampir keseluruhan penggunaan keterampilan-keterampilan konseling Xxxxxxx (2012) menguraikan terdapat empat pengelompokan utama keterampilan yang digunakan Guru dalam proses konseling, yaitu 1. Keterampilan dasar terdiri dari mendengarkan, empati dan pemahaman mendalam, serta diam 2. Keterampilan yang biasa digunakan terdiri dari pertanyaan, pengungkapan diri, pemodelan, afirmasi dan dorongan, serta menawarkan alternatif, memberikan informasi, dan memberikan saran; 3. Keterampilan lanjutan yang biasa digunakan terdiri dari konfrontasi, penafsiran dan kolaborasi 4. Keterampilan konseling lanjutan dan spesialis terdiri dari penggunaan metafora, hipnosis, keterampilan strategis, metode restrukturisasi kognitif, narasi dan cerita, terapi sentuhan, paradoxical intention, bermain peran, berbagai teknik visualisasi, dan sebagainya. Secara implisit dapat di cermati bahwa sebagian besar keterampilanketerampilan yang dikemukakan tersebut, melibatkan kemampuan
Guru dalam berkomunikasi. Sebagai sebuah Komunikasi, tuturan guru yang diwujudkan dalam bentuk percakapan dengan siswa di kelas, diorgani-sasikan dengan prinsip organisasi, pola organisasi, dan teknik pengembangan tuturan tertentu. Pengorganisasian
tuturan guru dalam kelas disampaikan dalam bentuk tuturan lisan berbentuk percakapan. Sebagai sebuah tu-turan lisan yang berbentuk percakapan, pengorganisasian tu-turan dalam Komunikasi guru diwu-judkan melalui keterampilan ber-bicara. Sebagai keterampilan berbicara, Komunikasi guru mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dapat digantikan dengan menulis. Hal itu tampak pada ungkapan Xxxxxx (2002) bahwa berbicara lebih akrab, lebih pribadi (personal), lebih manusiawi dari pada mengguna-kan tulisan. Di samping itu, dengan berbicara, pesan/ informasi yang disampaikan pem-bicara akan lebih cepat diterima oleh pendengarnya dibandingkan menyampaikan pesan melalui tulisan. Dengan berbicara, manu-sia dapat berinteraksi dengan lebih mudah. Xxxxxx (2006:4) menegaskan bahwa secara normal, seseorang berbicara memi-liki maksud dan tujuan tertentu. Tujuan berbicara yang paling esensial adalah untuk berkomu-nikasi. Melalui komunikasi ini, pembicara dapat menyampaikan suatu informasi, menghibur, men-stimulasi, meyakinkan, bahkan menggerakkan pendengar untuk melakukan sesuatu. Xxxxxx (Xxxxxxxxx, et al, 2013) bahwa guru dikatakan berkualitas dalam mengajarnya apabila guru itu dapat menampilkan bahasa dan kelakuan yang baik dalam usaha mengajarnya sehingga secara tidak langsung hal itu mengarah-kan pribadi siswa untuk menjadi manusia yang seutuhnya.
BAB II
SOLISI PERMASALAHAN
Sejatinya ilmu komunikasi adalah ilmu yang dapat dipelajari oleh semua orang melalui interaksi sosial. Pada hakikatnya, bayi tidak lahir dengan pemahaman yang jelas tentang siapa diri mereka. Sebaliknya, seseorang akan mengembangkan diri pada proses komunikasi dengan orang lain. Seperti saat mengimpor atau menginternalisasi perspektif Sejatinya ilmu komunikasi adalah ilmu yang dapat dipelajari oleh semua orang melalui interaksi sosial. Pada hakikatnya, bayi tidak lahir dengan pemahaman yang jelas tentang siapa diri mereka. Sebaliknya, seseorang akan mengembangkan diri pada proses komunikasi dengan orang lain.
Seperti saat mengimpor atau menginternalisasi perspektif mereka sehingga mereka menjadi saling mengenali perspektif masingmasing dan siapa diri mereka (Hariko, 2017). Merujuk pernyataan di atas, muncul adanya pesona komunikasi yang dimaksudkan sebagai konstruksi simbol-simbol komunikasi agar dapat berkomunikasi dengan “indah”. Hal ini dapat dinilai sebagai keahlian atau kemampuan seseorang dalam berkomunikasi satu sama lain, yang mana membutuhkan waktu untuk mempelajarinya dengan selalu menggali potensi komunikatif yang ada di dalam diri. Asumsinya, ketika saat ini perkembangan teknologi komunikasi telah berkembang sangat pesat dan banyak merubah sifatsifat komunikasi itu sendiri, tetapi proses dialogis antar manusia akan tetap ada dan selalu ada dalam kehidupan seharihari. Hal ini terjadi secara alami karena manusia tidak dapat lepas dari kontak dan konteks sosial, meskipun banyak aspek yang mungkin dapat berpengaruh terhadapnya Hopper & Xxxxx (Xxxxxxx & Nugroho, 2009) menggambarkan Komunikasi sebagai bentuk bahasa atautulisan persuasif atau efektif yang bertujuan untuk mengendalikan realita guna mempengaruhi audien tertentu.
