Beban amortisasi Klausul Contoh

Beban amortisasi. Beban amortisasi turun sebesar 52,4% menjadi US$5,3 juta untuk periode 3 (tiga) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2023 dari sebelumnya US$11,1 juta untuk periode yang sama pada tahun 2022, terutama disebabkan oleh properti pertambangan Tambang Tembaga Wetar yang telah habis nilai bukunya.
Beban amortisasi. Beban amortisasi turun sebesar 42,5% menjadi US$23,8 juta pada tahun 2022 dari sebelumnya US$41,3 juta pada tahun 2021, terutama disebabkan oleh properti pertambangan Tambang Tembaga Wetar yang telah habis nilai bukunya.
Beban amortisasi. Beban amortisasi meningkat sebesar 215,5% menjadi US$41,3 juta pada tahun 2021 dari sebelumnya US$13,1 juta pada tahun 2020, terutama disebabkan oleh peningkatan produksi dan perubahan life of mine.
Beban amortisasi. Beban amortisasi merupakan beban yang timbul dari penyusutan properti pertambangan.
Beban amortisasi. Beban amortisasi turun sebesar 56,0% menjadi US$11,8 juta untuk periode 9 (sembilan) bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2020 dari sebelumnya US$26,9 juta untuk periode yang sama pada tahun 2019, terutama disebabkan oleh perubahan life of mine serta penurunan produksi tambang emas dan tembaga.
Beban amortisasi. Beban amortisasi naik sebesar 100,6% menjadi US$31,0 juta pada tahun 2019 dari sebelumnya US$15,5 juta pada tahun 2018, disebabkan oleh peningkatan produksi emas dan katoda tembaga serta perubahan life of mine pada tahun 2019.
Beban amortisasi. Sehubungan dengan persetujuan Kemenkominfo atas Akuisisi AXIS, Perseroan setuju mengembalikan sebagian spektrum frekuensi radio yang sebelumnya dikuasai oleh XL kepada Pemerintah. Pada saat dirampungkannya penggabungan usaha Perseroan dengan AXIS, Perseroan mempercepat amortisasi biaya-biaya sehubungan dengan spektrum frekuensi yang dikembalikan kepada Pemerintah, yang memiliki sisa masa manfaat yang signifikan (delapan tahun). Di samping itu, Perseroan juga mengamortisasi sejumlah kecil aset tak berwujud (termasuk brand dan hubungan pelanggan) yang diperoleh dari Akuisisi AXIS. • Biaya Keuangan. Akuisisi AXIS terutama dibiayai oleh Pinjaman Pemegang Saham dari perusahaan induk Perseroan, Axiata, dan penarikan fasilitas kredit yang telah disepakati lainnya, yang menyebabkan kenaikan signifikan dalam liabilitas keuangan Perseroan dalam Dolar AS serta biaya keuangan Perseroan pada tahun 2014. • Kerugian selisih kurs dari pembiayaan – bersih. Kenaikan kewajiban keuangan Perseroan dalam Dolar AS akibat Akuisisi AXIS, serta depresiasi Rupiah terhadap Dolar AS dalam periode antara tahun 2013 hingga 2015, ketika nilai tukar yang perseroan terapkan secara berturut-turut mencapai Rp13.795 per US$1,00, Rp12.440 per US$1,00 dan Rp12.215 per US$1,00 per tanggal 31 Desember 2015, 2014 dan 2013, memberikan kontribusi terhadap kenaikan kerugian selisih kurs dari pembiayaan - bersih pada tahun 2014 dan 2015. • Provisi. Provisi Perseroan mengalami kenaikan hingga mencapai Rp3.991.789 juta pada tanggal 31 Desember 2014, dibandingkan dengan Rp457.383 juta untuk pada tanggal 31 Desember 2013. Porsi signifikan dari kenaikan tersebut terkait dengan provisi yang dicadangkan untuk penghentian penyewaan menara AXIS, yang Perseroan harapkan untuk menjadi tumpang tindih setelah Akuisisi AXIS dan berencana untuk dihentikan.
Beban amortisasi. Beban amortisasi terdiri dari beban-beban Perseroan yang terkait dengan biaya lisensi spektrum 3G, biaya akses jasa BlackBerry, dan aset tak berwujud yang diperoleh dalam Akuisisi AXIS. Kerugian/keuntungan selisih kurs - bersih dari aktivitas operasi terdiri dari keuntungan/kerugian bersih yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dan penjabaran aset dan liabilitas operasional dalam mata uang asing (diluar pembiayaan).
Beban amortisasi. Beban amortisasi mengalami penurunan sekitar 60,3% menjadi Rp245.873 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015, dari Rp619.544 untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2014, terutama akibat tidak adanya percepatan amortisasi di tahun 2015 sekitar Rp400.000 juta yang dicatatkan pada tahun 2014 untuk spektrum frekuensi radio yang dikembalikan kepada Pemerintah sehubungan dengan dirampungkannya Akuisisi AXIS pada tahun 2014. Keuntungan/(kerugian) selisih kurs dari aktivitas operasi mengalami kenaikan hingga mencatat keuntungan senilai Rp21.813 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dibandingkan kerugian sebesar Rp302.647 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014, yang terutama disebabkan oleh lebih besarnya aset moneter dalam mata uang asing, seperti kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang lain-lain, dan aset lain-lain, dibandingkan dengan liabilitas moneter seperti utang usaha dan lain-lain, terutama berasal dari kenaikan kas dan setara kas yang didominasi oleh mata uang Dollar AS yang perseroan beli untuk melakukan lindung nilai atas depresiasi nilai tukar Rupiah, yang sebagian diimbangi dengan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pada tahun 2015. - nilai tukar rata-rata adalah Rp13.304 per US$1,00 untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dan Rp11.840 per US$1,00 untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014.
Beban amortisasi. Beban amortisasi mengalami kenaikan sekitar 438,2% menjadi Rp619.544 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dari Rp115.109 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013, yang terutama disebabkan oleh (i) percepatan amortisasi untuk spektrum frekuensi yang dikembalikan kepada Pemerintah dengan sisa masa manfaat ekonomis yang signifikan (delapan tahun) dan (ii) amortisasi sejumlah kecil aset tak berwujud (termasuk brand dan hubungan pelanggan), masing-masing sehubungan dengan Akuisisi AXIS. Kerugian selisih kurs dari aktivitas operasi mengalami kenaikan sekitar 218,6% menjadi Rp302.647 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dari Rp94.985 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013, yang terutama disebabkan oleh liabilitas operasi AXIS dalam Dolar AS yang diambil alih Perseroan melalui Akuisisi AXIS yang dibayarkan pada tahun 2014 dan depresiasi Rupiah terhadap Dolar AS pada tahun 2014 - nilai tukar rata-rata adalah Rp11.840 per US$1,00 untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan Rp10.332 per US$1,00 untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013. Keuntungan dari penjualan dan sewa-balik menara mengalami kenaikan sebesar Rp217.717 juta untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dari nil untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013, yang disebabkan oleh pengakuan porsi keuntungan berdasarkan sewa operasi dan sewa pembiayaan dari Penjualan Menara STP yang dirampungkan pada bulan Desember 2014.