Komunikasi sebagai suatu proses mempunyai suatu karakteristik tertentu. Xxxxxxxx (Xxxxxxx & Xxxxxxx, 2009) mengatakan bahwa ada dua karakteristik kunci dari Komunikasi yaitu gaya (style) dan konteks (context). Xxxxxx & Xxxxxxx (Xxxxxxx & Xxxxxxx, 2009)Gaya merujuk pada pilihan seseorang dalam membuat
argumentasi yang akan disampaikan kepada audiens. Ketika gaya tersebut berhubungan dengan penyajian, Komunikasi akan sangat mempengaruhi kemampuan penyaji di dalam menyajikan argumentasinya. Ada empat faktor yang mempengaruhi gaya dalam Komunikasi, yaitu (Xxxxxx, 1982 ; Xxxxxxxx 1982; Xxxxxxx & Xxxxxxx, 2009): 1. Argumentasi yang logis 2. Kemampaun mempengaruhi orang lain 3. Komunikasi merupakan suatu interpretasi yang terbuka dan dapat mempunyai makna ganda 4. Komunikasi disusun dari teknik- teknik linguistik yang dapat diidentifikasi. Aspek kedua dari Komunikasi adalah konteks (context). Xxxxxx & Xxxxxxx (Xxxxxxx & Xxxxxxx, 2009) Konteks mengacu kepada pertimbangan situasi dimana argumentasi tertentu akan dibuat. Dengan kata lain, argumentasi yang dibuat harus ditujukan kepada suatu audiens. Komunikasi pada umumnya diarahkan pada audiens tertentu. Seseorang yang beKomunikasi harus dapat menyesuaikan diri dengan audiens tertentu dan dapat mengubah ide yang telah dimiliki audiens (Xxxxxx dan Xxxxxxx 2004). Menurut Xxxxxxxx (1982, pokok dari argumentasi adalah menegaskan kembali keyakinan si pembicara— bukan untuk meyakinkan suatu audiens tentang kebenaran yang telah mereka percayai. Salah satu bahasan yang lebih kongkret tentang penerapan sejumlah keterampilan komunikasi dikemukakan oleh Xxxxxx-Xxxxx (2008), yaitu: 1. Komunikasi verbal 2. Komunikasi vocal 3. Komunikasi tubuh 4. Komunikasi sentuhan (touch communication) 5. Komunikasi mengambil tindakan (taking action communication). Komunikasi verbal atau percakapan terdiri atas pesan-pesan yang dikirim oleh Guru kepada konseli dengan menggunakan kata-kata. Dimensi komunikasi verbal meliputi bahasa, isi, frekuensi pembicaraan, dan kepemilikan atas perbendaharaan kata-kata. Dimensi bahasa tidak hanya meliputi jenis bahasa, tetapi juga mencakup elemen seperti gaya bahasa formal dan/atau informal yang digunakan. Misalnya gaya bahasa Guru yang tepat merangsang terwujudnya proses konseling yang konstruktif. Sementara itu, dimensi isi merujuk pada aspek topik dan bidang permasalahan. Isi pembicaraan biasanya berfokus pada percakapan tentang diri sendiri, orang lain atau lingkungan, dan dimensi evaluatif percakapan.Ada kalanya frekuensi pembicaraan lebih didominasi oleh Xxxx, namun dalam situasi lain kadang didominasi oleh konseli. Dalam hal ini, Guru
hendaknya mampu menggunakan perbendaharaan kata yang tepat dan memiliki analisis cermat terhadap perbendaharaan kata yang digunakan konseli (NelsonJones, 2008).
Masing-masing perbendaharaan kata yang digunakan memiliki motif-motif tertentu. Pendidikan tentang komunikasi sangat penting sebagai dasar filsafat (Hariko, 2017). Beberapa alasan untuk pernyataan tersebut, yaitu: 1. Filsafat dan komunikasi berbagi prinsip-prinsip dasar 2. Prinsip-prinsip dasar filsafat berbagi dengan pendidikan sehingga merupakan dasar yang mau tak mau bersifat mutlak, berlaku untuk pendidikan kapan pun dan dimana pun 3. Prinsipprinsip komunikasi adalah substantif serta regulatif bagi pendidikan. Komunikasi menopang dan mengembangkan kebebasan, pengetahuan, sarat tujuan, dan kekonsultatifan yang bersifat memfasilitasi pelaku, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Komunikasi adalah sesuatu yang perlu dipelajari oleh setiap individu, untuk pengembangan diri. Komunikasi yang juga dikenal sebagai Komunikasi merupakan ilmu pertama mengenai pernyataan antar manusia yang berkembang di Yunani dan Romawi kemudian berkembang pada dua arah, satu arah menuju ke Jerman menjadi Publizistikwissenschaft yang disingkat Publisistik dan arah kedua menuju ke Amerika Serikat yang berwujud menjadi Communication Science (Xxxxxxx, 2003).
BAB III METODE PELAKSANAAN
Keterampilan komunikasi dan konselingota Palangkaraya. Secara pragmatis program pelatihan memiliki dampak positif baik bagi individu maupun organisasi. Xxxxx (1997) menguraikan profil kapabilitas individualberkaitan dengan skills yang diperoleh dari pelatihan. penguasaan keahlian atau keterampilan yang diterima individu akan meningkat. Pada akhirnya hasil pelatihan akan membuka peluang bagi pengembangan karier individu dalam organisasi. Dalam konteks seperti ini peningkatan karir atau promosi ditentukan oleh pemilikan kualifikasi skills. Sementara dalam situasi sulit dimana organisasi cenderung mengurangi jumlah karyawannya, pelatihan memberi penguatan bagi individu dengan memberi jaminan jobs security berdasarkan penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan organisasi. Beberapa ahli telah merumuskan pelatihan menjadi tiga tahapan integrative yaitu assessment phase, implementation phase, dan evaluation phase.
Menurut Schuleret al (1992) assessment phase sebagai tahap yang sangat penting untuk menentukan kebutuhan apa saja yang harus direkomendasikan dalam pelatihan termasuk juga bagaimana format dan rancangan pelatihan yang akan diimplementasikan. Tahap ini boleh dikatakan sebagai pengarah bagi tahapan pelatihan lainnya. Tahapan kedua adalah mengimplementasikan semua keputusan pelatihan yang dihasilkan dari tahapan pertama. selain menterjemahkan semua informasi dari tahapan pertama,dalam tahap ini manajer juga membuat strategi tentang bagaimana pelatihan secara teknis akan dilaksanakan. Strategi ini mencakup sejumlah persoalan yang berkaitan dengan isi dan proses pelatihan termasuk juga tentang penetapan lokasi, waktu, pelatih, dan seterusnya. Tahapan ketiga adalah evaluasi yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa pelatihan yang dilaksanakan telah mencapai target yang ditentukan. Oleh karena itu, kegiatan utama manjer dalam tahap ketiga ini adalah mengadakan pengukuran sampai sejauh mana efektifitas pelatihan dapat dicapai. Adapun langkah-langkah program pelatihan dalam model induktif menurut Xxxxx (2003:5) yaitu: 1. Pengukuran kemampuan peserta pelatihan 2. Pengelompokan kemampuan dalam kawasan
program pelatihan 3. Membandingkan kemampuan peserta dengan materi pelatihan
4. Menetapkan kesenjangan kemampuan dan ketrampilan 5. Mengembangkan proses pelatihan 6. Melaksanakan pelatihan; 7. Penelitian. Langkah-langkah program pelatihan disesuaikan dengan langkahlangkah dalam model induktif. Sehingga langkah-langkah penyusunan program pelatihan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kompetensi Guru sekolah sesuai dengan model induktif yaitu: 1. Pengukuran kompetensi profesional guru BK SMA yang tergabung dalam MGBK Kota Palangkaraya 2. Pengelompokan kompetensi profesional guru BK SMA yang tergabung dalam MGBK Kota Palangkaraya sesuai dengan aspek-aspek kompetensi profesional Guru yang terdapat dalam Standar Kompetensi Guru (SKK) 3. Membandingkan kompetensi profesional guru BK SMA yang tergabung dalam MGBK Kota Palangkaraya dengan materi pelatihan 4. Menetapkan aspekaspek kompetensi profesional Guru yang perlu ditingkatkan 5. Mengembangkan proses pelatihan 6. Melaksanakan pelatihan 7. Penelitian. Berdasarkan langkah-langkah program pelatihan tersebut, pengembangan program pelatihan konseling dengan teknik creative problem solving untuk membantu korban cyberbullying dan body shaming, pelatihan ini untuk meningkatkan kompetensi profesional Guru dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Unsur-unsur program pelatihan bimbingan dan konseling merupakan susunan secara operasional tentang pelaksanaan kegiatan pelatihan dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi profesional guru BK dalam konseling dengan teknik creative problem solving untuk membantu korban cyberbullying dan body shaming. Di dalam rencana pengembangan dan pelatihan atau program xxxxxxxxx, Xxxxxxxxxxxxx (2006:163) menyarankan agar mencakup: 1. Tujuan pengembangan dan pelatihan 2. Isi pengembangan dan pelatihan 3. Teknik pengembangan dan pelatihan 4. Lokasi pengembangan dan pelatihan 5. Waktu yang diperlukan oleh pengembangan dan pelatihan 6. Pertanggungjawaban terhadap pengembangan dan pelatihan 7. Penampilan didaktik dan metodik pengembangan dan pelatihan; dan 8. Jumlah dana, sumber dana, dan alokasi dana yang diperlukan oleh pengembangan dan pelatihan yang disusun dalam anggaran. Merujuk dari pendapat-pendapat di
atas, kemudian disesuaikan dengan penelitian tentang program pelatihan Komunikasi yaitu: (1) identifikasi kebutuhan; (2) tujuan pelatihan; (3) teknik pelatihan (4) penampilan didaktik dan metodik; (5) identifikasi hambatan; (6) pengembangan alternatif; (7) pelaksana dan penanggung jawab; serta (8) seleksi
ANGGARAN BIAYA KEGIATAN DAN LUARAN
Pengabdian Kepada Masyarakat dengan judul Pelatihan Ketarampilan Komunkasi Dan Keterampilan Konseling Bagi Guru Di SD Muhammadiyah Palangkaraya di danai oleh LP2M dengan dana maksimal @Rp. 10.000.000. Luaran wajib adalah laporan akhir kegiatan dan video kegiatan. target yang ingin dicapai adalah artikel jurnal Nasional ber ISSN yang akan diterbitkan dalam jurnal pengabdian masyarakat Andi Matapa.
BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN
Dalam pelatihan yang dilaksanakan agar tercapai hasil sesuai harapan maka disusun format klasikal dengan cara ceramah pada pemaparan awal untuk memperdalam mahasiswa mengenai program bimbingan dan konseling, dan kemudian dilanjutkan dalam format kelompok untuk pengaplikasian dari pelatihan program BK yang dilaksanakan. Berikut tahapan dari pelatihan program yang dilaksanakan.
1. Klasikal dengan ceramah
Penyampaian secara klasikal diujukan untuk memperdalam konsep dasar dari keterampilan komunikasi dan keterampilan konseling sehingga peserta pelatihan memahami keterampilan komunikasi dan konseling secara komprhensif. Masing masing dari program merupakan manifestasi dari kebutuhan peserta didik disekolah yang di dapat dari hasil assesment sebelumnya.
2. FGD
Front Group Discusion merupakan salah satu bentuk diskusi yang dilakukan untuk membahas suatu hal, dlam hal ini yang dibahas adalah program bimbingan dan konseling baik dari program tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian. Dalam diskusi ini peserta didik terbagi atas enam kelompok dengan masing masing kelompok terdiri atas 4 anggota kelompok.
3. Latihan mandiri didampingi instruktur
Latihan ini dimaksuksudkan untuk membantu peserta didik agar lebih memahami secara mendalam mengani keterampilan komunikasi dan konselig dengan cara menyusun secara langsung tahapan berdasarkan hasil assesment yang sudah dilakukan.
Secara detail berikut tahapan dalam pelatihan keterampilan komunikasi dan konseling yaitu:
a. Analisis hasil assesment
Assesment dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi secara mendalam mengenai kebutuhan guru sehingga pengabdian yang diberikan pada nantinya sesuai kebutuhan dan tidak menyimpang.
b. Pelatihan
Setelah pengelompokan permasalahan perbidang sudah tersusun maka tim menentukan layanan apa saja yang cocok melihat dari masalah yang sudah muncul pada tiap bidang garapan bimbingan dan konseling. Layanan yang dimaksud terdiri keterampilan komunikasi dan konseling.
c. Proses pelatihan
Pada tahap ini tim pelatihan menyusun jadwal masing masing pelatihan program diwali dari keterampilan komunikasi dan dilanjutkan dengan keterampilan konseling. Kegiatan dilakukan dari pagi jam 8 hingga sore hari jam 4
Dokumentasi
BAB V HASIL CAPAIAN
Setalah Kegiatan pelatihan terlaksana maka pelaksana melakukan evaluasi terhadap pelatihan yang sudah dilakukan. Evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanan mengenai pelatihan yang sudah dilakukan, apakah peserta bisa melakukan komunikasi yang baik dan memiliki keterampilan konseling secara mendiri, selain itu evaluasi juga ditujukan untuk melihat secara komprehensif dari persiapan, pelaksaan, metode yang sudah diaplikasikan dalam pelatiahan yang sudah dilaksanakan bagi mahasiwa BK. Secara umum hasil dari pelatihan penyusunan program BK yaitu:
1. Materi pelatihan yang disampaiakan secara klasikal dapat diterima dan dipahami peserta pelatihan karena dalam penyampaianya mengunakan beberapa media yang mendukung diantaranya yaitu white board, spidol, laptop, LCD sehingga mempermudah dalam penyampaian kepada peserta pelatihan.
2. Metode klasikal dan dipadukan dengan kelompok serta ada praktik secara langsung menambah skill secara langsung sehingga menambah pengalaman langsung dalam pelatihan komunikasi dan keterampilan konseling yang dilakukan.
3. Rekomendari untuk PCM yaitu di sediakanya lowongan bagi guru BK di SD Muhammadiyah pahandut mengingat semakin hari permasalahan peserta didik semakin kompleks dan membutuhkan keberadaan guru BK
BAB VI KESIMPULAN
Sumber biaya untuk pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berasal dari dana LP2M sejumlah Rp. 10.000.000,-. Dengan jangka waktu pelaksanaan 6 bulan. Kegiatan ini memebrikan damapak yang positif bagi guru di sekolah yaitu memberikan -pemahaman dan kemampuan dalam berkomunikasi dan kemampuan dalam memberikan layanan BK kepada peserta didik di sekolah.
BAB VII DAFTAR PUSTAKA
Xxxxxxx, X. and Xxxxxxx, F.A., 2009. Komunikasi Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotikatas Sustainability Reporting Pt Aneka Tambang Tbk.
Xxxxxxx, X. and Xxxxxxx, F.A., 2009. Komunikasi Dalam Pelaporan Corporate Social Responsibility: Analisis Semiotikatas Sustainability Reporting Pt Aneka Tambang Tbk.
Xxxxx, X. (2015). Theory and Practice of Xxxxxxxxxx and Psychotherapy. Xxxxxx Xxxxxxxxx
Xxxxxxx, O. U. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung, PT Citra Xxxxxx Xxxxx.
Xxxxxxx, X., & Xxxxxxx, D. (2005). Practical Counselling Skills: An Integrative Approach. Xxxxxxxx Xxxxxxxxx.
Xxxxxx, X., 2017. Landasan Filosofis Keterampilan Komunikasi Konseling. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 2(2), pp.41-49.
Xxxxx, X.X., 2017. Filosofi ilmu bimbingan dan konseling Indonesia. Jurnal Pendidikan (Teori dan Praktik), 2(1), pp.1-11.
Xxxxxxxxx, M.Y., Xxxxxx, I.N., Xxx, M. and Xxxxxxxxx, I.B., 2013. Tuturan Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas XI SMA Negeri 1 Selong ditinjau dari Komunikasi. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia, 2.
Xxxxxxx, X., & Gumelar, X. (2013). Psikologi Komunikasi dan Persuasi. Jakarta: Akademia Xxxxxxx
Xxxxxx-Xxxxx, X. (2008). Introduction to Counselling Skills: Text and Activities.
Sage.
Xxxxxx-Xxxxx, X. (2008). Introduction to Counselling Skills: Text and Activities.
Sage.
Xxxxxxx, E. (2011). The World of The Counselor: An Introduction to The Counseling Profession. Xxxxxx Xxxxxxxxx.
Xxxxxx, X. (2000). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya Wendra, I Wayan. 2006. Keterampilan Berbicara. Buku Ajar (tidak diterbitkan).
Singaraja: Undiksha. --. 2009. Penulisan Karya Ilmiah. Buku Ajar (tidak
diterbitkan). Singaraja: Undiksha.
Xxxxxxx, M. (2009). Filsafat Komunikasi: Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis. Yogyakarta: Graha Ilmu.